Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PEMBERIAN KASCING TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN HASIL POLONG SEGAR KEDELAI EDAMAME


(Glycine max L. Merril)

Oleh
Suslenri Sy , Jasminarni2, Buhaira2
1

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi


sysuslenri@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian


kascing terhadap pertumbuhan dan produksi polong segar kedelai edamame untuk
mendapatkan dosis kascing yang memberikan pertumbuhan dan produksi polong
segar terbaik pada kedelai edamame. Penelitian dilaksanakan di Teaching and
Research Farm Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo Indah,
Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi dengan
ketinggian tempat + 35 mdpl. Jenis tanahnya adalah tanah ultisol. Pelaksanaan
penelitian berlangsung dari bulan Agustus sampai Oktober 2016. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor, yaitu pemberian
pupuk kascing dengan enam taraf perlakuan dan empat ulangan yaitu: (K0) Pupuk
anorganik dosis anjuran (Urea 200 kg ha-1, SP-36 250 kg ha-1 serta KCl 75 kg ha-
1
), (K1) 5 ton ha-1, (K2) 10 ton ha-1, (K3) 15 ton ha-1, (K4) 20 ton ha-1, (K5) 25 ton
ha-1. Ukuran petak percobaan 300 cm x 200 cm, jarak antar petakan dalam
kelompok 100 cm dan jarak antar ulangan 50 cm, dengan jarak tanam 30 x 25 cm
sehingga terdapat 80 tanaman per petak. Banyak tanaman sampel yang diamati
setiap petak adalah 8 tanaman. Data dianalisis secara statistik dengan
menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan uji DMRT (Duncan Multiple
Range Test) taraf α = 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk
kascing berpengaruh nyata terhadap berat polong segar pertanaman dan hasil (ton
ha-1) akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang
produktif pertanaman dan jumlah polong berisi pertanaman pada tanaman kedelai
edamame. Pemberian pupuk kascing dengan dosis 5 ton ha-1 sudah mampu
mencukupi kebutuhan unsur hara N, P dan K untuk pertumbuhan dan produksi
polong segar kedelai edamame.

Kata kunci : Kedelai edamame, pupuk kascing

1. Mahasiswa Jurusan Agroekoteknologi


2. Staf Pengajar Jurusan Agroekoteknologi

1
PENDAHULUAN
Kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan jenis tanaman kacang-
kacangan dari famili Leguminoceae yang merupakan komoditas penting pertanian
ketiga setelah padi dan jagung. Salah satu kultivar kedelai unggul adalah
edamame, karena rasanya lebih manis, teksturnya lebih lembut serta polong dan
bijinya lebih besar dibandingkan kedelai biasa. Pada umumnya edamame dipanen
dalam bentuk polong segar yang kemudian diolah menjadi camilan dan dapat juga
dijadikan sebagai bahan sayuran.
Jepang adalah produsen komersial Edamame terbesar, menghasilkan
hampir 105.000 ton pada tahun 1988, selain itu Jepang juga merupakan importir
Edamame terbesar, memasukkan hampir 33.000 ton pada 1989. Hampir semua
orang Jepang mengonsumsi Edamame segar selama musim panas (Pambudi,
2013). Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kedelai edamame memiliki peluang
yang bagus, prospek pasarnya masih terbuka lebar. Produksi edamame setiap
hektarnya lebih besar dibandingkan dengan produksi kedelai biasa. Selain untuk
dalam negeri, edamame juga diekspor untuk memenuhi kebutuhan pasar Jepang.
Menurut Hakim (2013), Edamame mengandung antioksidan dan isoflavon.
Mengkonsumsi makanan yang kaya akan antioksidan dapat menguatkan sistem
imun tubuh dan mengurangi resiko kanker prostat dan kanker payudara, mencegah
penyakit jantung, menurunkan tekanan darah, serta mengurangi gangguan saat
menopause.
Di Provinsi Jambi lahan usaha tani yang tersedia didominasi oleh lahan
dengan tanah mineral yang bersifat masam. Menurut Dinas Pertanian Tanaman
Pangan (2007), Tingkat kesuburan tanah yang rendah pada lahan usaha tani di
Jambi yang didominasi oleh tanah ultisol dengan luas 2.272.725 ha atau 42,56%
dari luas Provinsi Jambi. Kandungan hara dan pH pada tanah akan mempengaruhi
kondisi tanah dan tanaman. Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk
memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah. Lingga dan Marsono (2013)
menyatakan bahwa pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi
satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis diserap oleh tanaman.
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian di
lahan suboptimal baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran
lingkungan dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Salah satu
pupuk organik yang telah diteliti secara ilmiah adalah kascing. Kascing
merupakan bahan organik hasil dari kotoran cacing yang bercampur dengan
tanah atau bahan organik lainnya (Simanjuntak, 2004). Kascing bersifat netral
dengan nilai pH 6,5–7,4 (Palungkun, 2011). Kascing mengandung Azotobacter
sp, bakteri penambat N non-simbiotik yang akan memperkaya unsur N yang
dibutuhkan oleh tanaman (Zahid, 1994).
Penelitian tentang pengaruh penggunaan pupuk organik kascing terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman sudah banyak dilakukan. Buhaira dan Elly (2013)
menyatakan bahwa, pemupukan kascing meningkatkan pertumbuhan dan hasil baby
corn. Pertumbuhan dan hasil terbaik diperoleh dari tanaman yang dipupuk 18 ton
kascing per hektar, sedangkan peningkatan pemberian dosis sampai 24 ton perhektar
tidak meningkatkan pertumbuhan. Berdasarkan penelitian Gani (2002), hasil tanaman
jagung maksimum yang dicapai pada sistem tanpa olah tanah dan olah tanah minimum
sebesar 126,24 g/tanaman ( 6,37 ton/ha) dan 117,77 g/tanaman (6,28 ton/ha) dengan
dosis optimum kascing masing-masing sebanyak 16,72 ton/ha dan 16,10 ton/ha.

