Anda di halaman 1dari 13

SEMINAR HASIL PENELITIAN MAHASISWA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Judul : Pengaruh Pemberian Kompos Briket dan Remah


terhadap Kadar Air, Kerapatan Isi, Kekerasan Tanah
dan Perakaran Tanaman Padi.
Pemrasaran : Fahri Inayah
NIM : 05071381320054
Pembimbing : 1. Dr. Ir. Siti Masreah Bernas, M.Sc.
2. Dra Dwi Probowati Sulistyani, M.S.
Hari/ Tanggal :
Waktu :
Tempat : Ruangan Seminar Jurusan Tanah Universitas
Sriwijaya

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia lahan rawa lebak diperkirakan mencapai 13.28 juta ha yang
terdiri atas lebak dangkal 4.167 juta ha, lebak tengahan 6.075 juta ha, dan lebak
dalam 3.038 juta ha, tersebar di Sumatra, Papua dan Kalimantan. Lahan rawa lebak
merupakan wilayah daratan yang rejim airnya dipengaruhi oleh air hujan dan
mempunyai genangannya hampir sepanjang tahun minimal selama tiga bulan dengan
tinggi genangan minimal 50 cm (Purwanto S, 2008)
Lahan Rawa Lebak biasanya memiliki permasalahan yaitu tanah yang masam
atau di sebut dengan Tanah Sulfat Masam. Tanah sulfat masam merupakan tanah
yang mengandung senyawa pirit (FeS2), banyak terdapat di daerah rawa, pasang surut
maupun lebak. Mikro organisme sangat berperan dalam pembentukan tanah tersebut.
Pada kondisi tergenang senyawa tersebut bersifat stabil, namun bila telah teroksidasi
maka akan memunculkan problem, bagi tanah, kualitas kimia perairan dan biota-biota
yang berada baik didalam tanah itu sendiri maupun yang berada di badan-badan air,
dimana hasil oksidasi tersebut tercuci ke perairan tersebut. Mensvoort dan Dent
(1998) menyebutkan bahwa senyawa pirit tersebut merupakan sumber masalah pada
tanah tersebut. Dilihat luasan, topografi dan ketersediaan air, lahan tersebut
sebenarnya mempunyai potensi untuk pengembangan pertanian terutama padi.
Menurut Irianto (2006), rata – rata produksi padi lebak di Sumatera Selatan
masih tergolong rendah yaitu sebesar 2,7 ton ha-1. Potensi lahan rawa lebak yang
sangat luas bila 10 % saja dapat dikelola dengan baik, maka dapat meningkatkan
produksi padi menjadi Indeks Pertanaman 200% sehingga dapat memproduksi padi
sebanyak 5,4 ton ha-1. Sedangkan menurut Thamrin (2010) luasan rawa lebak di

