LAPORAN
PROYEK USAHA MANDIRI
Oleh :
AFRIANDO
NBP. 16253212039
Oleh: Afriando
(Di bawah Bimbingan: Dr.Ir.Agustamar, M.P)
RINGKASAN
Ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu tanaman pangan
yang dapat digunakan untuk diservikasi menu guna mempertahankan swasembada
pangan beras. Disamping itu, ubi jalar tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan
tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak (Suprapto, 2004). Oleh
karena itu, perlu adanya pengembangan ubi cilembu untuk memenuhi peningkatan
permintaan dan menjaga kontinuitas. Berdasarkan konsumsi pangan Kabupaten
Limapuluh Kota tahun 2015, tingkat konsumsi aktual ubi jalar adalah sebesar 2,5
kg/kap/tahun. Namun produksi ubi jalar pada saat ini belum bisa memenuhi
permintaan akan ubi jalar yang terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan ubi
jalar dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk organik cair Titonia (POC Titonia).
POC Titonia mempunyai kelebihan yaitu mengandung unsur hara yang sebesar
3,59% N, 0,47% P, dan 4,10% K yang langsung tersedia dan diserap oleh tanaman.
I. PENDAHULUAN
Ubi jalar cilembu dikenal dengan ubi khas dari jawa dan terapat beberapa
varietas di Indonesia yaitu Daya, Borobudur, Prambanan, Mendut, Kalasan, Muara
Takus, Cakuang, Sewu. Sedangkan varietas yang baru dilepas tahun 2001 antara lain:
Cilembu yang berasal dari sumedang. Masing-masing varietas memiliki rasa yang
khas yang berbeda-beda.
Ubi jalar cilembu merupakan sumber karbohidrat yang dapat dipanen pada
umur 3-4 bulan. Selain karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C, dan
mineral serta antosianin yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Ubi jalar cilembu
berkulit gaing, berurat, dan panjang, sedangkan getahnya akan meleleh seperti madu
ketika dipanggang. Ubi ini sangat manis dan pulen, berbea dengan ubi kebanyakan.
Rasa manis dari ubi cilembu akan lebih terasa apabila dibakar dalam oven, terutama
apabila ubi mentah telah disimpan lebih dari satu minggu.
Peranan usaha tani cilembu memiliki prospek yang baik sebagai komoditas
pertanian unggulan tanaman palawija. Umbi cilembu juga merupakan umbi yang
paling prouktif dan banyak diminati konsumen sehingga sangat prospektif untuk
meningkatkan pendapatan petani.
Menurut penelitian Yuwono (2002), Potensi produksi ubi jalar dapat mencapai
26,02 t/ha. Berdasarkan buku pola konsumsi pangan KabupatenLimapuluh Kota
tahun 2015, tingkat konsumsi aktual ubi jalar sebesar 53,0 kkal/kap/hari atau setara
dengan 2,5 kg/kap/hari memeberikan data proyeksi permintaan masyarakat akan ubi
jalar untuk tahun 2017 adalah sebesar 942.040 kg/tahun. Bedasarkan proyeksi
penawaram permintaan tersebut baru mampu terpenuhi sebesar 43.392 kg/tahun atau
sebesar 4,6% dari permintaan.
Maka dari itu penulis melakukan kegiatan Proyek Usaha Mandiri (PUM)
dengan menambahkan Pupuk Organik Cair Titonia (POC Titonia) terinkubasi Pupuk
Anorganik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi budidaya tanaman ubi
jalar.
1.2 Tujuan
Ordo : Convolvulacea
Familia : Convolvulacea
Genus : Ipomoea
Species : Ipomoea batatas L. sin. batatas sulis Choisy.
Kerabat dekat (spesies) ubi jalar cukup banayak, antara lain kangkung air
(Ipomea acuatuca Forsk), kangkung darat (I. reptans L. Poir), dan kangkung pagar
atau kangkung hutan ( I. crassicaulus sin. I. fistulosa Marf ). Kangkung hutan sering
digunakan sebagai batang atas pada penyambungan dengan batang bawah ubi jalar
untuk meperoleh produktifitas umbi yang tinggi dan berukuran besar.
Umbi jalar cilembu adalah kultivar ubi jalar ras lokal asal k Kecamatan
Pamulihan, Kabupaten Seumedang, Provinsi Jawa Barat. Umbi cilembu popular
dikalangan konsumen sejak tahun 1990-an.
Tanaman ubi jalar cilembu memiliki susunan tubuh utama terdiri dari batang,
umbi, daun, bunga, buah.
(a) Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku-buku, dan tipe
pertumbuhan tegak atau merambat (menjalar). Panjang batang tanaman
merambat antara 2-3 m dan pada tipe tegak antara 1-2m. Ukuran batang
dibedakan menjadi 3 macam yaitu : besar, sedang, dan kecil. Warna batang
biasanya hijau tua sampai keungu-unguan (Goya. N, 2009).
(b) Ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata.
Bentuk umbi yang ideal adalah lonjong agak panjang dengan berat antara
200–250 gr/buah. Kulit ubi biasanya berwarna putih, kuning, ungu kemerah-
merahan, struktur kulit ubi antara tipis sampai dengan tebal dan biasanya
bergetah. Varietas ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah cendrung tahan
terhadap hama penggerek ubi (Chyilas sp.). Ubi yang berkadar tepung tinggi
rasanya cendrung mani.
(c) Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau berlekuk dangkal
sampai berlekuk dalam, sedangkan bagian ujung daun meruncing. Helaian
daun berukuran lebar, menyatu mirip bentuk jantung, namun ada pula yang
bersifat menjari. Daun biasanya berwarna hijau tua atau hijau kekuning-
kuningan (Suprapto, 2004).
(d) Bunga ubi jalar berbentuk mirip “terompet“ tersusun dari lima helai daun
mahkota, lima helai daun bunga, dan satu tangkai putik. Mahkota bunga
berwarna putih atau putih keungu-unguan. Bunga ubi jalar mekar pada pagi
hari mulai pukul 04.00-11.00 (Purnawati dan Purwono, 2007).
Tanaman ubi jalar adalah tanaman tropis dan subtropis yang dapat beradaptasi
dengan daerah beriklim lebih memberikan suhu rata-rata tidak turun di bawah 20°C
dan suhu minimum tinggal di atas 15°C. Untuk budidaya ubi jalar temperatur antara
15 hingga 33°C diperlukan selama siklus vegetatif, dengan suhu optimal yang antara
20 hingga 25 °C. Temperatur rendah pada malam mendukung pembentukan umbi-
umbian, dan temperatur tinggi pada siang hari mendukung perkembangan vegetatif
(perkembangan umbi-umbian hanya terjadi dalam kisaran suhu 20 hingga 30°C,
optimum 25°C dan umumnya berhenti di bawah 10 °C.
Ubi jalar adalah tanaman hari pendek yang memerlukan cahaya untuk
pembangunan maksimum. Temperatur dan fluktuasi suhu bersama-sama dengan hari-
hari pendek mendukung pertumbuhan umbi-umbian dan membatasi pertumbuhan
dedaunan. Kelembaban memiliki pengaruh yang menentukan pertumbuhan ubi dan
produksi. Kadar air daun adalah (86%), batang (88,4%) dan umbi (70,6%).
Tanaman ubi jalar tidak terlalu membutuhkan air, jika air terlalu banyak akan
menyebabkan umbi busuk. Akan tetapi saat pertumbuhannya tanaman ini
memerlukan cukup banyak air terutama saat pertumbuhan vegetatif dan inisiasi
umbi. Diperlukan saluran drainase yang baik terutama ketika umbi mulai berbentuk
dan membesar (Sarwono, 2005).
Hampir setiap jenis tanah cocok untuk pertumbuhan ubi jalar. Jenis tanah yang
baik adalah pasir berlempung, gembur dan mengandung banyak bahan organik.
Penanaman ubi jalar pada daerah yang terlalu kering dapat menyebabkan ubi
terserang hama penggerek (Cylas sp). Tanah yang terlalu basah dan becek dapat
menyebabkan ubi kerdil, mudah busuk, kadar serat tinggi dan bentuk umbi yang
abnormal (berbenjol-benjol), dan pada saat muda ubi jalar membutuhkan tanah yang
cukup lembab.
Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek atau
berdrainase buruk dan akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun menguning
dan umbi membusuk. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH)
4,5-7,5, tetapi yang optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7. Sewaktu muda
tanaman membutuhkan kelembaban tanah yang cukup (Sarwono, 2005).
Budidaya ubi jalar tidak terlepas dari gangguan gulma, hama dan penyakit
yang dapat mengganggu pertumbuhan serta hasil produksi tanaman. Untuk itu perlu
dilakukan pencegahan atau pengendalian agar pertumbuhannya tidak merugikan bagi
tanaman. Oleh karena itu sebelum melakukan budidaya kita harus tahu sejarah
penggunaan lahan tersebut dan pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan
secara efektif.
Tabel 3.Proyeksi permintaan ubi jalar di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2017-
2021
Proyeksi Rata-rata kebutuhan Proyeksi
Tahun Jumlah ubi jalar permintaan
Penduduk (kg/jiwa/tahun) (ton/th)
(Jiwa)
2017 375.607 2,5 kg 939,01
2018 378.837 2,5 kg 947,09
2019 382.094 2,5 kg 955,23
2020 385.380 2,5 kg 963,45
2021 388.694 2,5 kg 971,73
Sumber : Data hasil olahan.
Dari data di atas menunjukan bahwa proyeksi permintaan akan ubi jalar tiap
tahunnya selalu mengalami peningkatan. Untuk tahun selanjutnya peluang pasar ubi
jalar akan memberikan keuntungan karena konsumsi ubi jalar juga semakin
meningkat setiap tahunnya. Permintaan ubi jalar untuk tahun 2016 yaitu sebesar
931,01 ton/tahun.
2.1.2Penawaran
Tabel 4. Produksi ubi jalar di Kabupaten Limapuluh Kota pada tahun 2011-2015
Tahun Produksi (ton) Peningkatan produksi (%)
2011 197,96 0
2012 215,19 8,70
2013 241,13 12,05
2014 267,26 10,83
2015 289,78 8,42
Jumlah 40
Rata-Rata 10
Sumber : Dinas pertanian 2016
Tabel 5. Proyeksi penawaran ubi jalar di Kabupaten Limapuluh Kota pada tahun
2018-2021.
Tahun Proyeksi Penawaran (ton/tahun )
2018 385,68
2019 424,24
2020 466,66
2021 513,32
Sumber : Data hasil olahan.
Tabel 6. Proyeksi peluang pasar ubi jalar di Kota Payakumbuh dan Kabupaten
Limapuluh Kota pada tahun 2018-2021
2.3.1 Pupuk Organik Cair Titonia (POC Titonia) Terinkubasi Pupuk Anorganik.
Adapun beberapa kelebihan dan manfaat dari pupuk organik cair, yaitu : 1).
Dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan
bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan
fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, 2). Dapat meningkatkan
vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab
penyakit, 3). Merangsang pertumbuhan cabang produksi, 4). Meningkatkan
pembentukan bunga dan bakal buah, serta 5). Mengurangi gugurnya daun, bunga dan
bakal buah.
Fungsi Kalium antara lain adalah translokasi gula pada pembentukan pati dan
protein. Membantu membuka dan menutup stomata, memperbaiki ukuran dan
kualitas umbi, menambah rasa manis pada umbi dan membantu memproduksi
karbohidrat dalam jumlah yang besar (Sarwono, 2005). Unsur kalium diperlukan
tanaman untuk pembentukan karbohidrat di dalam umbi, untuk kekuatan daun, dan
pembesaran daun. Tetapi pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetatif tidak begitu
nyata. Disamping itu unsur kalium berpengaruh nyata terhadap peningkatan daya
serap air pada tanaman sehingga ketahanan terhadap hama dan penyakit,
memperbesar umbi dan meningkatkan daya simpan umbi.
Unsur Kalium berpengaruh nyata terhadap berat umbi. Hal ini disebabkan
karena pemberian unsur K yang cukup akan diserap tanaman yang berperan dalam
proses pembentukan karbohidrat sehingga menghasilkan umbi yang besar. Wandana.
S, (2012), menyatakan bahwa kalium berperan dalam proses fotosintesis, respirasi,
metabolisme, dan translokasi karbohidrat. Kalium juga berperan dalam pertumbuhan
dan perkembangan tanaman setelah umbi terbentuk.
A. Biaya
Komponen analisis finansial terdiri dari: (1) Aspek biaya, yaitu terdiri atas
biaya saprodi, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan alat dan biaya lain-lain. Biaya
saprodi adalah biaya dari seluruh lahan yang digunakan. Biaya tenaga kerja ialah
biaya dari upah tenaga yang dikeluarkan. Biaya penyusutan alat ialah biaya yang
timbul dari penyusutan setiap alat yang digunakan. Biaya lain-lain adalah seluruh
biaya yang tidak termasuk ke aspek diatas. (2) aspek analisis yaitu dilihat dari segi
Profitabilitas, R/C ratio, dan BEP. (Nofianti dan Hendriani, 2015).
1. Biaya operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk biaya
operasional usaha suatu perusahaan. Biaya operasional ini dikelompokkan menjadi :
Biaya modal (coc) merupakan biaya yang harus dikeluarkan atau dibayar oleh
perusahaan untuk mendapatkan modal yang diguna-kan untuk investasi perusahaan.
B. Finansial
Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang
bersifat individual artinya tidak perlu di perhatikan apakah efek atau dampak dalam
perekonomian dalam lingkup yang lebih luas. Pada analisis ini akan dibahas dari
bidang ekonomi dan keuangan. Pada bidang keuangan pembahasan menyangkut
dengan biaya investasi, modal kerja, biaya operasi dan pemeliharaan, serta
perhitungan pendapatan yang mungkin diterima.
1. Profitabilitas (%)
PR = TR–TC x 100%
TC
2. R/C Ratio
R / C = P Q. Q / (TFC+TVC)
Keterangan : R = penerimaan
C = biaya
PQ = harga output
Q = output
TFC = biaya tetap (fixed cost)
TVC = biaya variabel (variable cost)
3. BEP
BEP (break event point) atau disebut juga dengan titik pulang pokok adalah
keadaan suatu usaha ketika tidak memperoleh laba atau tidak menderita rugi.
TitikBEP bisa dilihat dari segi harga, produksi dan skala usaha. (Fuad,
Christin, Nurlela, Sugiarto dan Paulus, 2005).
a. BEP hasil
Analisis BEP hasil bertujuan untuk melihat pada hasil atau produksi berapa
suatu usaha agribisnis impas/pulang pokok (tidak untung dan tidak rugi). Analisisini
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
BEP hasil = TC
Harga
b. BEP harga
Analisis BEP harga berguna untuk melihat pada harga jual berapa suatu
usaha agribisnis akan impas/pulang pokok. Analisis ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
BEP harga = TC
∑ PRODUKSI
Alat-alat yang digunakan terdiri dari: cangkul, parang, garu, koret, tugal,
meteran, karung, timbangan, ember, derigen, saringan dan knapsack sprayer.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah : stek ubi jalar cilembu, pupuk
(Urea, TSP, KCl), gulma titonia, air, dan bioaktivator EM-4.
m2 kebutuhan POC sebanyak 0,88 liter dengan kebutuhan titonia segar sebanyak 4,4
kg untuk 6 kali pengaplikasian. Bahan segar yang digunakan saat pembuatan POC
Titonia adalah sebanyak 10 kg dengan ekstrak Titonia yang di peroleh sebanyak 2
liter. 10 kg gulma Titonia guna sebagai pupuk stok jika terjadi kecelakaan
dilapangan. Pembuatan POC Titonia dilakukan dengan cara gulma titonia dicincang
hingga berukuran 2-5 cm. Titonia yang telah dicincang kemudian dimasukkan ke
dalam drum yang berisi air dengan perbandingan 1:5 (1 liter air untuk 5 kg titonia),
selanjutnya pemberian bioaktivator EM-4 sebanyak 800ml/ha atau 8,8 ml/110 m2,
setelah pemberian EM-4 semua bahan diaduk kemudian di inkubasi selama 6-14
hari. Setiap hari harus dilakukan proses pembalikan dan pengadukan agar aerasi di
dalam drum/ember berlangsung baik.
POC Titonia di wadah kedua di inkubasikan lagi dengan pupuk Anorganik pupuk
Urea 1,13 kg, TSP 0,51 kg, dan KCl 0,77 kg. Proses inkubasi dilakukan sambil
diaduk 2 kali seminggu hingga pupuk menjadi cair.
Stek yang digunakan adalah stek pucuk dan batang. Kebutuhan stek untuk
luasan 1ha adalah sebanyak 37.037 stek dengan jarak tanam 30 x 90 atau 720 stek
untuk luasan 220m2. Stek pucuk ubi jalar di ambil dalam keadaan sehat, normal dan
tidak terlalu subur. Ukuran panjang stek dibuat 20–25 cm, dan varietas yang
digunakan yaitu umbi ungu tanah datar.
3.4.5 Penanaman
Penanaman dilakukan setelah pembuatan lubang tanam. Stek ubi jalar ditanam
dengan jarak tanam 30 x 90 cm dengan jumlah 1 bibit per lubang tanam. Sebelum
penanaman stek disiram terlebih dahulu, kemudian stek ditanam pada lubang tanam
yang telah dibuat. Lalu lubang tanam ditutup kembali dengan tanah dan tanah
dipadatkan di sekitar stek. Penanaman dilakukan pada sore hari.
3.4.6 Pemeliharaan
a. Pemupukan
b. Penyiraman
c. Penyulaman
Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 17 minggu setelah tanam. Panen
dilakukan dengan memotong batang terlebih dahulu menggunakan sabit kemudian
dibuang keluar lahan dan selanjutnya pangkal batang dicabut menggunakan tanagan
dan jika ada umbi yang patah maka digunakan cangkul untuk menggali umbi yang
tereinggal didalam tanah. Setelah panen dilakukan pembersihan umbi dari tanah yang
masih menempel pada ubi tampa menggunakan air, selanjutnya ubi dikemas dalam
karung plastik dan siap untuk di pasarkan.
3.4.8 Pemasaran
Produk yang dipasarkan adalah berupa ubi jalar yang telah selesai di pasca
panen. Pemasaran ubi jalar akan dilakukan di daerah Tanjung Pati Kabupaten
Limapuluh Kota. Proses pemasaran yaitu dengan dua cara yaitu pengeceran dan
menyalurkan pada distributor atau pedagang pengumpul yang ada di Kabupaten
Limapuluh Kota.
1. Biaya Operasional terdiri dari biaya pembelian bahan dan biaya kebutuhan
tenaga kerja.
a. Biaya bahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan yang
dibutuhkan selama budidaya.
b. Biaya kebutuhan tenaga kerja yang dikeluarkan yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk membayar HKO selama proses budidaya mulai dari pembersihan
lahan sampai pemasaran.
2. Biaya Non operasional terdiri dari biaya penyusutan alat dan biaya sewa lahan.
a. Penyusutan alat adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan alat selama
periode budidaya.
b. Biaya sewa lahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan selama 1
priode dengan luas lahan 220 m2.
DAFTAR PUSTAKA
Fiter, AH. 2010. Fisiologi lingkungan tanaman. Gadjah Mada. University Press,
Yogyakarta.
Hakim, N dan Agustian, 2003. Gulma tithonia dan pemanfaatannya sebagai
sumber bahan organik. Gramedia, Jakarta.
Hartatik, W. 2007. Tithonia diversifolia sebagai pupuk hijau. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 29(5):3-5.
Nagaraj, S. and B.M. Nizar, 1982. Wild sunflower as a green manure for rice inthe
mid-country west zone. Tropical Agriculture 138: 69-78.
Nofrizal. 2007. Ternak sebagai sumber pupuk dalam pertanian organik. Tabloid
Suara Pertanian. Edisi 46/ Afta Desember-2007.
Parnata, A.S, 2004. Pupuk organik cair aplikasi dan manfaatnya. Agromedia
Pustaka, Bandung.
Yuwono, M. 2002. Pertumbuhan dan hasil ubijalar (ipomoea batatas L.) pada
macam dan dosis pupuk organik yang berbeda terhadap pupuk anorganik.
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang. Jurnal Pertanian.
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id./images.PDF
(Akses 02 Oktober 2018).