Anda di halaman 1dari 42

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt.) merupakan tanaman hortikultura

yang cukup digemari oleh masyarakat karena rasanya yang manis. Disamping itu,

jagung manis mempunyai peranan cukup besar dalam memenuhi kebutuhan gizi

masyarakat (Novira dkk., 2015). Selain bijinya, bagian lain seperti batang dan

daun muda dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, batang dan daun tua (setelah

panen) untuk pupuk hijau/kompos, batang dan daun kering untuk bahan bakar

pengganti kayu bakar, buah jagung muda bisa dijadikan untuk sayuran, dan lain

sebagainya (Syofia dkk., 2014). Dengan demikian, tanaman jagung manis sangat

potensial untuk dikembangkan atau dibudidayakan di negara Indonesia.

Berdasarkan data BPS dan Direktorat Jendral Tanaman Pangan,

produktivitas rata-rata jagung manis di Indonesia dari tahun 2010-2015 tergolong

rendah hanya mencapai 4,81 ton/ha (BPS, 2016). Produktivitas tersebut jauh

dibawah potensi hasil jagung manis yang mampu mencapai 14-18 ton/ha. Salah

satu penyebabnya yaitu pemberian pupuk dan jumlah hara yang tersedia di dalam

tanah belum memenuhi kebutuhan tanaman (Musfal, 2008).

Jagung manis atau sweet corn merupakan tanaman pangan yang mudah

dipanen saat masih muda (genjah) dan memiliki rasa lebih manis dari jagung

biasa. Menurut Thompson dan Kelly (1957) pertumbuhan jagung manis terbaik

didapatkan pada daerah beriklim tropik. Secara geografis terletak di daerah tropis

menjadikan hampir semua tanaman tumbuh dengan baik termasuk jagung manis.

Hal ini berarti bahwa peluang usaha pengembangan jagung manis di Indonesia
2

mempunyai prosepek yang cukup baik. Salah satu upaya peningkatan produksi

jagung manis yaitu melalui intensifikasi dengan pola tanam yang sesuai.

Bawang merah (Allium ascalonicumL.) merupakan salah satu kebutuhan

pokok, namun kebutuhan bawang merah tidak dapat dihindari oleh konsumen

rumah tangga sebagai pelengkap bumbu masakan sehari-hari. Kegunaan lain dari

bawang merah ialah sebagai obat tradisional yang manfaatnya sudah dirasakan

oleh masyarakat luas. Demikian pula pesatnya pertumbuhan industri pengolahan

makanan akhir- akhir ini juga sangat cenderung meningkatkan kebutuhan bawang

merah di dalam negeri (Fimansyah dan Sumarni, 2013).

Pada dekade terakhir, kebutuhan bawang merah di Indonesia dari tahun ke

tahun baik untuk konsumsi dan bibit dalam negeri mengalami peningkatan sebesar

5%. Hal ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang setiap tahunnya

juga mengalami peningkatan. Badan Pusat Statistik (BPS, 2016) menyatakan

bahwa produksi bawang merah di Indonesia dari tahun 2011–2015 yaitu sebesar

893.124 ton, 964.195 ton, 1.010.773 ton, 1.233.984 ton, 1.229.184 ton. Pada tahun

2015 produksi bawang merah nasional mengalami penurunan dibandingkan tahun

2014 yaitu sebesar 0,39%. Luas panen bawang merah di Indonesia tahun 2011-

2015 yaitu seluas 93.667 Ha, 99.519 Ha, 98.937 Ha, 120.704 Ha, 122.126 Ha.

Luas panen nasional bawang merah tahun 2015 hanya mengalami pertumbuhan

sebesar 1,18% dibandingkan tahun 2014. Untuk memenuhi kebutuhan dalam

negeri pemerintah mengambil kebijakan mengimpor bawang merah dari luar

negeri meskipun hal ini akan produksi dalam negeri kurang diminati (Dewi,

2012). Dengan demikian, produktivitas dan mutu hasil bawang merah perlu

ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.


3

Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan

organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur.Kelebihan dari pupuk organik ini

adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah dalam

pencucian hara, dan juga mampu menyediakan hara secara cepat. Jika

dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak

merusak tanah dan tanaman meskipun sudah digunakan sesering mungkin. Selain

itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan yang diberikan ke

permukaan tanah bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman (Hadisuwito, 2012).

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat atau disintesis dari bahan-bahan

anorganik di pabrik pabrik. Pupuk anorganik biasanya memiliki kandungan hara

yang cukup tinggi dan efek yang ditimbulkan apabila diaplikasikan terhadap

tanaman akan tampak lebih cepat. Salah satu jenis pupuk anorganik yaitu Pupuk

majemuk NP, pupuk majemuk NK dan NPK dan . Pupuk majemuk NPK

berpengaruh dalam mengoptimalkan dari segi pertumbuhan tanaman.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah, yang pertama untuk mengetahui

budidaya tanaman jagung dengan perlakuan pupuk NPK 16:16:16 dengan dosis

yang berbeda untuk setiap bedengan. Yang kedua untuk mengetahui pertumbuhan

dan hasil pada tanaman jagung dan bawang pada pola tanam tumpangsari.

C. Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara

membudidayakan tanaman secara tumpang sari dan melihat pengaruh yang

dihasilkan.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika

Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika

Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa

Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai

sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (daun maupun

tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal

dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung

biji dan tepung tongkolnya). Produksi jagung terbesar di Indonesia terjadi di Pulau

Jawa yakni Jawa Timur dan Jawa Tengah masing-masing 5 juta ton tahun-1,

setelah itu di ikuti beberapa di daerah Sumatera antara lain di daerah Medan dan

Lampung, sehingga produksi jagung yang dimiliki Indonesia mencapai 16 juta ton

pada tahun pertama (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Jagung (Zea mays L) termasuk dalam keluarga rumput – rumputan. tanaman

jagung (Zea mays L) dalam sistematika ( Taksonomi ) tumbuhan, kedudukan

tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut Rukmana (2010) : Kingdom :

Plantae, Divisio : Spermatophyta, Sub Divisio : Angiospermae, Kelas :

Monocotyledonae, Ordo : Graminae, Famili : Graminaeae, Genus : Zea, Spesie :

Zea Mays L. Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim. akar tanaman

jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai

untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. pada kondisi tanah yang subur

dan gembur, jumlah akar tanaman jagung sangat banyak. sementara pada tanah

yang kurang baik akar yang tumbuh jumlahnya terbatas.


5

Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi

kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat

kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain

sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak.

Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini

didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita tahun-1 dan

semakin meningkat jumlah penduduk. Jagung merupakan bahan dasar / bahan

olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam organik, makanan

kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung

sebagai komponen utama sebanyak 51,4 % (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya

berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m.

Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum

bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti

padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m

meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah

cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang

membantu menyangga tegaknya tanaman (Barnito, 2009). Pada buku ruas terdapat

tunas yang berkembang menjadi tongkol. Akar tanaman jagung dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Pada konsisi tanah yang subur dan gembur, jumlah akar
6

tanaman jagung cukup banyak. Sementara pada tanah yang kurang baik (jelek)

akar yang tumbuh jumlahnya terbatas (sedikit). Perakaran tanaman jagung diawali

dengan proses perkecambahan biji. Pertumbuhan kecambah biji jagung dimulai

dengan akar kecambah (radicle), kemudian diikuti calon batang (coleoptile).

Bersamaan dengan tumbuhnya radicle akan tumbuh pula akar primer (seminal

root) yang muncul dari buku (nodia) terbawah. Selanjutnya, sekitar 10 hari setelah

berkecambah akan tumbuh akar adventif (fibrious root system, akar serabut) yang

muncul dari nodia (buku) di atasnya. Akar kecambah (radicle) dan akar primer

(seminal root) tumbuhnya bersifat sementara, sedangkan akar adventif (fibrious

root system) terus tumbuh selama tanaman jagung tetap hidup (Rukmana, 2010).

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,

namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak

tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas

terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang yang dimiliki jagung

cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang antara pelepah

dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.

Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung

berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-

sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon

tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jagung memiliki bunga jantan

dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap

kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut

floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma).
7

Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga

(inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina

tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah

daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol

produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul

dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas

prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih

dini daripada bunga betinanya (protandri). Bunga betina jagung berupa "tongkol"

yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung

sebenarnya adalah tangkai putik (Barnito, 2009).

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada

endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan

kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa

dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya

merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan

gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis

tidak mampu memproduksi pati sehingga pada biji jagung akan terasa lebih manis

ketika tanaman jagung masih muda (Suprapto, 2005).

Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada

umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif

meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa

varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut

sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan

2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya protandri (Soemadi, 2000).
8

Syarat Tumbuh tanaman jagung ialah meliputi keadaan iklim tanaman,

jagung mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap lingkungan tumbuh. Di

daerah tropis Indonesia, jagung tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran

rendah sampai daerah yang mempunyai ketinggian 1.300 meter dari permukaan

laut (dpl). Meskipun demikian, tanaman jagung akan tumbuh dan berproduksi

secara optimal pada daerah dataran rendah sampai ketinggian 750 meter di atas

permukaan laut. Beberapa varietas jagung unggul yang baru dirilis dapat

berproduksi optimal di daerah yang mempunyai ketinggian 500 meter di atas

permukaan laut. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi

jagung, antara lain penyinaran matahari, suhu udara dan curah hujan. Intensitas

sinar matahari yang baik mencapai 100% (tempat terbuka), curah hujan antara 100

– 200 mm/bulan, suhu udara antara 240C – 300C, dengan tipe iklim A-E

(Oldeman). Suhu udara yang ideal untuk perkecambahan benih jagung antara

300C – 320C dengan kapasitas air tanah antara 25 – 60%. Selama pertumbuhan

tanaman jagung membutuhkan suhu optimum antara 230C – 270C dengan curah

hujan optimum antara 100 – 125 mm/bulan dan merata sepanjang musim tanam

(Rukmana, 2010). Menurut Kartasapoetra (2003), suhu yang dikehendaki tanaman

jagung berkisar antara 210C – 300C. Akan tetapi untuk pertumbuhan yang baik

tanaman jagung khususnya jagung hibrida suhu yang optimal adalah 230C –

270C, suhu sekitar 250C akan mengakibatkan perkecambahan biji jagung lebih

cepat dan suhu tinggi lebih dari 400 C akan mengakibatkan kerusakan embrio.

Tanaman bawang merah diduga berasl dari Asia Tengah, terutama Palestina

dan India, tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan

Mediteranian. Pendapat lain menyatakan bawang merah berasal dari Iran dan

pegunungan sebelah Utara Pakistan, namun ada juga yang menyebutkan bahwa
9

tanaman ini berasal dari Asia Barat, yang kemudian terus berkembang ke negara

Mesir, negara Turki dan negara timur lainnya (Wibowo, 2005).

Menurut Suriani (2011), klasifikasi bawang merah adalah sebagai berikut,

Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo:

Liliales; Famili: Liliaceae; Genus: Allium, Spesies: Allium ascalonicum L.

Bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang termasuk

ke dalam sayuran rempah yang digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan

guna menambah citarasa dan kenikmatan masakan. Di samping itu, tanaman ini

juga berkhasiat sebagai obat tradisional, misalnya obat demam, masuk angin,

diabetes melitus, disentri dan akibat gigitan serangga (Samadi dan Cahyono,

2005). Wibowo (2005) menyatakan bahwa, bawang merah mengandung protein

1,5 g, lemak 0,3 g, kalsium 36 mg, fosfor 40 mg vitamin C 2 g, kalori 39 kkal, dan

air 88 g serta bahan yang dapat dimakan sebanyak 90%. Komponen lain berupa

minyak atsiri yang dapat menimbulkan aroma khas pada makanan.

Morfologi fisik bawang merah bisa dibedakan menjadi beberapa bagian

yaitu akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Tanaman Bawang merah memiliki

akar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada

kedalaman antara 15-20 cm di tanah dengan diameter akar 2-5 mm (AAK, 2004).

Batang tanaman bawang merah merupakan bagian kecil dari keseluruhan

kuncup-kuncup. Bagian bawah cakram merupakan tempat tumbuh akar. Bagian

atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang berasal

dari modifikasi pangkal daun bawang merah. Pangkal dan sebagian tangkai daun

menebal, lunak dan berdaging, berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.

Apabila dalam pertumbuhan tanaman tumbuh tunas atau anakan, maka akan

terbentuk beberapa umbi yang berhimpitan yang dikenal dengan istilah “siung”.
10

Pertumbuhan siung biasanya terjadi pada perbanyakan bawang merah dari benih

umbi dan kurang biasa terjadi pada perbanyakan bawang merah dan biji. Warna

kulit umbi beragam, ada yang merah muda, merah tua, atau kekuningan,

tergantung dari spesies dan varietasnya (Wibowo, 2005).

Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berwarna hijau muda hingga

hijau tua, berbentuk silinder seperti pipa memanjang dan berongga, serta ujung

meruncing, berukuran panjang lebih dari 45 cm. Pada daun yang baru bertunas

biasanya belum terlihat adanya rongga. Rongga ini terlihat jelas saat daun tumbuh

menjadi besar. Daun pada bawang merah ini berfungsi sebagai tempat fotosintesis

dan respirasi. Sehingga secara langsung, kesehatan daun sangat berpengaruh

terhadap kesehatan tanaman. Setelah tua daun menguning, tidak lagi setegak daun

yang masih muda, dan akhirnya mengering dimulai dari bagian bawah tanaman.

Daun relatif lunak, jika diremas akan berbau spesifik seperti bau bawang merah.

Setelah kering di penjemuran, daun tanaman bawang merah melekat relatif kuat

dengan umbi, sehingga memudahkan dalam pengangkutan (Sunarjono, 2003).

Bunga bawang merah terdiri atas tangkai bunga dan tandan bunga. Tangkai

bunga berbebentuk ramping, bulat, dan memiliki panjang lebih dari 50 cm.

Pangkal tangkai bunga di bagian bawah agak menggelembung dan tangkai bagian

atas berbentuk lebih kecil. Pada bagian ujung tangkai terdapat bagian yang

berbentuk kepala dan berujung agak runcing, yaitu tandan bunga yang masih

terbungkus seludang. Setelah seludang terbuka, secara bertahap tandan akan

muncul kuncup bunga dengan ukuran tangkai kurang dari 2 cm (Sumadi, 2003).

Seludang tetap melekat erat pada pangkal tandan dan mengering seperti

kertas, tidak luruh hingga bunga-bunga mekar. Jumlah bunga dapat lebih dari 100

kuntum. Kuncup bunga mekar secara tidak bersamaan. Dari mekar pertama kali
11

hingga bunga dalam satu tandan mekar seluruhnya memerlukan waktu sekitar

seminggu. Bunga yang telah mekar penuh berbentuk mirip payung (Pitojo, 2003).

Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna, memiliki benangsari dan

putik. Tiap kuntum bunga terdiri atas enam daun bunga yang berwarna putih,

enam benang sari yang berwarna hijau kekuning-kuningan, dan sebuah putik,

kadang-kadang di antara kuntum bunga bawang merah ditemukan bunga yang

memiliki putik sangat kecil dan pendek atau rudimenter, yang diduga sebagai

bunga steril. Meskipun jumlah kuntum bunga banyak, namun bunga yang berhasil

mengadakan persarian relatif sedikit (Wibowo, 2005).

Bakal biji bawang merah tampak seperti kubah, terdiri atas tiga ruangan

yang masing-masing memiliki bakal biji. Bunga yang berhasil mengadakan

persarian akan tumbuh membentuk buah, sedangkan bunga-bunga yang lain akan

mengering dan mati. Buah bawang merah berbentuk bulat, didalamnya terdapat

biji yang berbentuk agak pipih dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji

berwarna putih bening dan setelah tua berwarna hitam (Pitojo, 2003).

Bawang merah tidak tahan kekeringan karena sistem perakaran yang

pendek. Sementara itu kebutuhan air terutama selama pertumbuhan dan

pembentukan umbi cukup banyak. Di lain pihak, bawang merah juga paling tidak

tahan terhadap air hujan, tempat-tempat yang selalu basah atau becek. Sebaiknya

bawang merah ditanam di musim kemarau atau di akhir musim penghujan.

Dengan demikian, bawang merah selama hidupnya di musim kemarau akan lebih

baik apabila pengairannya baik (Wibowo, 2005).

Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah

beriklim kering yang cerah dengan suhu udara panas. Tempatnya yang terbuka,

tidak berkabut dan angin yang sepoi-sepoi. Daerah yang mendapat sinar matahari
12

penuh juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih

dari 12 jam. Perlu diingat, pada tempat-tempat yang terlindung dapat

menyebabkan pembentukan umbinya berukuran kecil (Wibowo,2005).

Dataran rendah sesuai untuk membudidayakan tanaman bawang merah.

Ketinggian tempat yang terbaik untuk tanaman bawang merah adalah kurang dari

800 m di atas permukaan laut (dpl). Namun sampai ketinggian 1.100 m dpl,

tanaman bawang merah masih dapat tumbuh. Ketinggian tempat suatu daerah

berkaitan erat dengan suhu udara, semakin tinggi letak suatu daerah dari

permukaan laut, maka suhu semakin rendah (Pitojo, 2003).

Tanaman bawang merah menghendaki temperatur udara antara 25 - 32 oC.

Pada suhu tersebut udara agak terasa panas, sedangkan suhu rata-rata pertahun

yang dikehendaki oleh tanaman bawang merah adalah sekitar 30 oC. Selain itu,

iklim yang agak kering serta kondisi tempat yang terbuka sangat membantu proses

pertumbuhan tanaman dan proses produksi. Pada suhu yang rendah, pembentukan

umbi akan terganggu atau umbi terbentuk tidak sempurna (Sumadi, 2003).

Sinar matahari berperan cukup besar bagi kehidupan tanaman bawang,

terutama dalam proses fotosintesis. Tanaman bawang merah menghendaki areal

pertanaman terbuka karena tanaman ini memerlukan penyinaran yang cukup,

minimal sekitar 70% intensitas cahaya matahari (Rukmana, 2002).

Tanaman bawang merah lebih baik pertumbuhannya pada tanah yang

gembur, subur, dan banyak mengandung bahan-bahan organik. Tanah yang sesuai

bagi pertumbuhan bawang merah misalnya tanah lempung berdebu atau lempung

berpasir, yang terpenting keadaan air tanahnya tidak menggenang. Pada lahan

yang sering tergenang harus dibuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik.

Derajat kemasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5 (Sartono, 2009).


13

Tumpang sari adalah suatu bentuk penanaman campuran berupa pelibatan

dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang

bersamaan atau gak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah

penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman

budidaya yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah.

Sistem Tumpang sari bisa menghemat biaya pengolahan lahan serta meningkatkan

hasil panen karena kombinasi dari tanaman ( Sugito, 1990).

Tumpang sari adalah sistem bercocok tanam dengan menanam dua atau

lebih jenis tanaman yang lain famili secara serempak. Keuntungan tumpang sari

yaitu : Mencegah dan mengurangi pengangguran, memperbaiki keseimbangan gizi

masyarakata petani, Adanya pengolahan tanah yang minimal, Jika tanaman

tumpang sari berasal semua masih dapat diperoleh nilai tambah, dan Mengurangi

erosi dan bisa didapatkan tanaman yang lain jika salah satu mati. ( Thahir, 1999).

Masalah yang selalu dihadapi sistem tumpang sari adalah adanya persaingan

dalam mendapatkan unsur hara, air, ruang tumbuh, dan cahaya. Cahaya matahari

merupakan salah satu faktor pembatas produksi pada tanaman kacang hijau.

Cahaya matahari merupakan sumber energi utama untuk fotosintesis dan

kekurangan cahaya mengakibatkan terganggunya metabolisme tanaman terjadinya

perubahan bentuk dan struktur tanaman. (Chotechuen, 1996)

Sistem tumpangsari juga memiliki peranan dari aspek ekologi yakni

mendukung terwujudnya keseimbangan ekosistem tanah. Namun demikian,

sistem tumpang sari juga dapat menyebabkan terjadinya kompetisi antar tanaman

dalam hal pemanfaatan hara, air, radiasi matahari, dan ruang tumbuh sehingga

dapat menurunkan produksi tanaman secara individu.( Tsubo et al, 2003)


14

Kendala bidang pertanian saat ini adalah terbatasnya lahan pertanian

produktif. Salah satu usaha untuk mengoptimalkan lahan pertanian yang ada

adalah dengan sistem tumpangsari. Pola tanam berganda atau tumpangsari

merupakan sistem pengelolaan lahan pertanian dengan mengkombinasikan

intensifikasi dan diversifikasi tanaman. Tanaman Jagung merupakan tanaman

serealia atau biji-bijian yang paling produktif di dunia.

Dengan demikian upaya intensifikasi merupakan pilihan yang perlu terus

dikembangkan (Warsana 2009). Pada umumya sistem tumpangsari lebih

menguntungkan dibandingkan dengan sistem monokultur karena produktivitas

lahan menjadi tinggi, jenis komoditas yang dihasilkan beragam, hemat dalam

pemakaian sarana produksi dan resiko kegagalan dapat diperkecil (Beets 1992).

Disamping keuntungan di atas, sistem tumpangsari juga dapat memperkecil erosi,

mempertahankan kesuburan tanah (Ginting dan Yusuf 1992).

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat atau disintesis dari bahan-bahan

anorganik di pabrik pabrik. Pupuk anorganik biasanya memiliki kandungan hara

yang cukup tinggi dan efek yang ditimbulkan apabila diaplikasikan terhadap

tanaman akan tampak lebih cepat. Salah satu jenis pupuk anorganik yaitu Pupuk

majemuk NPK. Pupuk majemuk NPK paling berpengaruh dalam pengoptimalan

dari segi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.

Pemberian pupuk anorganik juga cepat menyediakan unsur hara karena

sifatnya yang mudah larut dan kandungan yang tinggi. Salah satu pupuk

anorganik yang digunakan adalah pupuk NPK. Pupuk ini mengandung hara utama

dengan komposisi 10% nitrogen, 10% fosfor dan 14% kalium. Kelebihan pupuk

NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur

hara sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan pupuk tunggal.
15

Pupuk buatan ini memang sengaja dibuat dari bahan-bahan kimia guna

menambah atau menggantikan unsur hara yang hilang terserap oleh tanaman

sebelumnya, tercuci oleh aliran air, atau bereaksi dengan unsur kimia lain. Pupuk

buatan juga dapat berfungsi menambah hara pada lahan miskin hara terutama

unsur hara pokok yang biasa di serap tanaman dalam jumlah besar. Kita

mengetahui, bahwa tanaman memerlukan unsur hara makro dan unsur hara mikro.

Unsur hara makro ini diperlukan oleh tanaman dalam jumlah besar. Peranan

pupuk buatan ialah menyediakan kebutuhan hara dalam waktu yang singkat.

Menurut Novizan (2007), pupuk NPK Mutiara (16:16:16) adalah pupuk

majemuk yang memiliki komposisi unsur hara yang seimbang dan dapat larut

secara perlahan-lahan. Pupuk NPK Mutiara berbentuk padat, memiliki warna

kebiru-biruan dengan butiran mengkilap seperti mutiara. Pupuk NPK Mutiara

memiliki beberapa keunggulan antara lain sifatnya yang lambat larut sehingga

dapat mengurangi kehilangan unsur hara akibat pencucian, penguapan, dan

penjerapan oleh koloid tanah. Selain itu, pupuk NPK mutiara memiliki kandungan

hara yang seimbang, lebih efisien dalam pengaplikasian, dan sifatnya tidak terlalu

higroskopis sehingga tahan simpan dan tidak mudah menggumpal.

Menurut Pirngadi et al. (2005), salah satu cara untuk mengurangi biaya

produksi serta meningkatkan kualitas lahan dan hasil tanaman adalah dengan

pemberian pupuk majemuk seperti pupuk NPK Mutiara (16:16:16). Keuntungan

menggunakan pupuk majemuk adalah penggunaannya yang lebih efisien baik dari

segi pengangkutan maupun penyimpanan. Selain itu, pupuk majemuk seperti NPK

dapat menghemat waktu, ruangan dan biaya.


16

Menurut Naibaho (2003), keuntungan lain dari pupuk majemuk adalah

bahwa unsur hara yang dikandung telah lengkap sehingga tidak perlu

menyediakan atau mencampurkan berbagai pupuk tunggal. Dengan demikian,

penggunaan pupuk NPK akan menghemat biaya pengangkutan dan tenaga kerja

dalam penggunaannya.
17

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan waktu

Praktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, Jalan Kaharudin Nasution KM 11, Kelurahan Simpang

Tiga, Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Praktikum ini dilaksanakan selama

± 3 bulan, dimulai dari akhir bulan september sampai desember 2019.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gunting, cangkul, parang,

garu, gembor, gelas, penggaris, kamera dan alat tulis. Sedangkan bahan yang

diguakan dalam praktikum ini adalah benih jagung varitas Bonanza Now F1, bibit

bawang merah, pupuk NPK 16:16:16, dithane M 45 tali rapia, kayu, tanah dan air.

C. Rancangan Praktikum

Praktikum ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) factorial

yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor 1 pupuk NPK Mutiara 16:16:16 (N) yang

terdiri dari tiga taraf, dan faktor 2 adalah pupuk organik cair (H) yang juga terdiri

dari tiga taraf. Dengan kedua faktor tersebut diperoleh sembilan kombinasi

perlakuan. Dan untuk setiap perlakuannya dilakukan pengulangan sebanyak empat

kali ulangan, sehingga total keselurhan percobaan adalah 36 satuan percobaan.

Dengan faktor perlakuan sebagai berikut :

1. Faktor N adalah dosis pemberian pupuk NPK mutiara 16:16:16 terdiri dari

tiga taraf yaitu :

N1 : 15 gram/plot

N2 : 20 gram/plot

N3 : 25 gram/plot
18

2. Faktor H adalah dosis pemberia pupuk organik cair terdiri dari tiga taraf

yaitu :

H1 : 20 ml/liter air

H2 : 30 ml/liter air

H3 : 40 ml/liter air

Dari kedua faktor perlakuan diatad maka diperoleh kombinasi perlakuan

seperti pada tabel berikut :

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan NPK Mutiara 16:16:16 dan pupuk organik cair

NPK Pupuk Organik Cair


H1 H2 H3
N1 N1H1 N1H2 N1H3
N2 N2H1 N2H2 N1H3
N3 N3H1 N3H2 N3H3
Data hasil pengamatan dari masing-masing perlakuan dianalisis secara

statistik dan apabila dari hasil sidik ragam terdapat perbedaan yang nyata maka

dilanjutkan dengan uji lanjutan Beda Nyata Jujur (BNJ).

D. Pelaksanaan praktikum

1. Persiapan dan pengolahan lahan

Mahasiswa melakukan kegiatan sanitasi lahan dari gulma yang berada pada

kebun percobaan menggunakan parang, garu dan cangkul. Semua sampah dan

gulma dikumpulkan pada satu tempat dan dibakar, serta pengukuran pembuatan

patokan plot dengan ukuran 1 X 2 meter menggunakan tali rafia. Lalu patokan

dibiarkan sebelum pembuatan bedengan dilakukan.

2. Pembuatan plot

Mahasiswa membuat plot mengikuti patokan yang telah dibuat sebelumnya

pada lahan percobaan, yaitu menggemburkan tanah dan menaikan tanah

mengikuti tali dengan tinggi plot satu mata cangkul atau 25-30 cm.
19

3. Penanaman

Kegiatan selanjutnya ialah penanaman jagung, Penanaman jagung dilakukan

secara serentak, untuk penanaman jagung dilakukan lebih dahulu dibandingkan

dengan bawang merah, untuk populasi tanaman jagung perbedengan yaitu 8

tanaman jagung, dengan jarak tanam 50 x 80 cm. Kemudian dilakukan penanaman

dengan pola tumpangsari antara jagung dan bawang merah yaitu bawang merah

dengan jarak 25 x 25 cm di tengah-tengah tanaman jagung. Sebelum bawang

ditanam diberikan M-dithane 45 sebagai pestisida agar bawang merah tidak

terkena jamur. Selanjutnya tanaman disiram dengan air secukupnya.

4. Pemupukan

Pupuk yang digunakan yaitu pupuk NPK 16:16:16 dan pupuk organic cair

yaitu dengan taraf N2H1 b dengan dosis N1=20 gram/plot dan H2=20 ml/liter air

pada saat 14 hst.

5. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman tanaman dilakukan secara rutin setiap hari yaitu sebanyak

dua kali (pagi dan sore hari). Penyiraman diberikan secukupnya yaitu tanah

dalam kondisi lapang tidak kelebihan atau kekurangan agar tanah tetap

lembab.

b. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan membersihkan area penanaman dari

gulma yaitu dengan mencabut dengan tangan. hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengatasi agar gulma yang tumbuh tidak mengganggu

pertumbuhan tanaman jagung. Penyiangan dapat dilakukan secara manual


20

yaitu dengan mencabut gulma yang berada disekitar areal pertanaman dan

disesuaikan dengan kondisi lahan.

c. Penyulaman

Penyulaman dilakukan agar menyisp tanaman yang tidak tumbuh, agar

pertumbuhan serentak dengan tanaman lain dan memiliki hasil yang

optimal.

d. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendaliannya dilakukan secara preventif atau dengan menjaga dari

awal lahan tersebut dan secara kuratif dengan pemberian bahan kimia

pestidida di sekitar perakaran tanaman.

6. Panen

Panen dilakukan ketika kelobotnya yang mulai mengering dan berwarna

kecokelatan. Umumnya tanaman jagung bisa dipanen sekitar 100 hst. Dipanen

menggunakan tangan dengan memetik dari ujung tongkol.

E. Parameter pengamatan

Parameter pengamatan ini merupakan suatu kegiatan pengukuran hasil yang

di peroleh dari kegiatan praktikum yang dilaksanakan. Pada praktikum ini

parameter yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Tinggi Tanaman

Pada praktikum ini dilakukan parameter pengamatan dengan mengukur

tinggi tanaman pada setiap sampel. Pengamatan dilakukan dengan cara

mengukur tinggi tanaman pada saat telah terhentinya pertumbuha vegetifnya

sebelum tanaman mengeluarkan bunga. Data dari hasil pengamatan dianalisis

secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.


21

2. Umur Berbunga

Umur muncul bunga diamati dengan menandai dan mencatat hari pada

saat bunga pertama keluar. Data dari hasil pengamatan dianalisis secara

statistik dan disajikan dalam bentuk table.

3. Jumlah Tongkol Per Plot

Jumlah togkol diamati dengan menghitung setiap buah yang muncul dan

layak panen dalam plot penanaman. Data dari hasil pengamatan dianalisis

secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

4. Umur Panen

Pengamatan umur panen dilakukan pada saat tanaman jagung telah besar,

berisi, dan juga ditandai dengan rambut jagung yang telah kering menghitam.

Data dari hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan disajikan dalam

bentuk tabel.

5. Berat Tongkol

Pengamatan berat tongkol dilakukan saat tanaman telah dipanen

kemudian ditimbang menggunakan timbangan. Data dari hasil pengamatan

dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

6. Panjang Tongkol

Pengamatan panjang tongkol dilakuka ketika tongkol telah dipanen dan

diukur menggunakan penggaris. Data dari hasil pengamatan dianalisis secara

statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

7. Lilit Tongkol

Pengamatan lilit tingkol dilakukan ketika tongkol jagung telah dipanen.

Diukur mengguakan meteran tali agar tongkol mudah dililit dan dilihat
22

ukurannya. Data dari hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan

disajikan dalam bentuk tabel.

8. Jumlah Baris 1 Tongkol

Pengamatan jumlah baris dilakukan dengan cara menghitug jumlah biji

pada jagung secara horizontal dengan posisi jagung tegak lurus keatas. Data

dari hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk

tabel.
23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman

Pada hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman setelah dilakukan analisis

ragam (Lampiran 4. A) menunjukkan bahwa baik interaksi maupun pengaruh

utama perlakuan pupuk organik cair dan NPK Mutiara memberikan pengaruh

yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman jagung.

Tabel 2. Jumlah tinggi tanaman dengan perlakuan Pupuk NPK 16:16:16 dan
Pupuk Organik Cair
Pupuk Organik Cair
Pupuk NPK Rerata
H1 (20 ml) H2 (30 ml) H3 (40 ml)
N1 (15 gram) 177,48 189,37 178,44 181,76
N2 (20 gram) 189,87 188,62 180,06 186,18
N3 (25 gram) 169,50 209,62 192,25 190,46
Rerata 178,62 195,87 183,58
KK=10,67

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian dosis pupuk

NPK 16:16:16 dan Pupuk organik cair mampu memberikan pertumbuhan yang

baik, namun hasilnya tidak berbeda nyata. Dari semua perlakuan di dapatkan hasil

tinggi tanaman terbaik adalah pada interaksi perlakuan N3H2 yaitu rerata 209,62

cm per tanaman. Pada perlakuan utama pemberian pupuk NPK terbaik adalah

pada perlakuan N3 40 gram/tanaman yaitu 190,46 cm per tanaman. Perlakuan

pupuk organik cair terbaik adalah H2 30 ml/tanaman dengan rerata 195,87 cm per

tanaman.

Damanik (2011) Pertumbuhan pada tanaman jagung sangat dipengaruhi

oleh ketersediaan unsur hara pada suatu lahan budidaya. Berdasarkan penelitian

yang menyatakan bahwa kelemahan dari pupuk organik adalah kandungan

haranya rendah serta lambat tersedia bagi tanaman. Kandungan hara yang cukup
24

didalam tanah akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman jagung menjadi

baik (Retno dan Darminanti, 2009).

Menurut (Susanti et al., 2008 dalam Hastuti dkk) Pada peningkatan tinggi

tanaman dapat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara NPK yang sejalan

dengan meningkatnya dosis pupuk organik yang diberikan. Pupuk organik dapat

memperbaiki kondisi tanah dalam keadaan gembur serta hara yang cukup dalam

tanah. Dalam Hastuti dkk, kondisi tanah yang baik akan menciptakan lingkungan

tumbuh yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman Menurut Kresnatita et al. (2013)

B. Umur Berbunga

Pada hasil pengamatan terhadap umur muncul bunga tanaman setelah

dilakukan analisis ragam (Lampiran 4. B) menunjukkan bahwa baik interaksi

maupun pengaruh utama perlakuan pupuk organik cair dan NPK Mutiara

memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap muncul bunga tanaman jagung.

Tabel 3. Umur berbunga tanaman dengan perlakuan Pupuk NPK 16:16:16 dan
Pupuk Organik Cair
Pupuk Organik Cair
Pupuk NPK Rerata
H1 (20 ml) H2 (30 ml) H3 (40 ml)
N1 (15 gram) 45,75 47,75 46,75 46,75
N2 (20 gram) 44,75 45,25 48,25 46,08
N3 (25 gram) 46,50 47,25 45,25 46,33
Rerata 45,67 46,75 46,75
KK=5,20

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa menunjukkan umur muncul bunga pada

tanaman jagung berkisar antara 45 sampai 48 hst. Untuk umur munculnya bunga

tanaman yang terbaik adalah pada interaksi perlakuan N2H1 yaitu 44,75 hst. Dan

pada perlakuan utama pemberian pupuk NPK umur muncul bunga terbaik adalah

pada perlakuan N2 20 gram/tanaman yaitu dengan rerata 46,08 hari setelah tanam.
25

Sedangkan perlakuan pupuk organik cair terbaik adalah H1 20 ml/tanaman

dengan rerata 45,67 hari setelah tanam.

Menurut Handiyono dan Zulkarnain (1992) Muncul bunga pada tanaman

jagung dapat dipengaruhi oleh unsur nitrogen dalam tanah, karena nitrogen selain

berperan dalam pertumbuhan vegetatif juga berperan dalam membantu

pembungaan dan menyebutkan bahwa tersedianya nitrogen dalam tanah dengan

jumlah yang tergolong tinggi mempengaruhi penyerapan fosfor yang berperan

dalam proses pembentukan bunga. Sesuai dengan anlisis ragam, muncul bunga

sangat di pengaruhi oleh ketersediaan hara dalam tanah. Lambatnya muncuk

dikarenakan unsur hara lambat tersedia dalam tanah.

C. Jumlah Tongkol Per Plot

Pada hasil pengamatan terhadap jumlah tongkol per tanaman setelah

dilakukan analisis ragam (Lampiran 4. C) menunjukkan bahwa baik interaksi

maupun pengaruh utama perlakuan pupuk organik cair dan NPK Mutiara

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah tongkol per plot tanaman

jagung.

Tabel 4. Jumlah tongkol per tanaman dengan perlakuan Pupuk NPK 16:16:16 dan
Pupuk Organik Cair
Pupuk Organik Cair
Pupuk NPK Rerata
H1 (20 ml) H2 (30 ml) H3 (40 ml)
N1 (15 gram) 4,00 5,75 5,25 5,00
N2 (20 gram) 7,00 6,50 4,75 6,08
N3 (25 gram) 5,50 4,50 4,75 4,92
Rerata 5,50 5,58 4,92
KK=33,46

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian dosis

pupuk NPK 16:16:16 dan Pupuk organik cair mampu memberikan hasil yang

baik terhadap jumlah tongkol per plot, namun hasilnya tidak berbeda nyata. Pada

jumlah tongkol jagung per plot terbaik adalah pada interaksi perlakuan N2H1
26

yaitu 7 tongkol per plot. Pada perlakuan utama pemberian pupuk NPK terbaik

adalah pada perlakuan N2 20 gram/tanaman yaitu rerata 6,08 tongkol per

tanaman. Sedangkan perlakuan pupuk organik cair terbaik adalah H2 30

ml/tanaman dengan rerata 5,8 tongkol per plot.

Menurut Seriminawati dkk dalam Wahyudin dkk (2016) menyatakan bahwa

pertumbuhan yang baik ditunjang oleh penyerapan unsur hara yang cukup

mengakibatkan fotosintat yang dihasilkan akan meningkat dan tersimpan dalam

jaringan penyimpanan sehingga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan

tanaman yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil jagung secara nyata.

Pupuk organik dapat meningkatkan anion-anion utama untuk pertumbuhan

tanaman seperti nitrat, fosfat, sulfat, borat, dan klorida serta meningkatkan

ketersediaan hara makro untuk kebutuhan tanaman dan memperbaiki sifat fisika,

kimia dan biologi tanah (Lestari, 2015). Jamilin (2011) menyatakan bahwa secara

fisiologi fosfat merangsang pertumbuhan awal yang secara langsung

mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman. Rangsangan pertumbuhan awal dari

akar ini biasanya menghasilkan hasil panen yang lebih tinggi pada tanaman

semusim. Fungsi fosfor dapat mempercepat pembentukan buah dan biji serta

meningkatkan produksi (Isnaini, 2006). Efifsiensi pemupukan fosfat dapat

ditingkatkan lagi dengan melakukan pemupukan fosfat dikombonasikan dengan

pupuk nitrogen. Salah cara dengan pemberian pupuk organik cair dan NPK

16:16:16.

D. Umur Panen

Pada hasil pengamatan terhadap umur panen setelah dilakukan analisis

ragam (Lampiran 4. D) menunjukkan bahwa baik interaksi maupun pengaruh

utama perlakuan pupuk organik cair dan NPK Mutiara memberikan pengaruh
27

tidak nyata terhadap umur panen tanaman jagung. Hasil yang tidak nyata ini dapat

dilihat pada kondisi jagung yang dipanen dilakukan secara bersamaan. Hasil

pemanenan jagung dilihat berdasarkan kriteria jagung yang akan di panen.

Tabel 5. Umur panen tanaman dengan perlakuan Pupuk NPK 16:16:16 dan Pupuk
Organik Cair
Pupuk Organik Cair
Pupuk NPK Rerata
H1 (20 ml) H2 (30 ml) H3 (40 ml)
N1 (15 gram) 78,00 78,00 78,00 78,00
N2 (20 gram) 78,00 78,00 78,00 78,00
N3 (25 gram) 78,00 78,00 78,00 78,00
Rerata 78,00 78,00 78,00
KK=1,82

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa seluruh tongkol tanaman jagung di panen

dalam waktu yang bersamaan. Panen jagung sangat ditentukan oleh pembentukan

buah serta kecepatan pengisian biji dalam tongkol, semakin cepat proses tersebut

maka panen akan semakin cepat. Pembentukan dan pengisian biji ini ditentukan

oleh unsur hara dalam tanah. Menurut Poultan dkk (1989) tanaman dalam proses

metabolismenya sangat ditentukan oleh ketersediaan unsur hara terutama unsur

hara makro primer yaitu N, P, dan K dalam jumlah yang cukup dan berimbang

baik pada fase pertumbuhan vegetatif maupun generatif.

Pada hasil pemanenan jagung tidak semuanya dapat di panen, dikarenakan

pada saat di awal proses praktikum penanaman terjadi bencana asap yang

membuat proses fotosintesis terganggu sehingga pembuahan tidak berjalan baik.

Karena hasil fotosnintesis bermanfaat bagi tanaman untuk meningkatkan

pengisian dan pertumbuhan tongkol. Pada minggu ke lima kondisi lingkungan

mulai membaik, namun terjadi hujan secara terus menerus dengan intensitas yang

sangat tinggi. Hal ini juga berpengaruh terhadap ketersediaan hara dalam tanah

karena telah tercuci. Hujan bermanfaat bagi tanaman dalam menyediakan unsur
28

nitrogen dan sulfur, namun dapat mengakibatkan tanaman keracunan dan daun

kekuningan akibat intesitas tinggi.

Menurut (Mapegau, 2010) Fosfor berfungsi sebagai sumber energi dalam

berbagai reaksi metabolisme tanaman yang berperan penting dalam peningkatan

hasil serta memberikan banyak fotosintat yang didistribusikan ke dalam biji

sehingga hasil biji tanaman jagung meningkat. Hal ini diperkuat Novizan (2002)

bahwa ukuran buah dan kualitas buah pada fase generatif akan dipengaruhi oleh

ketersediaan unsur K, sedangkan P berperan dalam pembentukan buah dan bunga.

E. Berat Tongkol

Pada hasil pengamatan terhadap berat tongkol setelah dilakukan analisis

ragam (Lampiran 4. E) menunjukkan bahwa baik interaksi maupun pengaruh

utama perlakuan pupuk organik cair dan NPK Mutiara memberikan pengaruh

tidak nyata terhadap berat tongkol tanaman jagung.

Tabel 6. Berat tongkol tanaman dengan perlakuan Pupuk NPK 16:16:16 dan
Pupuk Organik Cair
Pupuk Organik Cair
Pupuk NPK Rerata
H1 (20 ml) H2 (30 ml) H3 (40 ml)
N1 (15 gram) 433,85 380,95 411,12 408,64
N2 (20 gram) 474,50 472,50 417,59 454,86
N3 (25 gram) 410,37 440,95 446,50 432,61
Rerata 439,57 431,46 425,07
KK=18,24

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa seluruh perlakuan pemberian dosis pupuk

NPK 16:16:16 dan Pupuk organik cair mampu memberikan hasil yang baik,

namun hasilnya tidak berbeda nyata. Untuk berat tongkol yang terbaik adalah

pada interaksi perlakuan N2H2 dengan rerata 474,50 gram per tongkol. Pada

perlakuan utama pemberian pupuk NPK terbaik adalah pada perlakuan N2 20

gram/tanaman yaitu 454,86 gram per tongkol. Sedangkan perlakuan pupuk


29

organik cair terbaik adalah H1 20 ml/tanaman dengan rerata 439,57 gram per

tongkol.

Menurut Palungkun dan Budiarti (1995) Berat tongkol pada jagung diduga

dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara dalam tanah, unsur hara P dibutuhkan

untuk pembentukan biji menjadi sempurna, apabila kekurangan unsur P

pembentukan biji dalam barisan tidak sempurna serta ukuran biji kecil. Selain itu,

kekurangan unsur K dapat menyebabkan pertumbuhan tongkol dan pertumbuhan

biji menjadi tidak sempurna, serta ujung tongkol bagian atas tidak berisi (Effendi,

1990).

F. Panjang Tongkol

Pada hasil pengamatan terhadap panjang tongkol jagung setelah dilakukan

analisis ragam (Lampiran 4. F) menunjukkan bahwa baik interaksi maupun

pengaruh utama perlakuan pupuk organik cair dan NPK Mutiara memberikan

pengaruh tidak nyata terhadap panjang tongkol jagung.

Tabel 7. Panjang tongkol tinggi tanaman dengan perlakuan Pupuk NPK 16:16:16
dan Pupuk Organik Cair
Pupuk Organik Cair
Pupuk NPK Rerata
H1 (20 ml) H2 (30 ml) H3 (40 ml)
N1 (15 gram) 24,18 24,56 26,75 25,16
N2 (20 gram) 23,88 24,62 26,97 25,16
N3 (25 gram) 24,50 28,15 24,55 25,73
Rerata 24,19 25,78 26,09
KK=9,82

Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa menunjukkan seluruh perlakuan pemberian

dosis pupuk NPK 16:16:16 dan Pupuk organik cair mampu memberikan hasil

yang baik, namun hasilnya tidak berbeda nyata. Untuk panjang tongkol terbaik

adalah pada interaksi perlakuan N3H2 dengan rerata 28,15 cm per tongkol. Pada

perlakuan utama pemberian pupuk NPK terbaik adalah pada perlakuan N3 25


30

gram/tanaman yaitu 25,73 cm per tongkol. Sedangkan perlakuan pupuk organik

cair terbaik adalah H3 40 ml/tanaman dengan rerata 26,09 cm per tongkol.

Menurut Pasta (2015) hasil tanaman jagung dari segi kualitas sangat

dipengaruhi oleh terpenuhinya unsur hara maksro dan mikro dalam tanah. Ukuran

buah dan kualitas buah pada fase generatif akan dipengaruhi oleh ketersediaan

unsur K, sedangkan P berepran dalam pembentukan buah dan bunga (Novizan,

2002).

Pada hasil panjang jagung yang dipanen tidak semuanya memiliki panjang

yang sama, hal ini dikarenakan pada saat di awal proses praktikum penanaman

terjadi bencana asap yang membuat proses fotosintesis terganggu sehingga buah

tidak semua tumbuh baik. Karena hasil fotosnintesis bermanfaat bagi tanaman

untuk meningkatkan pengisian dan pertumbuhan tongkol. Pada minggu ke lima

kondisi lingkungan membaik, namun terjadi hujan secara terus menerus dengan

intensitas yang tinggi. Hal ini juga berpengaruh terhadap ketersediaan hara dalam

tanah karena telah tercuci. Hujan bermanfaat bagi tanaman dalam menyediakan

unsur nitrogen dan sulfur, namun dapat mengakibatkan tanaman keracunan dan

daun kekuningan akibat intesitas tinggi.

G. Lilit Tongkol

Pada hasil pengamatan terhadap lilit tongkol jagung setelah dilakukan

analisis ragam (Lampiran 4. G) menunjukkan bahwa baik interaksi maupun

pengaruh utama perlakuan pupuk organik cair dan NPK Mutiara memberikan

pengaruh tidak nyata terhadap lilit tongkol jagung.


31

Tabel 8. Lilit tongkol tanaman dengan perlakuan Pupuk NPK 16:16:16 dan Pupuk
Organik Cair
Pupuk Organik Cair
Pupuk NPK Rerata
H1 (20 ml) H2 (30 ml) H3 (40 ml)
N1 (15 gram) 21,00 19,56 20,00 20,18
N2 (20 gram) 21,35 20,45 19,86 20,55
N3 (25 gram) 19,65 22,11 20,96 20,91
Rerata 20,67 20,71 20,27
KK=10,31

Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa menunjukkan seluruh perlakuan pemberian

dosis pupuk NPK 16:16:16 dan Pupuk organik cair mampu memberikan hasil

yang baik, namun hasilnya tidak berbeda nyata. Untuk lilit tongkol terbaik adalah

pada interaksi perlakuan N3H2 dengan rerata 22,11 cm per tongkol. Pada

perlakuan utama pemberian pupuk NPK terbaik adalah pada perlakuan N3 25

gram/tanaman yaitu 20,91 cm per tongkol. Sedangkan perlakuan pupuk organik

cair terbaik adalah H2 30 ml/tanaman dengan rerata 22,11 cm per tongkol.

Tarigan (2007) Perkembangan lilit tongkol pada setiap tanaman diduga

dipengaruhi oleh unsur N dalam tanah. Hal ini diperkuat oleh bahwa nitrogen

mempengaruhi terhadap lilit tongkol. Nitrogen merupakan komponen utama

dalam proses sintesa protein yang berkolerasi positif panjang dan diameter

tongkol. Selain itu, kondisi lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan

lilit tongkol.

H. Jumlah Baris 1 Tongkol

Pada hasil pengamatan terhadap jumlah baris 1 tongkol setelah dilakukan

analisis ragam (Lampiran 4. H) menunjukkan bahwa baik interaksi maupun

pengaruh utama perlakuan pupuk organik cair dan NPK Mutiara memberikan

pengaruh tidak nyata terhadap jumlah baris 1 jagung.


32

Tabel 9. Jumlah baris 1 tongkol tanaman dengan perlakuan Pupuk NPK 16:16:16
dan Pupuk Organik Cair
Pupuk Organik Cair
Pupuk NPK Rerata
H1 (20 ml) H2 (30 ml) H3 (40 ml)
N1 (15 gram) 18,00 18,75 15,75 17,50
N2 (20 gram) 16,25 16,00 14,50 15,58
N3 (25 gram) 15,25 17,00 16,50 16,25
Rerata 16,50 17,25 15,58
KK=13,29

Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa menunjukkan seluruh perlakuan pemberian

dosis pupuk NPK 16:16:16 dan Pupuk organik cair mampu memberikan hasil

yang baik terhadap jumlah baris 1 tongkol, namun hasilnya tidak berbeda nyata.

Untuk jumlah baris 1 tongkol terbaik adalah pada interaksi perlakuan N1H2

dengan rerata 18,75 jumlah baris 1 tongkol. Pada perlakuan utama pemberian

pupuk NPK terbaik adalah pada perlakuan N1 15 gram/tanaman yaitu 17,50

jumlah baris 1 tongkol. Sedangkan perlakuan pupuk organik cair terbaik adalah

H2 (30 ml/tanaman) dengan rerata 17,25 jumlah baris 1 tongkol.

Menurut Efendi (1990) Jumlah baris pada setiap tongkol dipengaruhi oleh

pengisian biji pada tongkol jagung. Setiap pengisian polong sangat membutuhkan

unsur hara esensial, sehingga pemberian NPK sangat membantu tanaman dalam

menyediakan unsur N, P, dan K., setelah tanaman berbunga dan pada waktu

pemasakan biji, tanaman jagung membutuhkan P dalam jumlah banyak. Menurut

Palungkun dan Budiarti (1995), unsur P dibutuhkan untuk pembentukan biji

menjadi sempurna, apabila kekurangan P pembentukan biji dalam barisan tidak

sempurna serta ukuran biji kecil. Selain itu, kekurangan unsur K dapat

menyebabkan pertumbuhan tongkol dan pertumbuhan biji menjadi tidak

sempurna, serta ujung tongkol bagian atas tidak berisi (Effendi, 1990).
33

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari praktikum mata kuliah Ekologi Tanaman ini dapat disimpulkan bahwa

praktikum ini membantu mahasiswa untuk dapat memahami dan lebih mengerti

mengenai bagaimana budidaya tanaman jagung dan bawang merah dengan system

tumpang sari dengan benar. Bagaimana pengolahan lahan dan sampai panen. Dan

pengendalian hama dan penyakit di lapangan. Dari praktikum ini kita dapat

mengetahui pertumbuhan tanaman jagung dari baris plot 1,2,3,4 dengan

pemberian dosis pupuk yang berbeda-beda, tetapi dari pemberian dosis pupuk

yang berbeda ini pertumbuhan tanaman tidak begitu signifikan perbedaan.

Pertumbuhan tanaman jagung ini rata-rata sama.

B. Saran

Untuk pelaksanaan kegiatan praktikum kedepannya diharapkan mahasiwa

lebih serius lagi dalam pelaksanaannya sehingga bisa mendapatkan hasil yang

maksimal. Dimulai dari pembukaan lahan, pengolahan, pemeliharaan bisa

dilakukan lebih serius lagi


34

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Bawang Merah Menurut Provinsi Tahun
2009-2013. Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Jakarta. Diakses
Pada 23 Desember 2019 pukul 21:09

Baritno, N. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Suka Abadi. Yogyakarta. 96


Hlm. Diakses Pada 23 Desember 2019 pukul 21:19

Budiarti. 1995. Proyeksi Produksi dan Konsumsi Kedelai Indonesia J. Ekon.


Kuantitatif Terap. Diakses Pada 23 Desember 2019 pukul 21:03

Damanik, M dkk, 2011. Kesuburan Tanah Dan Pemupukan. UsuPress. Medan.


Diakses Pada 23 Desember 2019 pukul 21:20

Effendi. 1990. Teknik Produksi jagung Anjuran di Lokasi Prima Tani Kabupaten
Sumenep. Buletin teknik Pertanian. Diakses Pada 23 Desember 2019 pukul
21:20

Effendi, dkk. 2012. Perkembangan Teknologi Budidaya kedelai Di Lahan


Sawah. Iptek Tanaman. Pangan 6 (2) : 297-151. Diakses Pada 23 Desember
2019 pukul 21:09

Handiyono dan Zulkarnain. 1992. Populasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Pestisida
Pada Rizosfer Beberapa Umur dan Jarak dari Pusat Perakaran Jagung
toleran Herbisida Akibat Pemberian Berbagai Dosis Herbisida Kalium
Glifosfat Mays L. Laporan Penelitian, Jurus Ilmu Tanah Faperta Unila
Bandar Lampung. Diakses Pada 23 Desember 2019 pukul 21:34

Hasibuan, B.E., 2006. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara,


Fakultas Pertanian. Medan. . Diakses Pada 23 Desember 2019 pukul 21:10

Indra, G. 2015. Botani Jagung Manis. http://eprints.stiperdharmawacana.ac.id.


Diakses 03 Desember 2019.

Jamilin. 2011. Respon Pertumbuhan Dan Produksi jagung Manis (Zea Mays
Saccharata Sturt) Terhadap Pemberian Pupuk Cair TNF dan Pupuk
Kandang Ayam. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.
34 hal. . Diakses Pada 23 Desember 2019 pukul 21:08

Lestari. 2015. Artikel Jagung Manis. Http://harizamry.com/2007/Tamanan-


Jagung-Manis-Sweet-com. Diakses Pada 23 Desember 2019 pukul 21:10

Mapegau. 2010. Jagung Manis. Diakses di


http://www.scribd.com/doc/381158723/jagung manis-no4.pdf. Diakses
Pada 23 Desember 2019 pukul 21:11
35

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.


Hal 23-24. Diakses Pada 23 Desember 2019 pukul 21:09

Pasta. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk N,P dan K Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Jagung Manis Di Lahan Kering.
http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=8&ch=jsti&id=15. Diakses Pada 23
Desember 2019 pukul 19:09

Poultan, dkk. 1989. Alternatif Penentuan Periode Keritis Jagung Manis Terhadap
Kompetisi Gulma. Pros. Konf. HIGI XIII. 7-13. . Diakses Pada 23
Desember 2019 pukul 21: 39

Retno dan Darminanti. 2009. Jagung Sebagai Sumber Pangan fungsional. Iptek
Tanaman. Pangan. 6(1) 41-56. Diakses Pada 23 Desember 2019 pukul
21:24

Rukmana, R. 2010. Jagung Budidaya, Pascapanen, Penganekaragaman Panagan.


semarang. CV Aneka Ilmu. Diakses Pada 23 Desember 2019 pukul 21:26

Soemadi, W dan A. Mutholib. 2000. Sayuran Baby. Penebar Swadaya. Depok.


P. Diakses Pada 23 Desember 2019 pukul 21:09

Suprapto, H. S., dan A. R. Marzuki. 2005. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya.


Diakses Pada 23 Desember 2019 Jakarta pukul 21:57

Sunaryono, H dan P. Sudomo. 1989. Budidaya Bawang Merah


(Aliumascalonicum L.) Penerbit Sinar Baru, Bandung.

Tarigan, F, H. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Green Giant dan


Pupuk Daun Super Bionik Terhadap pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Jagung (Zea Mays L). Jurnal Agrivigor 23 (7): 78-85. Diakses Pada 23
Desember 2019 pukul 21:24

Tim Karya Tani Mandiri, 2010. Pedoman Bertanam Jagung. CV Nuansa Aulia
Bandung. Diakses Pada 24 Desember 2019 pukul 21:10

Wibowo, S. 2005. Budidaya Bawang; Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang


Bombay. Penebar Swadaya, Jakarta. Diakses Pada 23 Desember 2019
pukul 22:56
36

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum

Tabel 10. Jadwal kegiatan praktikum


No Kegiatan
September Oktober November Desember
1 Sanitasi lahan
2 Pembuata plot
Penanaman Jagung
3
Bawang merah
Pemberian NPK
Pemberian POC
4
Peyiangan
Penyemprotan Pestisida
5 Penyianga bawang merah
Tinggi tanaman
Umur berbunga
Jumlah tongkol
Umur panen
6
Panjang tongkol
Berat tongkol
Lilit tongkol
Jumlah baris 1 tongkol
7 Laporan dan revisi
8 Pengumpulan laporan
37

Lampiran 2. Denah percobaan di Lapangan Menurut Rancangan Acak


Lengkap (RAL) Faktorial

200 cm
N1H1 N1H1 N2H1 N2H1
100
a c a c

N1H2 N1H2 N2H2 N2H2


a c a c U
N1H3 N1H3 N2H3 N2H3
a c a c

N1H1 N1H1 N2H1 N2H1


b d b d
N1H2 N1H2 N2H2 N2H2
b d b d

N1H3 N1H3
K1P3 N2H3
K2P3 N2H3
K2P2
b db bc b

N3H1 N3H2 N3H3 N3H1


S
c c c d

N3H3 N3H1 N3H2 N3H3


d a a a
50 cm
N3H1 N3H2 N3H3 N3H2
b b b d

50 cm

Keterangan
N : Perlakuan NPK Mutiara 16:16:16
H : Perlakuan pupuk organik cair
1,2,3 : Taraf Perlakuan
a,b,c,d : Ulangan
Jarak antar Plot : 50 cm
38

Lampiran 3. Dokumentasi

Gambar 1. plot Gambar 2. Benih Jagung

Gambar 3. Pemberian NPK Gambar 4. Pengendalian hama

Gambar 5. Pengukuran tinggi Gambar 6. Bibit Bawang merah

Gambar 7. Umur Bunga Jagung Gambar 8. Bawang 1 MST


39

Gambar 9. Mengitung Tongkol Gambar 10. Panen jagung

Gambar 11. 5 tongkol panen Gambar 12. Panjang tongkol

Gambar 13. Lilit Tongkol Gambar 14. Berat Tongkol

Gambar 15. Jumlah Baris Gambar 16. Jagung 1 bulan


Setelah Tanam
40

Lampiran 4. Analisis Ragam Rancangan Percobaan

A. Tinggi Tanaman
F. TABEL
SK DB JK KT F. HITUNG
5% 1%
N 2 502,22 251,11 0.64 ns 3.35 5.49
H 2 1.908,84 954,42 2.42 ns 3.35 5.49
NH 4 1.951,06 487,76 1.24 ns 2.75 4.11
E 27 10.648,52 394,38
T 35

B. Umur Berbunga
F. TABEL
SK DB JK KT F. HITUNG
5% 1%
N 2 2,72 1,36 0.23 ns 3.35 5.49
H 2 9,39 4,69 0.81 ns 3.35 5.49
NH 4 35,44 8,86 1.52 ns 2.75 4.11
E 27 157,00 5,81
T 35

C. Jumlah Tongkol Perplot


F. TABEL
SK DB JK KT F. HITUNG
5% 1%
N 2 10,17 5,08 1,59 ns 3.35 5.49
H 2 3,17 1,58 0,49 ns 3.35 5.49
NH 4 16,67 4,16 1,31 ns 2.75 4.11
E 27 86,00 3,18
T 35

D. Umur Panen
F. TABEL
SK DB JK KT F. HITUNG
5% 1%
N 2 4,04 2,02 1 ns 3.35 5.49
H 2 4,04 2,02 1 ns 3.35 5.49
NH 4 8,08 2,02 1 ns 2.75 4.11
E 27 5,45 2,02
T 35
41

E. Berat Tongkol
F. TABEL
SK DB JK KT F. HITUNG
5% 1%
N 2 12.824 6.412 1,03 ns 3.35 5.49
H 2 1.268 634 0,10 ns 3.35 5.49
NH 4 15.736 3.934 0,63 ns 2.75 4.11
E 27 167.645 6.209
T 35

F. Panjang Tongkol
F. TABEL
SK DB JK KT F. HITUNG
5% 1%
N 2 2,59 1,29 0, 20 ns 3.35 5.49
H 2 24,91 12,46 2, 01 ns 3.35 5.49
NH 4 46,26 11,56 1, 86 ns 2.75 4.11
E 27 167,48 6,20
T 35

G. Lilit Tongkol
F. TABEL
SK DB JK KT F. HITUNG
5% 1%
N 2 4,79 2,39 0,53 ns 3.35 5.49
H 2 2,69 1,34 0,30 ns 3.35 5.49
NH 4 19,70 4,93 1,10 ns 2.75 4.11
E 27 120,49 4,46
T 35

H. Jumlah Baris Per Tongkol


F. TABEL
SK DB JK KT F. HITUNG
5% 1%
N 2 22,72 11,361 2,37 ns 3.35 5.49
H 2 16,72 8,361 1,75 ns 3.35 5.49
NH 4 16,44 4,111 0,86 ns 2.75 4.11
E 27 129,00 4,778
T 35

Keterangan:

s = signifikan

ns = non signifikan
42

Lampiran 5. Biodata Mahasiswa

Nama : M. FAHRUL NIZAN


Tempat/Tanggal Lahir : ALAHAIR/21 OKTOBER 1998
Agama : ISLAM
Fakultas : PERTANIAN
Program studi : AGROTEKNOLOGI
Kelas/semester : B/V
Asal Sekolah : SD NEGERI 28 SESAP
: SMP NEGERI 2 SELATPANJANG
: SMK NEGERI 1 TEBING TINGGI
Hobi : SEPAKBOLA,BADMINTON,TENIS MEJA
Alamat Sekarang : JL. PAHLAWAN KERJA GG.SANGKI 1

6×4

ATAU LEBIH SESUAI


SELERA..

Anda mungkin juga menyukai