Universitas Sriwijaya
Sumatera Selatan seluas 650.000 ha dan yang baru dimanfaatkan untuk pertanian
seluas 190.000 ha.
Padi beras merah tergolong dalam family Griminae, sub family Oryzaidae,
suku/genus dan spesies Oryza sativa (Rajguru et al., 2002). Kandungan gizi beras
merah per 100 g, terdiri atas protein 7,5 g, lemak 0,9 g, karbohidrat 77,6 g, kalsium
16 mg, fosfor 163 mg, zat besi 0,3 g, vitamin B1 0,21 mg dan antosianin. Tanaman
padi merah adalah jenis varietas padi yang menghasilkan beras bewarna kemerahan
dan mengandung nutrisi serta rasa yang lebih dibandingkan dengan padi putih pada
umumnya. Jenis padi ini banyak diminati masyarakat akan tetapi dalam
pengembangannya, padi merah masih tertinggal dibandingkan padi putih. Kandungan
gizi yang ada di padi merah lebih tinggi dibandingkan padi putih. Padi merah ini
diketahui bermanfaat bagi kesehatan terutama bagi pengidap penyakit diabetes, selain
sebagai bahan pangan pokok (Kristamtini dan Prajitno, 2009).
Pengelolaan padi di lahan sawah lebak banyak menghadapi kendala seperti
kadar Al dan Fe yang tinggi serta pH yang rendah, kendala yang ada dapat diatasi
terlebih dahulu. Salah satu cara untuk mengatasi kendala di lahan sawah lebak yaitu
dengan pemberian pupuk kompos. Penelitian Agustamar (2000) dengan pemberian 10
kg kirinyuh segar per lubang tanam pada lahan keritis memperoleh pertumbuhan
pisang Raja sereh umur 6 bulan jauh lebih baik dari pada kontrol. Menurut
Simanjuntak (2008) dalam penelitiannya tentang ekstraksi dan fraksinas daun
tumbuhan senduduk, membuktikan bahwa dalam daun senduduk terkandung senyawa
kimia flavonoida, saponin dan tannin. Kompos dari kedua tanaman tersebut akan
memberikan pengaruh yang baik terhadap tanaman padi. Telah di lakukan penelitian
dengan menggunakan kompos briket pada tanaman padi merah, baik menanam
terapung maupun di sawah (Bernas et al.,2014 dan 2015) hasil penelitian menunjukan
bahwa pemberian 1 kompos briket untuk 1 tanaman dengan dosis 20 ton ha-1 dengan
jarak tanam 20 x 25 cm telah menghasilkan Gabah Kering Giling (GKG) 10.3 ton ha-
1 sedangkan pemberian 1 briket untuk 4 tanaman menghasilkan 6.8 ton ha-1 berat
mutlak.
Penelitian oleh (Bernas et al.,2014 dan 2015) menunjukan bahwa briket
sangat baik untuk tanaman padi tetapi pemberian 1 briket untuk 1 tanaman akan
banyak memakan waktu dan tenaga, karena itu penelitian tentang penggunaan 1
briket untuk 4 tanaman tetapi dengan jarak tanam yang lebih dekat yaitu dengan jajar
legowo 20 x 15 x 30 cm diharapkan dengan jarak tanam yang lebih dekat maka
diharapkan dapat berproduksi dengan baik dan akan lebih mudah dalam
menggunakan kompos briket. Kelebihan kompos briket disebar adalah mudah dalam
pengaplikasian namun mudah tercuci dan unsur hara N mudah menguap dari kompos
karena terkenana paparan langsung dari sinar matahari. Kompos sebagai bahan
organik akan mempengaruhi kadar air tanah, kekerasan tanah dan kerapatan isi.
Pengaruh bahan organik terhadap kadar air tanah membuat tanah akan semakin baik
dalam mengikat air. Pengaruh bahan organik terhadap kekerasan tanah adalah
membuat tanah akan semakin gembur dan akan sangat baik untuk perakaran tanaman
sedangkan pengaruh bahan organik untuk kerapatan isi tanah akan membuat volume
tanah semakin merenggang, maka perakaran dapat tumbuh dengan baik.

Universitas Sriwijaya
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh cara pemberian pupuk kompos briket dan remah
terhadap kadar air tanah, kerapatan isi, dan kekerasan tanah.
2. Untuk mengetahui pengaruh cara pemberian pupuk kompos briket dan remah
terhadap perakaran tanaman padi.

1.3. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pandangan ilmiah serta memberikan
pengetahuan lain bagi perkembangan ilmu tanah. Dan dapat memberikan informasi
pengaruh pemberian kompos briket dan granular terhadap kadar air, kerapatan isi,
kekerasan tanah dan Perakaran Padi Beras Merah Secara nyata.

II. PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan Sawah Lebak Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya Sumatra Selatan. Analisis di lakukan di
Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu : 1) Alat tulis, 2)
Hidrometer, 3) Karung, 4) Mesin Pencacah, 5) Neraca Analitik, 6) Oven, 7) Parang,
8) Plastik 2 Kg, 9) Ring Sampel, 10) Shaker, 11) Soil Penetrometer, 12)StopWatch,
13) Tabung Erlenmeyer, 14) Tabung Silinder.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu : 1) Aquadest, 2) Abu
Sekam, 3) Daun Kirinyuh, 4) Daun Senduduk, 5 ) Gula, 6) Larutan Calgon, 7)
Sampel tanah, 8)Tepung Kanji.

