Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

PENGARUH PEMANGKASAN DAUN PADA


BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR
(Ipomoea batatas L.)

Disusun Oleh:
Bella Nurdiyanti 165040200111164
Rheka Astri Gurning 165040200111178
Nurhadi Anwar 165040201111127
Febri Ayu Alista 165040201111179

Kelas: M
Program Studi: Agroekoteknologi
Kelompok: Ubi Jalar

Asisten Kelas: Hammam A. R.


Asisten Lapang: Adis Permata Sari

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2017
2.1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat harus diimbangi


dengan peningkatan produksi makanan pokok. Makanan pokok sebagian
besar masyarakat Indonesia adalah nasi, sementara luas areal sawah di
Indonesia semakin menurun sehingga akan sangat sulit bila masyarakat
Indonesia masih sangat bergantung pada beras. Oleh karena itu,
dibutuhkan upaya diversifikasi pangan untuk mendukung ketahanan
pangan Indonesia di masa mendatang. Salah satu upaya diversifikasi
pangan yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan pangan
alternatif dari suku umbi-umbian misalnya ubi jalar.
Ubi jalar memiliki berbagai keunggulan untuk dijadikan bahan
makanan pokok. Di antaranya adalah mudah untuk diproduksi pada
berbagai lahan, memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi,
penyajiannya yang mudah dan beragam, dan mengandung vitamin serta
mineral yang cukup tinggi (Zuraida dan Supriati, 2001). Namun, produksi
ubi jalar di Indonesia masih belum bisa dibilang optimal. Menurut Badan
Pusat Statistika (2015), produktivitas ubi jalar pada tahun 2011-2015
berkisar antara 12 sampai 16 ton/ha. Hasil tersebut masih sangat jauh dari
potensi hasil sebenarnya yang dapat mencapai 20-30 ton/ha.
Guna mengatasi hal tersebut, dibutuhkan teknologi produksi
tanaman ubi jalar untuk mendongkrak produksi ubi jalar Indonesia. Salah
satu teknologi yang dapat digunakan adalah penggunaan varietas unggul,
seperti varietas Beta-2. Varietas yang dilepas pada 2009 ini memiliki hasil
produksi 25-35 ton/ha dengan umur panen 4-4,5 bulan serta agak tahan
penyakit kudis dan hama boleng (Balitkabi, 2011). Selain penggunaan
varietas unggul, pemangkasan daun juga merupakan salah satu teknologi
produksi tanaman ubi jalar. Menurut penelitian Jayanti, dkk. (2016)
pemangkasan daun dengan menyisakan 2 sulur bisa meningkatkan hasil
panen sebesar 21,02% dibanding hasil panen tanpa pemangkasan daun
yaitu dari 28,43 ton/ha menjadi 34,40 ton/ha. Oleh sebab itu, dilaksanakan
praktikum Teknologi Produksi Tanaman komoditas ubi jalar untuk
mengetahui bagaimana pengaruh pemangkasan daun terhadap hasil
produksi ubi jalar.

1.2 Tujuan Praktikum


Praktikum Teknologi Produksi Tanaman komoditas ubi jalar bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pemangkasan daun terhadap pertumbuhan
dan perkembangan beberapa varietas tanaman ubi jalar.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Ubi Jalar

Ubi jalar diduga bearasal dari Amerika Tengah, mulai menyebar


keseluruh dunia abad ke-16, termasuk tanaman semusim yang
mempunyai susunan tubuh utama terdiri dari batang, ubi, daun, bunga
dan biji. Ubi jalar merupakan tanaman spermatophyta yang disebut
tanaman dikotil karena dapat menghasilkan biji dari hasil perkawinan
benang sari dan kepala putik biasanya digunakan sebagai sumber kalori
karena mengandung karbohidrat. Ubi jalar dapat berwarna putih, kuning,
oranye sampai merah, bahkan ada yang berwarna kebiruan, violet atau
berbintik–bintik biru. Ubi yang berwarna kuning oranye sampai merah
banyak mengandung karotinoid dan merupakan prekusor bagi vitamin A
(Sediaoetama, 2004). Ubi jalar (Ipomea batatas L) merupakan komoditas
karbohidrat utama setelah padi, jagung, dan ubi kayu, serta mempunyai
peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, maupun bahan baku
industri. Dari segi nutrisi, ubi jalar merupakan sumber energi yang baik,
mengandung protein, vitamin dan mineral berkualitas tinggi.
Menurut Soemartono (1983) dalam Susilowati (2010), ubi jalar
adalah sumber bahan pangan karbohidrat yang baik sekali. Ini terbukti
dari kenyataan, bahwa bahan makanan ini merupakan bahan makanan
utama bagi penduduk di Irian Jaya dan di Papua Nugini. Kesehatan
mereka ternyata tetap baik dan tidak mengalami gangguan apapun.
Sedangkan menurut Ispandi (1993) dalam Susilowati (2010), karbohidrat
dalam ubi jalar cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai penunjang
sumber karbohidrat yang berasal dari jagung dan ubi kayu. Kandungan
gizinya juga tinggi dan bervariasi sehingga ubi jalar dapat juga digunakan
sebagai penunjang program penganekaragaman sumber gizi.
Menurut Tjitrosuporno (2004) klasifikasi tanaman ubi jalar, yaitu
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Convolvulus
Familia : Convolvulacea
Genus : Ipomoea
Species : Ipomoea batatas L.

(a) (b)
Gambar: (a) Tanaman ubi jalar dan (b) umbi ubi jalar (Google image,
2017)

2.2. Syarat Tumbuh

Menurut Neltriana (2015) menyatakan bahwa syarat tumbuh


tanaman ubi jalar yaitu ditanam didaerah dengan ketinggian 500 – 1000
meter diatas permukaan laut. Tinggi rendahnya suhu disuatu tempat
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen umbi tanaman ubi jalar.
Suhu yang optimal untuk pertumbuhan ubi jalar berkisar 20°C – 26°C
dengan kondisi tidak terlalu lembab atau mendapatkan sinar matahari
secara langsung. Lama penyinaran yang ideal untuk tanaman ubi jalar
adalah 11 – 12 jam/hari dengan curah hujan antara 750 – 1.500
mm/tahun. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh diberbagai jenis tanah yaitu
tanah yang banyak mengadung unsur hara, bahan organik, memiliki
dranase dan aierase yang baik, gembur dengan pH tanah berkisar antara
5,5 – 7,5.
2.3 Varietas Ubi Jalar