2
Berdasarkan penelitian Saputra et al. (2012), pemberian kascing dapat meningkatkan
tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, indeks luas daun, laju pertumbuhan
tanaman, laju asimilasi bersih, dan berat kering akar dan tajuk dengan hasil 1,61 ton/ha
pada tanaman kedelai Varietas Anjasmoro dengan takaran dosis kascing 8 ton/ha.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Teaching and Research Farm Fakultas
Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota,
Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi dengan ketinggian tempat + 35 mdpl.
Jenis tanahnya adalah tanah ultisol. Pelaksanaan penelitian berlangsung dari bulan
Agustus sampai Oktober 2016.
Bahan dan Alat Percobaan
Bahan yang digunakan meliputi benih kedelai edamame, pupuk organik
kascing dan pupuk anorganik (Urea, SP-36, dan KCl). Alat yang digunakan antara
lain cangkul, parang, gunting, tugal, air, ember, meteran, label, ajir, timbangan,
plastik hitam, tali rafia, alat tulis dan kamera.
Rancangan Percobaan
Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan satu faktor perlakuan yaitu pupuk kascing (K) dengan 6
taraf dosis, yaitu :
K0 : Pupuk anorganik dosis anjuran (Urea 200 kg ha-1, SP-36 250 kg
ha-1 serta KCl 75 kg ha-1).
K1 : Pupuk Kascing 5 ton ha-1
K2 : Pupuk Kascing 10 ton ha-1
K3 : Pupuk Kascing 15 ton ha-1
K4 : Pupuk Kascing 20 ton ha-1
K5 : Pupuk Kascing 25 ton ha-1
Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 24 petak
percobaan. Setiap petak percobaan berukuran 300 cm x 200 cm. Jarak tanam yang
digunakan adalah 30 cm x 25 cm. Dengan demikian terdapat 80 tanaman pada
setiap petak percobaan, sehingga jumlah seluruh tanaman adalah 1920 tanaman.
Untuk tanaman sampel diambil secara acak sebanyak 8 tanaman setiap petak
produksi, sehingga jumlah tanaman sampel adalah 192 tanaman.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan lahan
Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman dengan menggunakan
parang dan cangkul. Setelah lahan bersih dibuat petakan dengan ukuran 300cm x
200 cm dengan jarak antar petak dalam ulangan adalah 100 cm dan jarak antar
ulangan adalah 50 cm. Lahan kemudian diolah dengan menggunakan cangkul
dengan kedalaman ±30 cm sebanyak 24 petakan. Kemudian setiap petakan
dipasang label sesuai denah. Pemasangan label bertujuan untuk memudahkan
pengamatan pada setiap petakan. Label dibuat dari potongan map plastik berwarna
kuning dengan ukuran 15x10 cm.
Pemberian Perlakuan
Pemberian kascing dilakukan satu minggu sebelum tanam dengan cara disebar
secara merata di atas permukaan tanah kemudian dicampur dengan tanah secara
merata pada setiap petakan (kecuali K0). Pupuk anorganik diberikan pada saat