3.3. Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 4 Ulangan dan 2 faktor perlakuan sebagai berikut:
1. Cara Pemberian yaitu Sebar di Permukaan (KS) dan Briket di tanam (Kb)
2. Dosis Pemberian D0 = 0 ton dan D1 = 15 Ton /Ha (66 g/tanaman)
Tanaman padi merah pada lahan sawah lebak menggunakan petakan selebar
3x3m/petakan dengan pengulangan 4 kali sehingga ada 16 Petakan padi. Adapun
jarak tanam yang di gunakan pada penelitian ini adalah Jajar legowo dengan jarak
tanam ( 20 x 15 x 30 ). Jumlah populasi tanaman yang ada pada satu petakan 3 x 3
adalah 168 tanaman /petak.

Universitas Sriwijaya
Denah pengacakan di lapangan adalah sebagai berikut :

3m

D0 K1 U1 D1 K1 U1 D0 K2 U1 D1 K2 UI
3m

D1 K1 U2 D0 K1 U2 D1 K2 U2 D0 K2 U2

D0 K2 U3 D1 K2 U3 D0 K1 U3 D1 K1 U3

Timur Barat
D1 K2 U4 D0 K1 U4 D1 K1 U4 D0 K2 U4

Keterangan :
D0= Dosis Kompos 0 ton ha-1
D1= Dosis Kompos 15 ton ha-1
K1= Kompos Briket
K2= Kompos Sebar
m = Meter

3.4. Cara Kerja


Adapun cara kerja yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi 3 (tiga) tahap
pekerjaan, yaitu:
3.4.1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini kegiatan yang dilakukan yaitu :
1. Studi pustaka dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berkaitan
dengan penelitian.
2. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan di laboratorium.
3. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan di lapangan.

Universitas Sriwijaya
3.4.2 Kegiatan di Lapangan dan Kegiatan di Laboratorium
3.4.2.1 Pembuatan Kompos
Kompos dibuat dengan mengambil daun kirinyuh dan daun senduduk, daun
diambil sebanyak 100 kg jumlah keseluruhan daun adalah 200 kg. Kemudian daun
tersebut dipotong dengan mesin, setelah dipotong lalu masukan ke dalam bak
pengomposan, kompos tersebut ditambhakan gula sebanyak 1 kg pada setiap 100 kg,
jadi jumlah gula yang di tambahkan pada pengomposan ini sebanyak 2 kg. Setelah itu
diaduk dan dilembabkan menggunakan air secukupnya kemudian ditutup dengan
menggunakan karung goni. Suhu dan kelembaban kompos harus dijaga, pengadukan
kompos dilakukan satu minggu sekali selama 8 minggu.

3.4.2.2.Pembuatan Briket
Briket dibuat menimbang pupuk kompos dengan dosis 15 ton ha-1 untuk 4
tanaman maka yang ditimbang adalah seberat 264 g kompos briket lalu ditambahkan
dengan 10 g abu sekam. Kompos kemudian dicampur dengan tepuk kanji yang sudah
dimasak dengan air dengan dosis 1 liter air 50 g kanji kemudian diaduk sampai
berwarna putih. Campurkan 3 sendok makan tepung kanji ke kompos hingga
berbentuk bulat dan melekat, peletakan abu sekam pada kompos briket pada satu
sisinya.

3.4.2.3. Penanaman Padi Merah


Padi merah yang ditanam sudah berumur 14 hari baru dipindahkan ke lahan.
Dalam satu petak terdapat 168 tanaman maka total semua bibit padi merah yang
dibutuhkan adalah 2688 tanaman masing – masing ditanam dua bilah. Padi merah
ditanam dengan menggunakan jarak tanam jajar legowo 20 x 15 x 30 cm.

