ABSTRAK
Latar Belakang dan Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui
pengaruh pemberian dolomit terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah,
Untuk mengetahui pengaruh pemberian kalium terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman kacang tanah, dan Untuk mengetahui pengaruh interaksi pemberian dolomit dan
kalium terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah. Jenis penelitian ini adalah
eksperimen. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial 3x4 dengan 3 ulangan dengan total kombinasi
perlakuan sebanyak 12 perlakuan. Faktor yang diteliti adalah pengaruh pemberian dolomit dan
kalium terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae L.).
Faktor dosis pupuk kalium (K) terdiri atas 3 taraf, yaitu: K1 = 50 g/plot, K2 = 100 g/plot, dan
K3 = 150 g/plot, sedangkan Faktor dosis dolomit (D) terdiri atas 4 taraf, yaitu: D0 = 0 g/plot,
D1 = 400 g/plot, D2 = 500 g/plot, dan D3 = 600 g/plot. Dari hasil penelitian dan pembahasan
yang dilakukan, diperoleh kesimpulan antara lain: 1). Pemberian dolomit terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah
tanaman (HST) memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman
tertinggi terletak pada perlakuan D2 (500g/plot) diikuti perlakuan D1 dan D2 dengan tinggi
tanaman sebesar 17,66cm, 2). Pemberian kalium terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
kacang tanah pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanaman (HST) tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi terletak pada
perlakuan K3 (500g/plot) diikuti perlakuan K2 dan K1 dengan tinggi tanaman sebesar
23.46cm, dan 3). Interaksi pemberian dolomit dan kalium terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman kacang tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata. Interaksi pemberian dolomit
dan kalium yang tertinggi terdapat pada perlakuan K1D1. Jumlah persentasi genofor gagal
terdapat pada pelakuan K1D1 yakni sebesar 8.42%. Persentasi polong bernas terdapat pada
perlakuan K1D1 yakni sebesar 18.02%. Persentasi polong hampa terdapat pada perlakuan
K1D2 yakni sebesar 5.27%. Rerata berat 100 biji kering diperoleh sebesar 27.81g. Rerata berat
100 biji kering per plot diperoleh sebesar 200,23g.
Kata kunci : Dolomit, kalium, pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah
(Arachis hypogeae).
POTASSIUM THE EFFECT OF DOLOMIT AND
ADMINISTRATION ON THE GROWTH AND
PRODUCTION OF PEANUT (Arachis hypogeae)
Ramerson J. Sumbayak, S.P., M.Si 1)
Dr. Ir. Fransiskus Gultom, S.Pd., M.Pd 2)
NICO PETER ANCIENT3)
*) 1, 2. Lecturer of the Faculty of Agriculture, Darma Agung University,
*) 3. Student of Agrotechnology Study Program, Faculty of Agriculture, Darma Agung
University
ABSTRACT
This study aims: To determine the effect of gift of dolomite on growth and production of peanut
plants, To determine the effect of gift of potassium on growth and production of peanut plants,
and To determine the effect of interaction of gift of dolomite and potassium on growth and
production of peanut plants. This type of research is experimental. The experimental design
used in this study was a Randomized Block Design (RAK) with a 3x4 factorial pattern with 3
replications with a total combination of 12 treatments. The factor studied was the effect of
dolomite and potassium on the growth and production of peanuts (Arachis hypogeae L.). The
dose factor for potassium fertilizer (K) consists of 3 levels, namely: K1 = 50 g/plot, K2 = 100
g/plot, and K3 = 150 g/plot, while the dolomite dose factor (D) consists of 4 levels, namely: D0
= 0 g/plot, D1 = 400 g/plot, D2 = 500 g/plot, and D3 = 600 g/plot. From the results of
research and discussion conducted, conclusions are obtained, among others: 1). The gift of
dolomite on the growth and production of peanut plants at the age of 15, 30, and 45 days after
planting (DAT) gave a significant effect on plant height. Plant height is located in treatment
D2 (500g/plot) followed by treatment D1 and D2 with a plant height of 17.66cm, 2). Provision
of potassium on the growth and production of peanut plants at the age of 15, 30, and 45 days
after planting (DAT) did not have a significant effect on plant height. Plant height is located in
K3 treatment (500g/plot) followed by K2 and K1 treatments with plant height of 23.46cm, and
3). The interaction of offering dolomite and potassium on the growth and production of peanut
plants did not have a significant effect. The highest interaction of dolomite and potassium was
found in the K1D1 treatment. The percentage of genophores that failed to be found in the
K1D1 treatment was 8.42%. The percentage of pithy pods in the K1D1 treatment was 18.02%.
The percentage of empty pods in the K1D2 treatment was 5.27%. The average weight of 100
dry seeds was 27.81g. The average weight of 100 dry seeds per plot was 200.23g.
Keywords : Dolomite, potassium, growth and production of Peanut (Arachis hypogeae).
PENDAHULUAN
setelah kedelai yang memiliki peran strategis pangan nasional sebagai sumber protein dan
minyak nabati. Menurut Marzuki (2009), kacang tanah mengandung lemak 40-50%, protein 27%,
karbohidrat 18%, dan vitamin. Kacang tanah dimanfaatkan sebagai bahan pangan konsumsi
langsung atau campuran makanan seperti roti, bumbu dapur, bahan baku industri, dan pakan
ternak, sehingga kebutuhan kacang tanah terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan
Kacang tanah telah lama dibudidayakan di Indonesia dan umumnya ditanam di lahan
kering. Pada saat ini, penanaman kacang tanah telah meluas dari lahan kering ke lahan
sawah melalui pola tanam padi–padi–palawija. Kacang tanah ditanam pada berbagai
lingkungan agroklimat dengan beragam suhu, curah hujan dan jenis tanah. Jenis tanah
lahan sawah pada umumnya Aluvial dan Regosol, sedang lahan kering adalah Podzolik
Merah Kuning dan Latosol dengan kemiringan tanah kurang dari 8%.
Daerah penanaman kacang tanah kebanyakan berada di Pulau Jawa (377.839 ha)
atau 70% dari total area 539.495 ha di Indonesia, Sumatera dan Nusa Tenggara berada pada
urutan kedua dan ketiga dengan luas areal masing-masing 46.908 ha dan 45.714 ha (BPS
Provinsi Sumatera Utara, 2020). Sentra produksi masih terbatas pada beberapa kabupaten di
Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan beberapa daerah di Nusa Tenggara Barat dan
Sulawesi Selatan. Penanaman kacang tanah sebagian besar dilaksanakan pada musim hujan
di lahan kering yaitu sekitar 64% dan 36% sisanya dilaksanakan pada musim kemarau di
1
2
Rata-rata hasil per hektar di tingkat nasional sekitar 1,29 t/ha, walaupun hasil dari
petak penelitian mampu mencapai 2,5−3 t/ha. Rendahnya produktivitas kacang tanah
tanam, cara tanam, penyiangan gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit.
Disamping itu, pada saat ini budidaya kacang tanah yang baku belum tersedia untuk setiap
teknologi sehingga hasil yang tinggi dapat diperoleh ketika masing-masing komponen
teknologi diterapkan secara tepat. Apabila salah satu komponen tidak dilaksanakan secara
Produktivitas rata-rata kacang tanah nasional dari tahun 2008 hingga 2020
mengalami sedikit peningkatan, pada tahun 2008 sekitar 1,21 ton/ha, pada tahun 2020
terjadi peningkatan menjadi 1,26 ton/ha. Produktivitas kacang tanah di Indonesia tergolong
rendah, jika dibandingkan dengan negara USA, Cina, dan Argentina yang sudah mencapai
lebih dari 2 ton/ha. Peningkatan produktivitas kacang tanah di Indonesia tidak diikuti dengan
peningkatan produksi kacang tanah, produksi kacang tanah nasional masih tergolong rendah,
bahkan dari tahun 2008 hingga 2020 terus mengalami penurunan. Tahun 2008 produksi
kacang tanah sekitar 770.054 ton, dan tahun 2020 sekitar 709.063 ton. Kemampuan produksi
rata-rata hanya sekitar 1 ton/ha biji kering. Salah satu penyebab produktivitas kacang tanah
yang masih rendah karena proses pengisian polong kacang tanah belum maksimal, masih
banyak ditemukan polong yang hanya terisi setengah penuh bahkan cipo (Kasno, 2005).
Hasil polong kacang tanah ditentukan oleh fotosintat yang diakumulasi ke dalam
kulit dan biji kacang tanah (Kadekoh, 2007). Bahan kering untuk pengisian biji
3
pada kacang tanah diduga lebih banyak diperoleh dari fotosintesis selama pengisian biji
Produksi ditentukan oleh luas areal panen dikalikan dengan produktivitas, di mana
produktivitas ditentukan oleh genotipe, lingkungan dan pengelolaan tanaman atau teknologi
budidaya. Kini, teknologi budidaya lebih ditekankan pada pengelolaan tanaman terpadu,
lingkungan sebagai dampak dari perubahan iklim global. Dalam rangka merealisasikan
peningkatan produktivitas kacang tanah maka perlu dilakukan perbaikan teknologi budidaya
yang sudah ada (existing technology) dan merakit teknologi budidaya spesifik lokasi berdasar
teknologi budidaya rekomendasi komoditas diagroekologi utama yang sudah ada. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: a) Penerapan teknologi belum dilakukan dengan
baik, sehingga produktivitas belum optimal, misalnya pengolahan lahan kurang optimal
sehingga drainase buruk dan struktur tanah padat, pemeliharaan tanaman kurang optimal
b) Penggunaan benih bermutu masih rendah, c) Penggunaan pupuk hayati dan organik masih
rendah (Dirjen Tanaman Pangan, 2012). Rendahnya hasil kacang tanah juga dipengaruhi
jumlah bulan basah kurang dari tiga bulan sehingga tanaman mengalami kekeringan.
Penurunan hasil kacang tanah akibat kekeringan berkisar antara 22-96% tergantung pada
yaitu: luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas. Peningkatan produksi kacang
yang tepat guna, pengembangan dan penerapan teknologi budidaya terbaru, dan
perlindungan tanaman dari OPT. b) Perluasan areal lahan budidaya dan optimalisasi lahan
memanfaatkan lahan marjinal dan lahan pertanian lainnya (Dirjen Tanaman Pangan, 2012).
Kacang tanah membutuhkan unsur hara N, P, K, dan Ca dalam jumlah yang cukup,
sehingga membutuhkan pemberian kapur dan pemupukan baik organik maupun anorganik.
Penambahan bahan organik dapat meningkatkan efisiensi penyerapan unsur fosfor (P), yang
dapat meningkatkan agregasi tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur, dan sangat
menguntungkan untuk pertumbuhan ginofor. Pengapuran juga dapat mengatasi lahan asam
Salah satu upaya untuk peningkatan produktivitas kacang tanah dilakukan dengan
pemberian pupuk kalium chlorida. Pemberian pupuk kalium chlorida penting untuk
tanaman dan melawan efek buruk yang disebabkan oleh terlalu banyaknya nitrogen
(Soegiman, 1992).
Unsur hara K memang bukan pembentuk senyawa organik dalam tanaman tetapi
unsur K sangat penting dalam proses pembentukan biji kacang tanah bersama hara P
disamping juga penting sebagai pengatur berbagai mekanisme dalam proses metabolik
seperti fotosintesis, transportasi hara dari akar ke daun, translokasi asimilat dari daun ke
Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian milik petani saya sendiri yang
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: benih kacang tanah
varietas Genjah sebanyak 1,5 kg, pupuk kalium, dan Dolomit. Sedangkan alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: pompa mesin, pipa polyethylene, timbangan, neraca
analitik, nampan, gelas plastik, mistar, nozzle, kamera, meteran, solder, ember, generator
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan pola faktorial 3x4 dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah
pengaruh pemberian dolomit dan kalium terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
K1 = 50 g/plot K2
= 100 g/plot K3 =
150 g/plot
unit satuan percobaan. Setiap plot diwakili dengan 2 tanaman, jadi total keseluruhan
Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.1. di bawah ini
30
Tabel 3.1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Dosis Pupuk Kalium (K) dan
Dolomit.
K1 D0 K2 D0 K3 D0
K1 D1 K2 D1 K3D1
K1 D2 K2 D2 K3 D2
K1 D3 K2 D3 K3 D3
Ket.
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor dosis pupuk kalium (K) taraf ke-j, faktor dosis
dolomit taraf ke-k dan ulangan ke-i
(PK)jk = Interaksi faktor dosis dolomit pada taraf ke-j, dan taraf dosis kalium ke-k
ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor dosis dolomit taraf ke-j, faktor dosis
kalium taraf ke-k.
Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan dengan
uji lanjut yaitu uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%. Dengan persamaan sebagai berikut:
r
31
Dimana :
BNT0,05 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5 %
t0,05 (dbg) = Nilai baku t pada taraf 5 % derajat bebas galat KT
g = Kuadrat tengah galat
r = Jumlah ulangan
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul, tanah yang diolah hanya
Pembuatan Plot
Pembuatan plot dilakukan setalah pengolahan tanah kedua dengan luas plot berukuran 120 cm
x 120 cm
Aplikasi pupuk kalium diberi dengan cara ditabur setelah plot jadi, pupuk kalium diberikan 7 hari
sebelum tanam dengan dosis sesuai yang dicobakan per plot, kemudian diaduk hingga pupuk
Aplikasi Dolomit
Aplikasi dolomit diberi dengan cara ditabur setelah plot jadi, dolomit diberikan 15
hari sebelum tanam dengan dosis yang sesuai perlakuan, kemudian dicangkul sehingga
Perlakuan Benih
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah varietas
Hypoma. Benih yang disiapkan dilakukan pemilahan atau pemilihan biji yang baik untuk
tanam 40 cm x 30 cm, lubang tanam dibuat dengan cara penugalan (ditugal) sedalam 3 cm.
Setelah itu dimasukkan 2 benih tiap lubang, penanaman dilakukan pada sore hari dengan
Pemeliharaan
Penyiangan ke-1 pada tanaman kacang tanah dilakukan pada umur 3 minggu.
Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 6 minggu setelah tanam.
dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan atau kuret secara hati-hati dan
b. Pengendalian Hama
Pemanenan
Pemanenan dilakukan ketika daun sudah mulai menguning dan gugur, panen
Pengamatan
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh.
Pengukurun dilakukan pada 8 tanaman sampel saat umur 15, 30 dan 45 HST.
Pengamatan berat 100 biji kering dilakukan dengan menimbang 100 biji yang diambil
bahan dipilih dari setiap plot percobaan dengan menggunakan timbangan analitik dalam
satuan gram.
Pengamatan berat biji kering per plot dilakukan dengan cara menimbang seluruh
polong dari tanaman yang ada dalam plot dengan menggunakan timbangan analitik dalam
satuan gram.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman (cm)
Data tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae) pada umur 15, 30, dan
45 hari setelah tanam (HST) akibat pemberian dolomit dan kalium terhadap pertumbuhan
Grafik pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae) pada umur 15,
30, dan 45 hari setelah tanam (HST) pada berbagai waktu pemberian pemberian dolomit
35.00
30.00
Tinggi Tanaman (cm)
25.00
20.00
K1
15.00
K2
10.00 K3
5.00
0.00
15 30 45
(Arachis hypogeae) pada semua taraf perlakuan waktu pemberian kalium berlangsung
seragam. Pertumbuhan tinggi tanaman mulai umur 15, 30, dan 45 HST terus meningkat
dengan laju yang relatif sama. Pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah (Arachis
Grafik pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae) umur 15, 30, dan 45 HST pada
30.00
25.00
Tinggi Tanaman (cm)
20.00
15.00
10.00
15 30 45
Gambar 5.2. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae) pada
Umur 15, 30, dan 45 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit
Gambar 5.2 menunjukkan bahwa pola pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah
(Arachis hypogeae) pada umur 15, 30, dan 45 HST relatif berbeda. Mulai umur 15, 30, dan 45
HST, pertumbuhan tinggi tanaman antara setiap taraf perlakuan dosis dolomit relatif sama
dimana pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan pemberian dolomit (D3) cenderung
lebih cepat dibandingkan dengan tanpa pemberian dolomit (D1), (D3) dan (D4).
Hasil sidik ragam (Lampiran 2, 4, dan 6) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
dolomit pada umur 15, 30, dan 45 HST memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae), sedangkan pemberian kalium pada umur 15, 30,
dan 45 HST tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kacang tanah
(Arachis hypogeae).
Rataan tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae) pada umur 15, 30, dan 45
HST akibat perlakuan pemberian dolomit dan kalium pada tanaman kacang tanah (Arachis
Tabel 5.1. Rataan tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae) pengaruh volume
pemberian dolomit dan kalium pada umur 15, 30, dan 45 HST
Tabel 5.1 terlihat bahwa, hasil uji beda rata-rata berdasarkan uji BNT pada umur 45
HST pada perlakuan K taraf K3 menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yang berbeda nyata
dengan K1 dan K2, demikian juga pada perlakuan D taraf D2 menghasilkan tinggi tanaman
Hubungan antara pemberian dolomit dengan tinggi tanaman kacang tanah (Arachis
hypogeae) pada umur 15, 30 dan 45 HST diperlihatkan pada Gambar 5.3.
17.70
Ý = 0.000 D+ 17.23
r = 0.572
17.60
17.40
17.30
17.20
Gambar 5.3. Pengaruh pemberian dolomit terhadap tinggi tanaman kacang tanah (Arachis
hypogeae) pada umur 15, 30 dan 45 HST
pemberian dolomit maka tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae) semakin
meningkat mengikuti kurva linier pada gambar diatas dengan persamaan Ŷ = 0.000D + 17.23,
r = 0.572 yang berarti penambahan pemberian dolomit akan menambah tinggi tanaman
Hubungan antara pemberian kalium dengan tinggi tanaman kacang tanah (Arachis
hypogeae) pada umur 15, 30 dan 45 HST ditunjukan pada Gambar 5.4.
23.50
23.45
23.35
23.30
23.25
23.20
23.15
23.10
23.05
Gambar 5.4. Kurva pengaruh pemberian kalium terhadap tinggi tanaman kacang tanah
(Arachis hypogeae) pada umur 15, 30 dan 45 HST
Gambar 5.4 menunjukkan bahwa dengan semakin banyak pemberian kalium, maka
tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae) semakin meningkat mengikuti kurva linier
pada gambar diatas dengan persamaan Ŷ = 0.001 K+ 23.20 r = 0.071 yang berarti
peningkatan pemberian kalium akan menambah tinggi tanaman sebesar 0,003 cm dengan
pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanaman (HST) memberikan pengaruh yang
nyata terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi terletak pada perlakuan
pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanaman (HST) tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi terletak pada
sebesar 23.46cm
pemberian dolomit dan kalium yang tertinggi terdapat pada perlakuan K1D1.
Jumlah persentasi genofor gagal terdapat pada pelakuan K1D1 yakni sebesar
8.42%. Persentasi polong bernas terdapat pada perlakuan K1D1 yakni sebesar
18.02%. Persentasi polong hampa terdapat pada perlakuan K1D2 yakni sebesar
5.27%. Rerata berat 100 biji kering diperoleh sebesar 27.81g. Rerata berat 100 biji
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Abdul., Basri A. Bakar dan A.A. Rahmianna. 2013. Keragaman Beberapa Varietas
Unggul Kacang Tanah Di Lahan Gambut Di Provinsi Aceh. Peneliti Bptp Aceh.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Produktivitas tanaman kacang tanah
2020. https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/874 diakses tanggal
20
April 2021.
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara. 2020. Direktorat
Harsono, A. dan A.A. Rahmianna. 2007. Waktu Tanam dan Populasi Tanaman
Optimal untuk Kacang Tanah di Lahan Kering. Risalah Hasil Penelitian Kacang
Tanah di Tuban Tahun 1991. Balittan, Malang
Ispandi, A. dan A. Munip. 2004. Efektifitas Pupuk NPK dan Frekuensi Pemberian
Pupuk K dalam Meningkatkan Serapan Hara dan Produksi Kacang Tanah di
Lahan Kering Alfisols. Jurnal. Ilmu Pertanian Vol. 11 No. 2, 2004 : 11-24.
Diakses pada Selasa, 20 April 2021.
Kadekoh, I., 2007. Komponen hasil dan hasil kacang tanah berbeda jarak tanam
dalam sistem tumpang sari dengan jagung yang didelokasikan pada musim
kemarau dan musim hujan. Jurnal Agroland, 14 (1) : 11-17.
Kasno, A. 2005. Pengaruh Nisbah K/ Ca dalam Larutan Tanah terhadap Dinamika Hara K pada
Tanah Ultisol dan Vertisol Lahan Kering. Tesis. Program Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor
Leiwakabessy, F.M., A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan Tanah. Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, IPB. Bogor
Lingga, P. dan Marsono. 2013. Penunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Litbangpertanian. 2013. Pengendalian Penyakit Karat Pada Kacang Tanah.
http://www.litbang.pertanian.go.id/berita/one/1389/. Diakses 22 April 2021.
Nugraheni, E., dan Nurmala. 2008. Pengelolaan Lahan Pertanian Gambut Secara
Berkelanjutan. Universitas Terbuka. Tangerang Selatan.
Nurjaya dan Wibowo, H., 2016. Kebutuhan Pupuk Mop Pada Tanah Inceptisol Bogor
Dengan Status Hara K-Potensial dan K-Tersedia Rendah Untuk Tanaman
Jagung. Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Pramana, S. 2012. Pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertubuhan dan
produksi kentang (Solanum tuberosum L.), dalam Buletin Anatomi dan Fisiologi .
2007. Vol. XV. No. 2. Hal. 21-31
Purwono dan Heni Purnamawati. 2010. Budidaya 8 jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Soepardi, G., 1993. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu-ilmu tanah, Faperta IPB.
Bogor.
Soepardi, G., 1993. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu-ilmu tanah, Faperta IPB.
Bogor.
ssSumarno. 2001. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Penerbit Sinar Baru. Bandung.
Sumarni dan Hidayat. 2005. Panduan Teknis Ptt Bawang Merah No.3. Balai
Penelitian Sayuran IPB. http://Agroindonesia.Co.Id. Diakses pada tanggal 21
April 2021.
Sutarto. 1998. Pengaruh Pengapuran dan Pupuk Pospat Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Kacang Tanah. Penelitian Pertanian Balirtan Bogor 8 (1)
Tim Bina Karya Tani. 2009. Budidaya Kacang Tanah. Yrama Widya. Bandung.
Trustinah dan Astanto, K., 2015. Pendayagunaan Sumber Daya Genetik Dalam
Pengembangan Varietas Kacang Tanah Toleran Lahan Masam. Buletin
Palawija No. 29: 1–13.
56
57