3
penanaman dengan cara menugal tanah di sebelah lubang tanam dengan jarak +5
cm pada petakan K0. Pemberian pupuk anorganik, yaitu Urea 200 kg ha-1, SP-36
250 kg ha-1 serta KCl 75 kg ha-1.
Penanaman
Penanaman kedelai dilakukan dengan menggunakan tugal dengan jarak
tanam 30 cm x 25 cm dan kedalaman lubang tanam lebih kurang 3 cm. Pada
setiap lubang tanam dimasukkan 2 butir benih kedelai kemudian ditutup kembali
dengan tanah.
Tindakan pemeliharaan meliputi : penyulaman, penjarangan, penyiraman,
penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan
1 minggu setelah tanam untuk mengganti tanaman yang tidak normal ataupun
mati. Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan cara memotong salah
satu tanaman hingga tersisa satu tanaman per lubang tanamnya. Penyiraman
dilakukan sesuai kondisi di lapangan (apabila turun hujan tidak dilakukan
penyiraman tetapi jika tidak turun hujan penyiraman dilakukan pada pagi atau
sore hari). penyiangan dan pembubunan dilakukan dengan tekhnik manual, yaitu
gulma yang tumbuh di dalam dan sekitar petak percobaan dibersihkan dengan
menggunakan cangkul ataupun parang. Pembubunan bertujuan untuk membantu
memperkokoh batang tanaman agar tidak mudah rebah, kegiatan ini dilakukan
dengan cara menimbun tanah pada sekeliling pangkal batang tanaman. Dilakukan
lebih kurang 15 hari setelah tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
seminggu sekali dengan menggunakan Dithane M-45 dan Decis.
Panen
Pemanenan kedelai edamame dilakukan pada 67 hari setelah tanam.
Pemanenan dilakukan pada saat polong masih bewarna hijau dengan tingkat
kematangan biji 80%-90%. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang
tanaman kedelai sedekat mungkin dengan permukaan tanah menggunakan sabit
yang tajam.
Variabel pengamatan
Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai dari 2 minggu setelah tanam
dengan interval waktu 1 minggu sekali terhadap tanaman yang dijadikan sebagai
sampel. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang sampai ke titik
tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Untuk menghindari kesalahan
dalam pengukuran digunakan ajir yang telah ditandai 5 cm dari permukaan tanah.
Jumlah Cabang Produktif pertanaman (Cabang)
Perhitungan jumlah cabang produktif pertanaman dilakukan setelah panen
pada tanaman sampel dengan cara menghitung jumlah setiap cabang yang
menghasilkan polong.
Jumlah Polong Berisi pertanaman (Polong)
Perhitungan polong berisi pertanaman dilakukan setelah panen pada
tanaman sampel dengan cara menghitung semua polong yang berisi. Polong
dikatakan berisi apabila sekurang-kurangnya terdapat satu biji.
Berat Polong Segar pertanaman
Pengamatan berat polong segar dilakukan pada saat panen terhadap
tanaman sampel. Polong dalam keadaan segar langsung ditimbang menggunakan
timbangan.

4
Hasil (ton ha-1)
Pengamatan dilakukan setelah panen dengan cara menimbang hasil polong
segar kedelai perpetak produksi kemudian di konversikan ke hasil per hektar
dengan menggunakan rumus :
−1
10000 𝑚2 𝑥 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝑔)𝑥 10−6
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 (𝑡𝑜𝑛 ℎ𝑎 ) =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 (𝑚2 )
Analisis Data
Untuk melihat pengaruh pemberian kascing terhadap pertumbuhan dan
produksi polong segar kedelai edamame, maka data hasil pengamatan dianalisis
secara statistik dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Duncan New Multiple
Range Test (DNMRT) pada taraf ∝ = 5%.
Data Penunjang
Data penunjang yang digunakan meliputi data curah hujan, hasil analisis
tanah awal dan analisis tanah akhir.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi tanaman
Hasil analisis ragam yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan
menunjukkan bahwa pemberian pupuk kascing 25 ton ha-1 tidak berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman kedelai edamame. Tinggi tanaman kedelai
edamame pada berbagai dosis pupuk kascing disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tinggi tanaman kedelai edamame pada berbagai dosis pupuk kascing
Pupuk Kascing Tinggi tanaman
-1
(ton ha ) (cm)
0 34,32 a
5 35,38 a
10 34,12 a
15 34,02 a
20 37,05 a
25 37,70 a
Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

40.0
Tinggi Tanaman

K0
30.0
K1
(cm)

20.0 K2

10.0 K3
K4
0.0
2 3 4 5 K5
1 2 3 4
Umur ( MST)
Gambar 1. Grafik Tinggi Tanaman Kedelai Edamame
Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa laju pertumbuhan tinggi tanaman
yang paling pesat terjadi pada umur 4 MST. Hal ini diduga karena pada masa ini

5
hara yang diperlukan tanaman untuk berfotosintesis telah tersedia melalui pupuk
kascing yang diberikan sehingga fotosintat yang dihasilkan sebagian besar
dimanfaatkan oleh tanaman untuk membentuk organ-organ vegetatifnya.
Jumlah Cabang Produktif pertanaman
Hasil analisis ragam yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan
menunjukkan bahwa pemberian pupuk kascing tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah cabang produktif pertanaman kedelai edamame. Jumlah cabang produktif
pertanaman kedelai edamame pada berbagai dosis pupuk kascing disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah cabang produktif per tanaman kedelai edamame pada berbagai
dosis pupuk kascing.
Pupuk Kascing Jumlah Cabang Produktif
(ton ha-1) pertanaman (cabang)
0 5,88 a
5 5,42 a
10 5,48 a
15 5,25 a
20 5,30 a
25 5,10 a
Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Jumlah Polong Berisi pertanaman


Hasil analisis ragam yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan
menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kascing tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah polong berisi pertanaman kedelai edamame. Jumlah polong berisi
pertanaman kedelai edamame pada berbagai dosis pupuk kascing disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah polong berisi per tanaman kedelai edamame pada berbagai dosis
pupuk kascing.
Pupuk Kascing Jumlah Polong Berisi pertanaman
(ton ha-1) (polong)
0 30,50 a
5 26,98 a
10 25,88 a
15 28,92 a
20 31,22 a
25 31,32 a
Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Berat Polong Segar pertanaman


Hasil analisis ragam yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan
menunjukkan bahwa pemberian pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap berat
polong segar per tanaman kedelai edamame. Pengaruh perlakuan pupuk kascing
terhadap berat polong segar per tanaman disajikan pada Tabel 4.

6
Tabel 4. Berat polong segar per tanaman kedelai edamame pada berbagai dosis
pupuk kascing.
Pupuk Kascing Berat Polong Segar per Tanaman
(ton ha-1) (g)
0 77,42 ab
5 67,12 ab
10 61,38 b
15 71,91 ab
20 82,98 a
25 80,25 ab
Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Hasil
Hasil analisis ragam yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan
menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap hasil
kedelai edamame. Pengaruh perlakuan pupuk kascing terhadap hasil disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil kedelai edamame pada berbagai dosis pupuk kascing.
Pupuk Kascing Hasil
(ton ha-1) (ton ha-1)
0 9,43 ab
5 8,50 ab
10 7,64 b
15 8,81 ab
20 10,38 a
25 9,64 ab
Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji jarak berganda Duncan pada taraf

Pembahasan
Hasil analisis ragam yang disajikan pada menunjukkan bahwa pemberian
perlakuan pupuk kascing tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai
edamame. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan 25 ton ha-1 dengan
rata-rata tinggi tanaman 37,7 cm dan tinggi tanaman terendah terdapat pada
perlakuan 15 ton ha-1 yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 34.025 cm. Hal ini
diduga karena perlakuan pupuk kascing 5 ton ha-1, 10 ton ha-1, 15 ton ha-1, 20 ton
ha-1, 25 ton ha-1 dan 0 kurang menyuplai unsur hara N bagi tanaman, sehingga
pada fase vegetatif unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman tidak tercukupi. Unsur
hara N sangat berperan penting bagi pertumbuhan tanaman, sesuai dengan Sutedjo
(2010), menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur hara utama bagi
pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk
pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun,
batang dan akar.
Pada tabel 2 terlihat bahwa pemberian perlakuan pupuk kascing tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang produktif tanaman kedelai edamame.
Pada tabel 2 terlihat bahwa kontrol menghasilkan jumlah cabang produktif
tertinggi dibandingkan dengan pemberian perlakuan pupuk kascing yaitu dengan

7
rata-rata 5.875 cabang pertanaman sampel, sedangkan pemberian kascing 25 ton
ha-1 menghasilkan jumlah cabang produktif terendah yaitu dengan rata-rata 5.1
cabang pertanaman sampel. Perbandingan jumlah cabang produktif tidak terlalu
signifikan, hal ini diduga karena faktor genetik yang mana sesuai dengan deskripsi
tanaman.
Menurut Hardjowigeno (1995), Unsur hara P berfungsi dalam
pembentukan bunga, buah dan biji serta mempercepat pematangan. Lestari et al.
(2007) menyatakan bahwa, Kascing kaya akan unsur P, beberapa hasil percobaan
menyatakan bahwa fosfor yang tersedia jauh lebih besar bila dibandingkan dengan
lapisan tanah yang berada di bawahnya. Sedangkan unsur K berperan dalam
memperbaiki pengisian polong, ukuran dan beratt biji kacang-kacangan dan
memperbaiki kualitas biji sehingga hasil yang didapat juga meningkat (Wijaya,
2008). Proses pembentukan dan pengisian polong dapat berjalan baik dengan
semakin tingginya unsur hara kalium yang tersedia. Berdasarkan hasil analisis
pupuk kascing menunjukkan bahwa pupuk kascing mengandung unsur hara P dan
K yang cukup tinggi yaitu 0,04% P dan 0,29% K. Namun pada Tabel 3
memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kascing juga tidak berpengaruh nyata
terhadap Jumlah polong berisi pertanaman, tetapi perlakuan pupuk kascing 25 ton
ha-1 menghasilkan jumlah polong terbanyak dibandingkan dengan kontrol dan
perlakuan lainnya yaitu dengan rata-rata polong 31.325 polong. Jumlah polong
terendah yaitu dengan rata-rata polong sebanyak 25.875 polong pada perlakuan
pupuk kascing 10 ton ha-1. Hal ini diduga karena adanya faktor lain seperti faktor
lingkungan, dalam masa pembentukan dan pengisian polong sangat dipengaruhi
oleh ketersediaan unsur hara, air dan cahaya matahari yang tersedia (lama
penyinaran). Tanaman membutuhkan cahaya matahari sebagai sumber energi
untuk pembentukan polong melalui fotosintesis. Maryanto et al. (2002)
menyatakan bahwa periode pembentukan dan pengisian polong sangat
mempengaruhi hasil kedelai. Pada umumnya periode pengisian polong sangat
dipengaruhi oleh unsur hara, air dan cahaya yang tersedia. Faktor tersebut sangat
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman kedelai yang dialokasikan dalam bentuk
bahan kering selama fase pertumbuhan kemudian pada akhir fase vegetatif akan
terjadi penimbunan hasil fotosintesis pada organ-organ tanaman seperti batang,
buah dan biji. Jadi apabila faktor-faktor tersebut tidak terpenuhi maka
pembentukan dan pengisian polong akan kurang baik.
Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa pemberian perlakuan pupuk kascing
berpengraruh nyata terhadap berat polong segar pertanaman kedelai edamame.
Pemberian perlakuan kascing meningkatkan berat polong segar pertanaman
dibandingkan dengan kontrol yaitu dengan rata-rata berat 77,425 gr pertanaman,
Berat polong segar pertanaman tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk kascing
20 ton ha-1 yaitu dengan rata-rata 82,975 gr pertanaman. Sedangkan berat polong
segar pertanaman terendah terdapat pada perlakuan pupuk kascing 10 ton ha-1
yaitu rata-rata 61,375 gr pertanaman.
Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada Lampiran terlihat bahwa
pemberian pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap hasil (ton ha-1) tanaman
kedelai edamame. Pada tabel 5 terlihat bahwa pemberian 20 ton ha-1 kascing
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pemberian 10 ton ha-1 kascing, akan
tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan lainnya. Namun pemberian
kascing pada setiap perlakuan memberikan hasil (ton ha-1) yang sesuai dengan

8
deskripsi tanaman kedelai edamame. Hasil tertinggi didapat pada perlakuan
kascing 20 ton ha-1 yaitu 10,38515 ton ha-1, sedangkan hasil terendah didapat pada
perlakuan kascing 10 ton ha-1 yaitu 7,6482 ton ha-1.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kascing
mampu meningkatkan berat polong segar pertanaman dan hasil ton ha-1 secara
nyata. Tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah
cabang produktif pertanaman dan jumlah polong berisi pertanaman. Pemberian
pupuk kascing sudah mampu meningkatkan berat polong segar pertanaman dan
hasil ton ha-1 secara nyata, maka dapat dikatakan bahwa pemberian pupuk kascing
20 ton ha-1 merupakan dosis pupuk kascing yang memberikan pertumbuhan dan
hasil terbaik pada tanaman kedelai edamame.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh
kesimpulan yaitu :
1. Pemberian pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap berat polong segar
pertanaman dan hasil (ton ha-1) akan tetapi tidak berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang produktif pertanaman dan jumlah
polong berisi pertanaman pada tanaman kedelai edamame.
2. Pemberian pupuk kascing dengan dosis 5 ton ha-1 sudah mampu
mencukupi kebutuhan unsur hara N, P dan K untuk pertumbuhan dan
produksi polong segar kedelai edamame.
Saran
Disarankan untuk menggunakan dosis kascing 20 ton ha-1 untuk
mendapatkan hasil tanaman kedelai edamame yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto T. 2014. Kedelai Tropika Produktivitas 3 ton/ha. Penebar Swadaya
Jakarta.
Asadi. 2009. Karakterisasi Plasma Nutfah untuk Perbaikan Varietas Kedelai
Sayur (Edamame). Buletin Plasma Nutfah Vol.15 No.2 hal: 59
Astuti M, S Purwanti, D Kastono, T Harjaka, Purwidyanto dan S Nugroho. 2012.
Petunjuk Praktis Kedelai Hitam. Yayasan Uniliver Indonesia. Penebar
Swadaya. Jakarta. hal.
Buhaira dan E Indraswari. 2013. Pertumbuhan dan hasil jagung muda (Baby
Corn) pada perbedaan dosis kascing. Jurnal Agronomi 2 (3): 133-136.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi. 2007. Laporan Tahunan. Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi. Jambi.
Gani, Z. 2002. Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (Zea mays) pada berbagai
sistem olah tanah yang diberi kascing berbeda dosis. Tesis Program Pasca
Sarjana. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Gofar N. 2015. Teknologi Pupuk dan Pemupukan di Lahan Suboptimal.
Polimedia Publishing. Jakarta Selatan.
Hakim NA.2013. Perbedaan Kualitas dan Pertumbuhan Benih Edamame Varietas
Ryoko yang diproduksi di Ketinggian Tempat yang Berbeda di Lampung.
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan 13(1): 8-12.
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.

9
Irwan AW. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill).
Universitas Padjajaran. Jatinangor.
Lestari AP, Hanibal dan Sarman S. 2007. Subtitusi Pupuk Anorganik Dengan
Kascing Pada Pembibitan Kakao (Theobroma cacao L.) Di Polybag.
Jurnal Agronomi 11(2) :73-76.
Lingga P dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Maryanto E, D. Suryani, H. Setyowati. 2002. Pertumbuhan dan hasil beberapa
galur harapan kedelai pada kerapatan tanam berbeda. Akta Agrosa.
47-52.
Palungkun R. 2011. Usaha Ternak Cacing Tanah Lumbricus rubellus. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Pambudi S. 2013. Budidaya dan Khasiat Kedelai Edamame Camilan Sehat dan
Multi Manfaat. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Rukmana R dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai, Budidaya dan pasca panen.
Kanisius. Yogyakarta.
Saputra RR, S Purwanti, dan R Rogomulyo. 2012. Pengaruh Takaran Kascing
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Kedelai (Glycine max (L.)
Merill).
Simanjuntak D. 2004. Manfaat pupuk organik kascing dan cendawan mikoriza
arbuskula (CMA) pada tanah dan tanaman. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu
Pertanian 2 (1): 5-9.
Sutedjo M .2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Syarief, E.S.1989.Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.
Bandung.
Wijaya, K.A. 2008. Nutrisi Tanaman sebagai Penentu Kualitas Hasil dan
Resistensi Alami. Pustaka Publisher. Jakarta.
Zahid, A. 1994. Manfaat Ekonomis Dan Ekologi Daur Ulang Limbah Kotoran
Ternak Sapi Menjadi Kascing. Studi Kasus Di PT. Pola Nusa Duta,
Ciamis. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, pp. 6 –14.

10

Anda mungkin juga menyukai