3.4.2.4. Pemberian Kompos Briket dan Remah


Pemberian kompos briket dilakukan dengan cara dua cara yaitu pertama
membenamkannya ke dalam tanah yang terletak diantara 4 tanaman yang ke dua
yaitu dengan disebar dipermukaan tanah pada masa awal tanam.

3.4.2.5. Pemeliharaan Tanaman Padi Merah


Pada tahap pemeliharaan padi merah selama penanaman dimulai dari
penyulaman, penyiangan, pemberantasan hama. Penyulaman dilakukan dengan cara
mengganti tanaman yang mati dan biasanya dilakukan pada saat tanaman sudah
ditanam selama satu minggu. Penyiangan dilakukan di setiap petakan dan diluar
petakan. Sedangkan pemberantasan hama dilakukan secara manual.

3.4.2.6. Pengambilan Sampel Tanah


Sampel tanah diambil pada masa premordia sampel tanah untuk mengukur
kadar air tanah dan kerapatan isi tanah menggunakan ring sampel untuk lapisan 1 dan
2 di lapangan pada setiap petakan.

Universitas Sriwijaya
3.4.2.7. Pengambilan Sampel Akar
Pengambilan Sampel akar dilakukan setelah panen menggunakan pipa paralon
15 x 15 cm pada Padi yang telah dipanen.

3.4.2.8. Pengukuran kekerasan tanah


Pengukuran kekerasan tanah dilakukan 2 minggu sekali dengan menggunakan
alat Soil Penetrometer pada setiap lapisan tanah.

3.4.3. Kegiatan di Laboratorium

3.4.3.1. Pengukuran Kadar Air Tanah


Kadar air tanah diukur pada masa awal premordia yang diukur pada berbagai
pF. Pengambilan sampel dengan menggunakan ring sampel yang di letakkan pada
alat pF meter kemudian diamati setiap hari selama 1 minggu.
3.4.3.2. Pengukuran Kerapatan Isi Tanah
Pengambilan tanah dengan ring sampel kemudian ditaruh di oven selama 24
jam lalu ditimbang dengan menggunakan neraca analitik kemudian di tetapkan
kerapatan isinya dengan menggunakan rumus = g.

3.4.3.3. Penetapan Perakaran Padi


Ring sampel di potong menjadi 4 bagian pada 1 bagiannya di cuci dengan air
kemudian ditimbang berat basah dan berat keringnya.

3.5 Pengamatan
Peubah yang diamati terdiri dari:
1. Kekerasan Tanah
2. Kadar Air pada berbagai pF
3. Kerapatan Isi
4. Perakaran Tanaman

3.6 Analisis Data


Data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan akan diolah dengan
menggunakan metode statistika. Pengolahan data menggambarkan pengaruh
perlakuan terhadap peubah yang diamati.

3.7 Penulisan
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengolahan data akan
disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembuatan
laporan dalam bentuk laporan skripsi.

Universitas Sriwijaya
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kadar Air pada berbagai pF


Hasil analisis sidik ragam menunjukan pengaruh yang tidak nyata meskipun
demikian kompos briket menunjukan peningkatan kadar air yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kompos remah dan kontrolpada minggu ke 6 dan 15.
Hasil anaisis sidik ragam terhadap kadar air minggu ke-6 disajikan pada Tabel
4.1 dan minggu ke 15 disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Pengamatan Kadar Air pada berbagai pF minggu ke-6
Kombinasi Perlakuan
Kadar Air pada pF
Kompos Dosis
(Bentuk) (Ton ha-1) 0 0,4 1,0 1,5 1,8 2,0
Briket 0 33,15 31,43 29,91 28,19 26,46 25,03
Briket 15 33,78 31,64 30,27 28,46 26,78 24,93
Remah 0 30,83 29,18 27,47 25,70 23,89 21,92
Remah 15 31,99 29,89 28,01 26,44 24,78 23,12
BNT (0,05) tn tn tn tn tn tn
Keterangan *tn : tidak nyata