Menurut Yufdy (2006) varietas ubi jalar cukup banyak, namun baru
142 jenis yang sudah diidentifikasi oleh para peneliti. Varietas yang
digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut: (a) berdaya hasil tinggi yaitu diatas 30 ton/hektar, (b)
berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan, (c) rasa ubi enak dan manis,
(d) tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.) dan penyakit kudis
oleh cendawan Elsinoe sp, (e) kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100 gram
dan (f) keadaan serat ubi relatif rendah.
Beberapa varietas unggul yang telah dilepaskan ke lapangan
memiliki umur yang berbeda, demikian juga dengan ketahanan terhadap
hama boleng. Kultivar ubi jalar berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Perbedaan itu dapat dilihat dari warna kulit umbi dan warna daging umbi
(biasanya putih, coklat/krem, kuning, merah dan ungu), bentuk umbi,
bentuk daun, kedalaman perakaran, masa pendewasaan, ketahanan umbi
terhadap hama dan penyakit. Perbedaan warna pada umbi berkaitan
dengan adanya komponen fungsional pada ubi jalar, yaitu antosianin dan
β-karoten. Berikut merupakan penjelasan dari beberapa varietas ubi jalar
yang digunakan pada saat praktikum:
a) Varietas Sari
Varietas ini dilepas tanggal 22 Oktober 2001 dengan SK Mentan
525/Kpts/TP.240/10/2001 dan nomor induk MIS 104-1. Asal varietas ini
adalah hasil persilangan Genjah Rante x Lapis hasil varietas ini mencapai
30,0 – 35,0 t/ha dengan umur panen 3,5 – 4,0 bulan. Varietas tanaman ini
memiliki warna sulur dominan hijau, kerangka daun berbentuk segitiga
samasisi, ukuran daun dewasa kecil, bagian bawah tulang daun berwarna
hijau, daun muda berwarna agak ungu sedangkan saat dewasa warna
daunnya berubah menjadi hijau, tangkai daun sangat pendek, umbi
berbentuk bulat telur dan melebar pada ujung umbi dengan tangkai umbi
sangat pendek. Kulit umbi varietas sari berwarna merah sedangkan
daging umbi berwarna kuning tua degan rasa yang enak dan manis.
Kadar bahan kering sebesar 28%, kadar serat sebesar 1,63%, kadar
protein sebesar 1,91%, kadar gula sebesar 5,23%, kadar pati sebesar
32,48%, kadar betakarotin sebesar 380,92 μg/100 g dan kadar vitamin C
sebesar 21,52 mg/100 g. Varietas ini agak tahan terhadap hama boleng
(Cylas formicarius) dan tahan hama penggulung daun, tahan penyakit
kudis (S.batatas) dan penyakit bercak daun (Cercospora sp.). Pemulia
varietas ini adalah St. A. Rahayuningsih, Sutrisno, Gatot S., dan J oko
Restuono (Balitkabi, 2016).
b) Varietas Beta-2
Dalam pelaksanaan praktikum di lapang kelompok kami
menggunakan varietas Beta-2. Varietas ini dilepas tanggal 19 Mei 2009
dengan SK Mentan 2216/ Kpts/ SR.120/ 5/ 2009. Varietas ini merupakan
hasil persilangan bebas induk betina MSU persilangan varietas Kidal
dengan BB 97281-16. Waktu panen antara 4 – 4,5 bulan. Varietas ini
memiliki warna dominan hijau pada sulur, ukuran daun dewasa kecil,
tulang daun permukaan bawah berwarna hijau, daun dewasa berwarna
hijau sedangkan daun muda permukaan atas dan bawah daun ungu,
tangkai daun berwarna hijau dan pendek. Umbi berbentuk elips membulat
dengan warna kulit umbi merah dan warna daging oranye dengan rasa
umbi enak. Kandungan gizi varietas ini adalah serat 3,55%, gula reduksi
5,00%, pati 17,8%, Amilosa 23,08%, Vitamin C 21,0 mg/100 gram dan
betakarotin 4.629 µg/100 gram. Varietas ini agak tahan penyakit kudis
(Sphaceloma batatas) dan agak tahan hama boleng (Cylas formicarius)
Rata-rata hasil varietas ini sebesar 28,6 t/ha dengan potensi hasil 34,7
t/ha cocok ditanam pada lahan tegalan dan sawah sesudah tanaman padi.
Pemulia varietas ini adalah M. Jusuf, St.A. Rahayuningsih, Tinuk Sri
Wahyuni, Joko Restuono, dan Gatot Santoso (Balitkabi, 2016).
c) Varietas Antin
Varietas ini dilepas pada 15 Januari 2013 dengan SK Mentan
165/Kpts/SR.120/1/2013. Varietas ini merupakan hasil persilangan bersari
bebas dari varietas Samarinda (Lokal Blitar) dan Kinta (Lokal Papua).
Varietas ini memiliki warna sulur dominan hijau, kerangka daun berbentuk
segitiga sama sisi, ukuran daun dewasanya sedang, semua tulang daun
berwarna ungu. Bentuk umbi bulat telur dan lebar pada pangkal umbi, kulit
umbi berwarna putih sedangkan daging umbi berwarna ungu dan rasa
umbi enak. Kandungan gizi pada umbi banyak yaitu kadar serat ±2,3%,
protein ±1,9%, gula total ±1,7%, pati ±19,3%, vitamin C ±21,8% dan beta
karoten ±7,8%. Varietas ini agak tahan penyakit kudis (Sphaceloma
batatas) dan agak tahan hama boleng (Cylas formicarius) dengan potensi
hasil 33,2 ton/ha dan rata-rata hasil 25,8 ton/ha. Pemulia varietas ini
adalah M. Jusuf, St.A. Rahayuningsih, T.S. Wahyuni, Joko Restuono dan
Gatot Santoso (Balitkabi, 2016).

2.4 Pengaruh Toping pada Ubi Jalar

Menurut Daniesen (1958) dalam Dewi (2004) pemangkasan adalah


kegiatan menghilangkan atau memotong pucuk, cabang, atau ranting
tanaman dengan tujuan untuk meningkatkan hasil panen. Pada prinsipnya
pemangkasan pucuk akan merangsang tumbuhnya tunas lebih banyak.
Tujuan lain dari pemangkasan adalah agar sinar matahari dapat menyinari
seluruh bagian tanaman, sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung
sempurna. Selain itu, pemangkasan juga dapat mengurangi kelembaban
sehingga tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit (Sudaryat,
1989) dalam Irawati (2017).
Ruas tempat pemangkasan dilakukan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman yang bersangkutan. Nakasone
(1954) dalam Muhammad (2000) mengungkapkan bahwa pemangkasan
yang tepat dapat meningkatkan hasil sebesar 35% lebih tinggi dibanding
tanaman yang tidak dipangkas. Bagian tanaman yang dipangkas perlu
diperhatikan karena semua ranting dan cabang dalam satu struktur pohon
mempunyai peluang untuk membentuk ranting reproduktif atau ranting
vegetatif. Cara pemangkasan yang tidak tepat dapat menurunkan
produksi. Pada tanaman teh, untuk mendapatkan hasil pucuk yang
maksimal, pemangkasan perlu dilaksanakan secara berkala apabila
tanaman telah mencapai ketinggian lebih dari 110 cm (Tobroni dan
Adimulya, 1997) dalam Bacherin (2003).
Pemangkasan dimaksudkan untuk memperkuat batang dan
mengurangi pertumbuhan vegetatif yang tidak perlu, selain itu juga untuk
memperluas ruang sirkulasi udara dan penetrasi sinar matahari ke seluruh
bagian tanaman. Pemangkasan juga dimaksudkan untuk menciptakan
lingkungan yang lebih bersih dan higienis sehingga tanaman bisa
terbebas dari serangan hama dan penyakit. Keseluruhan tujuannya
adalah agar tanaman dapat memberikan hasil dan kualitas buah yang
maksimal (Prajnanta, 2003; Hartmann et al., 1988) dalam Hatta (2013).
Mengingat bahwa tanaman ubi jalar merupakan salah satu jenis
tanaman yang mempunyai sifat pertumbuhan yang menjalar, maka untuk
mengantisipasi terjadinya pemanjangan sulur, pengurangan panjang sulur
perlu dilakukan. Hal ini berdasar bahwa dengan semakin panjang sulur
kemungkinan kontak antara akar adventif dengan tanah akan semakin
banyak, karena akar adventif tumbuh pada setiap buku pada batang.
Selain itu dengan semakin panjang sulur yang terbentuk, maka semakin
banyak pula daun yang akan dihasilkan, sementara tanaman ubi jalar
merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai susunan daun
horizontal dan berjumlah banyak. Banyaknya jumlah daun yang terbentuk
tersebut belum tentu memberikan dampak positif pada besarnya asimilat
yang dihasilkan, karena daun bersifat tumpang tindih. Oleh karena itu,
untuk mengantisipasi hal tersebut diatas, maka pengurangan panjang
sulur perlu dilakukan. Namun demikian, besar kecilnya dampak yang
ditimbulkan akibat dari pengurangan panjang sulur ini akan sangat
dipengaruhi oleh waktu pengurangan panjang sulur (Rahmiana, 2015).
3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman dimulai pada bulan


September dan berakhir pada bulan Desember 2017. Tempat
dilaksanakannya kegiatan budidaya tanaman ubi jalar yaitu di lahan
percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Jatimulyo, Malang.
Ketinggian tempat lahan Jatimulyo yaitu 600 mdpl.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum Teknologi


Produksi Tanaman komoditas ubi jalar yaitu ring sampel, ring master,
balok penekan, palu, pisau lapang, kantong plastik, karet gelang, meteran,
cangkul, tali rafia, sekop, ember, penggaris, alfa board, spidol, form
pengamatan, kamera. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
pelaksanaan praktikum Teknologi Produksi Tanaman adalah bibit ubi jalar
varietas beta 2, antin dan sari. Kemudian bahan lainnya ialah pupuk
kompos, pupuk SP-36, pupuk urea, pupuk KCL dan air.

3.3 Cara Kerja

3.3.1. Pengambilan Sampel Tanah


Langkah pertama yang dilakukan dalam pengambilan sampel tanah
adalah menentukan titik sampel secara acak sebanyak 5 sampel. Sampel
yang dipilih harus mewakili tanaman dalam satu bedeng. Kemudian,
menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu membersihkan permukaan tanah
dari seresah, batuan dan sampah. Kemudian, menekan ring sampel
dalam tanah menggunakan balok penekan hingga tanah memenuhi ring
sampel. Letakkan ring master diatas ring sampel dan menekannya
dengan balok penekan serta di pukul menggunakan palu hingga tanah
terisi ½ bagian ring master. Lalu, mengambil ring sampel dengan
menggunakan pisau lapang dan memisahkan ring sampel dan ring
master. Kemudian, lilitkan plastik pada ring sampel hingga permukaan
atas dan bawah ring sampel tertutup. Setelah itu, mengikat ring sampel
menggunakan karet.
3.3.2. Persiapan Lahan
Pada persiapan lahan tanaman ubi jalar langkah pertama yang
perlu dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
Membersihkan lahan dari tanaman liar (sanitasi lahan). Mengukur petak
lahan yang telah disediakan. Setelah itu, menyirami lahan dengan air
untuk mempermudah dalam menggemburkan tanah. Lalu,
menggemburkan tanah kembali dengan menggunakan cangkul. Membuat
4 bedengan dengan menggunakan tali rafia. Setiap bedengan yang
dibentuk memiliki tinggi minimal 30 cm. Kemudian, memberikan pupuk
kompos di setiap bedengan.
3.3.3. Penanaman
Pada pelaksanaan penanaman tanaman ubi jalar dimulai dengan
membuat lubang tanam sedalam ±10cm di setiap bedengan dengan jarak
tanam 5 cm x 30 cm. Kemudian menanam bibit ubi jalar varietas beta 2
dengan membentuk bibit seperti huruf “V” untuk melukai bibit ubi jalar
tersebut agar dapat merangsang pertumbuhan ubi jalar, lalu
membenamkan bibit tersebut kedalam tanah seperti huruf “L”. Lalu, tutup
dengan tanah dan disiram dengan air.
3.3.4. Pemupukan
Proses pemupukan diawali dengan mengaplikasikan pupuk organik
(kandang) sebagai pupuk dasar pada saat pengolahan lahan. Pada dua
minggu setelah tanam, dilakukan pemupukan KCl dan Urea masing-
masing 50 gram/petak dan 50 gram/petak. Pupuk diberikan dengan cara
ditugal di samping tanaman dengan jarak 5 cm dari lubang tanam dan
tidak boleh terkena langsung pada tanaman. Perlu diperhatikan juga
didalam pemupukan sebaikan nya dilakukan dipagi hari sebelum jam 9
pagi agar pupuk tidak menguap dan juga tidak melakukan pemupukan
apabila akan turun hujan.
3.3.5. Penyiraman
Penyiraman dilakukan per tanaman dan tanah disekitar guludan
dengan menggunakan ember berisi air. Penyiraman rutin dilaksanakan
setiap sore hari, namun turun hujan tidak perlu melakukan penyiraman
lagi.
3.3.6. Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma pada tanaman ubi jalar rutin dilakukan sejak
awal pengolahan tanah, kemudian dilanjut pada satu minggu setelah
tanam dan seterusnya. Penyiangan dilakukan secara mekanis dengan
dicabut menggunakan tangan dan juga menggunakan cetok denggan cara
mencungkilnya dari bawah. Kegiatan penyiangan gulma ini adalah untuk
menghilangkan gulma dari lahan agar mencegah terjadinya kompetisi
unsur hara antara tanaman ubi jalar dengan gulma.
3.3.7. Pengamatan
Hal pertama yang dilakukan dalam mengamati ubi jalar yaitu
memilih lima sampel tanaman ubi jalar yang akan diamati. Lima sampel
tanaman yang dipilih, memiliki ketentuan dapat mewakili seluruh tanaman
dalam satu lahan. Serta selalu pada tanaman tidak pinggir. Kemudian
mulai mengamati parameter yaitu mengukur panjang tanaman,
menghitung jumlah daun, jumlah bunga, intensitas hama dan musuh alami
serta intensitas penyakit. Kemudian mencatat datanya pada lembar
pengamatan. Pengamatan dilakukan satu minggu sekali saat praktikum
lapang yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan
pertumbuhan tanaman ubi jalar.
3.3.8. Dokumentasi
Langkah terakhir yaitu mendokumentasikan perkembangan ubi
jalar dan setiap kegiatan yang dilakukan di lahan. Dokumentasi dilakukan
dengan menggunakan kamera handphone.

