Anda di halaman 1dari 30

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan tanaman yang penting

sebagai makanan pokok, bahan baku industri pangan maupun sebagai makanan

tambahan dalam rangka diversifikasi pangan. Kandungan gizi ubi jalar segar terdiri

dari pati 22,64%, gula reduksi 0,30%, lemak 0,94%, protein 0,77%, kadar air

70,46%, kadar abu 0,84%, serat 3,00%, vitamin C 21,43 mg/100g dan antosianin

110,51 mg/100g (Ginting, 2011).Selanjutnya, dalam bidang kesehatan tanaman ubi

jalar juga mempunyai berbagai manfaat, yaitu sebagai anti oksidan, anti kanker, anti

bakteri, perlindungan terhadap kerusakan hati, penyakit jantung dan stroke

(Anonimus, 2013).

Data statistik di Riau menyatakan bahwa pada tahun 2018 produksi pangan

ubi jalar di Riau yaitu 3,780 ton, ketersediaan pangan untuk komoditi ubi jalar pada

tahun 2018 sebanyak 11,229 ton, kebutuhan konsumsi pangan untuk ubi jalar tahun

2018 sebanyak 12,267 ton sedangkan pasokan ubi jalar di Riau tahun 2018 sebanyak

7, 449 ton, (Badan Pusat Statistik Riau, 2019). Rendahnya produksi ubi jalar,

khususnya di Provinsi Riau disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitusistem

budidaya yang belum intensif, masih bersifat tradisional kesuburan tanah yang

rendah sehingga perlu diberikan penggunaan pupuk organik dan anorganik.

Abu janjang kelapa sawit dapat memperbaiki kondisi tanah, karena pupuk abu

janjang kelapa sawit selain mengandung K yang cukup tinggi, abu janjang juga

mengandung unsur hara lain seperti P, Mg, Ca, Fe, Mn, Zn, Cu. Abu janjang kelapa

sawit memiliki kelebihan yaitu mengandung unsur hara lengkap baik makro maupun

mikro kecuali unsur N yang hilang akibat proses pembakaran. Kebutuhan N pada
2

tanaman ubi jalar dapat dipenuhi dengan penambahan pupuk yang mengandung

unsur N yaitu pupuk nitrogen.

Selain abu janjang, untuk unsur hayati dapat menambahkan pupuk organik.

Salah satunya adalah pupuk organik cair (POC). POC adalah jenis pupuk yang

berbentuk cair tidak padat yang mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-

unsur penting guna kesuburan tanah. Pupuk organik cair adalah pupuk yang dapat

memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena

bentuknya yang cair, maka jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah dengan

sendirinya tanaman akan mudah mengatur penyerapan komposisi pupuk yang

dibutuhkan (Hanan, 2017). Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan

konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman.

Apabila diberikan dengan konsentrasi, waktu, dan cara kerja yang tepat,

pemupukan dengan cara disemprotkan ke daun, relatif lebih mudah diserap oleh

tanaman dengan sempurna dan menghindari kerusakan sifat fisik dan kimia tanah.

Pemupukan lewat daun berupa pupuk organik relatif dapat memperbaiki kulalitas

tanah. Salah satu pupuk cair organik (pupuk daun) yang dikenal petani adalah pupuk

organik Nasa yang terdiri atas pupuk POC Nasa (Herdian, 2013). Pupuk Nasa

merupakan pupuk yang diproduksi dari bahan-bahan alam seperti protein hewan,

tulang hewan, dan bahan dari tumbuh-tumbuhan, sehingga menghasilkan suatu

campuran nutrisi yang benar-benar mudah diserap oleh tanaman dan dapat

memperbaiki kondisi lahan (Herdian, 2013).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh abu janjang kelapa sawit dan POC NASA terhadap pertumbuhan

serta hasil tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.)”.


3

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh interaksi abu janjang kelapa sawit dan POC

NASA terhadap pertumbuhan serta hasil tanaman ubi jalar

2. Untuk mengetahui pengaruh utamaabu janjang kelapa sawit terhadap

pertumbuhan serta hasil tanaman ubi jalar

3. Untuk mengetahui pengaruh utama POC NASA terhadap pertumbuhan serta

hasil tanaman ubi jalar

C. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan:

1. Pemanfaatan Abu janjang kelapa sawit dapat diaplikasikan pada tanaman

ubi jalar.

2. Dapat membudidayakan ubi jalar dengan penggunaan abu janjang kelapa

sawit dan POC NASA.

3. Dapat menjadi referensi petani dan masyarakat dalam penggunaan abu

janjang kelapa sawit dan POC NASA untuk pertumbuhan tanaman ubi

jalar.

D. Hipotesis

H0 :

1. Tidak ada pengaruh interaksi abu janjang kelapa sawit dan POC NASA

terhadap pertumbuhan serta hasil tanaman ubi jalar

2. Tidak ada pengaruh utama abu janjang kelapa sawit terhadap pertumbuhan

serta hasil tanaman ubi jalar

3. Tidak ada pengaruh utama POC NASA terhadap pertumbuhan serta hasil

tanaman ubi jalar


4

H1 :

1. Ada pengaruh interaksi abu janjang kelapa sawit dan POC NASA terhadap

pertumbuhan serta hasil tanaman ubi jalar

2. Ada pengaruh utama abu janjang kelapa sawit terhadap pertumbuhan serta

hasil tanaman ubi jalar

3. Ada pengaruh utama POC NASA terhadap pertumbuhan serta hasil

tanaman ubi jalar


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Al-quran Surat Al-An’am Ayat 95 berbunyi yang artinya :

“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan.

Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang

hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih

berpaling?”

Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah menurunkan air dari

langit, lalu diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan air itu

ditumbuhkan-Nya tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, kemudian

menjadi kering, lalu engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-

Nya hancur berderai-derai. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi

orang-orang yang mempunyai akal sehat. (QS. Az-Zumar: 21)

Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) berasal dari daerah tropik dan sub tropik

Amerika, yang menyebar ke daerah tropik dan sub tropik lainnya, termasuk

Indonesia. Tanaman ini termasuk famili Convolvulaceae (kekangkungan). Ubi jalar

adalah tanaman merambat dengan batang yang bervariasi dalam ketebalan, panjang,

dan kebiasaan pertumbuhan. Umbi tanaman ubi jalar adalah akar yang membesar dan

sebagai makanan cadangan bagi tanaman, dengan bentuk antara lonjong sampai agak

bulat. Warna kulit umbi bervariasi, dari putih kotor, kuning, merah muda, jingga,

sampai ungu tua. Warna daging putih, krem, merah muda, kekuning-kuningan, dan

jingga tergantung jenis dan banyaknya pigmen yang terdapat dalam kulit. Pigmen

yang terdapat di dalam umbi ubi jalar adalah karotenoid dan antosianin (Latifah,

2010)
6

Ubi jalar merupakan tanaman ubi-ubian yang tergolong tanaman semusim

(berumur pendek) dan memiliki prospek cerah pada masa yang akan datang karena

dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan penghasil karbohidrat dan juga sebagai

bahan industri. Ubi jalar sebenarnya sudah banyak dikenal di Indonesia, namun

potensinya belum berkembang optimal (Yosi, 2017). Pemanfaatan ubi jalar di dalam

negeri masih terbatas. Ubi jalar sebagian besar dikonsumsi oleh masyarakat dengan

cara direbus, digoreng dan diolah menjadi kripik, selain itu ubi jalar juga

dimanfaatkan untuk pakan ternak (Asmara, 2014).

Beberapa sinonim ubi jalar disebutkan berdasarkan wilayahnya, diantaranya

sweet potatoes (Inggris), dan nama lain seperti Camote, Kamote, Man Thet, dan ubi

keladi. Beberapa sebutan ubi jalar yang digunakan di Indonesia diantaranya tela

rambat (Jawa), mantang (Banjar), Hui (Sunda) (Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Pangan, 2011)

Ubi jalar yang dikenal di Sumatera ada berbagai jenis, tetapi ubi jalar putih

yang paling umum dikenal, selain itu ada ubi jalar ungu dan ubi jalar kuning

(Mulyawanti, 2015). Ubi jalar mengandung karbohidrat tertinggi keempat setelah

beras, jagung dan ubi kayu (Irawan, 2014). Ubi jalar ungu merupakan salah satu jenis

ubi jalar memiliki warna ungu yang cukup pekat pada daging umbinya, sehingga

banyak menarik perhatian. Warna ungu pada ubi jalar disebabkan oleh adanya

pigmen ungu antosianin yang menyebar dari bagian kulit sampai dengan daging

umbinya. Konsentrasi antosianin inilah yang menyebabkan beberapa jenis ubi ungu

mempunyai gradasi warna ungu yang berbeda (Hardoko et al., 2010).

Kedudukan dari tanaman ubi jalar dapat disajikan dalam sistematika seperti

berikut: Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae (tumbuhan berbunga),


7

Kelas : Dicotyledoneae (berbiji belah atau berkeping dua), Ordo : Tubiflorae,

Famili : Convolvulaceae, Genus : Ipomoea, Spesies : Ipomoea batatas (L.) Lamb.

(Tina, 2010).

Ubi jalar merupakan salah satu dari famili Convolvulaceae yang umum

dibudidayakan, selain itu adapula kangkung darat (Ipomoea reptans) dan kangkung

air (Ipomoea aquatica), kangkung pagar atau biasa disebut kangkung hutan (Ipomoea

fistulosa), Ipomoea triloba, dan rincik bumi (Ipomoea quamoqlit) yang tumbuh liar

(Tina, 2010).

Ubi jalar merupakan tanaman ubi-ubian dan tergolong tanaman semusim.

Tanaman ini tumbuh menjalar pada permukaan tanah, dengan panjang tanaman yang

dapat mencapai 3 meter. Pada dasarnya akar ubi jalar ungu dibedakan menjadi dua

tipe, yaitu akar penyerap hara di dalam tanah disebut akar sejati (akar serabut) dan

akar tunggang warna putih, penyimpan energi hasil fotosintesis, yang dapat

membesar membentuk ubi atau akar lumbung (Supadmi, 2010)

Bantuk batang ubi jalar adalah membulat. Warna batang dominan hijau,

kuning, ungu dan kombinasi dari ketiganya. Pada permukaan batang yang masih

muda terdapat rambut menyerupai bulu yang halus, tetapi cenderung rontok seiring

dengan bertambahnya umur tanaman. Faktor eksternal yang mempengaruhi Diameter

batang, diantaranya kesuburan tanah, suhu dan air. Tetapi faktor genetik merupakan

karakter tetap (Puslitbang Tanaman Pangan, 2012).

Bunga ubi jalar ungu termasuk bunga majemuk, yang berbentuk terompet

diketiak daun, kelopak bentuk lonceng, bertaju lima, daunnya berwarna hijau,

panjang daunnya 3-5 cm dan lebar bagian ujung antara 3-4 cm. Daun melekat pada
8

mahkota, mahkota bunga bentuk coron yang berwarna putih atau lembayung muda,

ungu dibagian dalam tabungnya (Neltriana, 2015).

Ubi jalar dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Salah satu

faktor utama yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman ubi jalar adalah

temperatur, kelembaban udara, curah hujan, penyinaran matahari , keadaan angin,

keadaan tanah, letak geografi tanah, tofografi tanah dan sifat tanah (Handawi, 2010).

Ditinjau dari sisi permintaan, permintaan ubi jalar di pasar domestik terus

meningkat baik dalam bentuk konsumsi segar maupun olahan sebagai akibat

peningkatan jumlah penduduk dan berkembangnya teknologi penanganan pasca

panen dan pengolahan berbahan baku ubi jalar. Di masa datang, permintaan industri

pangan terhadap ubi jalar diperkirakan meningkat seiring dengan upaya

pengembangan pangan lokal. Dalam hal ini tepung serealia dan umbi-umbian lokal

dapat mensubtitusi terigu dan tepung beras sampai 20-50 persen untuk pembuatan

aneka kue, cake, mie, dan roti tawar (Anonima , 2010).

Temperatur dapat membentuk umbi yang optimal, yaitu berkisar 20 o C – 27o

C (Js& Cahyono, 2012). Tetapi ubi jalar masih mampu tumbuh pada suhu toleran

minimum 16o C dan Maksimum 40o C tetapi dengan hasil yang kurang baik (Js &

Cahyono, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh (Gajanayake, et al., 2014) dalam

jurnal yang ditulis bahwa suhu dasar untuk ekspansi daun adalah 15.5 oC dan suhu

optimum untuk petumbuhan biomassa batang adalah 30.1 oC. Suhu yang rendah dapat

menyebabkan rendahnya kandungan karbohidrat dan menghambat pertumbuhan

umbi (Js & Cahyono, 2012).

Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri

atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses
9

rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik

untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Definisi tersebut

menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik

atau bahan organik dari pada kadar haranya, nilai C-organik itulah yang menjadi

pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam

ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik

(Agus,F dan Subiksa. 2018).

Pupuk organik juga dapat berbentuk limbah, salah satu limbah pertanian

adalah janjang kelapa sawit. Limbah tersebut dapat digunakan dengan berbagai

bentuk, misalnya berupa abu. Pemberian limbah pertanian dalam bentuk abu dapat

memberikan beberapa keuntungan dibandingkan dalam bentuk segar, karena unsur

hara yang terkandung didalam abu relative lebih cepat tersedia bagi tanaman. Selain

itu, pemberiaan abu dapat meningkatkan kesuburan tanah sehingga mampu

meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, (Ryadi, R., Sampoerno dan Al

Ikhsan, A. 2015).

Salah satu pupuk organik yang mengandung unsur K yang tinggi adalah abu

janjang kelapa sawit dapat digunakan sebagai salah satu ameliorant di tanah karena

mempunyai kandungan unsur hara yang lengkap baik makro maupun mikro,

diantaranya 40% K2O, 7% P205, 9% CaO, 3% MgO, 1. 200 ppm Fe, 1.000 ppm Mn,

400 ppm Zn dan 100 ppm Cu, mampu meningkatkan pH tanah dan memiliki

kejenuhan basa yang tinggi (Rizal, S., Maftuh, K., Sutrisno. 2018). Abu janjang

kelapa sawit berasal dari limbah padat yang telah mengalami pembakaran pada suhu

tinggi (insenerasi pada suhu 6000c) didalam insenerator dipabrik kelapa sawit dan
10

juga bisa dilakukan melalui pembakaran secara manual (Ryadi, R., Sampoerno dan

Al Ikhsan, A. 2015).

Janjang kosong kelapa sawit merupakan limbah dengan volume yang paling

banyak dari proses pengolahan tandan buah segar (TBS) pada pabrik kelapa sawit

yang mencapai 21% dari TBS yang diolah. Janjang kosong kelapa sawit bila dibakar

akan menghasilkan abu sebanyak 1,65% dari janjang kosong. Abu hasil pembakaran

ini belum dimanfaatkan secara optimal karena masih belum besarnya keinginan

petani dalam memanfaatkan pupuk buatan pabrik dan juga harganya yang mahal,

(Ryadi, R., Sampoerno dan Al Ikhsan, A. 2015).

Abu janjang kelapa sawit dapat meningkatkan kesuburan tanah terutama hara

tanah, karena unsur hara yang dikandungnya dapat terekstraksi dengan air sehingga

dapat mudah diserap oleh tanaman, sedangkat sifat alkalisnya dapat meningkatkan

pH tanah dan unsur lain, dapat meningkatkan kadar air garam yang terlarut dalam

tanah. Abu janjang kelapa sawit memiliki dua peran, yakni sebagai bahan organik

yang dapat menurunkan keasaman tanah dan kandungan hara yang dikandungnya

mudah tersedia bagi tanaman (Rizal, S., Maftuh, K., Sutrisno. 2018).

Dalam penggunaan abu janjang kelapa sawit pada budidaya tanaman

semusim pembagian dosisnya perlu di perhatikan. Abu janjang kelapa sawit juga

memudahkan ketersediaan unsur hara didalam tanah bagi tanaman, karena ekstrak

abu janjang kelapa sawit mudah larut didalam tanah apabila di introgasikan dengan

pupuk akan mempermudah dan mempercepat tanaman menyerap unsur hara ( Hayati

dkk, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Purba, 2016), menunjukkan bahwa

pemberian abu janjang kelapa sawit sebanyak 3 kg/ plot (15ton/ha) berpengaruh
11

nyata terhadap jumlah umbi per tanaman, produksi umbi pertanaman, produksi umbi

per plot, dan panjang tanaman pada tanaman ubi jalar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pinta, (2009) menyatakan bahwa

pemberian abu janjang kelapa sawit dengan dosis 120 kg/ha dapat meningkatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah.

Selain pupuk organik padat, pada penelitian ini juga menggunakan pupuk

organik berbentuk cair, pupuk organik cair yang digunakan dalam penelitian ini

adalah POC NASA yang merupakan pupuk organik lengkap. POC NASA digunakan

dengan cara disemprotkan pada bagian tanaman seperti, bagian bawah daun,

permukaan daun, ranting, dan batang tanaman hingga cukup basah (merata).

Kandungan unsur hara dalam pupuk organik cair POC NASA adalah N, P2O5, K2O

± 0,18 %, C organik lebih dari 4 % zn 41,04 ppm, Cu 8,43 ppm, Mn 2,42 ppm, Co

2,54 ppm, Fe 0,45 ppm, S 0,12 %, Ca 60,40 ppm, Mg 16,88 ppm, Cl 0,29 %, Na 0,15

%, B 60,84 ppm, Si 0,01 %, Al 6,38 ppm, NaCl 0.98 %, Se 0,11 ppm, Cr < 0,06

ppm, Mo < 0,2 ppm, V <0,04 ppm, So4 0,35%, pH 7,9 C/N, ratio 76,67 %, lemak

0,44 %, protein 0,72%, (Kardinan, A. 2011).

Pupuk organik cair POC NASA adalah pupuk organik cair hasil penemuan

yang luar biasa dalam dunia pertanian. Berdasarkan penelitian pupuk organic POC

NASA dapat memenuhi nutrisi pada tanaman antara lain : Unsur Hara Makro dan

Mikro, Zat Pengatur Tumbuh serta Mikro organisme tanah. Pupuk POC NASA

sangat cocok untuk berbagai jenis tanaman seperti, sayuran, Buah-buahan, tanaman

hias, padi, palawija dan lain-lain dalam membantu proses fotosintesis tanaman

sehingga dalam proses pematangan buah sempurna (Kardinan, A. 2011). Manfaat

dan keunggulan POC NASA adalah : 1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas


12

produksi tanaman serta kelestarian lingkungan/tanah. 2) Menggemburkan tanah yang

dulunya keras 3) Melarutkan sisa-sisa pupuk kimia dalam tanah, sehingga dapat

dimanfaatkan oleh tanaman 4) Memberikan semua jenis unsur makro dan unsur

mikro lengkap bagi tanaman 5) Dapat mengurangi jumlah penggunaan Urea, Sp-36,

dan KCl ± 12,5 % -25 %. 6) Setiap 1 liter POC NASA memiliki fungsi unsur hara

mikro setara dengan 1 ton pupuk kandang 7) Memacu pertumbuhan tanaman,

merangsang pembungaan dan pembuahan serta mengurangi kerontokan bunga dan

buah 8) Membantu perkembangan mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi

tanaman 9) Membantu mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit tanaman

POC NASA merupakan bahan organik murni berbentuk cair dari limbah

ternak dan unggas, limbah alam dan tanaman, beberapa jenis tanaman tertentu yang

di proses secara alamiah. POC NASA berfungsi multiguna yaitu selain terutama

dipergunakan untuk semua jenis tanaman pangan (padi, palawija, dll) hortikultura

(Sayuran, buah, bunga) dan tanaman tahunan (Coklat, kelapa sawit) juga untuk

ternak/unggas dan ikan/udang. Kandungan unsur hara mikro dalam 1 liter POC

NASA mempunyai fungsi setara dengan kandungan unsur hara mikro 1 ton pupuk

kandang. Kandungan yang dimiliki POC NASA berangsur-angsur akan memperbaiki

konsistensi (kegemburan) tanah yang keras serta melarutkan SP-36 dengan cepat

(Kardinan, A. 2011).

Kandungan Hormon atau zat pangatur tumbuh (Auxin, Gibrerelin dan

Sitokinin) akan mempercepat perkecambahan biji, pertumbuhan akar, perbanyak

umbi, fase vegetatif/pertumbuhan tanaman serta memperbanyak dan mengurangi

kerontokan bunga dan buah. Aroma khas POC NASA akan mengurangi serangan

hama (insek). POC NASA akan memacu perbanyakan senyawa untuk meningkatkan
13

daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Jika serangan hama penyakit

melebihi ambang batas pestisida tetap digunakan secara bijaksana POC NASA hanya

mengurangi serangan hama penyakit bukan untuk menghilangkan sama sekali

(Kardinan, A. 2011).

Hasil penelitian Nurahmi (2010) menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi

pupuk organik cair NASA (4 cc/liter air) dan zat pengatur tumbuh hormonik (2

cc/liter air) merupakan konsentrasi yang lebih untuk mendapatkan kualitas dan

kuantitas berat barangkasan dan berat bunga tanaman ubi jalar.


14

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya Perhentian

Marpoyan Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan

November 2020 sampai dengan Maret 2021. (Lampiran 1).

B. Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ubi jalar

varietas Bima (Lampiran 2), abu janjang kelapa sawit, POC NASA, Furadan,

Dithane M-45, EM4, Decis, paku, seng plat, tali rafia, cat dan kuas. Alat yang

digunakan adalah cangkul, parang, gembor, ember, handsprayer, meteran, timbangan

analitik, kayu lanjaran, pipet, alat tulisdan kamera.

C. Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah dosis

abu janjang kelapa sawit (A) terdiri dari 4 taraf perlakuan dan pemberian POC

NASA (P) terdiri dari 4 taraf perlakuan, sehingga terdapat 16 kombinasi perlakuan

dengan 3 ulangan maka ada 48 unit percobaan. Masing-masing unit terdiri dari 4

tanaman dan 2 tanaman dijadikan sebagai sampel, sehingga keseluruhan tanaman

192 batang.
15

Adapun perlakuan tersebut adalah:

Faktor pemberian abu janjang kelapa sawit (A) terdiri dari 4 taraf yaitu:

A0 : Tanpa abu janjang kelapa sawit

A1 : Abu janjang kelapa sawit 300g /plot

A2 : Abu janjang kelapa sawit 350g /plot

A3 : Abu janjang kelapa sawit 400g /plot

Faktor pemberian POC NASA Sawit (P) terdiri dari 4 taraf yaitu:

P0 : Tanpa POC NASA

P1 : POC NASA 2 cc/liter air

P2 : POC NASA 4 cc/liter air

P3 : POC NASA 6 cc/liter air).

Kombinasi perlakuan abu janjang kelapa sawit dan POC NASA dapat dilihat

pada tabel 1.

Tabel 1. Kombinasi perlakuan abu janjang kelapa sawit dan POC NASA

Abu Janjang Kelapa Sawit


POC NASA
P0 P1 P2 P3

A0 A0P0 A0P1 A0P2 A03

A1 A1P0 A1P1 A1P2 A1P3

A2 A2P0 A2P1 A2P2 A2P3

A3 A3P0 A3P1 A3P2 A3P3

Data hasil pengamatan terakhir masing-masing parameter dianalisis secara

statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Jika F hitung

diperoleh lebih besar dari F tabel, maka dilakukan uji lanjut Beda Nyata Jalur (BNJ)

pada taraf 5%.


16

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan lahan

Lahan yang akan dijadikan untuk penelitian dibersihkan terlebih dahulu dari

rumput dan kotoran lain seperti sampah dan ranting-ranting yang akan

mengganggu selama proses penelitian.

2. Pembuatan guludan

Lahan yang sudah dibersihkan kemudian dilakukan pengolahan tanah

sebanyak 2 kali. Pencangkulan pertama dengan cara mencangkul tanah

sedalam 30 cm, lalu guludan dibentuk dengan ukuran 1 m x 0,5 m, sehingga

guludan dibuat sebanyak 48 guludan dengan jarak antar plot yaitu 50 cm.

Setelah itu dilakukan pengolahan kedua dengan menggemburkan tanah

dengan cangkul agar tanah yang menggumpal menjadi remah dan gembur.

3. Persiapan Bahan Perlakuan

a. Abu Janjang Kelapa Sawit

Abu janjang kelapa sawit yang akan digunakan pada penelitian ini

didapatkan dari PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk, di Jl. Riau Ujung No 5,

Pekanbaru, Riau.

b. POC NASA

POC NASA yang digunakan untuk penelitian diperoleh dari Toko

Pertanian, di Jalan Khairudin Nasution, simpang pasir putih, kota

Pekanbaru.

4. Pemasangan Label. Pemasangan label dilakukan sebelum melakukan

penanaman. Label dipasang sesuai dengan perlakuan masing-masing plot


17

pada denah penelitian (Lampiran 3). Ukuran label yang digunakan yaitu 10 x

20 cm

5. Pemupukan Dasar

Guludan yang sudah terbentuk, selanjutnya di berikan pupuk dasar, yaitu

dengan memberikan pupuk kandang dengan dosis 20 kg/Ha/guludan,

kemudian di aduk dengan cangkul hingga merata.

6. Pemberian Perlakuan

a. Pemberian abu janjang kelapa sawit

Pemberian abu janjang kelapa sawit dilakukan sekali selama penelitian,

yaitu dua minggu setelah tanam dengan cara disebar ketanah kemudian

diaduk merata. Adapun perlakuan masing-masing yaitu untuk A0 : Tanpa

abu janjang kelapa sawit, A1 : Abu janjang kelapa sawit 300 g /plot, A2 :

Abu janjang kelapa sawit 350 g /plot, dan A3 : Abu janjang kelapa sawit

400 g /plot.

b. POC NASA

Pemberian POC NASA dilakukan dua selama penelitian, yaitu dua minggu

setelah tanam dan 4 minggu setelah tanam dengan cara disiram ketanah

sesuai dengan perlakuan yaitu untukP0 : Tanpa POC NASA, P1 : POC

NASA 2 cc/ liter air, P2 : POC NASA 4 cc/liter air, dan P3 : POC NASA 6

cc/liter air).

7. Penanaman

Penanaman dilakukan seminggu setelah pemupukan dasar. Penanaman bibit

tanaman ubi jalar dilakukan dengan membuat lubang tanam sedalam 2-3 cm.
18

Masing-masing lubang tanam diberikan 1 bibit tanaman ubi jalar. Penanaman

dilakukan pada sore hari.

8. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan pagi dan sore. Penyiraman dilakukan menggunakan

gembor dengan cara menyiram tanah disekitar perakaran tanaman. Saat

hujan turun, penyiraman tidak dilakukan.

b. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut gulma yang

tumbuh di sekitar tanaman, sedangkan gulma yang tumbuh antar polibag

dibersihkan dengan menggunakan cangkul, kemudian gulma dibuang

keluar areal penelitian. Penyiangan dilakukan 2 minggu setelah tanam

sampai memasuki masa panen.

c. Pengendalian hama dan penyakit

Untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman secara preventif

dilakukan cara yaitu melakukan pencegahan dengan menyemprotkan

insektisida Decis 25 ec keseluruh bagian tanaman dengan dosis yang

digunakan yaitu 2 ml/liter air. Kemudian untuk menghindari penyakit

maka dilakukan pencegahan menggunakan fungisida Dithane M-45

dengan dosis 3 g/liter air. Sedangkan untuk pengendalian hama dan

penyakit tanaman secara kuratif dilakukan apabila tanaman gambas telah

diserang oleh hama atau penyakit.


19

9. Panen

Pemanenan ubi jalar bisa dilakukan setelah tanaman menguning. Panen

dikatakan berhasil jika tiap satu bibit yang ditanam minimal menghasilkan 1

kg umbi. Secara umum, tanaman ubi jalar yang baik dan tidak terserang hama

akan menghasilkan umbi lebih dari 25 ton per hektar. Bahkan pada ubi jalar

varietas tertentu seperti kalasan bisa menghasilkan hingga 30-40 ton per ha.

Setelah dipanen, ubi jalar dicuci dan disortil kemudian masukkan dalam

karung dan simpan ditempat kering.

E. Parameter Pengamatan

Adapun parameter pengamatan yang diambil adalah sampel pada setiap plot,

parameter meliputi:

1. Umur Panen (hari)

Pengamatan umur panen dilakukan pada saat 50% jumlah dari populasi

tanaman menunjukkan kriteria siap panen. Kemudian dihitung umur panen

dengan cara menghitung jumlah hari penanaman sampai panen. Data hasil

pengamatan dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

2. Jumlah Umbi Perumpun (buah)

Pengamatan jumlah umbi perumpun dilakukan bersamaan dengan kegiatan

pemanenan dengan cara menghitung jumlah umbi pada tanaman sampel.

Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk

tabel.

3. Berat Brangkasan Basah (g)

Pengamatan berat brangkasan basah dilakukan setelah kegiatan pemanenan

dengan cara menghitung berat bekas tanaman sampel yang masih segar,
20

kemudian ditimbang dengan timbangan analitik. Data hasil pengamatan

dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

4. Berat Brangkasan Kering (g)

Pengamatan berat brangkasan kering dilakukan setelah kegiatan pemanenan

dengan cara menghitung berat bekas tanaman sampel yang sudah

dikeringkan dengan menggunakan oven selama 48 jam, kemudian

ditimbang dengan timbangan analitik. Data hasil pengamatan dianalisis

secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

5. Diameter Umbi (mm)

Pengamatan diameter umbi dilakukan dengan cara mengukur diameter umbi

dengan menggunakan tali yang dililitkan ke bagian tengah umbi secara

melingkar, kemudian diukur dengan menggunakan penggaris. Data yang

diperoleh dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

6. Berat Umbi Per guludan (g)

Pengamatan berat umbi perguludan dilakukan setelah pemanenandengan

menggunakan timbangan analitik. Data yang diperoleh dianalisis secara

statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

7. Berat Umbi Per Umbi (g)

Pengamatan berat umbi per umbi dilakukan setelah pemanenan. Parameter

ini dihitung dengan menggunakan rumus :

Berat umbi per tanaman


Jumlah umbi per tanaman
21

IV. ANALISIS STATISTIK

Analisa yang digunakan untuk mendapatkan hasil dan kesimpulan dalam

penelitian ini dengan mengunakan analisis statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL)

yang disusun secara faktorial dengan menggunakan rumus :

Yijr = µ + Ai + Pj + (AP)ij + Eijr

Dimana :

Yijr = Hasil pengamatan dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j

pada ulangan ke-r

µ = Nilai tengah umum

Ai = Pengaruh faktor A pada taraf ke - i

Pj = Pengaruh taraf faktor P pada taraf ke - j

(AP)ij = Pengaruh Interaksi antara taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor P

Eijr = Pengaruh eror/sisa dari satuan percobaan dari faktor A taraf ke - i dan taraf

faktor P taraf ke - j serta ulangan sampai ke-r

Keterangan :

A = Faktor (Abu janjang kelapa sawit)

P = Faktor (POC NASA)

r = Banyaknya ulangan.

i = Banyaknya taraf perlakuan Faktor A

j = Banyaknya taraf perlakuan Faktor P


22

Tabel 2. Data Parameter Pengamatan

Faktor Faktor P
Ulangan Jumlah Rerata
A P0 P1 P2 P3
1 Y001 Y011 Y021 Y031
A0 2 Y002 Y012 Y022 Y032
3 Y003 Y013 Y023 Y033
Jumlah J00. J01. J02. J03. J0..
Rerata Y00. Y01. Y02. Y03. Y0..
1 Y101 Y111 Y121 Y131
A1 2 Y102 Y112 Y122 Y132
3 Y103 Y113 Y123 Y133
Jumlah J10. J11. J12. J13. J1..
Rerata Y10. Y11. Y12. Y13. Y1..
1 Y201 Y211 Y221 Y231
A2 2 Y202 Y212 Y222 Y232
3 Y203 Y213 Y223 Y233
Jumlah J20. J21. J22. J23. J2..
Rerata Y20. Y21. Y22. Y23. Y2..
1 Y301 Y311 Y321 Y331
A3 2 Y302 Y312 Y322 Y332
3 Y303 Y313 Y323 Y333
Jumlah J30. J31. J32. J33. J3..
Rerata Y30. Y31. Y32. Y33. Y3..
Jumlah Besar J.0. J.1. J.2. J.3. J...
Rerata Besar Y.0. Y.1. Y.2. Y.3. Y...
23

Tabel 3. Analisis Ragam (ANOVA)


F Tabel
SV DB JK KT F Hitung
(5 %)
FK 1 - - - -
A 3 JKA JKA/3 KTA/KTS -
P 3 JKP JKP/3 KTP/KTS -
AP 9 JKAP JKAP/9 KTAP/KTS -
SISA 32 SISA JKS/32 - -
TOTAL 47

Analisis Sidik Ragam

( j …) ²
FK =
h .u . r

JKT = (Y001)² + (Y002)² + (Y003)² + ……. + (Y333)² - FK

( J 0. . ) ²+ ( J 1. . )2+ ( J 2. . )2 +( J 3. .)²
JKA = - FK
n.r

( J .0 . ) ²+ ( J .1 . )2+ ( J .2 . )2 +(J .3 .)²


JKP = - FK
K .r

( J 00. ) ²+ ( J 01. )2 + ( J 02. )2 + ( J 03. )2+ … ..+(J 33.)²


JKAP = – FK
r

JK Sisa = JKT-JKA-JKP-JKAP

KTK
F.Hit A =
KTS

KTN
F.Hit P =
KTS

KTKN
F.Hit AP =
KTS

KK =
√ KTS X 100 %
Y…

Keterangan :

FK : Faktor Koreksi
24

JKT : Jumlah Kudrat Tengah

JKA : Jumlah Kuadrat untuk semua taraf perlakuan faktor A

JKP : Jumlah Kuadrat untuk semua taraf perlakuan faktor P

JKAP : Jumlah Kuadrat untuk interaksi faktor A dan faktor P

JK Sisa : Jumlah Kuadrat Kesalahan (eror)

KTA : Kuadrat Tengah faktor A

KTP : Kuadrat Tengah faktor P

KTS : Kuadrat Tengah Sisa

KK : Kofisiensi Keragaman

Jika dari hasil ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata

terhadap parameter yang diamati maka dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata

Jujur, pada taraf 5% dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Untuk interaksi faktor A dan P = BNJ α = q α ( t . DBS ) X


√ KTS
r

Untuk faktor A = BNJ α = q α ( t . DBS ) X


√ KTS
n xr

Untuk faktor P= BNJ α = q α ( t . DBS ) X


√KTS
K xr

Keterangan :

DB : Derajat Bebas

KT : Kuadrat Tengah

t : Jumlah Perlakuan faktor A, P dan interaksi AP

qα : Nilai pada tabel q (Tukey) pada taraf α (0,05)


25

V. ANGGARAN BIAYA

Tabel 4. Anggaran Biaya Penelitian

Harga Satuan Harga


No. Nama Bahan Kuantitas
(Rp) Keseluruhan (Rp)
1 Bibit Ubi jalar 200 batang 10.000 200.000
2 Janjang Kelapa Sawit 20 kg 10.000 200.000
3 POC NASA 5 liter 50.000 250.000
4 Pupuk Kandang 1 karung 16.000 16.000
5 Dithane M-45 1 bungkus 30.000 30.000
6 Decis 25 EC 1 botol 30.000 30.000
7 Tali Rapia 1 gulungan 15.000 15.000
8 Paku 200 gram 5.000 10.000
9 Spanduk Penelitian 1 lembar 35.000 35.000
Subtotal (Rp) 786.000
A. Alat-alat
Harga Satuan Harga
No Nama Bahan Kuantitas
(Rp) Keseluruhan (Rp)
1 Alat tulis 1 paket 20.000 20.000
2 Kuas 1 buah 5.000 5.000
3 Seng plat (2m x 1m) 1 lembar 35.000 35.000
Subtotal (Rp) 60.000

B. Biaya lain-lain
Harga Satuan Harga
No Nama Bahan Kuantitas
(Rp) Keseluruhan (Rp)
1 Sewa Lahan 1 unit 25.000 25.000
2 Biaya proposal 10 proposal 20.000 200.000
3 Biaya tak terduga. Lain-lain 200.000 200.000
Subtotal (Rp) 425.000
A+B+C Total Anggaran 1.271.000

Terbilang: “Satu Juta Dua Ratus tujuh puluh satu Ribu Rupiah”
26

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F, dan I. G. M. Subiksa. 2018. Potensi untuk pertanian dan aspek


lingkungan. Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.

Anonim. 2010. Keterkaitan produksi, Perdagangan, dan Konsumsi Ubi Jalar untuk
Meningkatkan 30 Persen Partisipasi Konsumsi Mendukung Program
Penganekaragaman Pangan dan Gizi. http://pse.litbang.deptan.go.id. Diakses
tanggal 6 Oktober 2020

Anonimus. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2011. Tanaman


Ubi Jalar.

Anonimus. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2012. Tanaman


Ubi Jalar.

Anonim. 2013. Pengujian Organoleptik. Di dalam Buku: Pengujian Organoleptik.


Program studi Teknologi Pangan. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Apriliyanti, Tina. 2010. Kajian Sifat Fisikokimia dan Sensori Tepung Ubi Jalar Ungu
Dengan Variasi Proses Pengeringan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta

Asmara, V.T., 2014. Peningkatan Kualitas Pasta Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas
L.) Varietas Ayamurasaki Melalui Proses Hidrolisis Enzimatis. Tesis. Institut
Pertanian Bogor.

BPS Riau. 2019. Data Produksi Tanaman Ubi Jalar 2016-2018. Riau

Ginting, E., Joko, S., Utomo, Yulifianti, R dan Yusuf, M. 2011. Potensi Ubi Jalar
Ungu Sebagai Pangan Fungsional. Iptek Tan. Pang. 6(1)

Hanan2, R. Ruarita R.K1, dan Achmad W.A3. Respon Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt.) Akibat Pemberian
Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair. Jurnal Triagro Vol 2 No.1 Januari – Juni
2017. Palembang

Handawi P.S. Rachman, 2010. Kajian Keterkaitan Produksi, Perdagangan dan


Konsumsi Ubi Jalar Untuk Meningkatkan 30% Partisipasi Konsumen
Mendukung Program Keanekaragaman Pangan dan Gizi.
27

Handoko, S., A. Sazungallo., Y. Mustamu., Dan F. Luhulima. 2010. Pemanfaatan


Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L. Poir) Sebagai Pengganti Tepung
Terigu Pada Roti Tawar. Universitas Pelita Harapan. Jakarta. Jurnal
Teknologi dan Industry Pangan

Herdian, D. 2013. Pengaruh Konsentrasi Poc Nasa Dan Varietas Terhadap


Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum
Mill). Skripsi. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Teuku Umar Meulaboh. Aceh Barat

Irawan, A., 2014. Karakteristik Minuman Fermentasi Sari Ubi jalar Kuning
(Ipomoea batatas L.). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

Kardinan, A. 2011. Pupuk Organik Cair Nasa. POC NASA. Com. Febuari, 2011

Mulyawanti, I., 2015. Optimasi Formula Pasta Ubi Jalar Ungu dengan Mixture
Design dan Penentuan Umur Simpannya. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Nurahmi, E. 2010. Pertumbuhan Dan Hasil Kubis Bunga Akibat Pemberian Pupuk
Organik Cair Nasa Dan Zat Pengatur Tumbuh Hormonik. Jurnal Agrista. 14
(3) : 08-83.

Purba., D, W. 2016. Kajian Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar (Ipomoea


BatatasL.). terhadap Bokashi Tankos Kelapa Sawit dan Pemangkasan.

Ryadi, R. Sampoerno,. dan Al Ikhsan Amri. 2015. Uji Penggunaan Jenis Abu
terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elais queneensis Jacq) di pembibitan
utama. jurnal. JOM FAPERTA VOL. 3. NO. 1 Februari 2015. Universitas
Riau. Riau.

Yosi, Sharmila. 2017. Pengaruh Jenis Ubi Jalar, Suhu Dan Lama Penyimpanan
terhadap Karakteristik Pasta Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.). Skripsi.
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Sriwijaya.

Zuraida, N. dan Supriati, Y. 2011. Usaha Tani Ubi Jalar Sebagai Bahan Pangan
Alternatif dan Diversifikasi Sumber Karbohidrat. Buletin Agro Bio. 4(1): 13-
23.
28

Lampiran 1. Jadwal Penelitian Tahun 2020/2021


Kegiatan Bulan
November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan lahan
Pembuatan plot
Pemberian
perlakuan
a.abu janjang
kelapa sawit
b.POC NASA
Pembibitan
Penanaman
Pemberian
fungisida,
insektisida
Pemupukan
dasar
Pemeliharaan
Pengamatan
Panen
Pembuatan
Skripsi
29

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Ubi Jalar Varietas Mendut

Nomor seleksi klon : MLG 12653

Asal : Introduksi dari International Institute of Tropical Agriculture

(IITA) Ibadan, Nigeria

Hasil rata-rata : 35 t/ha umbi segar

Umur tanaman : 3-4 bulan

Tinggi batang : 110– 124 cm

Tipe tumbuh : Kompak semi tegak

Bentuk daun : Besar runcing tak berlekuk

Warna batang : Hijau

Warna daging umbi : Kuning muda

Bentuk umbi : Bulat agak memanjang

Rasa : Sedang dengan kadar gula rendah

Keterangan : Cukup baik ditanam sampai ketinggian 900 m di atas

permukaan laut Mampu beradaptasi pada lahan marginal.

Sumber : Badan Litbang Pertanian. 2019. Varietas Mendut.

http://www.litbang.pertanian.go.id/varietas/377/.
30

Lampiran 3. Denah Percobaan (Lay Out) di Lapangan Menurut Rancangan

Acak Lengkap (RAL) Faktorial

50 cm 0.5 m

A0P0 A1P1 A2P2 A3P3 1m


a b c c

A1P2 A2P3 A3P0 A0P1


c a c a

50 cm
A2P1 A3P1 A0P2 A1P3
a c a b
S

A3P2 A2P0 A1P0 A0P3


c b c a
Keterangan

A2P2 A : Abu janjang kelapa


A3P3 A0P0 A1P1
a b c b P : POC NASA
sawit
a,b, c Ulangan
A0P1 A1P2 A2P3 A3P0
0, 1, 2, 3 : Taraf Perlakuan
b a b b
Jarak antar guludan : 50 x50 cm

A1P3 A2P1 A3P1 A0P2


c b a c

A0P3 A3P2 A2P0 A1P0


b a c b

H2U2 H3U3 H0U0 H1U1


a b c a

H3U0 H0U1 H1U2 H2U3


a c b c

H0U2 H1U3 H2U1 H3U1


b a c b

H1U0 H0U3 H3U2 H2U0


a c b a

Anda mungkin juga menyukai