Tabel 4.2. Pengamatan minggu ke 15


Kombinasi Perlakuan
Kadar Air pada pF (%)
Kompos Dosis
(Bentuk) (Ton ha-1) 0 0,4 1,0 1,5 1,8 2,0
Briket 0 32,37 30,23 28,08 26,44 24,62 22,70
Briket 15 33,54 31,97 30,05 27,87 26 24,23
Remah 0 29,98 28,43 26,60 24,66 23,03 21,38
Remah 15 32,16 30,40 28,58 26,73 24,59 22,79
BNT (0,05) tn tn tn tn tn tn
Keterangan *tn : tidak nyata
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa kompos briket dan remah tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah. Pada perlakuan kompos minggu ke 6
kompos briket pF0 33,78 %, pF 0,4 31,64, pF 1,0 30,27%, pF 1,5 28,46 %, pF 1,8
26,78 %, dan pada pF 2,0 24,93% cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan lainnya begitu pula pada pengamatan minggu ke 15 kompos briket pF 0
33,54 %, pF 0,4 31,97 %, pF 1,0 30,05 %, pF 1,5 27,87 %, pF1,8 26% dam pF 2,0
24,23 % cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kompos remah dan kontrol. Hal
ini dikarenakan pengaruh bahan organik terhadap porositas tanah dan aerasi tanah,
juga berkaitan dengan status kadar air tanah. Hasil penelitian (Rawls et al.,2003)
menunjukan bahwa bahan organik tanah meningkatkan retensi air dalam tanah-tanah
berpasir sedangkan pada tanah-tanah bertekstur halus efek tersebut tidak signifikan.
Kompos briket dan remah merupakan bahan organik yang sudah mengalami
dekomposisi. Bahan organik sangat erat kaitannya dengan Kadar air tanah, jumlah air
yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori pori pada tanah. Di dalam
tanah air berada pada ruang pori tanah, terikat pada padatan tanah (baik organik
maupun anorganik), serta menjadi komponen bahan mineral. Pengambilan sampel
pada penelitian ini dilakukan pada bagian tengah dari ke empat tanaman padi tempat

Universitas Sriwijaya
dimana kompos briket diletakkan. Tujuan pengambilan sampel ini agar mengetahui
secara langsung perubahan kadar air tanah setelah diberi perlakuan kompos briket dan
remah.Kompos briket dan remah dalam penelitian ini mampu menahan air
dibandingkan dengan kontrol, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.
Untuk pertumbuhan yang baik atau optimum bagi tanaman diperluakn suatu
keadaan taat air yang baik dan seimbang sehingga akar tanaman dengan mudah akan
menyerap unsur hara. Tata air dan udara yang baik ini adalah jika pori terisi air
minimum 10% dan pori terisi udara minimal 10% atau lebih. Air tanah merupakan
salah satu bagian penyusun pada tanaman. Air tanah hampir seluruhnya berada pada
udara atau atmotsfer. Tanah mempunyai kapilaritas yang berbeda-beda untuk
menyerap dan mempertahankan kelembapannya tergantung kepada struktur, tekstur,
dan kandungan bahan organic yang terdapat di dalam tanah (Kemas, 2007).
Hasil menunjukan bahwa Kompos briket tidak menunjukan pengaruh yang
tidak nyata terhadap Kadar Air pada berbagai pF namun pemberian kompos
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