3.4 Parameter Pengamatan

Kegiatan pengamatan ubi jalar dilakukan bersamaan dengan


perawatan. Pengamatan dan perawatan dilakukan pada semua tanaman.
Namun, tanaman ubi jalar yang diamati secara khusus adalah lima
tanaman yang telah dipilih menjadi tanaman sampel. Semua data yang
didapatkan dari pengamatan dicatat dalam lembar pengamatan.
3.4.1. Panjang Tanaman
Pengukuran panjang tanaman dilakukan dengan menggunakan
penggaris/meteran. Caranya yaitu diukur dari pangkal batang sampai
bagian terpanjang tanaman. Pengukuran panjang tanaman dimulai dari
umur 2 mst.
3.4.2. Jumlah Daun
Cara melakukan pengamatan jumlah daun adalah dengan cara
menghitung jumlah daun yang telah berbentuk sempurna dari setiap
batang dan cabang tanaman ubi jalar. Perhitungan daun dimulai dari umur
2 mst.
3.4.3. Jumlah Bunga
Cara menghitung jumlah bunga yaitu menghitung jumlah bunga
yang telah tumbuh dan mekar dari tanaman ubi jalar. Perhitungan jumlah
bunga dimulai dari umur 2 mst.
3.4.4. Pengamatan Arthropoda
Cara mengamati hama, musuh alami dan seragga lain yang ada di
sekitar tanaman ubi jalar dengan mengamati langsung gelaja dan tanda
yang ditinggal pada tanaman ubi jalar. Kemudian menghitung juga jumlah
tanaman yang terserang, serta didokumentasikan hasil pengamantan
arthropoda yang ditemukan. Pengamatan arthropoda dimulai dari umur 2
mst.
3.4.5. Persentase tumbuh
Cara menghitung jumlah tanaman yang tumbuh yaitu dengan
menghitung jumlah total lubang tanam (a) dan jumlah tanaman yang hidup
(b), kemudian dihitung presentase tumbuhnya dengan rumus: b/a x 100%.
Perhitungan persentase tumbuh di hitung pada 1 mst.
3.4.6. Intensitas Penyakit
Pengukuran intensitas penyakit dapat menggunakan dua metode
perhitungan yaitu metode mutlak dan metode skoring. Metode mutlak
untuk menghitung penyakit yang menyerang keseluruhan bagian
tanaman. Intensitas keseluruhan penyakit didapatkan dengan membagi
jumlah tanaman yang terserang dengan total populasi tanaman dan
kemudian dikalikan 100%. Metode skoring yang digunakan untuk
menghitung penyakit yang menyerang tidak seluruh tanaman. Metode
yang dilakukan seminggu sekali tiap pengamatan adalah metode skoring.
Perhitungan intensitas pernyakit dilakukan pada umur 2 mst. Intensitas
penyakit dengan metode skoring meggunakan rumus :
∑(𝒏 𝒙 𝒗)
𝒊= 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝒁𝒙𝑵
Keterangan:
I =intensitas/beratnya kerusakan/serangan (%)
N = jumlah contoh yang diamati
V = nilai skor untuk tiap kategori kerusakan
N = jumlah total sampel yang diamati
Z = nilai skor kategori kerusakan yang tertinggi

Skala serangan :
0 : tidak ada kerusakan pada daun tanaman yang diamati
1 : ada kerusakan 1%- 25% pada daun tanaman yang diamati
2 : ada kerusakan 26%-50% pada daun tanaman yang diamati
3 : ada kerusakan 51%-75% pada daun tanaman yang diamati
4 : ada kerusakan 76%-100% pada daun tanaman yang diamati
DAFTAR PUSTAKA

Bacherin. S., B. Kusbiantoro dan Sukmaya. 2004. Analisis


Pengembangan Corporate Farming (CF) Di Kecamatan Cikalong
Wetan, Bandung. http://www.bp2.litbang.deptan.go.id.
Badriyah, S. 2011. Kehilangan Hasil Dan Cara Pengukuran Ambang
Ekonomi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Balitkabi. 2016. Deskripsi Varietas Unggul Ubi Jalar 1977-2016. Litbang
Pertanian. http://www.bp2.litbang.deptan.go.id.
Dewi, I. R. 2004. Pengaruh Jenis Dan Waktu Pemangkasan Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Daun Tembakau (Nocotiana tabacum L.)
Kultivar Nani. http://www.budidaya.ac.id
Hartoyo, T. 2004. Olahan Dari Ubi Jalar. Penerbit Tribus Agrisarana,
Surabaya.
Hatta, M. 2012. Pengaruh Pembuangan Pucuk Dan Tunas Ketiak
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai. Jurnal Floratek.
7(): 85 – 90.
Irawati, H dan S. Nintiya. 2017. Pertumbuhan Tunas Lateral Tanaman
Nilam (Pogostemon cablin Benth) Setelah Dilakukan Pemangkasan
Pucuk Pada Ruas Yang Berbeda. Semarang: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro.
Muhammad. N., W. Dewayanti, L. Hutagulung, dan Soegito. 2000.
Pengaruh Tipe Rambatan Dan Pemangkasan Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Markisa. Jurnal Hortikultura. 10(): 101.
Neltriana, N. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Ubi Jalar (Ipomea batatas L.).
Padang: Universitas Andalas Press.
Rahmiana A. E., S. Yudo dan S. N. Edy. 2015. Pengaruh Pengurangan
Panjang Sulur Dan Frekuensi Pembalikan Batang Pada
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
Varietas Madu Oranye. Jurnal Produksi Tanaman. 3(): 126 – 134.
Sediaoetama A. D., 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Edisi
Kelima. Jakarta: Dian Rakyat.
Suprapti, L. 2003. Tepung Ubi Jalar, Pembuatan dan Pemanfaatannya.
Yogyakarta: Kanisius.
Susilowati, E. 2010. Kajian Aktivitas Antioksidan, Serat Pangan, Dan
Kadar Amilosa Pada Nasi Yang Disubstitusi Dengan Ubi Jalar
(Ipomoea Batatas L.) Sebagai Bahan Makanan Pokok. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Press.
Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta) Cetakan
ke delapan. Yogyakarta: UGM Press.
Yufdy M.P., A. Jamil, D. R. Siagian, E. S. Ulina, V. Aryadi, D. Napitupulu.
2006. Komoditi Unggulan Kawasan Agropolitan Kabupaten Karo.
Medan: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai