Anda di halaman 1dari 32

PENGGUNAAN POC TITONIA (Tithonia difersifolia) TER INKUBASI

PUPUK ANORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN


PRODUKSI BUDIDAYA UBI JALAR CILEMBU (Ipomea batatas L.)

LAPORAN
PROYEK USAHA MANDIRI

Oleh :

AFRIANDO
NBP. 16253212039

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PANGAN


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
2018
PENGGUNAAN POC TITONIA (Tithonia difersifolia) TER INKUBASI PUPUK
ANORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
BUDIDAYA UBI JALAR CILEMBU (Ipomea batatas L.)

Oleh: Afriando
(Di bawah Bimbingan: Dr.Ir.Agustamar, M.P)

RINGKASAN

Ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu tanaman pangan
yang dapat digunakan untuk diservikasi menu guna mempertahankan swasembada
pangan beras. Disamping itu, ubi jalar tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan
tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak (Suprapto, 2004). Oleh
karena itu, perlu adanya pengembangan ubi cilembu untuk memenuhi peningkatan
permintaan dan menjaga kontinuitas. Berdasarkan konsumsi pangan Kabupaten
Limapuluh Kota tahun 2015, tingkat konsumsi aktual ubi jalar adalah sebesar 2,5
kg/kap/tahun. Namun produksi ubi jalar pada saat ini belum bisa memenuhi
permintaan akan ubi jalar yang terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan ubi
jalar dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk organik cair Titonia (POC Titonia).
POC Titonia mempunyai kelebihan yaitu mengandung unsur hara yang sebesar
3,59% N, 0,47% P, dan 4,10% K yang langsung tersedia dan diserap oleh tanaman.

Tujuan dari kegiatan budidaya ini adalah untuk mengetahui pengaruh


teknologi POC Titonia terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar ungu.
Percobaan ini dilaksanakan di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
Budidaya tanaman ubi jalar cilembu dilakukan pada luas lahan 220m2,dengan
pembagian 110 m2 untuk lahan pemberian POC Titonia dan 110 m2 lahan tanpa POC.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu tanaman pangan
yang dapat digunakan untuk diservikasi menu guna mempertahankan swasembada
pangan beras. Disamping itu, ubi jalar tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan
tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak (Suprapto, 2004). Oleh
karena itu, perlu adanya pengembangan ubi cilembu untuk memenuhi peningkatan
permintaan dan menjaga kontinuitas.

Ubi jalar cilembu dikenal dengan ubi khas dari jawa dan terapat beberapa
varietas di Indonesia yaitu Daya, Borobudur, Prambanan, Mendut, Kalasan, Muara
Takus, Cakuang, Sewu. Sedangkan varietas yang baru dilepas tahun 2001 antara lain:
Cilembu yang berasal dari sumedang. Masing-masing varietas memiliki rasa yang
khas yang berbeda-beda.

Ubi jalar cilembu merupakan sumber karbohidrat yang dapat dipanen pada
umur 3-4 bulan. Selain karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C, dan
mineral serta antosianin yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Ubi jalar cilembu
berkulit gaing, berurat, dan panjang, sedangkan getahnya akan meleleh seperti madu
ketika dipanggang. Ubi ini sangat manis dan pulen, berbea dengan ubi kebanyakan.
Rasa manis dari ubi cilembu akan lebih terasa apabila dibakar dalam oven, terutama
apabila ubi mentah telah disimpan lebih dari satu minggu.

Peranan usaha tani cilembu memiliki prospek yang baik sebagai komoditas
pertanian unggulan tanaman palawija. Umbi cilembu juga merupakan umbi yang
paling prouktif dan banyak diminati konsumen sehingga sangat prospektif untuk
meningkatkan pendapatan petani.

Menurut penelitian Yuwono (2002), Potensi produksi ubi jalar dapat mencapai
26,02 t/ha. Berdasarkan buku pola konsumsi pangan KabupatenLimapuluh Kota
tahun 2015, tingkat konsumsi aktual ubi jalar sebesar 53,0 kkal/kap/hari atau setara
dengan 2,5 kg/kap/hari memeberikan data proyeksi permintaan masyarakat akan ubi
jalar untuk tahun 2017 adalah sebesar 942.040 kg/tahun. Bedasarkan proyeksi
penawaram permintaan tersebut baru mampu terpenuhi sebesar 43.392 kg/tahun atau
sebesar 4,6% dari permintaan.

Pada umumnya, petani di Kabupaten Limapuluh Kota hanya menggunakan


pupuk anorganik seperti Urea, SP-36 dan KCl, masing-masing sebanyak 200 kg/ha,
200 kg/ha dan 100 kg/ha untuk menghasilkan ubi yang berkualitas.Namun usaha
tersebut belum mampu meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan masyarakat
akan ubi jalar.

Penggunaan pupuk anorganik dalam jumlah banyak akan menimbulkan masalah


bagi petani karena harga pupuk yang terus meningkat sehingga dapat meningkatkan
biaya produksi ubi jalar dan akan menyebabkan penurunan pendapatan petani. Selain
itu, pemakaian pupuk anorganik secara terus menerus akan menimbulkan kerusakan
pada tanah. Untuk mengurangidampak dari penggunaan pupuk anorganik secara terus
menerus dan memenuhi permintaan akan ubi jalardi Kabupaten Limapuluh Kota dapat
dilakukan dengan penggunaan pupuk organik cair. Bahan utama pupuk cair organik
dapt menggunakan tumbuhan Titonia (Tithonia diversifolia).

Titonia tumbuhan perdu dari golongan Asteraceae. Titonia mempunyai


kelebihan yaitu waktu dekomposisi yang lebih cepat dari pada tanaman lain unsur
hara yang terkandung dalam tajuk. Titonia akan menghasilkan cairan yang disebut
dengan ekstrak tithonia, 100 kg Titonia segar akan menghasilkan 20 liter ekstrak
Titonia (Parnata, 2007). Penelitian Yuwono (2002), menyatakan hasil ekstrak
kandungan hara Titonia sebesar, yaitu 3,59% N, 0,47% P, 4,10% K. Menurut
penelitian Yuwono (2002), tanaman ubi jalar yang diberi perlakuan POC Titonia
dengan dosis 80 liter/ha menghasilkan produksi sebesar 26,02 t/ha dibandingkan
dengan perlakuan pupuk anorganik sebesar 22,12 t/ha.
Pada tanaman ubi jalar unsur N berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan
vegetatif, unsur P berguna untuk dapat merangsang pertumbuhan awal bibit
tanaman.Posfor merangsang pembentukan bunga, buah dan biji, bahkan mampu
mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas. Unsur K
berfungsi untuk mengangkut karbohidrat, sebagai pembentukan protein dan
menetralkan reaksi sel-sel terutama asam organik serta membantu perkembangan akar
(Soemartono, 2002).

Maka dari itu penulis melakukan kegiatan Proyek Usaha Mandiri (PUM)
dengan menambahkan Pupuk Organik Cair Titonia (POC Titonia) terinkubasi Pupuk
Anorganik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi budidaya tanaman ubi
jalar.

1.2 Tujuan

Adapun tujuanProyek Usaha Mandiri (PUM) dengan Penggunaan POC Titonia


untuk meningkatkan produksi dan pendapatan ubi jalarsebagai berikut:

1. Membandingkan pengaruh teknologi Pupuk POC Titonia Terinkubasi


Pupuk Anorganik dengan teknologi yang biasa dilakukan petani terhadap
produksi tanaman ubi jalar.

2. Menganalisis kelayakan usahatani budidaya tanaman ubi jalar dengan


pemberian pupuk POC Titonia terikubasi pupuk anorganik.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspek Komoditi

2.1.1 Karakteristik komoditi

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman ubi jalar diklarifikasikan


sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)

Classis : Dichotilenodenae(biji berkeping dua)

Ordo : Convolvulacea

Familia : Convolvulacea

Genus : Ipomoea
Species : Ipomoea batatas L. sin. batatas sulis Choisy.

Kerabat dekat (spesies) ubi jalar cukup banayak, antara lain kangkung air
(Ipomea acuatuca Forsk), kangkung darat (I. reptans L. Poir), dan kangkung pagar
atau kangkung hutan ( I. crassicaulus sin. I. fistulosa Marf ). Kangkung hutan sering
digunakan sebagai batang atas pada penyambungan dengan batang bawah ubi jalar
untuk meperoleh produktifitas umbi yang tinggi dan berukuran besar.

Umbi jalar cilembu adalah kultivar ubi jalar ras lokal asal k Kecamatan
Pamulihan, Kabupaten Seumedang, Provinsi Jawa Barat. Umbi cilembu popular
dikalangan konsumen sejak tahun 1990-an.

Unit cilembu memiliki kandungan vitamin A7.100 UI(Internasional Unit). gizi


Suatu jumblah yang tinggi untuk perbaikan gizi bagi mereka yang memiliki
kekurangan vitamin A. Padahal, jenis umbi-umbian lain, kandungan vitamin A nya
hanya berada paa angka 0,001-0,69 mg per 100 gram. Selain vitamin A yang tinggi,
juga mengandung kalsium hingga 46 mg per 100 gram, vitamin B-1 0,08 mg,
vitamin B-2 0,05 mg dan niacin 0,9 mg, serta vitamin C 20 mg (ILO, 2012).

Tanaman ubi jalar cilembu memiliki susunan tubuh utama terdiri dari batang,
umbi, daun, bunga, buah.
(a) Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku-buku, dan tipe
pertumbuhan tegak atau merambat (menjalar). Panjang batang tanaman
merambat antara 2-3 m dan pada tipe tegak antara 1-2m. Ukuran batang
dibedakan menjadi 3 macam yaitu : besar, sedang, dan kecil. Warna batang
biasanya hijau tua sampai keungu-unguan (Goya. N, 2009).

(b) Ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata.
Bentuk umbi yang ideal adalah lonjong agak panjang dengan berat antara
200–250 gr/buah. Kulit ubi biasanya berwarna putih, kuning, ungu kemerah-
merahan, struktur kulit ubi antara tipis sampai dengan tebal dan biasanya
bergetah. Varietas ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah cendrung tahan
terhadap hama penggerek ubi (Chyilas sp.). Ubi yang berkadar tepung tinggi
rasanya cendrung mani.

(c) Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau berlekuk dangkal
sampai berlekuk dalam, sedangkan bagian ujung daun meruncing. Helaian
daun berukuran lebar, menyatu mirip bentuk jantung, namun ada pula yang
bersifat menjari. Daun biasanya berwarna hijau tua atau hijau kekuning-
kuningan (Suprapto, 2004).

(d) Bunga ubi jalar berbentuk mirip “terompet“ tersusun dari lima helai daun
mahkota, lima helai daun bunga, dan satu tangkai putik. Mahkota bunga
berwarna putih atau putih keungu-unguan. Bunga ubi jalar mekar pada pagi
hari mulai pukul 04.00-11.00 (Purnawati dan Purwono, 2007).

2.1.2 Faktor klimatik

Tanaman ubi jalar adalah tanaman tropis dan subtropis yang dapat beradaptasi
dengan daerah beriklim lebih memberikan suhu rata-rata tidak turun di bawah 20°C
dan suhu minimum tinggal di atas 15°C. Untuk budidaya ubi jalar temperatur antara
15 hingga 33°C diperlukan selama siklus vegetatif, dengan suhu optimal yang antara
20 hingga 25 °C. Temperatur rendah pada malam mendukung pembentukan umbi-
umbian, dan temperatur tinggi pada siang hari mendukung perkembangan vegetatif
(perkembangan umbi-umbian hanya terjadi dalam kisaran suhu 20 hingga 30°C,
optimum 25°C dan umumnya berhenti di bawah 10 °C.

Ubi jalar adalah tanaman hari pendek yang memerlukan cahaya untuk
pembangunan maksimum. Temperatur dan fluktuasi suhu bersama-sama dengan hari-
hari pendek mendukung pertumbuhan umbi-umbian dan membatasi pertumbuhan
dedaunan. Kelembaban memiliki pengaruh yang menentukan pertumbuhan ubi dan
produksi. Kadar air daun adalah (86%), batang (88,4%) dan umbi (70,6%).

Kelembaban penting untuk mencapai perkecambahan yang baik. Tanah juga


harus tetap basah selama masa pertumbuhan (60-120 hari), meskipun pada panen
kelembaban harus rendah untuk mencegah busuk umbi. Kondisi yang mendukung
perkembangan bagian vegetatif tanaman meliputi kelembaban relatif 80% dan tanah
lembab. Dilihat dari kondisi iklim Kabupaten Limapulih Kota tanaman ubi jalar
cocok dibudidayakan. Suhu rata-rata diKabupaten Limapuluh Kota adalah260C
dengan kelembaban udara berkisar antara 45 – 50% (BPS Kabupaten Limapuluh
Kota, 2016).

2.1.3 Faktor edafik

Tanaman ubi jalar tidak terlalu membutuhkan air, jika air terlalu banyak akan
menyebabkan umbi busuk. Akan tetapi saat pertumbuhannya tanaman ini
memerlukan cukup banyak air terutama saat pertumbuhan vegetatif dan inisiasi
umbi. Diperlukan saluran drainase yang baik terutama ketika umbi mulai berbentuk
dan membesar (Sarwono, 2005).

Hampir setiap jenis tanah cocok untuk pertumbuhan ubi jalar. Jenis tanah yang
baik adalah pasir berlempung, gembur dan mengandung banyak bahan organik.
Penanaman ubi jalar pada daerah yang terlalu kering dapat menyebabkan ubi
terserang hama penggerek (Cylas sp). Tanah yang terlalu basah dan becek dapat
menyebabkan ubi kerdil, mudah busuk, kadar serat tinggi dan bentuk umbi yang
abnormal (berbenjol-benjol), dan pada saat muda ubi jalar membutuhkan tanah yang
cukup lembab.

Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek atau
berdrainase buruk dan akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun menguning
dan umbi membusuk. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH)
4,5-7,5, tetapi yang optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7. Sewaktu muda
tanaman membutuhkan kelembaban tanah yang cukup (Sarwono, 2005).

2.1.4 Faktor biotik

Budidaya ubi jalar tidak terlepas dari gangguan gulma, hama dan penyakit
yang dapat mengganggu pertumbuhan serta hasil produksi tanaman. Untuk itu perlu
dilakukan pencegahan atau pengendalian agar pertumbuhannya tidak merugikan bagi
tanaman. Oleh karena itu sebelum melakukan budidaya kita harus tahu sejarah
penggunaan lahan tersebut dan pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan
secara efektif.

2.2 Aspek Pasar

2.1.1 Potensi permintaan

Adapun perkembangan jumlah penduduk tahun 2011–2015 adalah sebagai


berikut :

Tabel 1. Jumlah penduduk Kabupaten Limapuluh Kota dari tahun 2011–2015

Tahun Jumlah Penduduk % Peningkatan


2011 354.661 0
2012 359.859 1,47
2013 361.597 0,48
2014 365.394 1,05
2015 369.230 1,05
Jumlah 1.810.741 4,05
Rata-rata 362.148 0,81
Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2016

Persentase peningkatan jumlah penduduk dapat dihitung dengan rumus sebagai


berikut:

Jumlah penduduk tahun akhir–jumlah penduduk tahun awal x 100%


Jumlah penduduk tahun awal

Rata–rata jumlah penduduk di Kabupaten Limapuluh Kota meningkat dari


tahun 2011-2015 yaitu persentasenya rata-ratanya adalah 0,81% per tahun. Dari tabel
di atas dapat dihitung proyeksi jumlah penduduk untuk tahun yang akandatang yaitu
dari tahun 2017-2021. Pada tahun 2016 jumlah penduduk di Kabupaten
Limapuluh Kota diprediksi sebanyak 372.405 jiwa. Dengan demikian, dapat dihitung
pertambahan jumlah penduduk yang akan datang dengan menggunakan rumus
proyeksi dengan metode rata-rata.

Proyeksi peningkatan penduduk dengan rumus:


(∑penduduktahunsebelumnya+ rata-rata pertambahan jumlah penduduk (%) x ∑
penduduk sebelumnya).

Berikut ini merupakan hasil perhitungan proyeksinya pada Tabel 2 :

Tabel 2. Proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Limapuluh Kota


tahun 2017-2021
Tahun Proyeksi Jumlah Penduduk
2017 375.607
2018 378.837
2019 382.094
2020 385.380
2021 388.694
Sumber : BPS Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2016

Pertumbuhan penduduk semakin meningkat ditambah lagi dengan


peningkatan pendapatan, dan persediaan ubi jalar yang masih rendah akan
menyebabkan permintaan dan peluang terhadap ubi jalar ungu ini juga akan
meningkat. Berdasarkan hasil survei diketahui rata-rata konsumsi ubi jalar pada
masyarakat pertahunnya adalah 2,5 kg/jiwa/tahun. Proyeksi permintaan ubi
jalaruntuk tahun 2017-2021 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Proyeksi permintaan ubi jalar di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2017-
2021
Proyeksi Rata-rata kebutuhan Proyeksi
Tahun Jumlah ubi jalar permintaan
Penduduk (kg/jiwa/tahun) (ton/th)
(Jiwa)
2017 375.607 2,5 kg 939,01
2018 378.837 2,5 kg 947,09
2019 382.094 2,5 kg 955,23
2020 385.380 2,5 kg 963,45
2021 388.694 2,5 kg 971,73
Sumber : Data hasil olahan.

Dari data di atas menunjukan bahwa proyeksi permintaan akan ubi jalar tiap
tahunnya selalu mengalami peningkatan. Untuk tahun selanjutnya peluang pasar ubi
jalar akan memberikan keuntungan karena konsumsi ubi jalar juga semakin
meningkat setiap tahunnya. Permintaan ubi jalar untuk tahun 2016 yaitu sebesar
931,01 ton/tahun.

2.1.2Penawaran

Penawaran merupakan jumlah produk yang disediakan oleh produsen.


Penawaran ubi jalar dapat diketahui dari jumlah produksi di suatu daerah yang dapat
mengisi kebutuhan konsumen terhadap komoditi tersebut. Untukmengetahui jumlah
produksi ubi jalar daerah Kabupaten Limapuluh Kota dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi ubi jalar di Kabupaten Limapuluh Kota pada tahun 2011-2015
Tahun Produksi (ton) Peningkatan produksi (%)
2011 197,96 0
2012 215,19 8,70
2013 241,13 12,05
2014 267,26 10,83
2015 289,78 8,42
Jumlah 40
Rata-Rata 10
Sumber : Dinas pertanian 2016

Berdasrkan Tabel4 di atas, dapatdilihat bahwa jumlah rata-ratapeningktan


penwaran yaitu 10% pert tahun, maka dapat diproyeksikan jumlah produksi ubi jalar
di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2017-2021, di mana untukproyeksi penawaran
pada tahun 2016 adalah 318,75 ton/tahun.

Tabel 5. Proyeksi penawaran ubi jalar di Kabupaten Limapuluh Kota pada tahun
2018-2021.
Tahun Proyeksi Penawaran (ton/tahun )
2018 385,68
2019 424,24
2020 466,66
2021 513,32
Sumber : Data hasil olahan.

2.1.3 Peluang pasar

Ketika wirausahawan ingin melakukan suatu usaha atau membuka usaha


barunya, maka hal yang pertama kali dilakukannya ialah melihat peluang yang ada
disekitarnya. Karena peluang pasar sangat berpengaruh pada kesuksesan usahanya.
Jika peluang akan produk yang dijalankan tersebut besar, maka kemungkinan besar
untuk produk tersebut layak untuk dipasarkan. Tetapi jika peluang pasar tersebut
kecil, maka produk tersebut tidak layak untuk dijalankan.

Berdasarkan proyeksi permintaan dan penawaran komoditi ubi jalar


diKabupaten Limapuluh Kota, maka dapat dicari proyeksi peluang pasarnya, yaitu
dengan cara mencari selisih antara besarnya proyeksi permintaan dan penawaran dari
produk tersebut.

Tabel 6. Proyeksi peluang pasar ubi jalar di Kota Payakumbuh dan Kabupaten
Limapuluh Kota pada tahun 2018-2021

Permintaan Penawaran Peluang pasar


Tahun ( ton/tahun) ( ton/tahun) (ton/tahun)
2018 947,09 385,68 561,41
2019 955,23 424,24 530,99
2020 963,45 466,66 496,79
2021 971,73 513,32 458,41
Dari tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa peluang pasar untuk ubi jalar
di Kabupaten Limapuluh Kota cukup besar. Hal ini disebabkan karena selalu
meningkatnya kebutuhan konsumen akan ubi jalar setiap tahunnya.

2.1.4 Rencana penjualan dan starategi pemasaran

Ubi jalar segar adalah produk yang dipasarkan, sebelum dilakukan


pemasaran, ubi jalar dilakukan sortasi terlebih dahulu dengan tujuan untuk
memisahkan produk yang rusak dengan yang bagus baik fisik maupun kualitasnya.
Pemilihan ubi jalar yang dipasarkan adalah warna yang bagus, ukurannya besar–
besar, tidak terserang hama dan penyakit, serta rasanya yang manis. Harga yang
ditawarkan adalah harga yang sesui dengan pasar, penjualan yang dilakukan yaitu
wilayah sekitar Tanjung Pati.

2.3 Aspek Teknologi

2.3.1 Pupuk Organik Cair Titonia (POC Titonia) Terinkubasi Pupuk Anorganik.

Teknologi yang digunakan adalah penggunaan Pupuk organik cair Titonia


(POC Titonia) terinkubasi Pupuk Anorganik. Teknologi ini merupakan teknologi
yang mudah di aplikasikan dan ramah lingkungan. Pupuk organik cair adalah pupuk
yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman,
hewan, dan manusia. Pupuk cair organik menyediakan nitrogen dan unsur mineral
lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen
kimia (Parnata, 2004).

Adapun beberapa kelebihan dan manfaat dari pupuk organik cair, yaitu : 1).
Dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan
bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan
fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, 2). Dapat meningkatkan
vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab
penyakit, 3). Merangsang pertumbuhan cabang produksi, 4). Meningkatkan
pembentukan bunga dan bakal buah, serta 5). Mengurangi gugurnya daun, bunga dan
bakal buah.

Pupuk organik cair berpotensi untuk memperbaiki kesuburan tanah terutama


dalam menambah N, P dan K karena mengandung unsur hara yang cukup tinggi.
Penelitian Yuwono (2002), menyatakan hasil ekstrak kandungan hara Titonia
sebesar, yaitu 3,59% N, 0,47% P, 4,10% K. Pemanfaatan Titonia sebagai sumber
bahan organik yang efektif telah digunakan pada ubi jalar.

Ubi jalar menunjang pertumbuhannya sangat membutuhkan pemupukan.


Kalium adalah salah satu unsur hara yang ketiga setelah nitrogen dan fosfor
yangdiserap tanaman dalam bentuk K+. Walaupun kalium tidak terdapat sebagai
ikatan organic dalam tanaman, tetapi unsur ini cukup banyak diserap oleh tanaman.
Kekurangan unsur ini akan menimbulkan gangguan yang hebat terhadap
pertumbuhan produksi tanaman. Kalium merupakan unsur hara utama yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman penghasil karbohidrat terutama tanaman ubi jalar (Mahesa,
2004). Sumber hara kalium dalam bentuk pupuk antara lain yaitu pupuk KCI dan
ZK, serta pupuk organik seperti Pupuk Organik Cair Titonia.

Fungsi Kalium antara lain adalah translokasi gula pada pembentukan pati dan
protein. Membantu membuka dan menutup stomata, memperbaiki ukuran dan
kualitas umbi, menambah rasa manis pada umbi dan membantu memproduksi
karbohidrat dalam jumlah yang besar (Sarwono, 2005). Unsur kalium diperlukan
tanaman untuk pembentukan karbohidrat di dalam umbi, untuk kekuatan daun, dan
pembesaran daun. Tetapi pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetatif tidak begitu
nyata. Disamping itu unsur kalium berpengaruh nyata terhadap peningkatan daya
serap air pada tanaman sehingga ketahanan terhadap hama dan penyakit,
memperbesar umbi dan meningkatkan daya simpan umbi.

Unsur Kalium berpengaruh nyata terhadap berat umbi. Hal ini disebabkan
karena pemberian unsur K yang cukup akan diserap tanaman yang berperan dalam
proses pembentukan karbohidrat sehingga menghasilkan umbi yang besar. Wandana.
S, (2012), menyatakan bahwa kalium berperan dalam proses fotosintesis, respirasi,
metabolisme, dan translokasi karbohidrat. Kalium juga berperan dalam pertumbuhan
dan perkembangan tanaman setelah umbi terbentuk.

2.4 Aspek Pembiayaan dan Finansial

A. Biaya

Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen


(petani) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam
biaya usaha tani, diklasifikasikan 2 jenis biaya, yaitu biaya tidak tetap dan biaya
tetap. Biaya tidak tetap atau variable cost, merupakan biaya yang besar-kecilnya
dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh. Biasanya terdiri atas
biaya bahan, dan biaya tenaga kerja pada usaha agribisnis. Biaya tetap atau fixed
cost, umumnya diartikan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus
dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. Biasanya terdiri
atas biaya penyusutan alat dan sewa lahan (USU, 2015).

Komponen analisis finansial terdiri dari: (1) Aspek biaya, yaitu terdiri atas
biaya saprodi, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan alat dan biaya lain-lain. Biaya
saprodi adalah biaya dari seluruh lahan yang digunakan. Biaya tenaga kerja ialah
biaya dari upah tenaga yang dikeluarkan. Biaya penyusutan alat ialah biaya yang
timbul dari penyusutan setiap alat yang digunakan. Biaya lain-lain adalah seluruh
biaya yang tidak termasuk ke aspek diatas. (2) aspek analisis yaitu dilihat dari segi
Profitabilitas, R/C ratio, dan BEP. (Nofianti dan Hendriani, 2015).

1. Biaya operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk biaya
operasional usaha suatu perusahaan. Biaya operasional ini dikelompokkan menjadi :

a. Biaya bahan langsung

Yaitu semua bahan baku yang dapat secara langsung dimasukkan


dalamperhitungan harga pokok.

b. Biaya tenaga kerja.

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang secaralangsung berperan


dalam proses produksi dan tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang
secara tidak langsung berperan dalam proses produksi dan biayannya dikaitkan pada
biaya overhead pabrik.

2. Biaya non operasional


Biaya non operasinal yaitu biaya–biaya yang dikeluarkan yang tidak
berkaitan dengan kegiatan utama bank misalnya kerugian dari penjualan aktiva tetap.

a. Biaya penyusutan alat

Penyusutan merupakan penyesuaian nilai yang terus menerus sehubungan


dengan penurunan kapasitas suatu aset, baik penurunan kualitas, kuantitas, maupun
nilai. Penurunan kapasitas terjadi karena aset digunakan dalam operasional suatu
entitas. Penyusutan dilakukan dengan mengalokasikan biaya perolehan suatu aset
menjadi beban penyusutan secara periodik sepanjang masa manfaat aset.

b. Biaya bunga modal

Biaya modal (coc) merupakan biaya yang harus dikeluarkan atau dibayar oleh
perusahaan untuk mendapatkan modal yang diguna-kan untuk investasi perusahaan.

B. Finansial

Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang
bersifat individual artinya tidak perlu di perhatikan apakah efek atau dampak dalam
perekonomian dalam lingkup yang lebih luas. Pada analisis ini akan dibahas dari
bidang ekonomi dan keuangan. Pada bidang keuangan pembahasan menyangkut
dengan biaya investasi, modal kerja, biaya operasi dan pemeliharaan, serta
perhitungan pendapatan yang mungkin diterima.

Berdasarkan perhitungan cost dan benefit akan dibahas mengenai analisis


kriteria investasi, baik mengenai Net Present Value, Internal Rate of Return, Net
Benefit Cost Ratio, maupun profitabiliti Ratio sebagai ukuran tentang layak tidaknya
kegiatan usaha/proyekdilihat dari segi keuangan. Sedangkan dari aspek ekonomiakan
dibahas mengenai proyeksi laba rugi yang bertujuan untuk mengetahui posisi
keuangan dari usaha/proyek yang akan dilaksanakan disamping melihat dampak
proyek terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan (Ibrahim, 2009).

1. Profitabilitas (%)

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan


laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Pengertian Profitabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat
penjualan, aset, dan modal saham tertentu.

Analisis Profitabilitas bertujuan untuk melihat Tingkat Keuntungan dari


suatu usaha agribisnis. Rumus perhitungannya adalah (Nofianti dan Hendriani,
2015):

PR = TR–TC x 100%
TC

Dimana: TR = Total revenue


TC = Total Cost

2. R/C Ratio

Analisid R/C ratio bertujuan untuk melihat perbandingan antara penerimaan


(Revenue) dengan biaya (Cost). Analisis R/C ratio dapat dihitung dengan rumus
(Nofianti dan Hendriani, 2015) :
R/CRatio = TR
TC

Dimana: TR = Total revenue


TC = Total Cost

Menurut Maulidah (2013), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan


perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematika dapat dinyatakan
sebagai berikut:

R / C = P Q. Q / (TFC+TVC)

Keterangan : R = penerimaan
C = biaya
PQ = harga output
Q = output
TFC = biaya tetap (fixed cost)
TVC = biaya variabel (variable cost)

Ada tiga kriteria dalam R/C ratio, yaitu:

R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan


R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP
R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan

3. BEP

BEP (break event point) atau disebut juga dengan titik pulang pokok adalah
keadaan suatu usaha ketika tidak memperoleh laba atau tidak menderita rugi.
TitikBEP bisa dilihat dari segi harga, produksi dan skala usaha. (Fuad,
Christin, Nurlela, Sugiarto dan Paulus, 2005).

Nofianti dan Hendriani (2015) menyatakan bahwa Analisis BEP


dalamusaha terdiri dari BEP hasil, BEP harga dan BEP skala usaha / luas lahan.

a. BEP hasil

Analisis BEP hasil bertujuan untuk melihat pada hasil atau produksi berapa
suatu usaha agribisnis impas/pulang pokok (tidak untung dan tidak rugi). Analisisini
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

BEP hasil = TC
Harga

b. BEP harga

Analisis BEP harga berguna untuk melihat pada harga jual berapa suatu
usaha agribisnis akan impas/pulang pokok. Analisis ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

BEP harga = TC
∑ PRODUKSI

c. BEP skala usaha/luas lahan


Analisis BEP skala usaha berguna untuk melihat pada skala usaha berapa
suatu usaha agribisni akan pulang pokok. Analisis ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
BEP luas lahan = TC x luas lahan
TR

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Proyek Usaha Mandiri (PUM) dilaksanakan di lahan Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh. Kegiatan ini dilakukan dari pengolahan lahan sampai
pemasaran produk, pelaksanaan di lakukan satu periode selama empat bulan, mulai
dari bulan Januari sampai April 2019.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan terdiri dari: cangkul, parang, garu, koret, tugal,
meteran, karung, timbangan, ember, derigen, saringan dan knapsack sprayer.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah : stek ubi jalar cilembu, pupuk
(Urea, TSP, KCl), gulma titonia, air, dan bioaktivator EM-4.

3.3 Pelaksanaan Proyek

3.3.1 Pembuatan Pupuk POC Titonia Terinkubasi Pupuk Anorganik

A. Membuat POC Titonia

Kebutuhan untuk memebuat POC Titonia untuk luasan 1 ha adalah 80 liter


ekstrak Titonia dengan kebutuhan titonia segar sebanyak 400kg dan untuk luasan 110

m2 kebutuhan POC sebanyak 0,88 liter dengan kebutuhan titonia segar sebanyak 4,4

kg untuk 6 kali pengaplikasian. Bahan segar yang digunakan saat pembuatan POC
Titonia adalah sebanyak 10 kg dengan ekstrak Titonia yang di peroleh sebanyak 2
liter. 10 kg gulma Titonia guna sebagai pupuk stok jika terjadi kecelakaan
dilapangan. Pembuatan POC Titonia dilakukan dengan cara gulma titonia dicincang
hingga berukuran 2-5 cm. Titonia yang telah dicincang kemudian dimasukkan ke
dalam drum yang berisi air dengan perbandingan 1:5 (1 liter air untuk 5 kg titonia),

selanjutnya pemberian bioaktivator EM-4 sebanyak 800ml/ha atau 8,8 ml/110 m2,
setelah pemberian EM-4 semua bahan diaduk kemudian di inkubasi selama 6-14
hari. Setiap hari harus dilakukan proses pembalikan dan pengadukan agar aerasi di
dalam drum/ember berlangsung baik.

B. Menginkubasi POC Titonia dengan pupuk Anorganik

Setelah 14 hari POC Titonia di inkubasi, kemudian disaring dan di inkubasikan


lagi dengan pupuk Anorganik, jumblah penambahan pupuk dapat diketahui dengan
perhitungan:

a. Kebutuhan pupuk anorganik ubi jalar potensi hasil 20 ton/ha


Kebutuhan pupuk Kebutuhan pupuk luas 110 m2
kriteria 1 ha ( 1/90,9 dari 1 ha)
Urea 132,39 kg 1,45 kg
TSP 42,27 kg 0,51 kg
KCl 102,24 kg 1,13 kg
N 60,9 kg 0,67 kg
P 9,09 kg 0,10 kg
K 50,9 kg 0,56 kg

b. Kandungan unsur N, P, dan K dalam 4,4 kg Titonia segar/ 110 m2:


Jenis Unsur Persentase Kandungan Jumlah Unsur (kg)
N 3,59% 0,15 kg
P 0,47% 0,02 kg
K 4,10 % 0,18 kg

c. Penambahan Jumblah Pupuk Anorganik untuk lahan 110 m2


Kebutuhan hara Jumblah hara yang Penamabahan Anorganik ubi
tanaman ubi jalar diperoleh dari Titonia jalar
( unsur) 4,4 kg (unsur)
(unsur) (pupuk)

N 0,67 kg N 0,15 kg N 0,52 kg Urea 1,13 kg


P 0,10 kg P 0,02 kg P 0,08 kg TSP 0,4 kg
K 0,56 kg K 0,18 kg K 0,38 kg KCl 0,77 kg

POC Titonia di wadah kedua di inkubasikan lagi dengan pupuk Anorganik pupuk
Urea 1,13 kg, TSP 0,51 kg, dan KCl 0,77 kg. Proses inkubasi dilakukan sambil
diaduk 2 kali seminggu hingga pupuk menjadi cair.

3.3.2 Pengadaan stek

Stek yang digunakan adalah stek pucuk dan batang. Kebutuhan stek untuk
luasan 1ha adalah sebanyak 37.037 stek dengan jarak tanam 30 x 90 atau 720 stek
untuk luasan 220m2. Stek pucuk ubi jalar di ambil dalam keadaan sehat, normal dan
tidak terlalu subur. Ukuran panjang stek dibuat 20–25 cm, dan varietas yang
digunakan yaitu umbi ungu tanah datar.

3.4.3 Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan seminggu sebelum penanaman. Tanah


digemburkan dengan menggunakan cangkul. Kemudian tanah yang sudah dicangkul
dibersihkan dari semua kotoran seperti batu dan sisa-sisa tanaman. Tanah yang sudah
digemburkan kemudian diratakan dan dibuat bedengan dengan lebar 40 cm. Arah
guludan disesuaikan dengan kemiringan tanah. Guludan dibuat dengan lebar 30-40
cm. Panjang guludan disesuaikan dengan kondisi lahan. Tinggi guludan kurang lebih
30 cm dengan lebar drainase 50 cm.
3.4.4 Pembuatan lubang tanam

Seminggu setelah pengolahan tanah dilakukanlah pembuatan lubang tanam.


Lubang tanam dibuat dengan jarak tanam antar lubang tanam 30 cm dan jarak antar
barisan 70 cm. kemudian kedalaman lubang tanam memiliki kedalaman berkisar 7-
10 cm atau tergantung tinggi bibit yang akan ditanam.

3.4.5 Penanaman

Penanaman dilakukan setelah pembuatan lubang tanam. Stek ubi jalar ditanam
dengan jarak tanam 30 x 90 cm dengan jumlah 1 bibit per lubang tanam. Sebelum
penanaman stek disiram terlebih dahulu, kemudian stek ditanam pada lubang tanam
yang telah dibuat. Lalu lubang tanam ditutup kembali dengan tanah dan tanah
dipadatkan di sekitar stek. Penanaman dilakukan pada sore hari.

3.4.6 Pemeliharaan

a. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan cara larikan di kedua sisi tanam. Bedengan


seluas 220 m2 terbagi menjadi 2 kelompok yaitu; 110 m2 pertama dengan perlakuan
pupuk POC Titonia terinkubasi pupuk Anorganik, dan 110 m2 kedua sebagai kedua
sebagai kontrol dengan perlakuan pupuk kandang saja saja.

b. Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada sore hari menggunakan gembor. Penyiraman ini


bertujuan untuk pertumbuhan tanaman ubi jalar yang memerlukan kelembaban tanah
yang baik di sekitar tanaman. Penyiraman dilakukan 2 kali dalam satu minggu
sampai tanam berumur 4 minggu setelah tanam.

c. Penyulaman

Dalam pelaksanaan proyek penyulaman tidak dilakukan dikarenakan tidak


tersedianya stek saat waktu penyulaman. Akibatnya Jumlah tanaman yang tidak
tumbuh atau mati sebanyak 63 stek dari 720 populasi tanaman.

d. Pemberian POC Titonia

POC Titoniadi aplikasikan saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam.


Pengaplikasian dilakukan dengan cara disiramkan pada tanaman menggunakan
gembor. Penyiraman dilakukan sebanyak 7 kali dengan interval waktu satu minggu
setelah pemberian sebelumnya. Artinya pengaplikasian dilakukan pada saat tanaman
berumur 2, 3, 4, 5, 6, dan 7, minggu setelah tanam. Setiap pemberian membutuhkan
POC sebanyak 80 liter/ha atau 0,88 liter untuk 110 m2. Kemudian POC diencerkan
dengan air dengan perbandingan 1:10 sebelum penyiraman dilakukan.

e. Penyiangan dan pembumbunan

Penyiangan dilakukan bersamaan dengan pembumbunan. Penyiangan


dilakukan saat bedengan dan draenase telah ditumbuhi gulma. Penyiangan
dilakukan dengan cara membuang gulma-gulma dengan menggunakan tangan
yang berada di tepi-tepi bedengan dan gulma-gulma yang terdapat pada drainase
penyingan menggunakan cangkul.
f. Pengendalian hama dan penyakit.

Pengendalian hama dilakukan pada saat tanaman berumur 7 minggu setelah


tanam dikarenakan perkembangan hama kepik yang cepat. Pengendalian hama
dilakukan dengan cara teknis atau menangkap lansung menggunakan tangan.
Kemudian pada minggu ke 12 dilakukan pengendalian hama tikus dengan cara
pembersihan gulma dan pembalikan batang pada lahan dan tanaman.

3.4.7 Panen dan pascapanen

Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 17 minggu setelah tanam. Panen
dilakukan dengan memotong batang terlebih dahulu menggunakan sabit kemudian
dibuang keluar lahan dan selanjutnya pangkal batang dicabut menggunakan tanagan
dan jika ada umbi yang patah maka digunakan cangkul untuk menggali umbi yang
tereinggal didalam tanah. Setelah panen dilakukan pembersihan umbi dari tanah yang
masih menempel pada ubi tampa menggunakan air, selanjutnya ubi dikemas dalam
karung plastik dan siap untuk di pasarkan.

3.4.8 Pemasaran

Produk yang dipasarkan adalah berupa ubi jalar yang telah selesai di pasca
panen. Pemasaran ubi jalar akan dilakukan di daerah Tanjung Pati Kabupaten
Limapuluh Kota. Proses pemasaran yaitu dengan dua cara yaitu pengeceran dan
menyalurkan pada distributor atau pedagang pengumpul yang ada di Kabupaten
Limapuluh Kota.

3.4.9 Analisis Biaya dan Finansial

1. Biaya Operasional terdiri dari biaya pembelian bahan dan biaya kebutuhan
tenaga kerja.
a. Biaya bahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan yang
dibutuhkan selama budidaya.
b. Biaya kebutuhan tenaga kerja yang dikeluarkan yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk membayar HKO selama proses budidaya mulai dari pembersihan
lahan sampai pemasaran.

2. Biaya Non operasional terdiri dari biaya penyusutan alat dan biaya sewa lahan.
a. Penyusutan alat adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan alat selama
periode budidaya.
b. Biaya sewa lahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan selama 1
priode dengan luas lahan 220 m2.

3. Biaya Bunga Modal adalah besar kecilnya bunga yang merupakan


bebanterhadap peminjaman (debitor) sangat tergantung pada waktu, jumlah
peminjaman, dan tingkat bunga yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Limapuluh Kota. Sumatera Barat.


Fahmi, I. 2012. Analisis laporan keuangan. Alfabeta, Bandung.

Fiter, AH. 2010. Fisiologi lingkungan tanaman. Gadjah Mada. University Press,
Yogyakarta.
Hakim, N dan Agustian, 2003. Gulma tithonia dan pemanfaatannya sebagai
sumber bahan organik. Gramedia, Jakarta.

Hartatik, W. 2007. Tithonia diversifolia sebagai pupuk hijau. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 29(5):3-5.

Ibrahim, Y. 2009. Studi kelayakan bisnis. Rineka Cipta, Jakarta.


Juanda, D dan B. CaSoetasad dan Maryanti, 1996)hyono. 2000. Budidaya dan
analisis usaha tani ubi jalar.Kanisus. Jakarta.
Laboratorium BPTP Nabionat kupang. 2011. Dalam Sasa, F. 2012. Pemanfaatan
biomassa gulma Titonia (tithonia difersifolia) dan daun kirinyu
(chromolaena odorata) sebagai sumber pupuk Organik dalam perbaikan
sifat fisik tanah (Akses 3 November 2018).

Maulidah, S. 2013. Pengantar usaha tani : kelayakan usaha tani . Universitas


brawijaya.(Akses 8 November 2018).

Nagaraj, S. and B.M. Nizar, 1982. Wild sunflower as a green manure for rice inthe
mid-country west zone. Tropical Agriculture 138: 69-78.

Nofrizal. 2007. Ternak sebagai sumber pupuk dalam pertanian organik. Tabloid
Suara Pertanian. Edisi 46/ Afta Desember-2007.
Parnata, A.S, 2004. Pupuk organik cair aplikasi dan manfaatnya. Agromedia
Pustaka, Bandung.

Purnawati, H. dan Purwono. 2007. 8 Jenis tanaman pangan unggul.


Penebar Swadaya. Bogor.

Rangkuti, F. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.Reorientasi


Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta.

Rukmana, 1997.Ubi jalar budi daya dan pasca panen.Kanisius.Yogyakarta.66 hal.

Soemartono. 2002. Ubi jalar .Kanisisus, Yogyakarta.

Soetasad, A dan S. Muryanti.1996.Budidaya ubi jalar. Penebar Swadaya. Jakarta. 90


Halaman.

Suprapto. 2004. Bertanam ubi jalar. Penebar swadaya. Jakarta.

USU. 2015. Analisa finansial. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/209


74/4/Chapter%20II.pdf (Akses 28 November 2018).
Wahyudi.T, Panggabean T. R dan Pujiyanto.2008.Kakao Manajemen Agribisnis dari
hulu hingga hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wibowo. 2014. Definisi Biaya Lain-Lain. http://www.wibowopajak.com. (Akses 7


Oktober 2018).

Yuwono, M. 2002. Pertumbuhan dan hasil ubijalar (ipomoea batatas L.) pada
macam dan dosis pupuk organik yang berbeda terhadap pupuk anorganik.
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang. Jurnal Pertanian.
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id./images.PDF
(Akses 02 Oktober 2018).

Anda mungkin juga menyukai