4.2. Kerapatan Isi


Hasil anaisis sidik ragam terhadap kerapatan isi minggu ke-6 disajikan pada
Tabel 4.2.
Kombinasi Perlakuan Kerapatan Isi Tanah
Kompos Dosis (g per cm3)
(bentuk) (ton ha-1) Minggu ke-6 Minggu ke-15
Briket 0 1,06 1,08
Briket 15 0,98 0,99
Remah 0 0,90 0,89
Remah 15 0,85 0,81
BNT (0,05) tn tn
Keterangan *tn : tidak nyata
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa kompos briket dan remah tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar air. Pada perlakuan kompos minggu ke-6 kompos
briket 0,98 g/cm3, sedangkan kompos remah dan kontrol 0,85 g/cm3 dan 0,90 g/cm3.
Meskipun demikian kompos remah cenderung lebih kecil presentasi kerapatan isinya
dibandingkan dengan kontol begitu pula pada minggu ke 15 kompos briket
menunjukan presentase kerapatan isi 0,98 g/cm3, kompos remah 0,81 g/cm3 dan
kontrol 0,89 g/cm3.
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukan bahwa bahan organik dari kompos
dapat memperkecil kerapatan tanah, bahan organic juga dapat memperkecil kerapatan
isi berat isi tanah. Presentasi bulkdensity akan besar apabila bahan organik yang
terdapat pada tanah tersebut sedikit,dan begitupun sebaliknya.
Kerapatan isi (bulk density) adalah berat per satuan volume tanah kering
oven, biasanya ditetapkan sebagai gr/cm3. Kerapatan isi dihitung sebagai berikut:
Kerapatan isi = Berat tanah (gr)/Volume tanah (cm 3) (Foth, 1988). Pengambilan
contoh tanah tidak boleh merusak struktur asli tanah. Terganggunya struktur tanah

Universitas Sriwijaya
dapat mempengaruhi jumlah pori-pori tanah, demikian pula berat per satuan volume
(Hakim et al., 1986). Kerapatan isi lapisan yang bertekstur halus biasanya antara 1,0-
1,3 g/cm3. Jika struktur tanah kasar maka kerapatan isi 1,3-1,8 g/cm 3. Dimana makin
padat suatu tanah makin tinggi kerapatan massa atau bulk densitynya sehingga makin
sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman.
Hasil penelitian yang tersaji pada tabel 4.5 menunjukan bahwa kompos briket
dan remah memiliki kerapatan isi yang lebih kecil dibandingkan dengan kontrol, hal
ini menunjukan bahwa bahan organik dapat mempengaruhi kerapatan isi tanah
meskipun tidak berpengaruh nyata. Menurut Hardjowigeno (2003) semakin tinggi
bobot isi, semakin padat tanah tersebut, yang berarti sulit untuk meneruskan air atau
ditembus akar tanaman. Bobot isi penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau
air untuk setiap hektar tanah yang didasarkan pada berat tanah per hektar. Pada
umumnya bobot isi tanah adalah 1,1 – 1,6 g/cm3 . Oleh karena itu, bobot isi dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langsung dan tidak langsung, untuk
pertumbuhan tanaman yang baik bobot isi harus di bawah 1,4 g/cm3 untuk tanah
lempung dan di bawah 1,6 g/cm3 untuk tanah pasir (Gardiner dan Miller, 2004).

4.3. Kekerasan Tanah


Hasil anaisis sidik ragam Kekerasan Tanah minggu ke-6 Tabel 4.7.
Kombinasi Perlakuan
Kekerasan Tanah
Kompos Dosis
Cm/drop
(bentuk) (ton ha-1)
Briket 0 3,15 3,21
Briket 15 2,90 2,95
Remah 0 2,72 2,61
Remah 15 2,64 2,61
BNT (0,05) tn tn
Keterangan *tn : tidak nyata
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa kompos briket dan remah 1
tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap Kekerasan Tanah. Pada perlakuan
kompos minggu ke-6 adalah 2,90 dan 2,95 cm/drop sedangkan kompos remah dan
kontrol 2,64 dan 2,61 cm/drop, namun tanah yang diberi pelakuan kompos remah dan
briket cenderung tidak terlalu keras dibandingan dengan yang tidak diberi perlakuan
atau kontrol. Hal ini menunjukan bahwa bahan organik mampu memperbaiki tanah
yang padat menjadi tidak terlalu padat. Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik
seperti struktur tanah akan menjadi remah dan gembur (Bailey, 1986)
Kekerasan tanah atau pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel
padatan di dalam tanah karena ada gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang
pori tanah menjadi sempit (Pamungkas, 2004). Bahan organik didalam tanah sangat
mempengaruhi kepadatan dan kekerasan tanah. Tanah terdiri dari bahan mineral dan
bahan organik. Distribusi ukuran partikel tanah mempengaruhi sifat fisik tanah
sedangkan bahan organik tanah berperan memperbaiki sifat tanah. Salah satu
perubahan yang dapat terjadi pada tanah adalah kepadatan tanah yang diakibatkan
oleh reaksi tanah terhadap gaya yang bekerja pada tanah.

