HAERUL
1702406121
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2022
2
BAB I
PENDAHULUAN
pemberihan unsur hara melalui pemupukan, baik dari segi dosis maupun waktu
aplikasi. (Daryono dkk, 2015).
pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi pleh
pemberian puupuk dan ketersediaan unsur hara didalam tanah. Dengan unsur hara
yang tepat maka pertumbuhan tinnggi tanaman akan maksimal (Irfan, 2013).
pembudidayaan tanaman melon sering menggunakan pupuk anorganik.
Pemberian pupuk anorganik secara terus-menerus dapat merusak tanah karena
tanah akan menjadi keras sehingga kesuburann tanah berkurang. Pemakaian
pupuk (kimia) dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan struktur tanah
rusak, pencemaran lingkungan, dan menurunnya kadar bahan organik
tanah(Simanjuntak dkk.,2013; Purnomo dkk.,2013). Dampak lainnya adalah
kehilangan gas nitrogen selama proses emisi ammonium dan denitrifikasi
(Tripolskaja dkk, 2017). Dampak cemaran fosfat dan nitrogen dapat
mengakibatkan eskalasi penyakit berbahaya seperti penyakit ginjal kronis
(Sharma dan Singhvi, 2017).
Bahan organik yang diperoleh dari tumbuhan dan kotoran hewan dapat
digunakan untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Dalam pertanian
berkelanjutan yang ramah lingkungan, bahan organik dapat meningkatkan
kesuburan tanah dan hasil panen (Itelimah dkk, 2018). Walaupun konsentrasi
bahan organik tanah hanya 2-10%, dapat memperbaiki fungsi fisik, kimia, dan
biologi tanah (Hoyle, 2013). Tujuan dari bahan organik adalah untuk
meningkatkan kondisi fisik tanah, sebagai sumber nutrisi bagi jamur, bakteri, dan
organisme lainnya, berperan penting dalam memasok nutrisi ketanah karena
memiliki kapasitas pertukaran kation yang tinggi, melarutkan mineral tanah yyang
tidak larut dan menjadi tersedia untuk tanamn, bersifat sebagai penyangga dalam
pengelolahan residu pestisida, logam, dan hebrisida. Berfungsi sebagai sumber
ntrisi bagi tanaman, mengatr suhu tanah, mengurangi hilangnya tanah oleh erosi
angin dan air, meningkatkan aerasi dan infiltrasi ditanah yang berat,meningkatkan
kapasitas sebagai penahanan air terutamah ditanah berpsir (Tufaila dkk., 2014 ;
Adiaha, 2017).
Kotoran kerbau mengandung mikroorganisme yang diyakini dapat
meningkatkan populasi dan aktivitas mikroba, sehingga meningkatkan kondisi
4
kesuburan tanah secara fisika, biologi, dan kimia. Kotoran ternak dimanfaatkan
sebagai pupuk kandang karena mengandung unsur hara sperti fosfor (P), nitrogen
(N), dan kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, serta unsur hara mikro seperti
magnesium, kalsium, belerang, tembaga, dan besi (Hapsari, 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti tanaman
melon menggunakan pengaruh pupuk kandang kotoran kerbau, di kareenakan
kecenderungan petani pada saat ini masih banyak menggunakan pupuk anorgaik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tanaman Melon
Melon (Cucumis melo L.) adalah nama buah sekaligus nama tumbuhan
sekaligus sebagai tanaman yang menghasilkan dan termasuk dalam famili (labu-
labuan). Buahnya biasanya dimakan segar sebagai buah meja atau diiris-iris
sebagai campuran es buah. Bagian yang di kosumsi adalah daging buah
( mesokarp). Teksturnya lunak, berwarna putih sampai merah, tergantung
kultivarnya. Melon termasuk jenis buah yang sering dikonsumsi sebagai makanan
penutup, dan kebanyakan orang biasanya menyukai buah ini karena memiliki rasa
yang khas seperti manis dan segar. ( Novita Joseph, 2021) Melon adalah buah
berbentuk bulat yang berasal dari jenis cucumis melo. Ciri khasnya nampak pda
warna kulitnya yang hijau kekuningan dan daging buahnya yang hijau terang.
Selain varian ini, ada pula melon jingga yang di kenal sebagai cantaloupe.
Kandungan gizi melon termasuk yang paling beragam bila dibandingkan dengan
buah-buahan sejenisnya. Buah berdaging lembut ini juga tinggi kandungan air.
Bahkan , hampir 90% dari daging buah melon adalah air. Dengan mengonsumsi
sepotong buah melon seberat 100 gram, anda bisa mendapatkan kandungan gizi
sebagai berikut energi 36 kkal, protein 0,5 gram, lemak 0,15 gram, karbohidrat 9
gram, thiamin (vitamin B1) :0,04 miligram, riboflavin (vitamin B2): 0,O1
miligram, niasin ( vitamin B3): 0,4 miligram, asam pantotenat (vitamin B5): o, 16
miligram, vitamin B6: 0,09 miligram, vitamin C: 18 miligram, kalsium : 6
miligram, besi: 0,17 miligram , fosfor: 11 miligram, kalium: 228 miligram,
natrium: 18 miligram, natrium: 18miligram, zinc: 0,09 miligram.
melon merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak di
budidayakan. Melon merupakan nama buah sekaligus tanaman yang menghasil
kan, melon juga merupakan tanaman hortikultura yang tingkat konsumsinya
cukup tinggi. tiga tahun terakhir, dihitung mulai dari tahun 2015 hingga tahun
2018. produksi melon selalu mengalami peningkatan dan rata-rata konsumsi buah
melon di Indonesia mencapai 332.698 ton per tahun nya. Adanya konsumsi melon
6
yang cukup tinggi, maka kebutuhan melon juga harus selalu stabil agar dapat
memenuhi kebutuhan akan melon lokal. Penghasil melon lokal salah satu nya
yaitu Provinsi Jawa Timur (Iqbal dkk, 2019).
Melon mempunyai manfaat bagi tubuh diantaranya, untuk mencegah penyakit
sariawan, luka pada tepi mulut, penyakit mata, radangsaraf, sebagai anti kanker,
menurunkan resiko stroke dan kanker. Kesadaran masyarakat mengenai pola
hidup sehat menyebabkan ke butuhan dan permintaan buah melon terus
meningkat (Sukmaningtyas dan Hartoyo,2013). Kandungan mineral pada buah
melon antara lain adalah kalium, kalsium, Fe, magnesium, fosfor, natrium, dan
seng, sedangkan kandungan vitamin pada buah melon yaitu vitamin A, C, B-6,
E, dan K (USDA, 2016).
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik
(alami) seperti tumbuhan dan hewan, beberapa contoh jenis pupuk organik seperti
pupuk kompos, humus, pupup hijau dan pupuk kandang (Dinas pertanian, 2018).
Sumpena (2001) dalam Eka Nurjanah dkk, (2020),Tanaman membuthkan N
dalam jumlah yang cukup besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, terutama
pada tahap pertumbuhan vegetative seperti pembentukan batang dan daun.
Tanaman dapat dirangsang untuk mensintesis asam amino menjadi protein oleh
unsur hara N dalam pupuuk. Pupuk kerbau adalah salah satu bentuk pupuk
organik yang dapat di gunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah,
meningkatkan zat seperti nitrogen, folsfat, kalium, dan air. Kotoran ternak kerbau
adalahh salah satu bahan potensial untuk membuat pupuk organik (Budiayanto,
2011). Safuan dan Andi (2012) dalam Rahmawati fitria dkk, (2017) jumlah dan
ukuran daun di pengaruhi oleh lingkungan tumbuh dan ketesediaan unsur hara.
Benih melon dipilih bedasar ukuran yang seragam dengan cara melihat secara
fisik ukuran benih tersebut, lalu di tanam pada media semai dengan karbufuran
3% di dalam polibag berukuran 10 cm x 15 cm sebanyak 20 polibag. Benih
disiram setiap pagi hari (Khumaero dkk., 2014). Penanaman di lakukan jika bibit
telah berumur 9 – 11 hari, saat tanam yang tepat adalah pada saat musim kemarau,
jarak yang baik adalah 70 cm x 50 cm atau 70 x 60 cm, sebelum di tanam lebih
dahulu di buat lubang tanama sedalam 5 – 9 cm, ajir atau lanjaran dipasang di saat
7
tanaman melon telah merambat dan menjalar di usia 5-8 hari setelah masa awal
tanam, sembari diatur arah rambatannya (Hendri Priyono, 2019).
mencapai sekitar 15-20 cm, sedangkan pada akar lateral menyebar sekitar 35-45
cm.
b. Batang
Batang dari tanaman melon ini mempunyai warna hijau muda dengan bentuk
batang seperti bersegi lima berlekuk dengan 3-7 lekukan serta bergaris tengah
sekitar 8-15 cm. batang tanaman ini berbulu serta terdapat buku ataupun ruas-ruas
tempat meletaknya tangkai daun. Tanaman melon ini apabila dibiarkan tumbuh
liar akan mempunyai percabangan utamanya itu terletak paling tengah dan
mempunyai pertumbuhan yang paling kuat.
Dari satu cabang utama yang telah dipelihar pasti akan muncul berbagai
cabang sekunder pada ketiak-ketiak daun.cabang-cabang sekunder ini nantinya
sebagai tempat keluarnya berbagai bunga tanaman melon. Apabila cabang-cabang
ini memang di biarkan tanpa dipangkas pasti akan menyebabkan percabangan
tersebut tumbuh liar. Akibat selanjutnya, maka zat makanan yang akan disalurkan
untuk pembentukan buah tadi menjadi berkurang sampai buah yang di hasilkan
kecil-kecil dengan suguhan bobot yang rendah.
c. Daun dan Sulur
Daun melon ini berwarna hijau dengan bentuk daun yang bercangkap
ataupun menjari bersudut lima, berlekuk sekitar 3-7 lekukan dan berdiameter
sekitar 8-15 cm. pada melon varietas dari sky rocket, sweet star, dan action 434.
Aroma, select rocket, dan juga jenis emeraid west, bentuk daunnya menjari. Akan
tetapi untuk secara keseluruhan hampir membulat sekilas seperti daun jenis new
century, bentuk daunnya menjari dengan bentuk secara keseluruhan merip seperti
kepala kambing. Daun tanaman ini ditopang oleh tangkai daun yang
perpanjangannya adalh induk dari tulang daun. Permukaan daun tanaman ini
berbulu kasar. Susunan dari daun ini berselang-seling.
d. Bunga
Bunga tanaman melon ini tumbuh pada ketiak daun serta hampir selalu
berkelamin tunggal, monoceous artinya letak dari bunga jantan serta bunga betina
terpisah atau tidak dalam satu bunga. Tetapi masih dalam satu tanaman bahkan
masih dalam satu cabang tanaman. Bunga betina terlihat terbentuk secara tunggal
serta tinggal berkelompok. Bungga betina ini pada umumnya terdapat pada ketiak
9
daun ke-1 ataupun ke-2 pada setiap ruas percabangan bunga betina ini memiliki
putik, mahkota bunga, serta bakal buah. Bakal buah yang berbentuk bulat lonjong
ini di topang oleh tangkai buah yang terlihat pendek serta teabal. Bunga betina ini
akan rontok apabila setelah 2-3 hari setelah mekar tidak terserbuki. Bunga jantan
sangat mudah untuk dibedakan dengan bunga betinanya. Bungan jantan ini
terbentuk berkelompok 3-5 buah dan terlihat terdapat pada setiap ketiak daun.
Bunga jantan ini terdiri dari mahkota bunga serta benang sari yang berjumlah 5
serta tidak mempunyai bakal buah. Bunga jantan ini ditopang oleh tangkai bunga
yang terlihat pipih panjang. Mahkota bunga jantan maupun mahkota bunga betina
mempunyai warna kuning kunyit dan kalau dari jauh akan terlihat seperti lonceng.
e. Buah
Potongan melintang dari tanaman buah melon tampak terdiri dari kulit buah,
daging buah, serta biji. Kulit buah melon tidak terlalu tebal sekitar 1-2 mm, tetapi
keras dan liat. Kulit ini tersusun dari berbagai lapisan epidermis atau kulit luar
yang pada umumnya berjaring. Lapisan mesodermis dengan ketebalan sekitar 1
mm serta lapisan endodermis yang terlihat berbatasan langsung dengan daging
buah. lapisan mesodermis dan endodermis ini mempunyai warna hijau muda
kekuningan ataupun jingga. Diantara rongga buah ini terdapat sekumpulan biji
melon yang sudah terbalut dalam sebuah plasenta yang berwarna putih. Plasenta
ini terlihat berlendir dan apabila sudah termakan akan menyebabkan rasa gatal
ditenggorokan.
f. Biji
Biji tanaman melon ini pada dasarnya mempunyai warna coklat muda,
panjangnya rata-rata sekitar 0,9 mm dan mempunyai diameter sekitar 0,4 mm.
dalam satu buah melon akan terdapat sekitar 500- 600 biji.
4. Syarat Tumbuh Tanaman Melon
Adapun syarat tumbuh tanaman melon yaitu :
a) Iklim
Tanaman melon bisa tumbuh optimum pada curah hujan antara 1500-2500
mm/tahun dan suhu untuk pertumbuhan tanaman melon antara 250-300 C. Pada
dataran rendah dengan rata-rata suhu harian tinggi, umur panen tanaman melon
lebih cepat dengan ukuran buah umumnya lebih kecil, tetapi kualitas rasa buah
10
relatif lebih baik. Sebaliknya pada dataran tinggi dengan rata-rata suhu harian
rendah, umur panen tanaman melon lebih lambat dengan ukuran buah umumnya
lebih besar, tetapi kualitas rasa buah relatif kurang baik (Sobir dan Siregar, 2014).
b) Tanah (pH)
Tanaman melon bisa tumbuh baik pada pH 5,8 sampai dengan 7,2 (Mazmuiz,
2016). Tanah lempung berpasir merupakan jenis tanah yang disukai karena
gembur dan banyak mengandung unsur hara seperti N, Fe, P, K, Ca, Mg, S,Br,
Mn, Zn. Tekstr dan rasa manis daging buah dipengaruhi oleh ketinggian,
sedangkan melon yang dibudidayakan di dataran tengah memiliki tekstur yang
unggul, daging buah yang tebal dengan rongga buah yang lebih sedikit, dan rasa
yang lebih manis (Daryono dkk, 2015).
c) Ketinggian Tempat
Tanaman melon mampu tumbuh dan berproduksi baik pada rentang wilayah
ketinggian 250 - 700 m di atas permukaan laut (dpl). Di dataran rendah yang
ketinggiannya kurang dari 250 m dpl, ukuran melon umumnya relatif lebih
kecildan dagingnya agak kering (kurang berair).Pada dataran rendah dengan rata-
ratasuhu harian tinggi, umur panen tanaman melon lebih cepat dengan ukuran
buahumumnya lebih kecil, tetapi kualitas rasa buah relatif lebih baik.Sebaliknya
padadataran tinggi dengan rata-rata suhu harian rendah, umur panen tanaman
melonlebih lambat dengan ukuran buah umumnya lebih besar, tetapi kualitas rasa
buahrelatif kurangbaik (Sobir danSiregar, 2014).
d) Kelembaban Udara Dan Kecepatan Angin
Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman melon diperkirakan 70–80%
atau minimal 60%. Kelembapan yang terlalu tinggi (>80%) bisa mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, mutu buah, dan kondisi tanaman menjadi mudah terserang
penyakit, namun di tempat yang kelembaban udaranya rendah atau kering dan
ternaungi, tanaman melon sulit untuk berbunga.
Tanaman melon sebaiknya ditanam di daerah yang memiliki kecepatan angin
dibawah 20 km/jam. Angin yang terlalu kencang dapat merusak tanaman melon,
seperti mematahkan tangkai buah, tangkai daun,dan batang pada tanaman melon
(Sobir danSiregar, 2014).
e) Cahaya
11
meningkatkan kadar sclerenchyma pada batang dan Kalium juga memiliki fungsi
untuk menambah rasa manis pada buah. pupuk N meningkatkan jumlah daun
secara linier dan kuadratik sedangkan Pupuk P berpengaruh linier terhadap
jumlah daun tanaman (Sudrajat dkk, 2014).
Limbah ternak sebagai hasil akhir dari usaha peternakan memiliki potensi
untuk dikelola menjadi pupuk organik seperti kompos yang dapat di manfaatkan
untuk meningkatkan daya dukug lingkungan, meningkatkan produksi tanaman,
meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi dampak pencemaran terhadap
lingkungan (Nugraha dan Amini, 2013). Sarief (1986) dalam Fitrianti dkk (2018)
Dengan memasukkan nutrisi atau unsur hara ke dalam tanah dapat memberikan
unsur hara bagi tanaman, kesuburan tanah dapat dipertahankan dan tingkatkan.
Pemupukan akan membantu meningkatkan pH tanah dan lingkungan di mana
tanaman dapat tumbuh subur.
. Pada dasarnya pupuk anorganik yang ditambahkan kedalam tanah tidak
akan dapat menambah jumlah koloid tanah sehingga dapat mempengaruhi sifat
kimia tanah, seperti kation yang dapat dipertukarkan pada komplek jerapan tanah
baik dalam jumlah maupun macam kation sehingga pupuk anorganik terus
menerus dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan bahkan cenderung
menurunkan produksi tanaman tersebut. Sebagai contoh pemberian pupuk
Sendawa Chili (NaNO3) secara terus menerus dapat mendispersikan agregat-
agregat tanah sehingga tanah tidak beragegasi dan mudah menjadi padat.
Herdianto dan Setiawan (2015), hal ini bisa menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan dan mengurangi produktivitas tanaman.
Salah satu upaya mengoptimalkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman
tampa merusak tanah dan merusak lingkungan adalah dengan pemberian pupuk
organik. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan
kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Proses
pembuatan kompos (komposting) dapat dilakukan dengan cara aerobik maupun
anaerobik. Proses pengomposan dapat menurunkan C/N bahan organik hingga
sama dengan C/N tanah. Keunggulan dari pupuk organik adalah ramah
lingkungan, dapat menambah pendapatan peternak dan dapat meningkatkan
13
rancangan faktor tunggal dengan empat perlakuan yang diulang sebanyak tiga
kali dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Beberapa jenis
perlakuan kotoran kerbau sebagai pupuk organik yang diaplikasikan antara
lain : KK0 : Kontrol/tanpa aplikasi kotoran kerbau, KK1 : Aplikasi kotoran
kerbau 25% (125 gram/tanaman), KK2 : Aplikasi kotoran kerbau 55% (250
gram/tanaman), KK3 : Aplikasi kotoran kerbau 75% (375
gram/tanaman).Beberapa variabel yang diamati dalam penelitian ini
diantaranya: parameter pertumbuhan dan hasil. Untuk komponen
pertumbuhan, variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman (cm) dan jumlah
daun (helai). Sedangkan untuk komponen hasil yang diamati adalah bobot
segar tanaman (gram).Tinggi tanaman (cm), jumlah daun, bobot segar dan
kering tanaman.Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kotoran kerbau
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot segar
tanaman sawi. Aplikasi dengan dosis 50% (250 gram/tanaman) menunjukkan
tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot segar tanaman yang terbaik diantara
semua perlakuan.Diasumsikan, perlakuan pupuk organik kotoran kerbau
dengan dosis 55% atau 250 gram/tanaman merupakan dosis yang sesuai
dalam menunjang perbaikan kesuburan tanah dan akhirnya pemenuhan unsur
hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman dapat terpenuhi.
3. Risal (2018) berjudul “Respon Pemberian Kotoran Kerbau dan Arang Sekam
terhadap pertumbuhan dan produksi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata
L.)”. Metode dalam penelitian ini yaitu yaitu rancangan acak kelompok yang
terdiri dari 6 perlakuan dengan 4 ulangan yaitu P0 (kontrol), P1 (pemberian
kotoran kerbau 20 gr + arang sekam 20 gr), P2 (kotoran kerbau 40 gr + arang
sekam 40 gr), P3 (kotoran kerbau 60 gr + arang sekam 60 gr), P4 (kotoran
kerbau 80 gr + arang sekam 80gr), P5 (kotoran kerbau 100 gr + arang sekam
100 gr). Hasil ini menunjukkan bahwa pemberisn kotoran kerbau dan arang
sekam memberikan pengaruh tidak nyata. Pada parameter tinggi tanaman
hasil analisis tertinggi pada perlakuan P3 dengan hasil rata-rata 73,64 cm.
Untuk jumlah daun, hasil analisi tertinggi pada perlakuan P3 dengan hasil
rata-rata 39,88 helai. Pada jumlah polong hasil analisis tertinggi pada
15
perlakuan P5 dengan hasil rata-rata 49,38 polong dan berat segar polong dari
analisis tertinggi pada perlakuan P4 dengan hasil rata-rata 32,88 gr.
Adapun persamaan dan perbedaan antara penelitian relevan dengan penelitian
ini yaitu dari Penelitian yang di lakukan oleh Erkwan Martinus , Hamidah Hanum,
Alida Lubis (2016) dengan judul penelitian “Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang
Kerbau dan Dosis Pupuk Anorganik Terhadap Hara N, P, K Tanah, Pertumbuhan
dan Produksi Bawang Merah. Adapun persamaan dengan penelitian ini yaitu
sama-sama menggunakan salah satu pengaruh kotoran kerbau sebagai penelitian
yang iya gunakan, sedangkan perbedaanya bisa kita lihat dari segi tanaman.
Sedangkan hasil penelitian Baso amir (2017) yang berjudul “pemanfaatan kotoran
kerbau sebagai pupuk organik pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman sawi “. Perbedaanya dengan penelitian ini yaitu dari segi metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rancangan Acak Kelompok
(RAK), dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan sehingga terdapat 17 unit percobaan.
Dan memiliki persamaan dari segi perlakuan atau pengaruh dari kotoran kerbau
sebagai penelitian yang iya gunakan. Kemudian hasil penelitian Risal (2018) yang
berjudul “Respon Pemberian Kotoran Kerbau dan Arang Sekam terhadap
pertumbuhan dan produksi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)” Adapun
persamaan dengan peneliti ini adalah sama-sama menggunakan pengaruh pupuk
kandang kotoran kerbau.
Tanaman melon
(Cucumis melo L.)
Produksi tinggi
2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga terdapat pengaruh kotoran kerbau terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman melon.
2. Diduga terdapat dosis yang tepat dalam pemberian pupuk kandang kotoran
kerbau terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman melon.
BAB III
METODE PENELITIAN
harus di pakai untuk menanam melon di bajak atau di bersihkan terlebih dahulu
dengan menggunakan alat seperti parang atau cangkul, selanjutnya setelah lahan
dibersihkan dari gulma, untuk melakukan pembajakan kita dapat melakukan
penggemburan lahan dengan cara mencangkul atau dibajak sampai kedalaman 15-
30 cm untuk mempermudah sekaligus mendapatkan hasil yang maksimal. Karena
tanaman melon tidak suka tergenang air saat hujan, maka kita perlu membuat
bedengan di lahan kita. Pembuatan bedengan dapat di lakuakan dengan
menggunakan cangkul dan skupang untuk menghasilkan bedengan yang baik,
ukuran bedengan nantinya akan di buat dengan ukuran tinggi 30 cm, panjang
bedengan 80 cm dan lebar bedengan 50 cm dengan jarak antar bedengan atau parit
30 cm sebagai media tanam. Nantinya, ketika hujan turun, air akan mengalir ke
parit yang telah kita buat agar bedengan tidak tergenangi air, sehingga melon
yang di tanam tidak rusak. Setelah bedengan tertata rapi dan bersih dari gulma,
selanjutnya buat lubang tanam kisaran 5 cm sampai 6 cm mengikuti panjang akar
bibit.
2. Persiapan Bahan Dan Alat
Menyiapkan alat dan bahan merupakan suatu ke harusan yang harus
terpenuhi, karena salah satu penunjang kelancaran penelitian yaitu ketersediaan
alat dan bahan, agar pada saat melakukan suatu penelitian dapat berjalan dengan
lancar selain itu kita juga tidak kesulitan untuk mencarinya, karena tampa
ketersediaan alat dan bahan penelitian ini tidak akan berjalan lancar seperti yang
kita harapkan, maka dari itu salah satu penunjang harus terpenuhi demi kelancaran
penelitian ini agar dapat berjalan lancar seperti jadwal yang telah dibuat sehingga
penelitian ini dapat selesai tepat waktu.
3. Penyemaian Benih
Sebelum penyemaian, benih melon sebaiknya dibilas dengan air selama 3x
dan dilanjutkan perendaman dengan air hangat selama beberapa jam, jika ada
benih melon yang mengapung sebaiknya di buang. Setelah di rendam benih di
tebarkan ke media tissu untuk dilakukan perkecambahan, setelah biji melon
berkecambah kemudian di pindahkan kemedia semai yang digunakan adalah
media tanah yang dicampur dengan pupuk organik kompos dengan perbandingan
2:1. Media tersebut di masukkan pada polybag dengan ukuran 10 x 10 cm,
20
8. Pemeliharaan Tanaman
a) Pembuatan ajir
Untuk menghasilkan buah yang bagus, tanaman harus di topang dengan ajir
atau tongkat dari bilah bambu atau kayu kecil, fungsinya agar buah yang
dihasilkan tidak bersentuhan dengan permukaan tanah, selain itu agar terjadi
penetrasi sinar matahari ke seluruh bagian tanaman. Pemasangan ajir hendaknya
di lakukan sebelum tanaman tumbuh besar. Biasanya tanaman berumur 1-5 hari
setelah tanam, hal ini di maksudkan agar ajir yang di tancapkan tidak melukai
akar tanaman. Pembuatan ajir dilakukan dengan menggunakan bilah bambu atau
batang kayu kecil dengan tinggi 1,5m – 2 m. Tancapkan ajir tersebut pada lubang
tanam secara lurus, ujung atasnya condong kearah atas, sehingga ajir-ajir tersebut
saling menguatkan. kemudian siapkan bilah bambu lebih panjang dan letakkan
22
secara melintang di antara bambu yang telah ditancapkan, kemudian ikat dengan
tali rafia.
b) Pemangkasan
Pemangkasan atau dalam istilah kerennya purining adalah sebuah proses
pembuangan bagian-bagian tertentu pada tanaman seperti cabang atau ranting
sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh sesuai dengan yang kita inginkan.
Tanaman melon adalah tanaman yang mempunyai banyak cabang, cabang
tersebut tumbuh pada setiap ketiak daun, akibat banyaknya cabang itu maka kita
perlu melakukan proses pemangkasan. Pemangkasan pada tanaman melon selain
berguna untuk memudahkan kita dalam mendeteksi hama dan penyakit, hal ini
juga di lakukan untuk mengurangi beban pada tanaman akibat dari adanya daun,
ranting ataupun buah yang terlalu lebat. Sehingga buah yang dihasilkan oleh
tanaman tersebut akan lebih berkualitas lagi nantinya. Tidak hanya untuk
mendapatkan buah yang melimpah dan berkualitas tinggi, tujuan lain dilakukan
nya pemangkasan adalah untuk mendapatkan kondisi lingkungan tanaman seperti
kelembaban, cahaya, udara, serta suhu yang baik. Hal tersebut akan membuat
proses fotosintesis berjalan dengan baik dan normal, sehingga oksigen yang akan
di hasilkan oleh tanaman pun akan semakin banyak pula. Daun-daun atau cabang-
cabang yang sudah tua harus di pangkas agar dapat merangsang pembentukan
daun atau cabang yang baru dan tidak semua cabang pada tanaman melon di
pangkas, pemangkasan pada batang tanaman melon harus menyisakan 20-24 helai
daun. Dan cabang pada ruas ke 7 sampai ruas ke 10 kita pelihara sebagai tempat
bakal buah.
c) Penyiraman
Penyiraman yang teratur sangat di perlukan dalam budidaya tanaman melon ,
penyiraman dapat dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore
hari sesuai dengan kebutuhan tanaman, kebutuhan air disesuikan dengan kondisi
air tanah. Jika turun hujan tidak dilakukan penyiraman dan ketika musim hujan
drainase harus berfungsi dengan baik, jangan biarkan lahan tergenang air karena
tanaman melon tidak menghendaki tanah yang terlalu basah.
d) Penyisipan
23
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1 HASIL
1. Tinggi tanaman
Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman melon dengan pemberian pupuk
kandang kotoran kerbau bisa kita lihat dari diagram dibawah ini.
60
54.7
53
50 48.4
47.125
40
Tinggi Tanaman
30 28.4
20
10
0
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
2. Jumlah Daun
Hasil pengamatan rata-rata jumlah daun tanaman melon dengan pemberian
pupuk kandang kotoran kerbau bisa kita lihat dari diagram dibawah ini
18
16 15.75
15 15.25
14.25
14
12
11
Jumlah Daun
10
0
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
1.2
1.10
1.05
1 0.98 0.98
0.85
0.8
0.6
Diameter Batang
0.4
0.2
0
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
28.5
28
28
27.5
27
26.5
26.25
Umur Berbunga
26
25.5
25.5
25.25
25
25
24.5
24
23.5
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
kandang kotoran kerbau 650 gram. selanjutnya P0 (tampa perlakuan) dengan nilai
rata-rata 28 HST yang terlihat terendah diantara semua perlakuan. Berdasarkan
hasil diagram diatas bisa kita lihat, pemberian pupuk kandang kotoran kerbau
berpengaruh berbeda nyata terhadap umur berbunga tanaman melon.
5. Bobot buah tanaman melon
Hasil pengamatan rata-rata bobot buah tanaman melon dengan pemberian
pupuk kandang kotoran kerbau bisa kita lihat dari diagram di bawah ini.
1400
1320.25
1204.75
1200
1044
1000 955 978.75
800
Bobot BUah
600
400
200
0
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
perlakuan) dengan nilai rata-rata 955 gram yang terlihat terendah diantara semua
perlakuan. Berdasarkan hasil diagram diatas bisa kita lihat, pemberian pupuk
kandang kotoran kerbau berpengaruh tidak nyata terhadap bobot buah tanaman
melon.
4.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang sudah diolah melalui sidik ragam
menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah
daun, diameter batang, dan umur berbunga, namun tidak berpengaruh nyata
terhadap bobot buah. Pada parameter tinggi tanaman perlakuan terbaik yaitu pada
perlakuan P3 dengan rata-rata 54,7 cm. Hal ini dikarenakan pemberian pupuk
kandang kotoran kerbau dengan dosis 650 gram dianggap mampu memenuhi
kebutuhan unsur hara pada tanaman. Hal ini sejalan dengan pernyataan Irfan
(2013) yang mengatakan Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat
dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara didalam tanah.
Dengan unsur hara yang tepat maka pertumbuhan tinggi tanaman akan maksimal.
Menurut Hapsari (2013), menambahkan kotoran ternak dimanfaatkan sebagai
pupuk kandang karena mengandung unsur hara seperti nitrogen (N), fosfor (P),
dan kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, serta unsur hara mikro seperti kalsium,
magnesium, belerang, besi, dan tembaga.
Dari sebuah analisis sidik ragam diatas pada parameter jumlah daun
memberikan hasil terbaik pada perlakuan P3 dengan rata-rata 15,75 helai. Hal ini
dikarenakan pemberian pupuk kandang kotoran kerbau pada perlakuan P3 dengan
dosis 650 gram dianggap mampu memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman
terutama pada bagian daun. Karena pupuk kandang kerbau memiliki unsur hara N
dan P yang mendukung kemunculan daun. Hal ini sejalan dengan Sudradjat dkk.
(2014), pupuk N meningkatkan jumlah daun secara linier dan kuadratik,
sedangkan pupuk P berpengaruh linier terhadap jumlah daun tanaman. Menurut
Safuan dan Andi (2012) dalam Rahmawati fitria et al, (2017) menambahkan bhwa
jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh dan ketersediaan
unsur hara.
Jika kita merujuk dari analisis sidik ragam bisa kita lihat pada parameter
diameter batang memberikan hasil terbaik pada perlakuan P3 dengan rata-rata 1,1
31
cm. Hal ini dikarenakan pemberian pupuk kandang kotoran kerbau pada perlakuan
P3 dengan dosis 650 gram dianggap mampu memenuhi kebutuhan unsur hara
pada tanaman terutama pada bagian batang tanaman. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Sumpena (2001) dalam Eka Nurjanah dkk. (2020), tanaman
membutuhkan N dalam jumlah yang cukup besar pada setiap tahap pertumbuhan
tanaman, terutama pada tahap pertumbuhan vegetatif seperti pembentukan batang
dan daun. Tanaman dapat dirangsang untuk mensintesis asam amino menjadi
protein oleh unsur hara N dalam pupuk.
Pada analisis sidik ragam diatas pada parameter umur berbunga
memberikan hasil terbaik pada perlakuan P4 dengan rata-rata 25 hari. Hal ini
dikarenakan pemberian pupuk kandang kotoran kerbau pada perlakuan P4 dengan
dosis 800 gram dianggap mampu memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman
terutama pada bagian umur berbunga. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Suryawaty dan Wijaya (2012) dalam Annisa dan Gustia (2017) mengatakan
Fungsi fosfor pada tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar, terutama akar
tanaman muda, mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman muda
menjadi tanaman dewasa, membantu asimilasi dan pernafasan, serta mempercepat
pembungaan dan meningkatkan pertumbuhan bunga menjadi buah .Selain itu
pemangkasan juga dapat mempercepat keluarnya bunga jantan dan betina, karena
ketika melakukan pemangkasan akan mempermudah tanaman mendapatkan
intesitas cahaya sinar matahari untuk melakukan fotosintesis, hal ini didukung
oleh pernyataan Sayekti (2016), mengatakan intensitas cahayo yang tinggi dapat
merangsang pembentukan bunga betina, sedangkan intensitas cahaya yang rendah
dapat disebabkan oleh naungan lebih merangsang terbentuknya bunga jantan.
Merujuk pada analisis sidik ragam pada parameter bobot buah
memberikan hasil terbaik pada perlakuan P4 dengan rata-rata 1320,25 gram. Hal
ini dikarenakan pemberian pupuk kandang kotoran kerbau pada perlakuan P4
dengan dosis 800 gram dianggap mampu memenuhi kebutuhan unsur hara pada
tanaman terutama pada bagian bobot buah. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Daryono dkk (2015), menyatakanbahwa banyak unsur yang mempengaruhi
produksi tanaman melon, salah satunya adalah pemberihan unsur hara melalui
pemupukan, baik dari segi dosis maupun waktu aplikasi. Menurut Mardianto
32
(2014) menambahkan, Dosis pupuk organik yang lebih tinggi menghasilkan bobot
yang lebih besar. Berat buah tanaman ditentukan oleh nutrisi yang diterima
tanaman.
Merujuk dari penelitian yang dilakukan, peneliti menyadari bahwa penelitian
ini masih memiliki beberapa kekurangan dimana diantaranya terkait tentang pH
tanah, dimana dalam penelitian ini peneliti tidak memastikan keasaman tanah atau
pH tanah sebelum melakukan penelitian. Padahal menurut Mazmuiz (2016)
Tanaman melon bisa tumbuh baik pada pH 5,8 sampai dengan 7,2. Daryono dkk
(2015), Menambahkan Tanah lempung berpasir merupakan jenis tanah yang
disukai karena gembur dan banyak mengandung unsur hara seperti N, Fe, P, K,
Ca, Mg, S, Br, Mn, dan Zn. Tekstur dan rasa manis daging buah dipengaruhi oleh
ketinggian, sedangkan melon yang dibudidayakan di dataran tengah memiliki
tekstur yang unggul, daging buah yang tebal dengan rongga buah yang lebih
sedikit, dan rasa yang lebih manis. .Selain itu, peneliti juga tidak memastikan
terkait pemberian pupuk dasar pada tanah 1 bulan atau beberapa minggu sebelum
penanaman untuk memenuhui unsur hara pada tanah, padahal menurut Sarief
(1986) dalam Fitrianti dkk (2018) menyatakan Dengan memasukkan nuutrisi atau
unsur hara ke dalam tanah dapat memberikan unsur hara bagi tanaman, kesuburan
tanah dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Pemupukan akan membantu
meningkatkan pH tanah dan lingkungan di mana tanaman dapat tumbuh subur.
Selain itu pemasangan ajir juga seharusnya dilakukan pada waktu yang tepat
kisaran 1-5 hari setelah tanam, agar tidak merusak akar tanaman, hal ini didukung
oleh pernyataan Hendri Priyono (2019) Menyatakan ajir atau lanjaran dipasang di
saat saat tanaman melon telah merambat dan menjalar di usia 5-8 hari setelah
masa awal tanam, sembari diatur arah rambatannya. Dilakukannya pemasangan
ajir secepat mungkin agar tidak merusak akar tanaman. Herdianto dan Setiawan
(2015) Menambahkan hal ini bisa menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan
mengurangi prodktivitas tanaman. Kemudian terkait serangan hama, hal yang satu
ini perlu diperhatikan untuk mencegah serangan hama seperti tikus yang dimana
bisa saja menggagalkan penelitian yang kita lakukan. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Stern dkk (1959) dalam Sri Wahyuni dan Marwoto (2017)
Menyatakan Untuk penanganan populasi serangga, gunakan pendekatan
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pemberian pupuk kandang kotoran kerbau berpengaruh nyata
pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan umur berbunga,
namun tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot buah. Dosis pupuk kandang
kotoran kerbau terbaik terdapat pada perlakuan P3 (dengan dosis pupuk kandang
kotoran kerbau 650 gram) dengan nilai rata-rata tinggi tanaman 54,7 cm jumlah
daun 15,75 helai, dan diameter batang 1,1 cm, sedangkan perlakuan P4 (dengan
dosis pupuk kandang kotoran kerbau 800 gram) dengan parameter terbaik umur
berbunga dengan tercepat dari semua perlakuan dengan rata-rata yakni 25 HST,
dengan rata-rata bobot buah 1320,25 gram. Hal ini diduga karena adanya unsur
hara N, P dan K yang terkandung dalam pupuk kandang kotoran kerbau.
Sedangkan yang terendah P0 (tampa perlakuan) dari semua parameter diatas
dikarenakan kurangnya unsur hara seperti N, P dan K.
5.2 Saran
Untuk peneliti yang tertarik meneliti tanaman melon disarankan untuk
memperhatikan kondisi lahan penelitian terkait faktor keasaman tanah atau pH
tanah, pemberian unsur hara pada tanah beberapa minggu sebelum penanaman,
pemasangan ajir, iklim, dan mengenai pengendalian hama sebelum melakukan
penanaman. Agar kepada peneliti selanjutnya untuk mencari apa antisipasi yang
perlu dilakukan untuk mengantispasi ketika keadaan lingkungan dan keadaaan
cuaca seperti itu karena tanaman melon kurang pas dimusim hujan dikarenakan
melon tidak menghendaki kelembapan dan intesitas curah ujan yang berlebihan.
Untuk peneliti berikutnya yang tertarik meneliti tanaman melon dengan memakai
pupuk kandang kotoran kerbau agar memakai dosis yang berbeda untuk
mendapatkan hasil yang terbaik agar dapat dikembangkan dikemudian hari.
34