Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS DAN UKURAN BIOCHAR

SEKAM PADI TERHADAP KARAKTER AGRONOMIS TERONG


UNGU (Solanum melongena L.)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Mencapai Derajat Sarjana (S1)

Oleh
AZIZ HAWARI
1604020030

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman terung atau lebih dikenal dengan nama terong

(Solanum melongena L.) merupakan tanaman hortikultura yang

dibudidayakan dan dimanfaatkan buahnya. Selain dimanfaatkan

sebagai sayuran tanaman terong juga mengandung banyak khasiat

terutama bagi kesehatan karena dapat menurunkan kadar kolestrol,

mengandung zat anti kanker dan sebagai salah satu sumber vitamin

(Faisal, 2012). Tanaman terong ungu mengandung vitamin A (4,8%),

kandungan vitamin C (132,1%), abu (3,9%), karbohidrat (28,7%),

kandungan protein (34,8%), air (81,6%), zat besi (12,5%) dan

kandungan kalsium (75%) (Rukmana, 1999). Konsumen selalu

membutuhkan produk hortikultura ini untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi tubuh.

Terong ungu memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Menurut Badan Pusat Statistik (2017), rata-rata hasil terong Indonesia

adalah 10,26 ton/ha pada tahun 2012, 10,76 ton/ha pada tahun 2013 dan

10 ton/ha pada tahun 2014. Tahun 2015 menjadi 95 ton/hektar dan pada

2016, 11,31 ton/hektar. Produksi terong cenderung meningkat setiap

tahunnya, namun dari sisi kebutuhan ekspor, terong hanya memberikan

kontribusi 1% terhadap permintaan global (Simatupang, 2010) dan

(Arwan, 2017). Produksi terong tidak sesuai dengan yang diharapkan

karena luas area terong masih terbilang cukup kecil dan produktivitas

2
tanah berangsur-angsur menurun akibat pencemaran, sehingga

produktivitas terong masih terbatas atau rendah.

Menurut Eriyandi (2008) untuk memenuhi semua itu diperlukan

Model budidaya yang baik dan benar, agar persediaan tersebut

memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk mendapatkan hasil produksi

yang lebih baik, maka salah satu usaha yang dilakukan untuk

meningkatkan produksi tanaman terong di Indonesia dapat ditempuh

dengan melalui penggunaan Biochar sebagai penambahan bahan

organik didalam tanah. Selain bahan yang mudah didapat dan murah

juga tersedia bagi petani.

Biochar adalah arang hitam yang dihasilkan selama pemanasan

biomassa dalam kondisi terbatas atau anaerobik. Biochar adalah bahan

organik stabil yang dapat digunakan sebagai pembenah tanah di lahan

kering atau tercemar. Pemilihan bahan baku biochar didasarkan pada

sisa tanaman yang melimpah dan tidak terpakai (Dermibas, 2004). Saat

ini produksi biomassa yang melimpah dan kurang dimanfaatkan adalah

sekam padi. Sekam padi adalah limbah penggilingan yang menyusun

20-23% gabah. Produksi gabah giling kering (GKG) mencapai 71,29

juta ton, sehingga produksi sekam padi Indonesia sekitar 16,39 juta ton.

(BPS, 2013).

Menurut Verdiana, dkk. (2016), pemberian biochar sekam padi

4 t/ha dapat meningkatkan ketersediaan hara N, P dan Ca pada tanaman

jagung. Selain itu, Suryana dkk. (2016) melaporkan bahwa penerapan

biochar sekam padi dengan dosis 15 t/ha dapat mendorong pertumbuhan

3
sawi hijau dan memperbaiki sifat fisik tanah. Biochar dapat digunakan

tidak hanya untuk meningkatkan kesuburan tanah tetapi juga untuk

meningkatkan hasil panen (Shenbagavalli dan Mahimairaja, 2012,

Nurida, 2009).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh dosis dan

ukuran biochar arang sekam padi terhadap pertumbuhan tanaman

terong ungu. Sehingga diharapkan dapat memperoleh dosis dan ukuran

yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman terong ungu.

B. Rumusan Masalah:

1. Bagaimana pengaruh pemberian dosis dan ukuran biochar arang

sekam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Terung Ungu

(Solanum melongea L.) ?

2. Berapa dosis dan ukuran biochar arang sekam padi yang terbaik

pertumbuhan dan hasil tanaman Terung Ungu (Solanum melongea

L.) ?

4
C. Tujuan Penelitian

1. Mengevaluasi pengaruh pemberian dosis dan ukuran biochar arang

sekam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Terung Ungu

(Solanum melongea L.)

2. Menentukan dosis dan ukuran biochar arang sekam padi yang

terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Terung Ungu

(Solanum melongea L.)

D. Manfaat Penelitian

1. Mendapatkan informasi terkait dosis arang sekam padi yang terbaik

untuk pertumbuhan terong

2. Mendapatkan kombinasi biochar dan ukuran arang sekam padi yang

tepat pada pertumbuhan dan hasil terong

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan pada

penelitian ini adalah pemberian dosis dan ukuran biochar arang sekam

memberikan respon positif terhadap peningkatan pertumbuhan dan

hasil tanaman terong (Solanum melongena.L)

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi Tanaman Terung Ungu

Dalam tata nama (sistematika) tumbuhan tanaman terong

diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub-Divisio : Angiospermae

Kelas : Dycotiledoneae

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum melongea L.

A. Buah Terong B. Bunga Terong

B. Morfologi Tanaman Terung Ungu

Terong merupakan tanaman tahunan berbentuk perdu. Memiliki

batang yang pendek, berkayu dan bercabang. Tinggi tanaman bervariasi

antara 50 dan 150 cm tergantung pada spesies dan varietasnya.

6
Memiliki kulit kayu, ranting, dan permukaan cabang, daun ditutupi

rambut, daun halus berbentuk lonjong, menyempit di ujung dan

pangkal, lebar di tengah, dan daun bertangkai pendek berselang-seling

(Rukmana, 1994). Batang terong dibagi menjadi dua jenis yaitu batang

utama (primary stems) dan cabang (secondary branch). Batang utama

mendukung pembentukan tanaman, dan cabang adalah bagian dari

tanaman berbunga. Cabang disimpan sebagai cabang berbuah (cabang

produksi).

Menurut Imdad dan Nawangsih (1999), bunga terong

merupakan bunga banci atau disebut juga bunga androgini. Ada alat

kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik) pada bunga.

Bunga ini disebut juga bunga marigold atau bunga cincin karena

tersusun dari kelopak, mahkota dan tangkai bunga. Saat bunga dibuka,

diameter rerata bunga adalah 23 cm dan menggantung ke bawah. Bunga

terong berwarna biru, berbentuk bintang, ungu muda hingga ungu tua,

mekarnya bunga terong tidak secara bersamaan, juga proses menyerbuk

dapat dilakukan dengan penyerbukan silang atau penyerbukan sendiri.

Buah pada terong adalah buah tunggal sejati, yang tidak pecah saat

matang. Kulit luar buahnya berupa lapisan tipis berwarna ungu cerah

hingga ungu tua. Bagian yang tebal, lembut dan berair ini dapat

dimakan (edible). Bijinya menempel pada daging buah. Buah terong

menggantung di ketiak daun. Bentuknya dikenal dengan istilah silinder

panjang, lonjong panjang, lonjong (oval), lebar, lingkaran, dll. Karena

perbedaan bentuk buah, ukuran dan berat buah juga sangat bervariasi,

7
rata-rata 125 mg. (Imdad dan Nawangsih, 1999). Rukmana (1994)

melaporkan bahwa buah tersebut menghasilkan biji yang kecil, pipih

dan berwarna coklat muda. Benih ini merupakan alat reproduksi atau

perbanyakan genetik tanaman.

C. Syarat Tumbuh Tanaman Terung Ungu

Tanaman terong bisa tumbuh dan memproduksi buah dengan

baik didataran rendah sampai dataran tinggi sekitar 1.000 meter diatas

permukaan laut (dpl). Terong cocok ditanam di musim kemarau karena

membutuhkan suhu 18-25℃, iklim kering yang panas selama musim

tanam. Di iklim panas bisa memikat dan menyelak pembungaan dan

pembuahan. (Rukmana, 1994).

Suhu berkedudukan dalam menentukan waktu bunga terong dan

efek pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Pada suhu kamar

rendah, tanaman tumbuh lambat. Pada temperatur lingkungan yang

rendah tanaman akan berkembang lambat. Pada tahap lingkungan

optimal, tanaman berkembang secara normal. Di tempat-tempat dengan

sinar matahari yang kuat, tanaman berbunga dengan cepat dan buah

cepat matang, memperpendek umur pohon. Terong yang kering akan

mengeringkan buah dan matang sebelum waktunya. Selain suhu dan

kelembaban, intensitas cahaya juga berperan penting dalam kualitas

terong. Dalam kisaran normal, intensitas cahaya memiliki efek positif,

terutama pada perkembangan warna buah (Sunarjono, 2008).

8
Suhu berperan dalam menentukan waktu berbunga dan

mempengaruhi seluruh tanaman. Di lingkungan dataran rendah,

tanaman tumbuh lambat. Begitu juga masa pembentukan buah dan

panennya lambat. Dalam lingkungan yang optimal. Tanaman terong

berkembang secara normal di daerah dimana suhu rerata sedang tinggi,

tanaman mekar lebih cepat dan buahnya lebih pendek. Suhu yang

dikehendaki oleh tanaman terong berkisar 18-25 ℃ (Sunarjono, 2008).

Tanah adalah media yang paling umum, tanah yang digunakan harus

dari lapisan tanah paling atas. Tanah mengandung bahan organik dan

unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Latosol merupakan tanah yang

cocok untuk budidaya terong karena berpasir, subur, kaya bahan

organik, serta memiliki drainase dan breathability yang sangat baik

D. Biochar

Biochar adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

karbon berpori yang dihasilkan dari sampah organik yang ditambahkan

ke tanah. Biochar diproduksi dengan pirolisis biomassa. Pirolisis ini

dilakukan dengan memaparkan biomassa pada suhu tinggi tanpa adanya

oksigen. Proses ini menghasilkan dua produk sampingan: syngas atau

gas sintesis dan bio-oil atau minyak nabati dan arang (dikenal sebagai

biochar) (Nabihaty, 2010).

Biochar dicirikan oleh luasnya yang besar, volume yang besar,

mikrospora, makrospora, dan daya ikat yang tinggi terhadap air. Karena

sifat-sifat ini, bahan organik biochar adalah sumber karbon. Biochar

9
juga dapat mengurangi CO² di atmosfer dengan menempelkannya ke

tanah (Hutapea, dkk.,2015).

Biochar adalah produk yang mampu menyerap anion, kation dan

molekul dalam bentuk senyawa organik atau anorganik, larutan atau

gas. Biochar merupakan salah satu bahan kimia yang paling banyak

digunakan dalam industri yang menggunakan proses absorpsi dan

pemurnian. (Azis, dkk., 2016). Biochar dapat memperbaiki banyak

kimia tanah seperti pH dan KTK, serta senyawa seperti bahan organik,

dan mengurangi aktivitas senyawa Fe dan Al yang mempengaruhi

peningkatan P tersedia. (Sudjana, 2014 ).

Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan biochar

antara lain struktur tanah menjadi lebih padat, sehingga dapat menahan

air dan tanah dari erosi serta mampu mengikat unsur N, Ca, K, Mg

(Nabihaty, 2010) Setiap bahan organik yang ditambahkan ke tanah

dapat sangat meningkatkan toleransi berbagai nutrisi penting untuk

pertumbuhan tanaman. Namun, biochar lebih efektif dalam

mempertahankan nutrisi yang tersedia bagi tanaman daripada bahan

organik lainnya seperti kompos dan pupuk (Gani, 2009). Bahan yang

digunakan untuk membuat biochar sangat bervariasi, dan sekam padi

seringkali yang paling umum. Menurut Salawati et al (2016), pemberian

biochar sebanyak 15 ton/ha pada tanah basa pada kehalusan 60 mesh

dapat menurunkan pH menjadi 5,19n dengan meningkatkan C organik

sebesar 3 ,9 %. P tersedia 277.08%.

10
E. Sekam Padi

Sekam padi tersusun atas jaringan dan selulosa yang banyak

mengandung silika yang berbentuk serabut yang sangat keras. Sekam

padi memiliki jenis kerapatan (bulk density) 125 kg/m3, dengan nilai

kalori 1 kg sekam padi sebesar 3.300 kalori (Sarjono, 2013). Kandungan

selulosa pada sekam padi sebesar 31,12%, lignin 22,34%, hemiselulosa

22,48% (Widarti, dkk., 2016), kadar air 3,68% dan kadar abu 41,17%

(Iskandar dan Umi, 2017). Kadar selulosa yang cukup tinggi pada

sekam padi ini memberikan pembakaran yang merata dan stabil sebagai

energi panas.

Sekam padi merupakan bagian terluar dari pelindung padi

(Oryza sativa). Proses penggilingan menghasilkan 20-30% cangkang,

8-12% dedek dan 52% penggilingan beras berdasarkan berat gabah

awal (Hsu dan Luh, 1980). Saat beras digiling, cangkangnya terpisah

dari butiran beras dan menjadi sisa dan limbah penggilingan padi.

Karena sifatnya yang abrasif, nilai gizinya rendah, berat jenisnya

rendah, dan kandungan abunya tinggi yang membuat penggunaan

sekam padi dibatasi. Sekam padi biasanya dipanggang karena

membutuhkan area yang luas untuk mengurangi volumenya. Jika tidak

menggunakan hasil pembakaran sekam padi, masalah lingkungan akan

terjadi. Salah satu alternatif untuk memanfaatkan limbah tersebut

adalah dengan dengan menjadikan limbah tersebut menjadi biochar.

11
A. Biochar Arang Sekam

BAB III

METODE PENELITIAN

12
A. Bahan dan Alat

1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian meliputi : alat yang

digunakan berupa polybag, ayakan 20 mesh dan 60 mesh, cangkul,

timbangan, penggaris, kamera, benang, alat tulis dan peralatan lain yang

menunjang penelitian.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu : Bibit tanaman

terung ungu Varietas Antaboga produksi PT. Bisi International Tbk,

Biochar Arang Sekam padi yang dibeli di toko Pertanian Suteja, pupuk

NPK 12:12:12 , Air, Tanah Humus dan bahan lain yang menunjang

penelitian.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan 2 Fakultas

Pertanian UMP Kabupaten Banyumas. Pelaksanaan penelitian

berlangsung selama 60 hari dimulai pada bulan januari sampai maret

2021.

C. Rancangan Percobaan

13
Penelitian ini menggunakan rancangan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) factorial. Faktor yang digunakan yaitu dosis biochar

dan ukuran biochar, adapun perlakuannya sebagai berikut:

Faktor Dosis Biochar :

D11 : Dosis Biochar 55 g/polybag (11 ton/ha)

D15 : Dosis Biochar 75 g/polybag (15 ton/ha)

D19 : Dosis Biochar 95 g/polybag (19 ton/ha)

Faktor Ukuran Biochar :

U0 : Biochar arang sekam tidak diayak

U20 : Biochar ukuran tingkat kelolosan 20 mesh

U60 : Biochar ukuran tingkat kelolosan 60 mesh

A. Biochar tidak B. Biochar ukuran 20 C. Biochar ukuran 60


diayak mesh mesh

Dari perlakuan tersebut diperoleh sembilan kombinasi perlakuan,

setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali sehingga diperoleh 45

polybag. Setiap polybag diberi jarak 30 cm x30 cm

D. Pelaksanaan Penelitian

14
1. Persiapan bahan tanam ( Persemaian)

Bahan tanam berupa benih tanaman terong ungu yang sudah

disemai sebelumnnya. Benih terong disemai pada pada Tray semai

berisi media semai tanah campuran yaitu tanah dan sekam padi dengan

perbandingan 1:1

2. Persiapan media tanam

Tanah dihaluskan dan diayak untuk mendapatkan ukuran yang

seragam. Untuk mendapatkan media tanam, tanah yang sudah

dihaluskan dimasukan ke dalam kantong polibag berukuran 40x40 cm

dan basahi dengan air untuk meningkatkan kelembapan.

3. Pengayakan

Sebelum diaplikasikan, biochar terlebih dahulu dihancurkan atau

ditumbuk kemudian dilakukan pengayakan hingga lolos dengan ukuran

20 mesh dan 60 mesh.

4. Aplikasi biochar arang sekam

Aplikasi biochar arang sekam dilakukan sesuai dengan dosis

perlakuan yang sudah ditentukan dan dilakukan 1 minggu sebelum bibit

terong di pindahkan ke polybag yaitu dengan cara mencampurkan tanah

dengan biochar sesuai dengan perlakuan. Selanjutnya pH tanah diamati

1 kali yaitu satu minggu sesudah tanam, diukur menggunakan alat Soil

Tester dengan cara menancapkan probe ke dalam tanah untuk

mendapatkan nilai tingkat pH.

5. Penanaman

15
Bibit terong ungu pertama kali ditanam dalam polibag kecil, dan

ketika muncul 3-5 helai daun, bibit yang seragam dan sehat diseleksi

dan dipindahkan ke polibag perlakuan.

6. Pemasangan ajir

Media tanam yang sudah siap dimasukan ke dalam polybag dan

di pasang patok. Pemasangan patok untuk bertujuan supaya

pertumbuhan kuat dan mampu menompang tanaman.

7. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan pemberian air diberikan setiap hari.

dilakukan pada sore hari agar tanaman tercukupi kebutuhan airnya dan

media tetap terjaga dari kelembapan.

8. Pemupukan

Pemupukan dilakukan sebanyak empat kali pemupukan yakni pada

7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst dengan cara dikocor dan ditugal disamping

kanan atau kiri tanaman dari batang tanaman dengan dosis yang sudah

ditentukan

9. Pemeliharaan Tanaman

Penyiangan dilakukan secara manual dengan melonggarkan

media dalam polybag dan dicabuti gulma yang tumbuh secara perlahan.

Selama pertumbuhan terung jika terjadi gejala penyakit akan diberi

tindakan lanjut seperti pemberian pestisida atau fungisida

E. Variabel Pengamatan

16
1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dalam cm dengan mengukur dari

pangkal batang sampai pucuk tertinggi pada umur 7 HST sampai 28

HST dengan interval mingguan menggunakan penggaris.

2. Jumlah Cabang Per Tanaman

Jumlah cabang tanaman ditentukan dengan menghitung cabang

tanaman pada umur 14 HST dan 28 HST setiap dua minggu sekali.

3. Jumlah Daun

Jumlah daun dalam satu tanaman ditentukan dengan

menghitung jumlah daun pada tanaman terbuka pada umur 7 HST

sampai 28 HST dengan interval mingguan.

4. Jumlah Buah per Tanaman (g)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung semua buah yang

dihasilkan oleh masing-masing tanaman dalam setiap buah terong yang

memenuhi kriteria panen, yaitu ketika warna buah ungu mengkilap dan

buah agak lunak.

5. Bobot Buah per Tanaman (g)

Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang berat semua buah

yang masak pada masing-masing tanaman.

F. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

17
Data yang diperoleh dari pengamatan selama percobaan

dirangkum dalam sebuah tabel dan dianalisis dengan analisis varians

pada taraf 5% ANOVA. Jika pemrosesan terpengaruh secara signifikan,

maka dilakukan uji lanjut pada program STAR (Statistical Tool for

Agriculture Research) untuk melanjutkan pengujian Duncan's (DMRT)

pada level 5%.

BAB IV

18
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil analisa data Uji Pengaruh Pemberian Dosis dan Ukuran

Biochar Sekam Padi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Terong Ungu

(Solanum Melongena L.) disajikan pada grafik sebagai berikut:

1) Pengaruh Biochar Terhadap Jumlah Daun

A B

C D

Gambar 1. Respon pemberian dosis biochar dan ukuran biochar pada


jumlah daun terong ungu pada beberapa hari pengamatan.

19
Nilai disajikan dalam 𝑥̅ ± 𝑠𝑑 dengan n = . Huruf yang
berbeda diatas diagram batang menunjukan berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada 𝛼 = 0,05. a. 7 hst. b.14 hst. c.
21 hst. d. 28 hst

Pemberian dosis biochar dan ukuran biochar yang berbeda

menunjukan bahwa aplikasi pada pemberian dosis biochar ini efektif

pada awal pertumbuhan 7 hst (Gambar 1A) 𝐹(2,32) = 3,94; 𝑝 = 0,02.

Namun pada tahap selanjutnya menunjukan respon positif tetapi tidak

menunjukan perbedaan yang nyata pada umur 14 hst 𝐹(4,32) =

1,52; 𝑝 = 0,21, 21 hst 𝐹(4,32) = 0,46; 𝑝 = 0,76 dan 28 hst

𝐹(4,32) = 2,37; 𝑝 = 0,07. Pada penelitian ini menunjukan bahwa

perlakuan D11 menunjukan respon yang baik pada awal pertumbuhan,

dimana perlakuan ini menunjukan jumlah daun yang tertinggi (gambar

1. A). Namun pada periode berikutnya cenderung pertumbuhan tetap

dan tidak ada respon yang signifikan, secara umum pemberian dosis dan

ukuran biochar yang variatif mampu meningkatkan pertumbuhan daun

sebesar 2,87% - 3,73%.

2) Pengaruh Biochar Terhadap Tinggi Tanaman

20
A B

C D

Gambar 2. Respon pemberian dosis biochar dan ukuran biochar pada


tinggi tanaman terong ungu pada beberapa hari
pengamatan. Nilai disajikan dalam 𝑥̅ ± 𝑠𝑑 dengan n =.
Huruf yang berbeda diatas diagram batang menunjukan
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada 𝛼 = 0,05. a. 7
hst. b.14 hst. c. 21 hst. d. 28 hst

21
Pada parameter tinggi tanaman 7 hst menunjukan bahwa

pemberian dosis biochar tidak memberikan respon nyata terhadap tinggi

tanaman 𝐹(2,32) = 2,36; 𝑝 = 0,11. Hal yang sama ditunjukan oleh

ukuran biochar 𝐹(2,32) = 0,41; 𝑝 = 0,66 . Begitu juga interaksi

memberikan respon yang sama 𝐹(4,32) = 2,07; 𝑝 = 0,10, secara

umum pemberian dosis dan ukuran biochar yang variatif tidak

memberikan respon nyata. Pada pengamatan tinggi tanaman 14 hst juga

tidak memberikan respon yang nyata 𝐹(2,32) = 2,32; 𝑝 = 0,11. Hal

yang sama ditunjukan oleh ukuran biochar 𝐹(2,32) = 1,85; 𝑝 = 0,17.

Begitu juga interaksi memberikan respon yang sama (4,32) =

1,00; 𝑝 = 0,42 . Secara keseluruhan pemberian dosis dan ukuran

biochar tidak memberikan respon yang nyata terhadap tinggi tanaman

pada umur 7 hst dan 14 hst. Pada pengamatan tinggi tanaman umur 21

hst menunjukan bahwa, pemberian Dosis biochar tidak memberikan

respon nyata terhadap tinggi tanaman 𝐹(2,32) = 0,74; 𝑝 = 0,48. Hal

yang sama ditunjukan oleh ukuran biochar 𝐹(2,32) = 0,75; 𝑝 = 0,47.

Begitu juga pada parameter interaksi antara dosis dan ukuran biochar

tidak memberikan respon yang nyata 𝐹(2,32) = 2,39; 𝑝 = 0,07.

Selanjutnya parameter tinggi tanaman umur 28 hst juga tidak

memberikan respon yang nyata baik dari dosis biochar 𝐹(2,32) =

0,02; 𝑝 = 0,97, ukuran biochar 𝐹(2,32) = 2,06; 𝑝 = 0,14 dan juga

interaksi antara dosis dan ukuran biochar 𝐹(4,32) = 2,48; 𝑝 = 0,06.

22
3) Pengaruh Biochar Terhadap Jumlah Cabang Tanaman

A B

Gambar 3. Respon pemberian dosis biochar dan ukuran biochar pada


jumlah cabang tanaman terong ungu pada beberapa hari
pengamatan. Nilai disajikan dalam 𝑥̅ ± 𝑠𝑑 dengan n =.
Huruf yang berbeda diatas diagram batang menunjukan
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada 𝛼 = 0,05. a. 7
hst. b.28 hst

Hasil gambar 3A menunjukan bahwa pemberian dosis biochar

tidak memberikan respon nyata terhadap jumlah cabang tanaman

𝐹(4,32) = 0,70; 𝑝 = 0,59. Selanjutnya, berdasarkan gambar 3B

ukuran biochar memberikan respon positif terhadap jumlah cabang

𝐹(2,32) = 4,16; 𝑝 = 0,02, terdapat perbedaan signifikan U0 dan U60

dalam persentase jumlah cabang. U0 memiliki persenase jumah cabang

tertinggi sebesar 13,07%, U60 terendah sebesar 10,53%, hasil interaksi

antar perlakuan tidak memberikan respon nyata terhadap jumlah cabang

𝐹(4,32) = 0,67; 𝑝 = 0,61

23
4) Pengaruh Biochar Terhadap pH Tanah

A B

Gambar 4. Respon pemberian dosis biochar dan ukuran biochar pada


pH tanaman terong ungu pada beberapa hari pengamatan. Nilai
disajikan dalam 𝑥̅ ± 𝑠𝑑 dengan n =. Huruf yang berbeda diatas
diagram batang menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT pada 𝛼 = 0,05. a.perlakuan dosis biochar. b. Interaksi
antar perlakuan.

Pada pengamatan pH tanah menunjukan bahwa pemberian dosis

biochar memberikan respon yang nyata 𝐹(2,32) = 20,81; 𝑝 = 0,01,

hasil pada perlakuan dosis D19 dan D15 menunjukan perbedaan yang

signifikan, nilai pH tertinggi didapat pada D19 yaitu 6,92 dan pH

terendah pada perlakuan D11 yaitu 5,96. Nilai pH tertinggi pada

perlakuan dosis D15 yaitu 6,96 dan nilai pH terendah pada perlakuan

dosis D11 yaitu 5,80. Pada perlakuan D15, nilai pH tertinggi pada yaitu

7,04 dan nilai pH terendah pada perlakuan dosis D11 yaitu 5,90.

Pemberian dosis biochar 11 t/ha mampu meningkatkan pH tanah

sebesar 4,9%, 15 t/ha mampu meningkatkan pH tanah sebesar 6,0%,

sedangkan 19 t/ha mampu meningkatkan pH tanah sebesar 5,9%.

24
5) Pengaruh Biochar Terhadap Jumlah Buah

A B

Gambar 5. Respon pemberian dosis biochar dan ukuran biochar pada


jumlah buah tanaman terong ungu pada beberapa hari
pengamatan. Nilai disajikan dalam 𝑥̅ ± 𝑠𝑑 dengan n =. Huruf
yang berbeda diatas diagram batang menunjukan berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT pada 𝛼 = 0,05. a. Panen 1. b.
Panen 2

Hasil gambar 5A menunjukan bahwa pemberian dosis biochar

tidak memberikan respon nyata terhadap jumlah buah pada panen ke-1

𝐹(4,32) = 0,57; 𝑝 = 0,68. Selanjutnya, berdasarkan gambar 5B dosis

(2,32) = 3,42; 𝑝 = 0,04 dan ukuran biochar memberikan respon

positif terhadap jumlah buah pada panen ke-2 (2,32) = 5,83; 𝑝 = 0,01.

Jumlah buah terbanyak pada perlakuan D11U0 sedangkan jumlah buah

paling sedikit pada perlakuan D15U60 dan D19U60.

25
6) Pengaruh Biochar Terhadap Berat Buah

A B

Gambar 6. Respon pemberian dosis biochar dan ukuran biochar pada


berat buah tanaman terong ungu pada beberapa hari
pengamatan. Nilai disajikan dalam 𝑥̅ ± 𝑠𝑑 dengan n =. Huruf
yang berbeda diatas diagram batang menunjukan berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT pada 𝛼 = 0,05. a. Panen 1. b.
Panen 2

Hasil gambar 6A menunjukan bahwa pemberian dosis biochar

tidak memberikan respon nyata terhadap jumlah buah pada panen ke-1

𝐹(4,32) = 1,43; 𝑝 = 0,24. Pada gambar 6B jumlah buah panen ke-,

pemberian biochar baik dosis maupun ukuran tidak memberikan respon

yang nyata 𝐹(4,32) = 2,46; 𝑝 = 0,06. Pada pengamatan berat buah

panen ke-1 hasil tertinggi didapat pada perlakuan D11U0 yaitu 260gr

dan hasil terendah pada perlakuan D15U0 150gr. Berat buah pada panen

ke-2 memiliki hasil tertinggi pada perlakuan D11U60 yaitu 250gr dan

hasil terendah pada perlakuan D19U60 yaitu 110gr.

26
B. Pembahasan

1. Pengaruh Dosis dan Ukuran Biochar Terhadap Karaker Agronomis


Terong Ungu (Solanum Melongena L.)
a. Jumlah Daun Terong Ungu
Daun merupakan salah satu pabrik karbohidrat bagi tanaman

untuk proses fotosintesis. Daun sangar diperlukan bagi tanaman untuk

menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi energi bagi tanaman

(Gardner et al., 1991).

Jumlah daun tiap tanaman diamati dari 7 HST sampai 28 HST.

Pada hasil uji Duncan taraf 5% menunjukan bahwa pemberian dosis

biochar memberikan respon positif terhadap jumlah daun umur 7

HST. Klorofil pada tanaman sangat berkaitan dengan kandungan

nitrogen yang terdapat pada tanaman, hal tersebut berperan dalam

mengukur respon tanaman terhadap tingkat nutrisi didalam tanah. Hal

tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Schulz,

Dunst, & Glaser (2013) biochar mampu mempercepat dan membantu

dalam proses pertumbuhan tanaman, selain itu biochar juga mampu

meningkatkan efektivitas pupuk terutama bila digabung dengan

penambahan pupuk organik seperti kompos. Biochar mampu

meningkatkan kesuburan tanah terutama meningkatkan C-organik, N,

K dan K terdapat unsur KTK didalam tanah . Menurut Roemayanti

(2004) Unsur K sangat penting dalam proses fotosintesis, karena

dapat meningkatkan pengambilan Karbondioksida(C0). Pada umur

14 HST, 21 HST dan 28 HST, dosis biochar tidak memberikan respon

nyata terhadap jumlah daun, hal tersebut dikarenakan pada umur 14

27
HST tanaman terserang kutu daun (Aphis) yang mengakibatkan daun

menjadi menguning dan patah. Tanaman gulma berdaun lebar disekiar

area penelitian menjadi sarang inang berkembangnya kutu daun

(Aphis). Pemberian ukuran biochar dan interaksi tidak memberikan

respon positif terhadap jumlah daun.

b. Tinggi Tanaman Terong Ungu


Pertumbuhan ialah suatu proses pada kehidupan t umbuhan

yang mengakibatkan terjadinya perubahan tinggi tanaman serta pula

menentukan hasil tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Pengukuran

tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dari leher

akar sampai titik tumbuh akhir. Hasil pengamatan menunjukan bahwa

pemberian dosis biochar tidak memberikan respon yang nyata

terhadap penambahan tinggi tanaman, sedangkan perlakuan ukuran

juga tidak memberikan pengaruh nyata, serta tidak ada interaksi antara

kedua perlakuan tersebut.

Tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh metabolisme dalam

tubuh tanaman itu sendiri. Saat melakukan aktivivas metabolisme

tersebut, tanaman membutuhkan nutrisi yang dapat diperoleh baik

melalui pemupukan maupun melalui media tanam. Pertumbuhan

tanaman vegetatif membutuhkan unsur N untuk mendukung

pertumbuhan dan pembelahan sel. Pada masa pertumbuhan vegetatif,

tanaman terong membutuhkan unsur hara yang tersedia, termasuk

unsur hara makro, terutama nitrogen.Fungsi nitrogen adalah untuk

merangsang pertumbuhan daun dan batang serta mendukung

pembentukan akar. Sejumlah besar unsur nitrogen dapat

28
menyebabkan pertumbuhan vegetatif, pemberian biochar tidak

memberikan respon nyata pada tinggi tanaman diduga bahwa faktor

genetik dari tanaman yang mempengaruhi tinggi tanaman. Hal ini

dijelaskan Sasongko (2010) bahwa, pertumbuhan vegetatif suatu

tanaman disebabkan karena faktor genetik dan fisiologi dari varietas

itu sendiri. Pertumbuhan vegetatif tanaman dipengaruhi oleh genotip

dan lingkungan (Gardner et al, 1991).

c. Jumlah Cabang Terong Ungu


Percabangan tanaman merupakan penyokong bagi daun pada

tanaman. Selain berfungsi sebagai penyokong daun, batang tanaman

adalah salah satu bagian untuk mendistribusikan hara dalam proses

fotosintesis. Hasil uji duncan taraf 5%, pemberian dosis biochar tidak

memberikan respon nyata terhadap jumlah percabangan tanaman, sera

interaksi antar perlakuan juga tidak memberikan respon yang nyata.

Namun, pada perlakuan ukuran biochar memberikan respon nyata

terhadap jumlah cabang pada tanaman di umur 28 HST, terdapat

perbedaan yang signifikan. Perlakuan tertinggi didapati pada U0

(biochar ukuran normal) yang memiliki persentase jumah cabang

sebesar 13,07% sedangkan perlakuan U60 memiliki persentase nilai

jumlah cabang tanaman sebesar 10,53%. Biochar ukuran normal

mampu meningkatkan porositas tanah dan mengurangi pencucian

hara dibanding biochar ukuran 20 mesh atau 60 mesh, peningkatan

porositas tanah sejalan dengan penurunan volume tanah, sehingga

jumlah tanah dalam volume tanah menentukan jumlah ruang pori

didalam tanah tersebut. Hal tersebut sejalan dengan Masulili et al.

29
(2010) yang menyatakan bahwa, aplikasi biochar ke dalam tanah

berpengaruh nyata dalam mengurangi volume tanah dan

meningkatkan porositas tanah. Didalam tanah permeabilitas berkaitan

dengan porositas tanah. Hal tersebut didukung oleh pendapat

Hardiansyah (2012) yang menyatakan bahwa kapasitas penyimpanan

air dan hara sangat erat kaitannya dengan berat volumetrik tanah dan

porositas tanah, dimana berat volumetrik tanah dan porositas tanah

dapat mempengaruhi daya ikat air dan hara antar partikel tanah

sehingga air dan hara tetap terjaga.

d. pH Tanah Terong Ungu


Hasil uji duncan pada taraf 5% menunjukan bahwa pemberian

dosis biochar memberikan respon nyata terhadap pH tanah, serta

terdapat interaksi antara dosis dan ukuran biochar. Namun perlakuan

ukuran biochar tidak memberikan respon nyata terhadap pH tanah.

Pemberian biochar dapat mempengaruhi sifat tanah, aplikasi biochar

dapat meningkatkan kandungan N,P,K, C-Organik, pH dan KTK.

Sejalan dengan hasil penelitian Krishnakumar et al, (2013) dan Chan

(2007) yang menunjukan bahwa penggunaan biochar dapat mengubah

sifat-sifat tanah terutama dari segi sifat fisik seperti kerapatan tanah

dan sifat kimia seperti KTK, pH, N, P dan K. Demikian juga hasil

penelitian Steiner (2007), Laird et al., (2010) dan Dume et al., (2016)

yang menyatakan bahwa, biochar mengandung C-Organik tingkat

tinggi dan penambahan biochar akan meningkatkan pH tanah,

konduktivitas listrik tanah (EC), total N tanah, P dan K tanah, unsur

hara tersebut tetap tersedia di dalam tanah. dan KTK tanah yang dapat

30
mengurangi resiko kehilangan unsur hara terutama dengan

mengurangi hilangnya unsur hara N, P, dan K didalam tanah dan

menjaga

Biochar dari arang sekam dapat meningkatkan pH tanah. pH

tanah meningkat ketika biochar diaplikasikan pada 15 t/ha, namun

peningkatan dosis 19 t/ha terjadi penurunan laju pH. Walaupun Dosis

15 t/ha dan 19 t/ha ada kecenderungan yang sama yaitu pH netral (6-

7). Hidayat (2015) mengatakan bahwa, bicohar merupakan komponen

bahan basa yang dapat meningkatkan pH, hal ini juga dikatakan oleh

Shiddieq et al. (2012) meningkatnya pH akibat reaksi penetralan H

oleh OH dari hidrolisis mineral dengan biochar.

e. Jumlah Buah Terong Ungu


Buah terong merupakan buah sejati tunggal dan tidak pecah

saat matang. Kulit luar buah memiliki lapisan tipis berwarna ungu tua

mengkilat, daging buah tebal lembut dan sukulen, buah menggantung

di ketiak daun. Pengamatan jumlah buah yang dipanen dilakukan

setiap kali buah berwarna ungu kehitaman siap dipanen, yaitu sekitar

35 HST dengan menghitung jumlah buah yang dihasilkan pohon.

Dari Hasil uji duncan taraf 5% menunjukan bahwa pemberian

dosis biochar tidak memberikan respon nyata, serta tidak ada interaksi

antara dosis dengan ukuran biochar. Namun, pada perlakuan ukuran

biochar memiliki respon yang nyata terhadap jumlah buah yang

dipanen pada panen ke-2. Jumlah buah yang paling banyak didapat

pada perlakuan U0( biochar ukuran normal) dibanding dengan

biochar ukuran partikel 20 mesh dan 60 mesh, hal tersebut

31
dikarenakan biochar dengan ukuran partikel yang lebih halus

mengalami proses pencucian dan penguapan, sehingga proses serapan

unsur K menjadi terhambat. Biochar mengandung unsur K yang

dibutuhkan oleh tanaman untuk pembentukan sel terutama dalam

pembentukan buah. Menurut Glaser (2002) unsur hara dapat

berkurang karena adanya pencucian bersama air yang meneybabkan

serapan hara oleh tanaman menjadi terhambat. Sejalan dengan

pendapat Santi dan Goenadi,(2010), ukuran partikel biochar

mempengaruhi porositas tanah yang menyebabkan biochar mudah

larut dan tercuci.

f. Berat Buah Terong Ungu


Pengamatan berat buah dipanen per plot tanaman dengan

menimbang dan menghitung berat buah pada panen ke-1 dan ke-2,

Hasil uji duncan pada taraf 5% menunjukan bahwa tidak ada respon

yang nyata antara dosis dan ukuran biochar, serta interaksi. Berat buah

panen ke-1 memiliki nilai tertinggi pada perlkuan D11U0 dengan nilai

250gr dan nilai terendah pada perlakuan D15U0 yaitu 150gr. Berat

buah pada panen ke-2 memiliki hasil tertinggi pada perlakuan D1160,

dan hasil terendah pada perlakuan D19U60 yaitu 110gr. Hal ini

diduga sebabkan karena varietas Antaboga mempunyai kemampuan

yang berbeda dalam pembentukan buah. Menurut Darjanto dan

Satifah (1990) selain faktor genetik eksternal, genetika juga

menentukan apakah penyerbukan menghasilkan pembuahan dan

apakah embrio yang terbentuk setelah pembuahan memiliki

kemampuan untuk terus berkembang.

32
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pemberian dosis biochar 19 t/ha memberikan respon yang

positif terhadap jumlah daun, biochar dengan ukuran partikel

U0(ukuran normal) mampu meningkatkan jumlah cabang

tanaman dan jumlah buah.

2. Pemberian dosis biochar 19 t/ha dan 15 t/ha mampu

meningkatkan pH tanah sebesar 6,0%, pemberian dosis

biochar 19 t/ha mampu meningkatkan hara N, K untuk

fotosintesis dalam proses pembentukan daun dan

pembentukan bakal buah.

B. Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai Pengaruh

pemberian dosis dan ukuran biochar terhadap karakter agronomis

terong ungu (solanum melongena L.) agar hasilnya dapat optimum.

33
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, K., K. A. Yuliadhi, & Widaningsih, D. (2018). Pengaruh Populasi


Kutu Daun pada Tanaman Cabai Besar (Capsicum Annuum L.)
terhadap Hasil Panen. Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 7(1), 113-
121.
Azis A., Chairunas, Basri, Didi D. dan Yuana J. 2016. Pemanfaatan Biochar
dan Efisiensi Pemupukan Kedelai Mendukung Program Pengelolaan
Tanaman Terpadu di Provinsi Aceh.Prosiding Seminar Nasional
Lahan Suboptimal 2016. Palembang.
Badan Pusat Statistik. 2013. Produktivitas Tanaman Padi di Indonesia.
www.bps.gp.id.
Badan Pusat Statistik. 2017. Produktivitas Sayuran. www.bps.go.id
Cahyono, B. 2003, Budidaya Tanaman Holtikultura. Penebar
Swadaya.Jakarta 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau.
Yayasan Pustakan Nusatama. Yogyakarta.
Chan, K.Y., van Zwieten, L., Meszaros, I., Downie, A., Joseph, S. 2007.
Assessing the agronomic values of contrasting char materials on an
Australian hard setting soil. Paper presented in International Agrichar
Initiative (IAI) 2007 Conference, 27 April-2 May 2007, Terrigal, New
South Wale, Australia
C.H., Lehmann, J., Thies, J.E., Burton,S.D.. and Engelhard, M.H. 2006.
Oxidation of black carbon through biotic and abiotic processes.
Organic Geochemistry 37 : 1477 – 1488.
Darjanto dan S. Satifah. 1990. Pengeahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik
Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia. Jakarta.
Dermibas, A. 2004. Effect of temperature and particle size on biochar yield
from pyrolisis of agricultural residues. J. Of Analitical and
Application Pyrolisis, 72(2): 243-248.
Dume, B., Mossisa, T., Nebiyu, A. 2016. Effect of biochar on soil properties
and lead (Pb) availability in a military camp in South West Ethiopia.

34
African Journal of Environmental Science and Technology. 10(3) :77-
85
Eriyandi. 2008. Budi Daya Tanaman Terung. CV. Wahana Iptek, Bandung.
Faisal, M.S. 2012. Meraup Untung Jutaan Rupiah dari Budidaya Terong.
Diandra Primamitra Media. Jakarta
Gani, A. 2009. Biochar Penyelamat Lingkungan. Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian No.
31.
_________. Potensi Arang Hayati. Biochar Sebagai omponen Teknologi
Perbaikan Produktivitas Lahan Pertanian. Penelitian Balai Besar
Penenlitian Tanaman Padi, Sukamandi.
Gardner, F.P., Pearce and R.L Mitcel . 1991. Fisiologi Tanaman. Universtas
Indonesia Press. Jakarta.

Glaser, B., J. Lehmann, and W. Zech. 2002. Ameliorating physical and


chemical properties of highly waethered soils in tropics wih charcoal:
A review. Biol. Fertil. Soils 35:219-230.

Hardiansyah, G. 2012. Analisis pertumbuhan tanaman meranti pada sistem


tebang pilih tanam jalur (TPTJ). Vokasi. 8(3): 165-171.

Hartoyo, R., Anwar, D. 2018. Pengaruh Sistem Tanam Single Row Double
Row dan Dosis NPK Mutiara Terhadap Pertumbuhan Serta Produksi
Terong Ungu (Solanum melongena. L) Varietas Antaboga-1. Jurnal
llmiah Hijau Cendekia. Vol: 3, No. 1 Februari 2018.
Herlambang, T. 2002. Ekonomi Manajerial dan Strategi Bersaing. Raja
Citrafindo Persada. Jakarta.
Hidayat, B. 2015. Remediasi Tanah Tercemar Logam Berat dengan
Menggunakan Biochar. Jurnal Pertanian Tropik vol 2, No. 1 April
2015 (7) : 31-41
Hutapea, S, Ellen L.P, dan Andy.W. 2015. Pemanfaatan Biochar Dari
Kendaga Dan Cangkang Biji Karet Sebagai Bahan Ameliorasi
Organik Pada Lahan Hortikultura di Kabupaten Karo Sumatera

35
Utara. Laporan penelitian Hibah Bersaing, Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi Jakarta (Tidak dipublikasikan).
Imdad, H.P. dan A.A. Nawangsih. 1999. Sayuran Jepang. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Iskandar T. dan Umi R. 2017. Karakteristik Biochar Berdasarkan Jenis
Biomassa dan Parameter Proses Pyrolisis. Fakultas Pertanian
Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Malang.
Khodijah. (2014). Kelimpahan Serangga Predator Kutu Daun Aphis Gossypii
Di Sentra Tanaman Sayuran di Sumatera Selatan. Biosaintifika, 6(2):
76-84.
Krisnajumar, S., Kumar, S.R., Mariappan, N., Surendar, K.K. 2013. Biochar-
boon to soil health and crop production. African Journal of
Agriculture Research. 8(38): 4726-4739
Laird, D. A., Fleming, P.D., Wang, B., Horton, R., Karlen, D. L., 2010.
Biochar impact on nutrient leaching from a midwestern agricultural
soil. Geoderma. Doi:10.1016/j. Geoderma.2010.05.012

Masulili, A., W.H. Utomo dan Syechfani. 2010. The characteristics of rice
husk biochar and its influence on the properties of acid sulfate soils
and rice grown in West Kalimantan Indonesia. Journal of Agricultural
Science. 2(1): 39-47.

Nabihaty, F. 2010. Pemanfaatan Limbah Pertanian Untuk Membuat


Biochar.http://smarttien.blogspot.com/2010/11/pemanfaatan-limbah-
pertanianuntuk.html. Diakses tanggal 5 Januari 2019.
Nurida, N. L. 2009. Efisikasi formula pembenah tanah biochar dalam
berbagai bentuk (serbuk, granular dan pelet) dalam meningkatkan
kualitas lahan kering masam terdegradasi. Bogor: Balai Penelitian
Tanah.
____________. 2014. Potensi pemanfaatan biochar untuk rehabilitasi lahan
kering di Indonesia”. Jurnal Sumberdaya Lahan. 8(3): 57-68.
Reinsema, W.T. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhrata Niaga Media.
Media Yogyakarta.

36
Roemayanti, E. 2004. Pengaruh Kosentrasi Pupuk Pelengkap dan asam
Giberelat (GA3) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Terung Jepang
(Solanum Melongena L.) secara Hidroponik. Skripsi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.

Rukmana, R. 1999. Bertanam Terung. Kanisisus. Yogyakarta.


Salawati, Basir. M, Kadekoh. H, Thaha, A.R. 2016. potensi biochar sekam
padi Terhadap Perubahan ph ktk c organik dan p tersedia pada tanah
sawah inceptisol. Jurnal Agroland. 23 (2) : 101-109.
Sarjono. 2013. Studi Eksperimental Perbandingan Nilai Briket Campuran
Bioarang Sekam Padi dan Tempurung Kelapa. Staf Pengajar Jurusan
Teknik Mesin STTR Cepu, 11-18.
Sasongko, J. 2010. Pengaruh Macam Pupuk NPK dan Macam Varietas
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil dan Hasil Tanaman Terong Ungu
(Solanum Melongena L.). Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.

Santi, L.P. dan D.H. Goenadi. 2010. Pemanfaatan bicohar sebagai pembawa
mikroba untuk pemantap agregat tanah Ultisol dari Taman Bogo
Lampung. Menara Perkebunan 78:5260

Sculz, H., Dunst, G., & Glaser, B. (2013). Efek positif biochar kompos
terhadap pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah. Agronomi
untuk pembangunan Berkelanjutan, 33(4), 817-827.
https:doi.org/10.1007/s13593- 013-0150-0.

Setiawan, B.,Gafur, S., Abdurrahman, Tatang. 2019. Aplikasi Biochar Sekam


Padi dan Tepung Cangkang Kerang Untuk Meningkatkan
Produktivitas Tanaman Kedelai Pada Tanah Sulfat Masam.
Agrovigor,12 (2): 70-76
Shenbagavalli, S. And S Mahimairaja. 2012. Production and charaterization
of biochar from different biological wastes. International Journal
Plant , Animal and Enviromental Science. 2 (1): 197-201.
Shiddiq, D., Latuponu, H., Syukur, A. Dan Hanudin, E. 2012. Pemanfaatan
Limbah Sagu sebagai Bahan Akif Biochar untuk Meningkakan P

37
tersedia dan Pertumbuhan Jagung di Ultisol. Jurnal Pembangunan
Pedesaan Vol. 12 No 2 hal 136-143.
Simatupang, A. 2010. Pengaruh beberapa jenis pupuk organik terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman terung (Solanum Melongena L.).
Jurnal Agronomi 9(1):1-5.
Siringoringo, H.H. dan Siregar, C.A. 2011. Pengaruh Aplikasi Arang
Terhadap Pertumbuhan Awal Michelia Montana Blume Dan
Perubahan Sifat Kesuburan Tanah Pada Tipe Tanah Latosol. Pusat
Litbang Konservasi dan Rehabilitasi. Bogor.
Sitompul, S.M., Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajah
Mada Universitas Perss.
Steiner C. 2007. Amandemen arang tanah menjaga kesuburan tanah dan
membangun penelitian dan prospek penyerapan karbon. Ekologi
Tanah Res Dev, 1-6
Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rienekacipta. Jakarta.
Sudjana, B. 2014. Pengaruh Biochar dan NPK Majemuk Terhadap Biomas
dan Serapan Nitrogen Di Daun Tanaman Jagung (Zea mays) Pada
Tanah Typic Dystrudepts. Ilmu Pertanan dan Perikanan. Vol. 3 No.1
Sunarjono. 2008. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Syarif, E.S. 1999. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Penerbit
Pustaka Buana. Bandung
Verdiana M. A., Husni T. S. dan Titin S. 2016. Pengaruh Berbagai Dosis
Biochar Sekam Padi dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal Produksi Tanaman.Vol.
4 No. 8. Hal:611616. ISSN: 2527-8452.
Veronica, V. (2019). Identifikasi Serangga pada Tanaman Cabai (Capsicum
Annum L.) di Kawasan Hortipark Desa Sabah Balau Kecamatan
Tanjung Bintang Lampung Selatan. Skripsi: Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung.
Warnock, D. D., J. Lehmann, T. W. Kuyper, and M. C. Rillig. 2007.
Mycorrhizal responses to biochar in soil – concepts and mechanisms.
J. Plant and Soil. 30 (1): 9-20

38
Widiarti, B, Sihotang, P dan Sarwono, E. 2016. Penggunaan Tongkol
Jagung Akan Meningkatkan Nilai Kalor Pada Briket. Samarinda:
Jurnal Integrasi Proses. Vol 6 No. 1. Diakses pada tanggal 4 April
2017.

39

Anda mungkin juga menyukai