Universitas Sriwijaya
Metode yang paling umum untuk mengukur pemadatan tanah adalah
menentukan nilai indeks menggunakan penetrometer. Penambahan bahan organik
menyebabkan nilai ketahanan penetrasi lebih rendah dibandingkan dengan tanah
tanpa penambahan bahan organik. Hal ini dikarenakan, bahan organik dapat
memperbaiki struktur tanah, tanah menjadi porous sehingga dapat menurunkan bobot
isi tanah (Damanik, 2007).

4.4. Perakaran Tanaman Padi


Hasil anaisis sidik ragam terhadap Perakaran Tanaman Padi minggu ke 15 disajikan
pada Tabel 4.6.
Kombinasi Perlakuan
Kompos Dosis Berat Akar Padi (g)
(bentuk) (ton ha-1)
Briket 0 137,16
Briket 15 169,55
Remah 0 151,74
Remah 15 143,81
RATA-RATA 150,56

Akar merupakan fondasi bagi tanaman yang relatif kurang dipelajari


dibandingkan tanaman lainnya (Khush, 1996). Dalam keadaan normal, perakaran
padi tumbuh sedikit kompak, penyebaran akar horizontal lebih dominan dari pada
yang tegak lurus ke dalam tanah (Grist, 1959). Pertumbuhan akar selanjutnya
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, tekstur, jenis tanah, air, udara, dan cara
pengelolaan tanah.
Dari pertumbuhan tanaman mengalami pertumbuhan yang tidak merata dari
16 petakan terdapat 5 petak yang tanamannya mati, tanaman ini mati ditempat yang
didalamnya terdapat pirit dengan kedalaman 45cm. Pirit dapat mematikan tanaman
karena bila pirit teroksidasi unsur besi pirit akan berubah bentuk dan bersifat racun
bagi tanaman. Bukan hanya itu, proses oksidasi pirit juga mengubah tanah menjadi
lebih masam. Karena ion hidrogren, yang merupakan penentu tingkat kemasaman
tanah banyak dilepaskan selama proses oksidasi, tanah yang masam akan
menyebabkan ion aluminium (Al) di dalam tanah terlepas dan bersifat racun bagi
tanaman (Wilson E, 2006)
Walaupun demikan dari rata-rata data menunjukan bahwa perlakuan briket
yang dimasukan kedalam tanah menghasilkan berat akar tertinggi ini disebabkan
karena briket sebagai kompos yang dekat dengan perakaran sehingga akar dapat
langsung menyerap nutrisi yang ada didalam briket, briket juga dapat menggeburkan
tanah dan juga dapat memperbaiki agregat tanah yang liat. Sedangkan kompos yang
remah yang hanya diletakan di permukaan tanah tidak terlalu berpengaruh dengan
perakaran tanah karena kompos hanya berada di permukaan tanah tidak berada
didalam tanah.

Universitas Sriwijaya
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan adalah :
1. Perlakuan Briket Kompos dan Remah tidak berpengaruh nyata terhadap kadar
air, kekerasan tanah, kerapatan isi dan perakaran tanaman padi.
2. Perlakuan kompos briket dan remah 15 ton ha -1 cenderung lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan kontrol terhadap kadar air, kekerasan tanah
kerapatan isi dan perakaran tanaman padi.

5.2 SARAN
Diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai kompos briket dan remah
yang dibuat dengan daun kirinyuh dan daun senduduk terhadap sifat fisika tanah
untuk pertumbuhan tanaman padi, dan ditambahkan bahan-bahan lainnya seperti
kapur agar pertumbuhan padi lebih optimal.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Bailey, James E. and David F. Ollis, 1986.Biochemical Engineering Fundamentals.


2ndedition. McGraw-Hill Book Co. Singapore.

Bernas, S.M, A. Wijaya, E.P Sagala, 2014. Pupuk organik dari Tumbuhan Rawa
dan Budidaya Padi Merah Organik pada sistem Pertanian Terapung.
Laporan penelitian dibiayai oleh DIPA, Unsri.

Damanik, P. 2007. Perubahan kepadatan tanah dan produksi tanaman kacang


tanah akibat intensitas lintasan traktor dan dosis bokasi. Skripsi.
Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.

Foth.H. D. 1988. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta

Gardiner DT dan Miller RW. 2004. Soil in Our Environment, Tenth Edition. New
Jersey: Person Education, Inc.

Grist, D.H. 1959. Rice. Longmans, London. 472 p.

Hakim, N, M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin


Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah.Universitas Lampung, Lampung

Hardjowigeno,H.Sarwono., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis,


Akademika. Pressindo, Jakarta

Irianto,G.2006. Kebijakan Pengelolaan Air dalam Pengembangan Lahan Rawa


Lebak. Prosiding Seminar Nasional Balai Penelitian Pertanian Lahan
Rawa, Banjarbaru, 28-29 Juli 2006.

Kemas. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Khush, G.S 1996. Prospects of Approaches to Increasing the Genetic Yield


potential of Rice in R.E Evensen , R.W. Herdt, and M. Hossain (Eds). Rice
Research in Asia. Progress and Priorities. IRRI-CAB International,
Philippines. P. 59-71

Kristamtini dan Prajitno. 2009. Karakteristik padi beras merah segreng varietas
unggul lokal gunung kidul. J Ilmu Pert 5(1):45-51.

Universitas Sriwijaya
Mensvoort MEF van and Dent DL. 1998. Acid sulphate soils. In. Lal R, Blum
WH,Valintine C, and Stewart BA.(ed). Method for Assesessment of Soil
Degradation. Florida: CRC Press LLC. hlm.301-330

Pamungkas, M.Y. 2004. Pengaruh tingkat kepadatan tanah terhadap pertubuhan


tanaman dan karakteristik umbi lobak. Skripsi. Departemen Teknik
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Purwanto, S. 2008. Kebijakan Pengembangan Lahan Rawa Lebak. Prosiding


Seminar Nasional Lahan Rawa Tahun 2008.

Rajguru, N.R. Burgos. D.R. Gealy, C.H. Sneller, and J.McD. Stewar. 2002.
Genetic Diversity of red rice in Arkansas. In Rice research studies..
Arkansas Agricultural Experiment Station, Fayetteville, Arkansas
72701. p. 99–104.

RAWLS, W.J.; GISH, T.J. & BRAKENSIEK, D.L. Estimating soil water retention
from soil physical properties andcharacteristics. Adv. Soil Sci., 16:213-234,
1991

Simanjuntak, M.R., 2008. Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun


Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L.) serta Pengujian Efek
Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, Skripsi, Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Thamrin, T. 2010. Laporan Akhir Uji Multilokasi galur–galur harapan Padi Sawah
(Produktivitas > 8 ton/ha, umur genjah < 90 hari, toleran Fe > 25 ppm),
Jagung (Produktivitas > 6 ton/ha, toleran pH > 4,5), dan Kedelai
(Produktivitas > 2 ton/ha, toleran pH > 5) di Sumatara Selatan. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan, Palembang
Wilson, E. 2006. Kepadatan tanah akibat penyaradan oleh forwarder dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan semai. Skripsi. Departemen Hasil
Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai