Anda di halaman 1dari 51

KARAKTER POLONG MASAK SEREMPAK DAN BERAT

POLONG PERTANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)


GENERASI M8 HASIL MUTASI SINAR GAMMA.

TESIS

OLEH :

INDAH DAMAYANTI

PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kacang hijau (Vigna radiata L.) adalah tanaman budidaya penting di

daerah tropika, sebagai sumber pangan dengan kandungan gizi yang cukup tinggi.

Kacang hijau kaya akan protein, kandungan gizi kacang hijau per 100 gram untuk

kandungan protein kacang hijau berkisar 21,04 gram, lemak 1,64 gram,

karbohidrat 63,55 gram, air 11,42 gram, abu 2,36 gram dan serat 2,46% (Aminah

dan Wikanastri, 2012).

Kacang hijau merupakan komoditas yang disukai karena mempunyai

kelebihan seperti mudah dibudidayakan, dapat ditanam pada tanah yang kurang

subur, lebih tahan kekeringan, dan panen lebih cepat yaitu umur 60 hari

(Nasution, 2015).

Secara ekonomi tanaman kacang hijau ini merupakan komoditas yang

mempunyai nilai jual yang relatif tinggi dan cukup stabil sehingga usahatani

kacang hijau mempunyai prospek yang lebih baik untuk terus dikembangkan

(Tetik dan Fallo, 2016). Rendahnya minat masyarakat untuk membudidayakan

tanaman ini di Provinsi Riau menyebabkan produksi kacang hijau di Riau

berfluktuasi selama beberapa tahun terakhir (Nuzila et al., 2013).

Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia, (2018)

Provinsi Riau memiliki hasil produksi kacang hijau yang terus menurun tiap

tahunnya, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, pada tahun

2014 data produksi kacang hijau mecapai 645 ton, pada tahun 2015 mengalami

penurunan dengan hasil produksi 598 ton, pada tahun 2016 produksi kacang hijau
mengalami peningkatan mencapai 650 ton, pada tahun 2017 kembali mengalami

penurunan produksi yaitu menjadi 448 ton dan pada tahun 2018 dengan hasil

produksi 434 ton.

Untuk hasil data produktivitas kacang hijau di Provinsi Riau setiap

tahunnya mengalami fluktuasi, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

Provinsi Riau, pada tahun 2014 produktivitas kacang hijau mencapai 10.79

Ku/Ha, Tahun 2015 ditandai dengan penurunan yaitu menjadi 10.38 Ku/Ha, pada

tahun 2016 produktivitas kacang hijau mengalami peningkatan mencapai 10.85

Ku/Ha, pada tahun 2017 mengalami penurunan produktivitas menjadi 10.75

Ku/Ha, dan pada tahun 2018 produktivitas kacang hijau meningkat menjadi 10.92

Ku/Ha.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nasional (2016), luas areal

penanaman dan produksi kacang hijau mengalami penurunan dari 1.200 ton di

tahun 2010 menjadi hanya setengahnya pada tahun 2015. Hal ini memberikan

indikasi bahwa luas panen yang menurun dari tahun ke tahun berikutnya. Kampar,

salah satu kabupaten di Provinsi Riau, merupakan sentra produksi kacang hijau di

Provinsi Riau dengan luas wilayah budidaya kacang hijau mencapai 176 Ha (BPS

Riau, 2013).

Masalah lain Pemanenan tanaman kacang hijau sering memakan waktu

lebih lama dari yang diharapkan dan membutuhkan lebih banyak pekerjaan. Petani

di Kampar menanam kultivar kacang hijau Kampar yang adaptif dan cocok

dengan kondisi tersebut. Namun, kultivar kacang hijau Kampar memiliki

beberapa kelemahan, seperti polong yang bersifat dehiscent, kematangan polong

yang tidak serempak, dan memiliki trikoma. Meskipun trikoma berfungsi sebagai
pertahanan kacang hijau terhadap serangan hama, keberadaan trikoma pada semua

bagian tanaman membuat petani kesulitan untuk memanen polongnya.

Oleh sebab itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan

produktivitas kacang hijau adalah melalui perakitan varietas unggul. Untuk

menemukan varietas baru tersebut dibutuhkan ketersediaan sumber genetik yang

memiliki tingkat keragaman tinggi. Karena semakin tinggi tingkat keragaman

genetik plasma nutfah tanaman, semakin besar peluang untuk memperoleh

varietas unggul baru yang mempunyai sifat yang diinginkan (Herman et al.,2015).

Mutasi adalah perubahan urutan DNA dalam gen atau perubahan kromosom dan

bertanggung jawab atas variasi genetik. Mutasi dapat terjadi secara spontan atau

akibat paparan radiasi atau bahan kimia. Cara tambahan untuk merekayasa

varietas genetik tanaman adalah dengan menginduksi mutasi buatan, yaitu dengan

memperlakukan komponen reproduksi tanaman dengan mutagen tertentu. Untuk

menghasilkan galur mutan berproduksi tinggi, genjah, dan berbiji besar, kegiatan

pemuliaan mutasi masih dilakukan pada tanaman kacang hijau (Sulistyo dan

Yuliasti, 2013).

Tanaman kacang hijau harus mengalami mutasi yang diantisipasi akibat

sinar gamma. Karena mutasi yang diinduksi sinar gamma bersifat acak dan unik,

seharusnya ada kemungkinan lebih tinggi untuk menemukan mutan yang

diinginkan saat menggunakan metode induksi ini. Sinar gamma telah diketahui

dapat memutasi DNA pada tanaman dan menghasilkan sifat-sifat baru ketika

ditanam kembali. Oleh karena itu, kegiatan ini diharapkan sesuai dengan apa yang

dipaparkan oleh Jelita et al., (2013) bahwa pada umumnya tujuan pemuliaan

tanaman adalah untuk mendapatkan kultivar baru dengan daya hasil yang tinggi.
1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hasil seleksi

karakter polong masak serempak dan berat polong pertanaman pada tanaman

kacang hijau generasi M8 hasil mutasi sinar gamma.

1.3 Manfaaat Penulisan

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada masyarakat dan peneliti kacang hijau mengenai hasil seleksi karakter

polong masak serempak dan berat polong pertanaman pada tanaman kacang hijau

generasi M8 hasil mutasi sinar gamma.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kacang Hijau

Kacang hijau merupakan jenis tanaman legum, berumur genjah (pendek)

dan toleran terhadap kekeringan karena berakar dalam dan dapat tumbuh di lahan

yang miskin unsur hara (Alfandi, 2015). Menurut Purwono dan Hartono (2012),

kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae, dengan klasifikasi botani

sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas :

Dicetyledonae Ordo : Rosales Keluarga : Leguminosae (Fabaceae) Genus : Vigna

Jenis : Vigna radiata.

Susunan morfologi kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan

biji. Kacang hijau mempunyai akar utama yang disebut akar tunggang. Ujung akar

tanaman kacang hijau akan tumbuh secara lurus dan menembus tanah hingga

kedalaman 40 – 80 cm. Pada tanaman kacang hijau sistem perakaran dibagi dua,

yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak cabang akar

pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar, sementara

xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah.

(Purwono dan Hartono, 2012).

Batang kacang hijau mengayu, berbatang jenis perdu (semak), berambut

atau berbulu dengan struktur yang beragam, warnanya cokelat muda atau hijau.

Batang kacang hijau kecil dan berbentuk bulat, tinggi batangnya berkisar 30 cm.

Batangnya bercabang dan menyebar kesegala arah (Ridwan, 2017).

Menurut Khairani (2008), tanaman kacang hijau mempunyai daun

majemuk dimana setiap tangkai daun mempunyai anak daun tiga helai yang
berwarna hijau sampai hijau tua. Daun yang berkembang pertama kali diatas

kotiledon hanya mempunyai satu anak daun sehingga disebut unifoliate,

sedangkan daun yang terbentuk setelah itu disebut daun trifoliate yang

mempunyai tiga helai anak daun (Sumarji, 2013). Helai daun berbentuk oval

dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua. Letak daun

berseling. Tangkai daun lebih panjang daripada daunnya sendiri (Purwono dan

Purnamawati, 2009).

Bunga berwarna kuning kehijauan atau kuning pucat, dan berbentuk

seperti kupu-kupu tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan

dapat menyerbuk sendiri. Bunga termasuk jenis hermaprodit atau berkelamin

sempurna. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi

harinya bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu (Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Aceh, 2015).

Polong kacang hijau berbentuk bulat panjang dengan bulu-bulu pendek,

panjang polong 6-15 cm dengan 6-16 biji per polong. Polong muda berwarna

hijau sedangkan polong tua berwarna cokelat atau hitam yang cenderung untuk

pecah sendiri. Biji kacang hijau kecil dan bulat, berwarna hijau atau hijau

kekuningan dengan bobot 100 bijinya antara 3-4 g tergantung varietasnya

(Sumarji, 2013). Muafifah (2006) menambahkan buah atau polong kacang hijau

dibedakan menjadi tiga yaitu, pendek berukuran (12,0-13,5 cm), sedang

berukuran (15,2-16,8 cm) dan panjang berukuran (18,5-20,0 cm).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Hijau

Kacang hijau merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di

daerah tropis. Ketinggian tanah yang cocok untuk tanaman kacang hijau adalah
500-750 m di atas permukaan laut (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh,

2015).

Menurut Wahyudin et al., (2015) kebutuhan air untuk tanaman kacang

hijau hanya kritis pada awal petumbuhannya hingga fase pembungaan atau selama

30 hari. Kebutuhan minimalnya pada masa kritis setara dengan curah hujan 100

mm per bulan. Kelembaban udara yang cocok untuk pertumbuhan kacang hijau

berkisar antara 65-75%. Untuk suhu diharapkan berkisar antara 20-28%. Hujan

yang sering turun menyebabkan peningkatan kelembaban udara, sehingga akan

menghambat pertumbuhan kacang hijau. Curah hujan yang baik untuk

pertumbuhan tanaman kacang hijau adalah 50-200 mm/bulan (Sumarji, 2013).

Menurut Syofia et al., (2014) kacang hijau tumbuh dengan baik pada tanah

yang tidak terlalu liat dan pada tanah yang memiliki kandungan bahan organik

tinggi. Sumartoyo (2016) menyatakan bahwa penanaman kacang hijau lebih baik

pada tanah berstruktur liat lempung atau lempung seperti tanah latosol dan

Pedsolik Merah Kuning (PMK).

Kacang hijau dapat tumbuh diberbagai jenis tanah yang mengandung

bahan organik dan sistem drainase yang baik, jenis tanah yang dikehendaki oleh

tanaman kacang hijau yaitu tanah liat berlempung atau tanah lempung seperti

podsolik merah kuning atau latosol. Kemasaman tanah yang baik sebagai syarat

tumbuh tanaman kacang hijau yaitu pada kondisi pH tanah berkisar anatar 5,5 -

6,5 (Bimasri, 2014).

2.3 Kacang Hijau Galur Kampar

Kacang hijau galur lokal kampar memiliki banyak trikoma yang tumbuh

pada semua organ tanaman terutama pada polong, produksi buahnya rendah, dan
sifat fisiologis masak yang tidak serempak membuat petani tidak berminat untuk

bercocok tanam kacang hijau (Kosmiatin & Mariska 2005). Di Riau kacang hijau

yang di tanam dibagi menjadi dua golongan yaitu kacang hijau yang polongnya

pecah saat masak (dehiscent) dan kacang hijau yang tidak mudah pecah

polongnya saat masak (indihecent). Kacang hijau galur Kampar memiliki daun

berwarna hijau, bunga bewarna kuning dan terdapat trikoma yang tersebar di

seluruh bagian tanaman. Selain itu, kacang hijau lokal Kampar biasanya memiliki

masa panenn yang lama yaitu dipanen hingga 5-6 kali panen. Pada setiap polong

memiliki biji yang berjumlah antara 6-10 biji, ukuran biji kecil (0,46 x 0,36 cm),

berwarna hijau kecokelatan dan berbentuk kotak membulat. Populasi tanaman

kacang hijau galur Kampar sekitar 10.000 tanaman per hektar dengan rata-rata

hasil produksi 200 kg per hektar (Fiatin,2014).

Jelita et al. (2013) menyatakan bahwa banyak faktor yang menyebabkan

kurangnya budidaya tanaman kacang hijau. Struktur tanaman yang memiliki

banyak trikoma, sifat fisiologis matang yang tidak serempak dan produksi rendah

mengakibatkan petani enggan membudidayakan kacang hijau. Sifat-sifat tersebut

justru terdapat pada kacang hijau galur Kampar. Karena dinilai kurang

menguntungkan, jumlah petani kacang hijau di Kabupaten Kampar semakin

berkurang setiap tahunnya.

2.4 Pemuliaan Tanaman

Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan untuk mengubah susunan genetik

tanaman secara tetap (baka) sehingga memiliki sifat atau penampilan sesuai

dengan tujuan yang diinginkan pelakunya/pemulianya. Seperti dikemukakan

Widodo (2003) bahwa pemuliaan tanaman dapat diartikan sebagai ilmu dan seni
yang mempelajari adanya pertukaran dan perbaikan karakter tanaman yang

diwariskan pada suatu populasi baru dengan sifat genetik yang baru. Pemuliaan

tanaman umumnya mencakup tindakan penangkaran, persilangan, dan seleksi.

Menurut Hancock (2006) dalam Carsono (2008), pemuliaan tanaman

adalah ilmu terapan multidisiplin yang mengacu pada berbagai disiplin ilmu lain,

termasuk genetika, sitogenetika, agronomi, botani, fisiologi, patologi, entomologi,

genetika molekuler, biokimia, dan statistik.

Keragaman genetik merupakan salah satu aset penting bagi program

pemuliaan. Semakin besar keragaman genetik akan memberikan peluang

keberhasilan lebih besar untuk memperoleh sifat-sifat genetik yang diinginkan

dalam pencapaian program pemuliaan tanaman khususnya pembuatan varietas

unggul baru. Upaya memperbesar keragaman genetik dapat dilakukan melalui

introduksi bahan genetik dari luar negeri, mengoleksi genetik lokal, mutasi gen,

persilangan dan rekayasa genetik (Lestari et al., 2016).

Keragaman suatu sifat pada setiap populasi tanaman merupakan perbedaan

antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lainnya. Keragaman merupakan

parameter yang perlu dicermati dalam memilih suatu populasi yang akan

diseleksi, selain rerata populasinya. Besar kecilnya keragaman dan tinggi

rendahnya rata-rata populasi tanaman yang digunakan sangat menentukan

keberhasilan pemuliaan tanaman (Apriliyanti, 2016)

Kegiatan pemuliaan biasanya dimulai dengan (1) mengumpulkan plasma

nutfah sebagai sumber keragaman, (2) mengidentifikasi dan mengkarakterisasi

plasma nutfah, (3) menginduksi keragaman, misalnya melalui persilangan atau

transfer gen, dan (4) memilih kandidat terbaik, (5) menguji dan mengevaluasi
hasil, dan (6) melepaskan, menyebarluaskan, dan mengkomersialkan varietas.

Metode yang paling umum untuk menyusun inovasi kultivar unggul baru adalah

prosedur persilangan diikuti dengan proses seleksi, diikuti dengan introduksi

kultivar, teknik induksi mutasi, dan mutasi spontan yang juga memunculkan

beberapa kultivar baru (Carsono, 2008).

Tujuan utama dari pemuliaan tanaman yaitu memperoleh kenaikan hasil.

Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan menyediakan viarietas yang

lebih produktif sebagai hasil dari sistem fisiologi yang lebih efisien, dalam

perubahan struktur akibat iradiasi dapat menyebabkan perubahan sifat tanaman

dan keturunannya. Fenomena ini digunakan untuk memperbaiki sifat tanaman

dengan keunggulan tertentu, misalnya tahan hama, tahan penyakit, tahan kering,

dan umur genjah. Pemuliaan tanaman telah banyak dipertimbangkan terkait

peningkatan produksi (Asadi, 2011).

2.5 Mutasi Radiasi Sinar Gamma

Mutasi adalah perubahan genetik baik sejumlah gen atau susunan

kromosom maupun gen tunggal. Secara molekuler, mutasi terjadi karena adanya

perubahan urutan (sequence) nukleotida DNA yang menyebabkan terjadinya

perubahan pada protein yang dihasilkan. Mutasi dapat terjadi pada setiap bagian

dan pertumbuhan tanaman, namun lebih sering terjadi pada bagian sel yang aktif

membelah, misalnya tunas dan biji yang berkecambah. Mutasi pada tanaman

dapat menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tanaman baik bentuk maupun

warna juga perubahan pada sifat lainnya. Tanaman hasil mutasi dinamakan mutan,

sedangkan generasinya dinyatakan dengan M1, M2, dan seterusnya (Faradilla,

2008).
Varietas unggul merupakan faktor utama yang menentukan tingginya

produksi yang diperoleh bila persyaratan lain dipenuhi. Varietas unggul dapat

diperoleh melalui pemuliaan tanaman, salah satunya yaitu melalui mutasi induksi

radiasi. Suatu varietas unggul tidak selamanya akan menunjukkan keunggulannya

tetapi makin lama produksi akan menurun tergantung pada komposisi genetiknya.

Teknik mutasi dalam bidang pemuliaan tanaman dapat meningkatkan keragaman

genetik tanaman sehingga memudahkan pemulia melakukan seleksi terhadap

karakter tanaman (Gurning et al., 2013).

Menurut Handayati (2013), mutasi merupakan salah satu alternatif untuk

meningkatkan keragaman tanaman dengan cara mencari genotipe yang diharapkan

yang akan menjadi varietas baru. Adapun didalam pemuliaan tanaman varietas

unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan tanaman, usaha untuk memperoleh

varietas unggul memerlukan pengetahuan mengenai sifat tanaman yang hendak

dimuliakan dan hubungan antara sifat-sifat tersebut. Untuk varietas unggul tidak

selalu akan menunjukkan keunggulannya, akan tetapi seiring berjalannya waktu

produksi akan semakin menurun tergantung pada komposisi genetik itu sendiri

(Mangoendidjojo 2003).

Efektivitas radiasi sangat ditentukan oleh dosis radiasi yang digunakan dan

bervariasi untuk tanaman yang berbeda. Oleh sebab itu perlu ditentukan dosis

optimum untuk masing-masing tanaman dan jenis bahan yang akan diradiasi.

Dosis yang terlalu rendah menyebabkan berkurangnya mutan yang terbentuk

sedangkan dosis yang terlalu tinggi akan mematikan bahan yang dimutasi atau

mengakibatkan sterilitas. Induksi mutasi dengan aplikasi dosis radiasi sinar


gamma yang tepat diharapkan dapat meningkatkan keragaman genetik tanaman

dan akan diperoleh galur tanaman yang berumur genjah (Lestari et al., 2016).

Menurut Ahlowalia dan Maluszynski (2001) penggunaan radiasi sinar X,

Gamma, dan mutagen kimiawi untuk menginduksi variasi pada tanaman telah

banyak dilakukan. Induksi mutasi telah digunakan untuk peningkatan variasi

tanaman seperti gandum, padi, barley, kapas, dan kacang-kacangan yang

diperbanyak melalui biji. Tingkat keberhasilan radiasi dalam meningkatkan

keragaman populasi sangat ditentukan oleh radiosensitivitas tanaman (genotipe)

yang diradiasi karena tingkat radiosensitivitas antar genotipe dan kondisi tanaman

saat diradiasi sangat bervariasi. Radiosensitivitas dapat diukur berdasarkan nilai

LD50 (lethal dose 50), yaitu tingkat dosis yang menyebabkan kematian 50% dari

populasi tanaman yang diradiasi. Dosis optimal dalam induksi mutasi yang

menimbulkan keragaman dan menghasilkan mutan terbanyak biasanya terjadi di

sekitar LD50 (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan

Sumberdaya Genetik Pertanian, 2011).

Radiasi sinar gamma adalah salah satu mutagen fisik yang sering

digunakan dalam pemuliaan tanaman yang harapannya mampu meningkatkan

keragaman genetik pada tanaman. Namun pemakaian radiasi sinar gamma untuk

meningkatkan keragaman genetik tidak dapat diprediksi karena mutagen yang

digunakan belum tentu mengenai sasaran yang diinginkan (Farisa, 2015).

2.6 Kerangka Pemikiran

Kemajuan seleksi dapat dijadikan petunjuk dalam penentuan kegiatan

seleksi. Bila nilai kemajuan seleksi suatu karakter tinggi berarti besar peluang

untuk dilakukannya perbaikan karakter tersebut melalui seleksi. Sebaliknya jika


nilai kemajuan seleksi rendah, maka kegiatan seleksi pada karakter yang

bersangkutan dapat dilakukan pada satu kali generasi untuk membentuk populasi

yang seragam atau kegiatan seleksi dapat dihentikan karena perbaikan yang akan

dicapai relatif rendah. Selanjutnya Suharsono et al., (2006) menambahkan

pendugaan nilai kemajuan seleksi sangat menentukan kelanjutan dari proses

seleksi untuk mendapatkan galur harapan.

Seleksi dapat dilakukan pada populasi galur mutan generasi M 1 dengan

cara memilih tanaman yang secara visual memperlihatkan perubahan fenotipe

berbeda dengan varietas induknya, seperti perubahan sifat-sifat morfologis, umur

tanaman atau sifat lainnya. Pada generasi selanjutnya (M 2-M7), metode seleksi

yang digunakan sama seperti pada seleksi galur hasil persilangan, yaitu single

plant selection (pedigree) atau bulk method, dengan cara memilih tanaman yang

mempunyai karakteristik sesuai dengan tujuan mutasi (Hakim, 2008).

Metode bulk merupakan metode untuk membentuk galur-galur homozigot

dari populasi bersegregasi melalui selfing selama beberapa generasi tanpa seleksi.

Metode ini membutuhkan lebih sedikit pekerjaan dibandingkan dengan metode

pedigree. Selama tumbuh tercampur, terjadi seleksi alam sehingga tanaman yang

tidak tahan menghadapi tekanan lingkungan akan tertinggal pertumbuhannya atau

mati (Syukur et al., 2012).


Bagan Alir :

Galur Kampar

Dosis ɑ 1200 gy ɑ LD50=619,875 gy

M1

M2

M3

M4

M5

M6

M7

M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-6 Kontrol

Gambar 2.5.1.kerangka pemikiran kacang hijau galur Kampar

Tanaman mutan generasi M1, M2, M3, M4, M5, M6 dan M7 kacang hijau

hasil radiasi sinar gamma telah dievaluasi secara fenotipe oleh tim peneliti bidang

genetika tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Riau (Herman 17 Desember 2020, komunikasi pribadi), dari


evaluasi tersebut menunjukkan adanya peningkatan jumlah polong per tanaman

dibandingkan dengan tanaman kontrol.

Fitri Yanti pada tahun 2017 telah melakukan penelitian pada Generasi M2

dan M3 dengan hasil penelitian memiliki ukuran biji yang besar dan berkualitas

dengan bobot diatas 6,5 g per 100 biji. Generasi M4 oleh Wardani Hasanah

Passaribu tahun 2020 dengan hasil berdasarkan tiga induk penomoran galur

kacang hijau populasi M4 yang menghasilkan produktivitas yang bagus yaitu M 4-

18 (99)1, M4-18 (72)7, M4-18 (3)1. Apriza Fatmala pada tahun 2020 telah

melakukan Penelitian pada Generasi M5 dan menyatakan bahwa radiasi sinar

gamma telah menyebabkan tanaman pada generasi kelima (M5) menjadi lebih

pendek kecuali M5-18-5(3) (80,42 cm) dan M5-18-95(1) (84,58 cm), jumlah buku

batang menjadi lebih sedikit kecuali M5-18-95(1) (10,58 buku) serta jumlah

cabang primer menjadi lebih sedikit kecuali M5-18-95(1) (3,08 cabang).

Damayanti, (2020) dari hasil generasi M6 memiliki keragaman jumlah polong per

tanaman dan berat biji per tanaman setiap individu masih tinggi. Muhammad

Yusuf Tahun 2021 dari hasil generasi M7 menghasilkan umur panen lebih cepat,

jumlah cabang lebih banyak dan jumlah biji per tanaman tertinggi dibandingkan

induk dan progeni lainnya.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BBI Hortikultura Padang Marpoyan Kota

Pekanbaru, Riau. Penelitian ini dilakukan pada pada bulan Juli hingga Oktober

2022.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah handtraktor, cangkul,

kertas label, tali rafia, meteran, timbangan analitik, kertas HVS, kertas karton,

pensil, spidol, penggaris, penghapus, kamera, gunting, kalkulator dan

handsprayer.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah hasil biji kacang hijau

seleksi adalah biji kacang hijau generasi M7 (M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-

18-3-1-18, M7-18-3-1-19) yang telah diteliti oleh Muhammad Yusuf dan induk

kacang hijau varietas lokal kampar M0 (kontrol).

3.3 Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat

40 satuan percobaan, dengan 8 plot percobaan tanaman control (M0), 8 plot

percobaan M7-18-3-1-6 , 8 plot percobaan M7-18-3-1-17, 8 plot percobaan M7-

18-3-1-18, dan 8 plot percobaan M7-18-3-1-19, dan setiap plot percobaan terdiri

dari 36 biji kacang hijau dan semua tanaman populasi dijadikan sebagai sampel

sehingga terdapat 1440 tanaman.


3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Lahan

Sebelum penanaman, terlebih dahulu dilakukan pembersihan lahan dari

gulma-gulma dan sampah. Selanjutnya dilakukan penggemburan terhadap tanah

menggunakan cangkul dan handtraktor. Setelah pengolahan tanah selesai,

dilakukan dengan pembuatan plot percobaan dalam bentuk bedengan dengan luas

180 cm X 180 cm dengan jarak antar plot 25 cm.

3.4.2 Penanaman

Jarak tanam yang digunakan adalah 30 cm x 30 cm. Lubang tanam dibuat

sedalam 3 cm dengan tugal. Setiap lubang ditanam 1 butir benih kacang hijau

kemudian ditutup kembali dengan tanah kemudian diberi tanda menggunakan

pipet untuk melihat pertumbuhan setiap tanaman.

Gambar 1. Pemberian tanda tanaman kacang hijau menggunakan pipet untuk melihat tanaman
yang tumbuh

3.4.3 Pemeliharaan

3.4.3.1 Penyiraman

Selama penelitian dilakukan penyiraman 2 kali sehari dengan


menggunakan gembor sesuai dengan kondisi di lapangan. Jika kandungan air

tanah cukup atau setelah hujan maka tidak dilakukan penyiraman.

3.4.3.2 Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan membersihkan rumput-rumput liar atau

gulma yang ada di sekitar pertanaman yang disesuaikan dengan kondisi di

lapangan.

3.4.3.3 Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit menggunakan Convidor 5 WP untuk

hama dan Antracol 70 WP untuk penyakit kacang hijau.

3.4.4 Panen

Panen dilakukan pada saat setiap individu populasi tanaman telah

menunjukkan kriteria panen. Kriteria panen adalah polong berwarna hitam dan

sebagian besar daun tanaman telah kering. Panen dilakukan pada pagi hari dengan

tujuan menghindari pecahnya polong saat melakukan panen.

3.5 Peubah Karakter Morfologi Kacang Hijau

Pengamatan dilakukan terhadap karakter agronomi pada setiap individu

tanaman kacang hijau yang ada pada setiap populasi yang dievaluasi. Variabel

yang diamati antara lain adalah:

3.5.1 Daya tumbuh (%)

Daya tumbuh dilakukan untuk mengetahui potensi biji yang dapat tumbuh,

pengamatan dimulai 10 hari setelah penanaman. Daya tumbuh pada biji M8

dihitung dengan rumus:

JTB µ
DT = X 100 %
JTBα
DT = persentase biji tumbuh

JTB µ = jumlah biji tumbuh

JTBα = jumlah biji yang ditanam

3.5.2 Tinggi tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur batang mulai dari

leher akar sampai titik tumbuh tertinggi tanaman dengan menggunakan mistar.

Pengukuran dilakukan pada saat menjelang panen.

3.5.3 Umur berbunga (HST)

Pengamatan dilakukan saat bunga pertama kali muncul, waktu muncul

bunga per individu tanaman dicatat dan dirata-ratakan untuk setiap plot.

3.5.4 Umur panen (hari)

Pengamatan umur panen dilakukan dengan cara menghitung hari dari

tanaman mulai tumbuh hingga warna kulit polong berubah warna dari hijau

menjadi hitam, cokelat kehitaman, cokelat, warna jerami.

3.5.5 Jumlah polong pertanaman (buah)

Dilakukan dengan menghitung jumlah polong dari setiap individu

tanaman. Polong yang dihitung adalah polong yang memiliki isi atau berbiji pada

setiap tanaman. Jumlah polong dihitung pada saat tanaman telah dipanen.

3.5.6 Panjang polong (cm)

Pengukuran panjang polong dilakukan pada saat panen kacang hijau

dengan mengukur panjang polong dari ujung sampai pangkal polong

menggunakan alat mistar.

3.5.7 Berat polong pertanaman (g)

Pengamatan berat polong dilakukan dengan cara menimbang polong dari


setiap individu tanaman. Berat polong ditimbang pada saat tanaman telah

dipanen.

3.5.8 Jumlah biji perpolong (biji)

Jumlah biji per polong dihitung setelah panen dengan membuka kulit

polong dan menghitung jumlah biji pada polong.

3.5.9 Jumlah biji pertanaman (biji)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah biji dari setiap polong

per individu tanaman. Jumlah biji dihitung pada saat tanaman telah dipanen.

3.5.10 Berat biji pertanaman (g)

Biji per tanaman diambil seluruhnya kemudian ditimbang menggunakan

timbangan analitik.

3.5.11 Bobot 100 biji pertanaman (g)

Biji yang sudah dihitung jumlahnya kemudian ditimbang dengan

timbangan analitik. Pengamatan dilakukan pada setiap individu tanaman.

3.5.12 Masak Serempak (%)

Pengamatan masak serempak dilakukan dengan menghitung jumlah

polong yang masak dari setiap individu tanaman. Persentase masak serempak

dihitung menggunakan rumus berikut:

jumlah polong masak


keserempakan masak= X 100 %
jumlah polong total

3.6 Analisis Data

3.6.1 Analisis Ragam


Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program XLStat. Setelah

dilakukan sidik ragam dilanjutkan dengan pengujian Beda Nyata Terkecil (BNT)

pada taraf 5%. Model linear untuk rancangan adalah sebagai berikut:

Yij = µ + αi + ԑij

Yij = Nilai pengamatan galur kacang hijau ke-i pada ulangan ke-j

µ = Nilai rata-rata umum

αi = Pengaruh progeni kacang hijau pada taraf ke-i

ԑij = Pengaruh galat kacang hijau ke- i pada kelompok ke-j

3.6.2 Analisis HOV

Data pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan Homogeneity Of

Variance (HOV) untuk menentukan apakah keragaman masing-masing populasi

sama antara satu dengan lainnya dengan Levene’s test (Zhang, 1998).

Perhitungan ragam menggunakan rumus berikut (Syukur et al. 2012):

∑Y
Ῡ = dimana n merupakan banyaknya anggota populasi
n

σ² = ¿¿

σ =√ σ ²

KK = (σ /Ῡ ¿ x 100 %

Keterangan :

Ῡ = nilai tengah

n = jumlah individu dalam populasi

σ² = ragam

σ = simpangan baku
KK = koefisien keragaman genetik

Adapun kriteria nilai KK menurut Apriliyanti et al., (2016) adalah rendah

(0% ≤ 25%), agak rendah (25% ≤ 50%), cukup tinggi (50%≤75%) dan tinggi

(75%≤ 100%).

Rumus Levene’s test


k
( n−k ) ∑ n 1(Ź i−Ź) ²
i=1
W= k k
( k−1 ) ∑ ∑ (Ź ij−Ź i)
i=1 j=1

Keterangan:

W = Lavene’s test

n = jumlah populasi

k = banyak kelompok

𝑍𝑖𝑗 = |𝑌𝑖𝑗 − 𝑌𝑡 |

𝑌𝑖 = rata-rata dari kelompoki i

Ź 𝑖 = rata-rata kelompok dari 𝑍𝑖

Ź = rata-rata menyeluruh dari 𝑍𝑖j


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman dan Nilai Tengah

Berdasarkan hasil nilai keseragaman pada nilai tengah bahwa pengaruh

dari hasil radiasi sinar gamma terlihat pada beberapa peubah morfologi tanaman

kacang hijau generasi M8. Hal ini dapat dilihat dari tabel analisis ragam yang

tersaji sebagai berikut :

4.1 Daya Tumbuh (%)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan daya tumbuh

tanaman kacang hijau antara M0, M8-18-3-1-6, M8-18-3-1-17, M8-18-3-1-18 dan

M8-18-3-1-19 (Lampiran 3.a). Besarnya rata-rata daya tumbuh disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Daya Tumbuh Tanaman Kacang Hijau Generasi M8 Hasil Mutasi Sinar
Gamma.
Parameter M0 M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3-
1-6 1-17 1-18 1-19
Rata-Rata (%) 100 a 89,24 ab 74,31 c 81,25 bc 89,93 ab
Kisaran (%) 100 61-97 41-97 36-100 58-100
Keragaman 0 148,67 334,55 369,82 215,91
Koefien 0 13,66 24,61 63,88 16,33
keragaman (%)
Jumlah Individu 288 257 214 234 259
F Hitung HOV 2,456 tn
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji
Lanjut BNT pada taraf nyata 0,05.HOV = homogeneity of variance
Tabel 1 menunjukkan bahwa daya tumbuh tanaman kacang hijau tanaman

tetua (M0) tidak berbeda nyata dengan generasi M8-18-3-1-6 dan M8-18-3-1-19

namun berbeda nyata dengan tanaman kacang hijau M8-18-3-1-17 dan M8-18-3-

1-18 hasil mutasi sinar gamma. Secara angka daya tumbuh tanaman induk lebih

tinggi dari pada tanaman kacang hijau generasi M8. Tanaman Induk (M0) dapat
bertahan hidup hingga masa panen berkisar 100%. Tanaman kacang hijau hasil

radiasi sinar gamma generasi M8-18-3-1-6 kisaran daya tumbuh yaitu 89,24%,

M8-18-3-1-17 yaitu 74,31%, M8-18-3-1-18 yaitu 81,25%, dan M8-18-3-1-19

yaitu 89,93% yang mampu tumbuh dan bertahan hidup hingga sampai masa

panen. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tanaman kacang hijau induk

Kampar memiliki daya tumbuh yang lebih baik dari tanaman kacang hijau progeni

M8 hasil radiasi gamma. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses

yang berjalan secara stimultan (pada waktu yang bersamaan). Perbedaannya

terletak pada faktor kuantitatif karena mudah diamati, yaitu perubahan jumlah dan

ukuran. Sebaliknya perkembangan dapat dinyatakan secara kualitatif karena

perubahannya bersifat fungsional.

Pada tanaman mutan generasi M8 daya perkecambahan tidak mencapai

100% tumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa efek awal adanya mutasi ditunjukkan

oleh perkecambahan, meskipun dari data persentase perkecambahan menunjukkan

hampir semua benih berkecambah, ada sebagian jumlah kecambah yang abnormal

atau bahkan tidak semua tanaman yang ditanam mampu tumbuh. Hal ini

menunjukkan bahwa efek radiasi menyebabkan kerusakan pada kromosom dan

DNA benih yang akan mempengaruhi fisiologis tanaman.

Sudrajat dan Zanzibar (2009) mengatakan bahwa pada beberapa percobaan

radiasi pada benih, radiasi pada dosis rendah dapat meningkatkan persen

perkecambahan, namun jika radiasinya terlalu tinggi maka benih-benih tersebut

akan mati.

Terjadinya penurunan daya tumbuh pada tanaman kacang hijau juga dapat

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar yang tidak optimum seperti cekaman,
suhu yang ekstrem, curah hujan yang tinggi dan dipengaruhi oleh radiasi sinar

gamma.

Menurut Sudjadi (2006) selain itu adapun faktor lain yang dapat

mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya suatu tanaman adalah hormon dan

gen. Materi genetik yang membentuk sebuah fenotipe akan terbentuk apabila

berada pada keadaan lingkungan yang optimal. Kecambah kacang hijau dapat

tumbuh dengan baik jika faktor tumbuh, misalnya cahaya, suhu, air, nutrisi serta

hormon pertumbuhan, sangat cukup .

4.2 Tinggi Tanaman (cm)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tengah tinggi

tanaman antara tanaman kacang hijau M0, M8-18-3-1-6, M8-18-3-1-17, M8-18-3-

1-18 dan M8-18-3-1-19 (Lampiran 3.b). Besarnya nilai keragaman, kisaran, nilai

tengah dan koefisien keragaman umur panen disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tinggi Tanaman Kacang Hijau Generasi M8 Hasil Mutasi Sinar Gamma.
Parameter M0 M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3-
1-6 1-17 1-18 1-19
Rata-Rata (cm) 60,31 a 53,80 ab 42,79 c 47,09 bc 52,64 ab
Kisaran (cm) 57,2-62,3 36,2-59,5 25,5-56,4 22,3-57,6 32,7-59,9
Keragaman 3,07 62,81 96,63 112,9 77,28
Koefien 2,90 14,73 22,97 22,56 16,70
keragaman (%)
Jumlah Individu 288 257 214 234 259
F Hitung HOV 1,594 tn
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji
Lanjut BNT pada taraf nyata 0,05.HOV = homogeneity of variance
Tabel 2 menunjukkan bahwa radiasi sinar gamma terhadap benih

menyebabkan tinggi tanaman M8 cenderung lebih pendek dibandingkan tanaman

M0. Tinggi tanaman kacang hijau M0 tidak berbeda nyata dengan M8-18-3-1-6,

dan M8-18-3-1-19 namun berbeda nyata dengan M8-18-3-1-17dan M8-18-3-1-18.


Tanaman M0 memiliki batang yang lebih tinggi yaitu 60,31 sedangkan tinggi

tanaman yang paling rendah yaitu pada M8-18-3-1-17 yaitu 42,79.

Tinggi tanaman generasi M8 mengalami penurunan jika dibandingkan

dengan tanaman induk (M0) hal ini diduga karena adanya pengaruh sinar gamma

yang merusak susunan kromosom atau mutasi gen.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi sinar gamma pada

tanaman menyebabkan tinggi tanaman menjadi mutan pendek, salah satunya

penelitian dari Hartati (2004) yang menyatakan bahwa dosis radiasi yang tinggi

mempengaruhi proses fisiologi tanaman menjadi terhambat. Hanafiah et al.

(2010) pada hasil penelitiannya juga menyatakan bahwa radiasi secara signifikan

mempengaruhi tinggi tanaman kedelai, semakin tinggi dosis radiasi sinar gamma

pada benih menyebabkan tinggi tanaman semakin pendek. Pengaruh yang terjadi

diduga karena energi radiasi yang diterima oleh benih kacang hijau menyebabkan

mutasi pada materi genetik tanaman mutasi dalam segala macam tipe perubahan

genetik umumnya dapat diturunkan, termasuk keragaman kromosom maupun

mutasi gen.

Tanaman melakukan persaingan dengan tanaman sekitarnya dalam

memperoleh cahaya sinar matahari untuk mempertahankan hidupnya. Dimana

cahaya sinar matahari dibutuhkan dalam proses fotosintesis yang mampu berperan

dalam memperpanjang struktur tubuh yang menjulang dan memungkinkan suatu

individu dapat berkompetisi dengan tanaman lainnya. Pada pengamatan tinggi

tanaman generasi M8 masih terlihat adanya pengaruh dari hasil radiasi sinar

gamma yang ditunjukkan dalam tabel pengamatan dengan tinggi tanaman yang

masih bervariasi.
Mutasi dapat mempengaruhi proses fisiologis pada pertumbuhan tanaman.

Tinggi tanaman merupakan karakter kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak

gen. Tingginya keragaman tanaman sangat penting dalam meningkatkan produksi,

seperti pada tanaman kacang hijau M8. Perkembangan suatu varietas sangat

dipengaruhi oleh ketersediaan keragaman genetik yang bersumber dari varietas

lokal yang tumbuh dan terseleksi selama beberapa generasi oleh petani dan

sejumlah spesies liar.

Tinggi tanaman yang diinginkan yaitu tidak terlalu tingi karena akan

berhubungan dengan umur panen. Menurut Meliala et al., (2016) Mayoritas

pemulia tanaman ingin menghasilkan tanaman yang tidak terlalu tinggi.

Ketinggian kultivar kacang hijau hasil tinggi adalah 30-80 cm, menurut laporan

tahun 2016 dari Lembaga Penelitian Aneka Kacang dan Umbi. Tanaman kacang

hijau yang tinggi memiliki umur panen yang lebih panjang, menurut Trustinah et

al. (2017).

Besarnya kisaran antara tanaman terpendek dengan tanaman terpanjang

pada generasi M8 adalah karena mutasi menggunakan radiasi sinar gamma

bersifat merusak bahagian dalam sel sehingga menimbulkan ketidakseragaman

pertumbuhan tanaman yang dapat dilihat dari beberapa parameter diantaranya

parameter tinggi tanaman

4.3 Umur Berbunga (HST)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tengah umur

berbunga antara tanaman kacang hijau M0, M8-18-3-1-6, M8-18-3-1-17, M8-18-

3-1-18 dan M8-18-3-1-19 (Lampiran 3.c). Besarnya nilai keragaman, kisaran,

nilai tengah dan koefisien keragaman umur panen disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Umur Berbunga Tanaman Kacang Hijau Generasi M8 Hasil Mutasi Sinar
Gamma.
Parameter M0 M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3-
1-6 1-17 1-18 1-19
Rata-Rata (HST) 34,00 c 32,64 a 35,46 d 33,35 b 33,08 b
Kisaran (HST) 34-34 31,9-33,3 35-35,8 33-33,6 33-33,4
Keragaman 0,0 0,19 0,09 0,07 0,02
Koefien 0,0 1,33 0,84 0,83 0,50
keragaman (%)
Jumlah Individu 288 257 214 234 259
F Hitung HOV 5,94*
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji
Lanjut BNT pada taraf nyata 0,05.HOV = homogeneity of variance
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai tengah umur berbunga tanaman tetua

kacang hijau dengan tanaman kacang hijau generasi M8 hasil radiasi sinar gamma

berbeda nyata. Dimana umur berbunga tercepat yaitu pada tanaman kacang hijau

M8-18-3-1-6 yaitu berkisar 32,64 HST. Waktu berbunga tanaman kacang hijau

hasil sinar gamma menunjukkan hasil yang lebih cepat berbunga dibandingkan

tanpa sinar gamma (M0). Hal ini dapat diartikan bahwa generasi M8 hasil radiasi

sinar gamma telah merubah struktur genetik yang berperan dalam pengaturan

umur berbunga. Oeliem et al. (2008) menyatakan bahwa mutasi dapat terjadi pada

setiap bagian tanaman pada fase pertumbuhan tanaman, namun lebih banyak

terjadi pada bagian yang sedang aktif mengadakan pembelahan sel. Tabel 3 juga

menunjukkan bahwa radiasi sinar gamma dapat meningkatkan nilai keragaman

umur berbunga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arwin (2015), mutasi radiasi

berpengaruh terhadap umur berbunga menjadi lebih cepat, demikian juga umur

panen menjadi lebih genjah dari varietas induknya. Umur muncul bunga yang

cepat memungkinkan terjadinya proses penumpukan asimilat yang ketika

memasuki masa generatif, asimilat yang terkumpul dapat dioptimalkan untuk

produksi biji. Keterlambatan waktu berbunga akan memperlama umur panen


tanaman sehingga semakin lama umur panen maka akan semakin banyak

fotosintat yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif dan berkurang asimilat

untuk mengisi polong-polong yang terbentuk, dan secara tidak langsung

menurunkan produktivitas tanaman kacang hijau.

Selain sinar gamma ada dua faktor yang mempengaruhi kecepatan

berbunga pada tanaman yaitu faktor eksternal seperti cahaya matahari dan

ketersediaan unsur hara didalam tanah dan faktor internal (genetik) yaitu apabila

umur tanaman sudah melewati masa vegetatif maka tanaman akan berbunga.

Hasil yang sama juga dilaporan panelitian Yusuf (2021), menyatakan

bahwa progeni generasi M7 menghasilkan waktu muncul bunga pada

tanaman kacang hijau lebih cepat 31,18 HST dari tanaman induk kampar.

Umur berbunga tanaman kacang hijau dapat digunakan sebagai indikasi

lamanya waktu polong tanaman akan masak, semakin cepat bunga muncul maka

dapat diperkirakan bahwa waktu polong masak juga akan semakin cepat.

Sumpena et al., (2013), menyatakan bahwa umur berbunga dapat

dipengaruhi oleh faktor genetik, kondisi lingkungan dan interaksi antara

lingkungan serta varietas yang telah ditanam. Semakin beragam nilai populasi

maka semakin tinggi frekuensi gen yang diinginkan pemuliaan, sehingga

kesempatan untuk mendapatkan genotipe yang lebih baik melalui seleksi semakin

besar. Sebaliknya bila nilai ragam genetik sempit, maka individu dalam populasi

cenderung seragam, sehingga seleksi untuk perbaikan sifat menjadi kurang efektif.
4.4 Umur Panen (HST)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tengah umur

panen antara tanaman kacang hijau M0, M8-18-3-1-6, M8-18-3-1-17, M8-18-3-1-

18 dan M8-18-3-1-19 (Lampiran 3.d). Besarnya nilai keragaman, kisaran, nilai

tengah dan koefisien keragaman umur panen disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Umur Panen Tanaman Kacang Hijau Generasi M8 Hasil Mutasi Sinar
Gamma.
Parameter M0 M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3-
1-6 1-17 1-18 1-19
Rata-Rata 65,00 c 61,75 a 65,39 d 62,26 b 62,06 b
(HST)
Kisaran (HST) 65-65 61,3-62,1 65-65,8 62-62,5 62-62,3
Keragaman 0,0 0,07 0,08 0,05 0,15
Koefien 0,0 0,44 0,45 0,38 0,19
keragaman (%)
Jumlah Individu 288 257 214 234 259
F Hitung HOV 5,80*
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji
Lanjut BNT pada taraf nyata 0,05.HOV = homogeneity of variance
Tabel 4 menunjukkan bahwa umur panen tanaman kacang hijau tetua

(M0) berbeda nyata dengan tanaman kacang hijau hasil mutasi sinar gamma

generasi M8-18-3-1-6, M8-18-3-1-17, M8-18-3-1-18 dan M8-18-3-1-19. Umur

panen kacang hijau hasil radiasi sinar gamma menunjukkan hasil lebih cepat

dibandingkan tanpa sinar gamma hal ini terlihat pada kacang hijau generasi M8-

18-3-1-6 umur panen menunjukkan 61,75 HST.

Umur panen pada tanaman kacang hijau generasi M8 lebih lambat jika

dibandingkan dengan keturunan sebelumnya M7, dimana pada penelitian ini umur

panen tanaman generasi M8 (61,75 HST) lebih lambat dibandingkan dengan

tanaman generasi M7 (60,24 HST) yang diteliti oleh Yusuf pada tahun 2021.

Tabel 4 juga menunjukkan nilai rentang umur panen tanaman pada

generasi M8 yang lebih luas dengan kisaran antara 61-65 hari. Dilihat dari umur
panen tanaman kacang hijau tetua M0 dan M8 termasuk dalam golongan varietas

berumur sedang. Trustinawati dan Iswanto (2013) menyatakan bahwa berdasarkan

umur panen, kacang hijau di Indonesia dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu

varietas genjah jika dipanen di bawah umur 60 hari, varietas berumur sedang jika

dipanen pada umur 60-70 hari, dan varietas berumur dalam jika dipanen diatas

umur 70 hari.

Keterlambatan umur panen yang terjadi pada beberapa mutan M8 bisa saja

terjadi akibat adanya mutasi yang dialami oleh tanaman tersebut, tetapi dapat juga

diketahui bahwa pemberian mutasi pada bidang pertanian dengan dosis yang tepat

memberikan pengaruh yang baik dan kenyataan dilapangan tidak semuanya

memenuhi harapan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryanto (2008) yaitu teknik

radiasi sinar gamma menimbulkan efek genetik berupa terjadinya perubahan

struktur dan komposisi pada kromosom yang menimbulkan mutasi pada

keturunan dengan sifat yang berbeda dengan induknya.

Penggunaan sinar gamma dengan dosis yang tepat pada tanaman akan

memberikan pengaruh yang baik di bidang pertanian, dengan perlakuan dosis

radiasi sinar gamma dengan dosis yang tepat diperoleh tanaman yang mempunyai

sifat-sifat yang perbaikan yang diinginkan seperti hasil tinggi tanaman yang tidak

terlalu rendah maupun terlalu tinggi, umur panen yang lebih cepat, keserempak

masak, dan tahan terhadap penyakit.

Hasil penelitian Yusuf (2021), menunjukkan terjadi percepatan umur

panen lebih cepat pada generasi M7 hasil radiasi sinar gamma galur M8-18-3-1-6,

M6-18-3-1-17, M6-18-3-1-18 dan M6-18-3-1-19 dibandingkan dengan umur

panen tanaman induk. Umur panen tanaman progeni M8-18-3-1-6 yaitu 60, 24
HST, M6-18-3-1-17, M6-18-3-1-18 dan M6-18-3-1-19M6-18-3-1-19 65,65 HST

sedangkan pada tanaman induk umur panen 66,13 HST. Hal ini bisa disebabkan

oleh faktor genetik (varietas) dan lingkungan, seperti perbedaan iklim lingkungan

dan ketinggian tempat (Fachruddin, 2000).

Sulistyo dan Yuliasti (2013) melaporkan bahwa tanaman kacang hijau

hasil radiasi sinar gamma memiliki umur panen lebih dalam dibandingkan dengan

tetua. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada saat dilakukan seleksi pada

generasi awal, umur panen tidak dijadikan sebagai kriteria utama seleksi. Namun,

apabila seleksi berdasarkan umur panen dilakukan sejak generasi awal,

kemungkinan diperolehnya galur mutan berumur genjah pada generasi lanjut akan

menjadi lebih besar.

4.5 Panjang Polong (cm)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tengah panjang

polong tanaman kacang hijau antara induk dengan generasi M8-18-3-1-6, M8-18-

3-1-17, M8-18-3-1-18 dan M8-18-3-1-19 (Lampiran 3.e). Besarnya nilai

keragaman, kisaran, nilai tengah dan koefisien keragaman jumlah polong

disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Panjang Polong Tanaman Kacang Hijau Generasi M8 Hasil Mutasi Sinar
Gamma.
Parameter M0 M8-18-3- M8-18- M8-18- M8-18-3-
1-6 3-1-17 3-1-18 1-19
Rata-Rata (cm) 10,51 a 10,58 a 10,00 a 10,51 a 11,21 a
Kisaran (cm) 10,08–11,04 7,31-11,4 5,5-13 4,7-12,9 7,4-12,8
Keragaman 0,07 1,99 6,40 6,09 3,26
Koefien 2,56 13,35 25,29 23,49 16,1
keragaman (%)
Jumlah Individu 288 257 214 234 259
F Hitung HOV 2,22 tn
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji
Lanjut BNT pada taraf nyata 0,05.HOV = homogeneity of variance
Tabel 5 menunjukkan bahwa panjang polong tanaman kacang hijau tetua

(M0) tidak berbeda nyata dengan M8-18-3-1-6, M8-18-3-1-17, M8-18-3-1-18,

dan M8-18-3-1-19. Secara angka panjang polong terpanjang terjadi pada M8-18-

3-1-19 yaitu 11,21 namun tidak berbeda nyata dengan M0 yaitu 10,51, M8-18-3-

1-6 yaitu 10,58, M8-18-3-1-18 yaitu 10,51 dan M8-18-3-1-17 yaitu 10,00.

Polong kacang hijau berbentuk bulat panjang dengan bulu-bulu pendek,

panjang polong 6-15 cm dengan 6-16 biji per polong (Sumarji, 2013). Hasil

penelitian yusuf (2021), menunjukkan bahwa radiasi sinar gamma secara angka

melihatkan panjang polong (10,94) tertingi pada progeni M7-18-3-1-17 dibanding

tanaman kacang hijau progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-18, M7-18-3-1-19 dan

induk (8,60) lebih rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Nadya (2022) yang

menyatakan bahwa tanaman kacang hijau generasi M7 memiliki panjang polong

terpanjang dibandingkan dengan tanaman M0. Dimana panjang polong terpanjang

yaitu pada M7-18-3-1-18-33 (19) dengan panjang 10,44 cm sedangkan panjang

polong terpendek yaitu pada M0 dengan panjang 7, 60 cm.

4.6 Jumlah Polong Pertanaman (Buah)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tengah jumlah

polong pertanaman kacang hijau antara induk dengan generasi M8-18-3-1-6, M8-

18-3-1-17, M8-18-3-1-18 dan M8-18-3-1-19 (Lampiran 3.f). Besarnya nilai

keragaman, kisaran, nilai tengah dan koefisien keragaman jumlah polong

disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah polong tanaman kacang hijau tetua

(M0) berbeda nyata dengan hasil mutasi sinar gamma generasi M8. Nilai
keragaman, kisaran, dan koefisien keragamannya jumlah polong tanaman populasi

M0 lebih kecil dibanding populasi generasi M8.

Tabel 6. Jumlah Polong Pertanaman Kacang Hijau Generasi M8 Hasil Mutasi


Sinar Gamma.
Parameter M0 M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3-
1-6 1-17 1-18 1-19
Rata-Rata (buah) 21,31 c 24,58 a 24,28 a 24,37 a 23,56 b
Kisaran (buah) 20,9-21,8 22,4-25,4 38,1-40,7 39,1-42 39,8-43,8
Keragaman 0,13 0,94 0,42 0,42 0,60
Koefien 1,72 3,94 2,68 2,68 3,31
keragaman (%)
Jumlah Individu 288 257 214 234 259
F Hitung HOV 0,877 tn
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji
Lanjut BNT pada taraf nyata 0,05.HOV = homogeneity of variance
Jumlah bunga yang dihasilkan berkorelasi dengan banyaknya jumlah

polong yang terbentuk. peningkatan bentuk bunga, yang mengakibatkan

peningkatan produksi polong (Septeningsih et al., 2013). Produktivitas kacang

hijau dipengaruhi oleh jumlah polong; semakin banyak polong, semakin banyak

kacang hijau yang dihasilkan. Jumlah cabang produktif dan jumlah polong yang

dihasilkan berkorelasi erat. jumlah cabang berpengaruh terhadap hasil yang

berkaitan dengan jumlah bunga yang terbentuk, tetapi hal ini akan ditentukan oleh

jumlah cabang produktif dan presentase bunga yang membentuk polong

(Yudiwanti, 2002).

Polong dikatakan bernas apabila 50% atau lebih ruang dalam polong terisi

oleh biji dan bentuk bijinya sempurna (tidak rusak). Namun pada umumnya, tidak

semua polong yang tumbuh pada tanaman kacang hijau akan terisi oleh biji dan

menjadi polong yang bernas, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan hal itu

bisa terjadi salah satunya dari faktor genetik atau dipengaruhi oleh faktor

lingkungan. Dapat dikatakan bahwa pada saat pembentukan polong tanaman

kacang hijau menghendaki keseimbangan suhu yang diterimanya. Karena apabila


cahaya matahari yang diberikan pada saat pembentukkan polong berlebihan, maka

transpirasi tanaman berlebih dan evaporasi tanah semakin meningkat sehingga

pengisian polong tidak sempurna disebabkan oleh kurangnya cadangan air dan

kelembaban tanah.

Nurtjahjaningsih et al. (2014) menyatakan bahwa nilai keragaman genetik

sering dikaitkan dengan ukuran suatu populasi dimana populasi yang ukurannya

lebih kecil dapat menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya nilai keragaman

genetik populasi tersebut. Hasil penelitian Yusuf (2021), menunjukkan bahwa

progeni M7 memiliki rata-rata jumlah polong tanaman lebih besar dibanding

populasi induk. Hal ini dikarenakan benih yang diberikan radiasi sinar gamma

dengan dosis tertentu dan tepat sasaran mampu meningkatkan rataan jumlah

polong pada tanaman kacang hijau generasi M7 dibanding dengan tanaman

induk.

4.7 Berat Polong Pertanaman (g)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tengah berat

polong pertanaman kacang hijau antara induk dengan generasi M8-18-3-1-6, M8-

18-3-1-17, M8-18-3-1-18 dan M8-18-3-1-19 (Lampiran 3.g). Besarnya nilai

keragaman, kisaran, nilai tengah dan koefisien keragaman jumlah polong

disajikan pada Tabel 7.

Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa tanaman kacang hijau hasil mutasi

dengan radiasi sinar gamma generasi M8 berbeda nyata dengan tanaman induk

M0. Tanaman kacang hijau generasi M8-18-3-1-17 berbeda nyata dengan M8-18-

3-1-6, M8-18-3-1-18, dan M8-18-3-1-19.


Tabel 7. Berat Polong Pertanaman Kacang Hijau Generasi M8 Hasil Mutasi Sinar
Gamma.
M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3-
Parameter M0
1-6 1-17 1-18 1-19
Rata-Rata (g) 22,19 d 26,36 c 30,08 a 27,13 c 28,59 b
Kisaran (g) 20,8-23,4 25,4-27,3 28,6-32,4 25,5-29,9 27,4-31,2
Keragaman 0,60 0,36 1,69 1,91 1,48
Koefien
3,50 2,30 4,33 5,09 4,2,6
keragaman (%)
Jumlah Individu 288 257 214 234 259
F Hitung HOV 1,000 tn
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji
Lanjut BNT pada taraf nyata 0,05. HOV = homogeneity of variance
Nilai tengah, keragaman dan nilai kisaran tanaman kacang hijau generasi

M8 lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tetua (M0). Jumlah dan bobot

polong total pertanaman merupakan salah satu karakter yang menentukan

produktivitas kacang hijau. Hasil penelitian menunjukkan berat polong total per

tanaman generasi M8-18-3-1-17 lebih tinggi dengan rata-rata 30,08 dibandingkan

dengan tanaman induk (M0) yaitu 22,19.

Jumlah polong dan ukuran biji berpengaruh terhadap berat polong yang

dihasilkan oleh tanaman kacang hijau. Polong tergolong fase generatif dimana

jumlah polong ditentukan oleh jumlah bunga dan keberhasilan proses fertilisasi.

Polong muncul setelah berbunga di ujung percabangan pada umur tanaman 30

hari setelah tanam. Pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat

setelah proses pembentukan bunga berhenti, yaitu pada saat terjadi pembuahan.

Ovari berkembang menjadi buah yang disebut polong. Pembentukan dan

perkembangan biji memiliki rangkaian proses yang berhubungan erat. Jumlah biji

kacang hijau tergantung pada jumlah polong yang dihasilkan, namun tidak semua

polong menghasilkan biji yang penuh karena faktor lingkungan maupun tingkat

kesuburan tanah.
Tanaman dengan jumlah polong terbanyak belum tentu menghasilkan

berat polong yang terberat begitu pula dengan jumlah polong yang sedikit belum

tentu menghasilkan berat polong dengan nilai yang rendah. Hal ini dipengaruhi

oleh sarapan unsur hara dan tingkat kesuburan tanaman sehingga tinggi rendahnya

bahan berat polong tergantung dari banyak atau sedikitnya serapan unsur hara

oleh akar yang berlangsung selama proses pertumbuhan.

Safuan (2018) menyebutkan jumlah polong kacang hijau per tanaman

berkisar 17-43 polong dengan rata-rata 28 polong, sedangkan bobot polong per

tanaman berkisar 15-26 g dengan rata-rata 21.5 g. Menurut Desnilia (2014) dan

Putri (2015), bobot polong tanaman tergantung pada jumlah cabang tanaman dan

jumlah polong yang dihasilkan. Untuk mendongkrak hasil komoditas kacang

hijau, Garg et al. (2017) menyatakan bahwa faktor hasil seperti jumlah polong per

tanaman, panjang polong, dan hasil merupakan kriteria pemilihan yang sangat

penting.

4.8 Jumlah Biji Perpolong (biji)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tengah jumlah

biji perpolong tanaman kacang hijau antara induk dengan generasi M8-18-3-1-6,

M8-18-3-1-17, M8-18-3-1-18 dan M8-18-3-1-19 (Lampiran 3.h). Besarnya nilai

keragaman, kisaran, nilai tengah dan koefisien keragaman jumlah polong

disajikan pada Tabel 8.


Tabel 8. Jumlah Biji Perpolong Tanaman Kacang Hijau Generasi M8 Hasil
Mutasi Sinar Gamma.
M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3-
Parameter M0
1-6 1-17 1-18 1-19
Rata-Rata (biji) 8,26 b 8,98 ab 9,78 a 8,51 b 9,24 ab
Kisaran (biji) 7,0-8,1 8,5-9,4 8,6-13,9 8,1-9,1 8,6-9,6
Keragaman 0,12 0,09 3,05 0,13 0,13
Koefien
4,09 3,34 17,8 4,29 3,97
keragaman (%)
Jumlah Individu 288 257 214 234 259
F Hitung HOV 3,21*
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji
Lanjut BNT pada taraf nyata 0,05. HOV = homogeneity of variance
Tabel 8 menunjukkan bahwa tanaman tetua berbeda nyata dengan tanaman

kacang hijau generasi M8. Secara angka tanaman kacang generasi M8-18-3-1-17

dan M8-18-3-1-19 memiliki jumlah biji perpolong yang lebih banyak

dibandingkan dengan M8-18-3-1-6, M8-18-3-1-18 dan M0. Nilai keragaman

tanaman generasi M8-18-3-1-17 lebih luas di bandingkan dengan tanaman tetua

M0. Hal ini dapat dilihat dari nilai kisaran jumlah biji per polong yang diperoleh

tanaman generasi M8-18-3-1-17 yakni 8,6 sampai dengan 13,9 sementara nilai

kisaran dari tanaman tetua M0 adalah 7,0 hingga 8,1. Jumlah polong sangat

berhubungan dengan biji yang ada didalam polong tersebut (Sands, 1995 dalam

Budiastuti, 2000). Semakin panjang polong kacang hijau maka semakin banyak

biji yang terdapat dalam polong tersebut.

Sumarji (2013), biji kacang hijau kecil dan bulat, berwarna hijau atau hijau

kekuningan dengan bobot 100 bijinya antara 3-4 gram. Pada tanaman mutan M8

warna biji kacang hijau sudah seragam. Warna biji kacang hijau mutan M8 sama

dengan tanaman M0 (kontrol) yaitu hijau kecokelatan. Keseragaman warna biji ini

telah ditemukan sejak keturunan M5 yang diteliti oleh Fatmala (2020). Berbeda

dengan penelitian fiatin (2014) yang melaporkan bahwa warna kulit biji pada
tanaman M1 yaitu hijau, hijau kecokelatan, cokelat dan hitam. Sedangkan

Triyaningsih (2017) melaporkan bahwa waran kulit biji pada tanaman M2 yaitu

hijau kecokelatan, cokelat, hijau kekuningan dan hijau tua. Keseragaman warna

biji kacang hijau mutan dan kontrol ini diduga terjadi kaena pemulihan mutasi

atau reverse mutation, sehingga gen tanaman mutan mendekati gen aslinya.

Sinar gamma mempengaruhi jumlah biji perpolong yang di hasilkan, hal

ini diduga benih hasil radiasi sinar gamma telah menimbulkan perubahan pada

karakter-karakter agronomi secara genetik pada tanaman kacang hijau. Jumlah biji

perpolong pada tanaman induk (M0) merupakan jumlah biji terendah jika

dibandingkan dengan tanaman generasi M8 hal ini diduga adanya faktor

lingkungan yang mempengaruhi. Penerimaan cahaya matahari sangat berdampak

pada pembentukan polong dan biji per polong kacang hijau. Minimnya

pembentukan polong diakibat rendahnya penerimaan cahaya berkorelasi pada

rendahnya produksi kacang hijau.

Jumlah biji kacang hijau tergantung pada jumlah polong yang dihasilkan,

namun tidak semua polong menghasilkan biji penuh karena faktor lingkungan.

Menurut Hapsoh (2003) bahwa kekurangan air terjadi pada proses pembungaan

yang mengakibatkan banyak bunga mengalami keguguran dan biji yang

dihasilkan lebih kecil. Hal ini diduga berkaitan dengan intensitas matahari dan

suhu dalam proses fotosintesis, tanaman yang mengalami cekaman air stomatanya

akan menutup lebih awal untuk mengurangi hilangnya air dan hal ini mengganggu

masuknya CO2 sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan fotosintat

serta energi yang dihasilkan menjadi rendah akibatnya pengisian polong tanaman

pada fase generatif mengalami penurunan.


Sarawa dan Baco (2014) mengemukakan bahwa pesatnya pertumbuhan

vegetatif dapat menyebabkan terjadi persaingan dalam memperoleh fotosintat, dan

jika terjadi dominasi vegetatif maka pertumbuhan generatif akan terhambat.

Kondisi ini menyebabkan produksi biji menjadi rendah. Pola distribusi fotosintat

bukan hanya ditentukan secara genetik akan tetapi faktor hormonal maupun faktor

lingkungan juga sangat berpengaruh.

4.9 Jumlah Biji Pertanaman (biji)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tengah jumlah

biji pertanaman kacang hijau antara induk dengan generasi M8-18-3-1-6, M8-18-

3-1-17, M8-18-3-1-18 dan M8-18-3-1-19 (Lampiran 3.i). Besarnya nilai

keragaman, kisaran, nilai tengah dan koefisien keragaman jumlah polong

disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Biji Pertanaman Kacang Hijau Generasi M8 Hasil Mutasi Sinar
Gamma.
Parameter M0 M8-18- M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3-
3-1-6 1-17 1-18 1-19
Rata-Rata (bij) 279,03 b 300,24 a 268,36 c 268,25 c 273,95 bc
Kisaran (biji) 272,1-283,6 296,8- 265,6- 255,6- 259,7-
304,1 271,2 279,8 289,8
Keragaman 19,96 7,71 3,77 84,15 118,7
Koefien 1,60 0,92 0,72 3,42 3,97
keragaman (%)
Jumlah Individu 288 257 214 234 259
F Hitung HOV 11,61*
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji
Lanjut BNT pada taraf nyata 0,05. HOV = homogeneity of variance
Tabel 9 menunjukkan bahwa produksi sinar gamma merupakan penyebab

rata-rata jumlah biji per tanaman kacang hijau generasi M8-18-3-1-6 berbeda

nyata dengan tetua M0, M8-18-3-1-19, M8-18-3-1-17, dan M8-18-3-1-18 terlihat

dari nilai tengah generasi M3 lebih sedikit di bandingkan dengan tetua M0. Nilai
keragaman generasi M8-18-3-1-6 lebih besar dibandingkan tetua dengan kisaran

yang lebih luas pada M8-18-3-1-6.

Hal ini dapat diartikan bahwa pada taraf ini jumlah biji per tanaman

mengalami perubahan genetik sehingga nilai pada individunya mengalami banyak

perubahan. Fakta ini didukung dengan kisaran nilai individu pada populasi yang

luas yaitu antara 296,8 sampai 304,1 biji pada generasi M8-18-3-1-6 sedangkan

tetua M0 berkisar antara 272,1 sampai 283,6 biji. Nilai keragaman generasi M8

lebih besar dibandingkan tetua (M0) dengan kisaran yang lebih luas pada M8. Hal

ini dapat diartikan bahwa pada taraf ini jumlah biji pertanaman mengalami

perubahan genetik sehingga nilai pada individunya mengalami banyak perubahan.

Alatas et al. (2016) menyatakan bahwa mutasi yang terjadi tidak dapat di

duga, akan tetapi mutasi bisa saja terjadi pada tingkat genom, kromosom, maupun

DNA. Radiasi sinar gamma akan menyebabkan terjadinya kerusakan yang akan

menghasilkan tiga konsekuensi yaitu sel hidup yang normal, sel hidup yang tidak

normal, dan sel mati. Kerusakan sel akibat radiasi tersebut menyebabkan tanaman

mengalami gangguan dalam pertumbuhannya, sehingga tanaman tidak dapat

tumbuh normal. hal ini dibuktikan dengan melihat morfologi tanaman kacang

hijau generasi M8 hasil radiasi sinar gamma yang ditanam dan

membandingkannya dengan tanaman generasi M0. Jika tanaman mengalami

pertumbuhan yang berbeda dengan tanaman generasi M0 maka di duga tanaman

tersebut mengalami mutasi akibat radiasi sinar gamma yang telah dilakukan.

Faktor penentu jumlah biji sangat kompleks, diantaranya adalah faktor

lingkungan. Faktor lingkungan berpengaruh pada laju perkembangan terutama

suhu dan laju pertumbuhan yaitu penyinaran yang bergabung untuk menentukan
jumlah biji dari setiap polong yang pada akhirnya akan dipanen. Jumlah polong

pada tanaman kacang hijau mempengaruhi jumlah biji pertanaman kacang hijau,

namun tidak bisa dikatakan bahwa semua polong dapat menghasilkan biji secara

penuh dikarenakan adanya faktor lingkungan yang ikut andil didalamnya.

Rendahnya jumlah biji setiap tanaman disebabkan oleh rendahnya jumlah polong

yang dihasilkan setiap tanaman.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Hastuti et al.,

(2018), melaporkan bahwa jumlah biji per tanaman tergantung pada jumlah

polong yang dihasilkan, semakin banyak polong, maka biji yang dihasilkan

semakin banyak.

4.10 Berat Biji Pertanaman (g)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tengah berat

biji pertanaman kacang hijau antara induk dengan generasi M8-18-3-1-6, M8-18-

3-1-17, M8-18-3-1-18 dan M8-18-3-1-19 (Lampiran 3.j). Besarnya nilai

keragaman, kisaran, nilai tengah dan koefisien keragaman jumlah polong

disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata berat biji pertanaman kacang hijau

tanaman induk (M0) berbeda nyata dengan tanaman kacang hijau generasi M8.

Nilai kisaran berat biji pertanaman pada tanaman induk lebih sempit dibanding

dengan tanaman kacang hijau generasi dan M8-18-3-1-6, M8-18-3-1-17, M8-18-

3-1-18, dan M8-18-3-1-19. Rata-rata berat biji pertanaman kacang hijau generasi

M8 menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari pada tanaman induk (M0), dimana

berat biji pertanaman yang paling tinggi dimiliki oleh M8-18-3-1-6 yaitu 17,35

gram dan berat biji pertanaman yang terendah yaitu pada M0 yakni 16,48 gram.
Tabel 10. Berat Biji Pertanaman Kacang Hijau Generasi M8 Hasil Mutasi Sinar
Gamma.
Parameter M0 M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3-
1-6 1-17 1-18 1-19
Rata-Rata (g) 16,48 b 17,35 a 17,32 a 16,61 b 17,13 a
Kisaran (g) 16,2-16,8 17,0-17,5 16,7-17,5 16,4-16,9 16,9-17,3
Keragaman 0,04 0,02 0,07 0,06 0,03
Koefien 1,25 0,85 1,57 1,47 1,07
keragaman (%)
Jumlah Individu 288 257 214 234 259
F Hitung HOV 0,817 tn
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji
Lanjut BNT pada taraf nyata 0,05. HOV = homogeneity of variance
Hal ini memberikan indikasi bahwa dengan sinar gamma terjadi mutasi

yang menyebabkan keragamannya menjadi semakin luas. Indikasi lain juga

ditunjukkan dengan nilai kisaran yang semakin luas pada tanaman hasil radiasi

sinar gamma di bandingkan generasi M0. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Triyaningsih (2017) yang melaporkan bahwa radiasi sinar gamma meningkatkan

bobot biji per tanaman kacang hijau mutan M2 dibandingkan tanaman kontrol

(tetua). Populasi kontrol memiliki rata-rata bobot biji per tanaman 13,10 g,

sedangkan mutan generasi M2 memiliki rata-rata bobot biji per tanaman 18,83 g.

Alfarisi et al. (2018) melaporkan bahwa rataan bobot biji per tanaman

tertinggi pada tanaman kedelai terdapat pada tanaman hasil radiasi sinar gamma.

Hal ini dapat dilihat dari ukuran biji yang dihasilkan pada tanaman radiasi lebih

besar, sehingga bobot yang dihasilkan semakin berat. Peningkatan yang sama juga

terjadi pada tanaman M1 yang diteliti oleh Tah (2006), dimana peningkatan

jumlah polong akibat adanya radiasi sinar gamma mencapai 15-23%.

Menurut Wirnas dkk. (2006), jumlah cabang, jumlah polong isi, dan

persentase polong penuh secara langsung mempengaruhi jumlah biji yang

dihasilkan per tanaman. Menurut Sutjahjo et al. (2007) bobot biji pertanaman dan
selang panen merupakan kriteria seleksi untuk memperoleh varietas berdaya hasil

tinggi dan serempak panen. Bobot biji (hasil) serta selang panen merupakan

karakter yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Komponen hasil yang turut berpengaruh terhadap hasil biji kacang hijau

antara lain adalah jumlah polong, ukuran biji, dan jumlah biji per polong. Selain

itu faktor genetik juga dapat mempengaruhi hasil biji dari tanaman kacang hijau.

Hal ini sejalan dengan dengan pernyataan Alatas et al. (2016) yang mengatakan

bahwa setelah radiasi pada bahan tanaman akan terjadi beberapa kemungkinan

pada materi genetik tanaman, yaitu mutasi kearah positif, mutasi kearah negatif

atau tanpa mutasi. Mutasi yang terjadi kearah positif dan terwariskan ke generasi

berikutnya merupakan mutasi yang dikehendaki oleh pemulia tanaman pada

umumnya.

4.11 Bobot 100 Biji (g)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tengah bobot

100 biji tanaman kacang hijau antara induk dengan generasi M8-18-3-1-6, M8-18-

3-1-17, M8-18-3-1-18 dan M8-18-3-1-19 (Lampiran 3.k). Besarnya nilai

keragaman, kisaran, nilai tengah dan koefisien keragaman jumlah polong

disajikan pada Tabel 11.

Bobot 100 biji kacang hijau generasi M8 hasil mutasi sinar gamma

ditampilkan pada Tabel 11 berbeda nyata dengan tetua M0, dan pada nilai

keragaman generasi M8 lebih luas dibandingkan tetua M0. Hal ini dapat dilihat

dari nilai kisaran berat 100 biji yang diperoleh tanaman generasi M8-18-3-1-6 dan

M8-18-3-1-17 yakni 7,6 sampai 7,8, M8-18-3-1-18 yakni 7,3 sampai 7,5, dan
M8-18-3-1-19 yakni 7,5 sampai 7,7 sementara nilai kisaran dari M0 adalah dari

7,2 sampai 7,5.

Tabel 11. Bobot 100 Biji Tanaman Kacang Hijau Generasi M8 Hasil Mutasi Sinar
Gamma.
Parameter M0 M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3-
1-6 1-17 1-18 1-19
Rata-Rata (g) 7,36 d 7,74 a 7,77 a 7,48 c 7,65 b
Kisaran (g) 7,2-7,5 7,6-7,8 7,6-7,8 7,3-7,5 7,5-7,7
Keragaman 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00
Koefien 1,25 0,85 0,71 1,47 1,07
keragaman (%)
Jumlah Individu 288 257 214 234 259
F Hitung HOV 2,229 tn
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji
Lanjut BNT pada taraf nyata 0,05. HOV = homogeneity of variance
Tanaman tetua M0 memiliki nilai kisaran yang sempit dikarenakan

populasi tanaman M0 merupakan lini murni yang ditanam petani secara berulang-

ulang sehingga masih terjadi perubahan sifat secara lambat. Diduga bobot 100

biji dipengaruhi oleh ukuran biji, baik yang besar ataupun kecil, bobot biji yang

semakin besar dapat berkontribusi pada hasil panen yang lebih tinggi, begitu juga

sebaliknya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitompul dan Guritno (2005) bahwa

berat 100 biji merupakan salah satu parameter pengamatan yang erat

hubungannya dengan produksi yang dicapai. Bila berat 100 biji tinggi maka

semakin banyak pula hasil yang akan diperoleh. Namun semua dipengaruhi oleh

genotipe dan varietas tanaman itu sendiri. Dewi (2015), menyatakan bahwa

kualitas kacang hijau yang baik apabila memiliki bobot diatas 6,5 g per 100 biji.

Hakim (2008) melaporkan bahwa biji kacang hijau dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu berbiji besar (>6,1 g/100 biji), sedang (5−6 g/ 100 biji), dan kecil (<5 g/100

biji).
Berat 100 biji berhubungan dengan kualitas biji yang dihasilkan tanaman.

Berat 100 biji yang dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah cabang produktif dan

jumlah polong tanaman. Hasil Penelitian generasi M8 ukuran biji tanaman kacang

hijau yang dihasilkan tergolong kedalam ukuran biji yang besar. Populasi M8

tergolong besar karena memiliki bobot 100 biji besar dari 6,5 gram.

Sulistyo dan Yuliasti (2013) menyatakan bahwa pengaruh radiasi sinar

gamma terhadap kacang hijau lebih terlihat pada perbaikan karakter ukuran biji

(berat 100 biji). Hal ini dapat dilihat dari rataan berat 100 biji galur-galur mutan

lebih berat jika dibandingkan dengan tetua asalnya.

4.12 Masak Serempak (%)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tengah masak

serempak tanaman kacang hijau antara induk dengan generasi M8-18-3-1-6, M8-

18-3-1-17, M8-18-3-1-18 dan M8-18-3-1-19 (Lampiran 3.l). Besarnya nilai

keragaman, kisaran, nilai tengah dan koefisien keragaman jumlah polong

disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Masak Serempak Tanaman Kacang Hijau Generasi M8 Hasil Mutasi
Sinar Gamma.
Parameter M0 M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3- M8-18-3-
1-6 1-17 1-18 1-19
Rata-Rata (%) 58,60 a 69,04 a 55,64 a 60,56 ab 61,23 ab
Kisaran (%) 52-62 54-79 31-70 27-75 42-69
Keragaman 8,72 55,44 172,48 204,46 83,08
Koefien 5,04 10,78 23,60 23,61 14,88
keragaman (%)
Jumlah Individu 288 257 214 234 259
F Hitung HOV 1,91 tn
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji
Lanjut BNT pada taraf nyata 0,05. HOV = homogeneity of variance
Tabel 12 menunjukkan keserempakan masak tanaman kacang hijau M0

(58,60%) tidak berbeda nyata dengan M8-18-3-1-6 (69,04%), M8-18-3-1-17


(55,64%), M8-18-3-1-18 (60,56%), dan M8-18-3-1-19 (61,23%). Pada mutan M8-

18-3-1-6, M8-18-3-1-18, dan M8-18-3-1-19 menunjukkan bahwa keserempakan

polong masak yang relatif serempak.

Masak serempak adalah salah satu tujuan dari pemuliaan tanaman untuk

mendapatkan pemanenan yang dilakukan secara tunggal sehingga lebih ekonomis

dalam biaya serta dapat berkontribusi dalam produktivitas. Berdasarkan dari hasil

penelitian M7 hasil seleksi yang sudah dilakukan, tanaman kacang hijau dapat

dikatakan masak serempak apabila dalam satu tanaman jumlah polong yang

masak sudah mencapai 60-70% (Herman 20 Desember, 2022, komunikasi

pribadi). Karakter polong masak serempak ini tentunya sangat disukai oleh para

petani karena dapat mengurangi biaya perawatan dan tenaga kerja lebih efisien

sehingga tidak harus melakukan pemanenan yang berkali-kali.

Marwiyah et al. (2021) menyatakan bahwa keserempakan panen berkaitan

dengan periode panen, yaitu rentang waktu panen dari polong pertama hingga

polong terakhir. Panen tidak serempak menunjukkan periode panen yang panjang

dan berpotensi meningkatkan kehilangan hasil. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Ullah et al. (2012) dan Putri et al. (2014) menunjukkan bahwa periode panen

pendek pada kacang hijau diikuti dengan biomassa dan jumlah polong bernas per

tanaman yang tinggi. Hal ini menggambarkan kemungkinkan mendapatkan

genotype dengan periode panen pendek dan potensi hasil tinggi. Keragaman

plasma nutfah untuk keserempakan panen sudah banyak dilaporkan (Hapsari et

al., 2015), namun informasi tentang kendali genetiknya masih terbatas. Karakter

periode panen dikendalikan oleh faktor genetik serta interaksi antara faktor

genetik dan lingkungan (Marwiyah et al., 2021).


Pemuliaan tanaman untuk memperpendek waktu panen kacang hijau dapat

dilakukan dengan cara menyerempakkan waktu berbunga atau waktu masak

polong atau disebut periode panen pendek (Marwiyah et al., 2020). Periode panen

pendek atau pembungaan serempak ditandai dengan hasil yang lebih tinggi, atau

jumlah polong yang lebih banyak dalam satu kali panen sejak munculnya bunga

pertama hingga 90% polong masak (Marwiyah et al., 2021).

Mondal et al. (2011) memaparkan waktu masak polong serempak

berkorelasi dengan pola pembungaan pada kacang hijau. Genotipe serempak

ditandai dengan tanaman yang mampu memproduksi bunga secara maksimal pada

10-15 hari setelah umur berbunga pertama dan berhenti berbunga pada 15-20 hari

setelah umur berbunga pertama.

Berdasarkan analisis ragam terhadap presetase keserempakan polong

masak yang terbaik yaitu pada M8-18-3-1-6. Kacang hijau progeni M8 telah

memiliki sifat umur polong masak serempak dalam satu populasi. Hal ini

disebabkan karena masa pematangan antar polong dalam satu tanaman sama.

Umur panen 50% adalah keadaan 50% polong dalam satu plot sudah matang.

Pemasakan polong berkaitan dengan ketersediaan unsur hara bagi tanaman

berada dalam keadaan seimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga pada

perlakuan tersebut proses perkembangan tanaman (generatif) yaitu pembentukan

dan pematangan polong tanaman kacang hijau terjadi lebih cepat.

Karakteristik polong yang matang ditandai dengan warna kulit yang hitam,

coklat atau cokelat kehitaman. Menurut Desnilia (2014), karakteristik

warna polong salah satu karakter yang penting dalam petani walaupun tidak

mempengaruhi daya hasil tanaman, namun menentukan selera konsumen. Polong


pada tanaman kacang hijau sebelumnya progeni M6 memiliki warna yang

bervariasi dan berbeda dengan induk yang berwarna hitam.

Pasaribu (2020) menyatakan bahwa suhu mempengaruhi pembungaan dan

umur polong masak, kondisi lingkungan dengan suhu dingin atau panas akan

mempengaruhi penundaan pembungaan dan umur polong masak, sebaliknya suhu

hangat akan mempercepat.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

karakter polong masak serempak dan berat polong pertanaman kacang hijau

generasi M8 hasil mutasi sinar gamma yang unggul didapatkan pada mutan hasil

radiasi sinar gamma generasi M8 yaitu populasi M8-18-3-1-17 dan M8-18-3-1-6.

Pada populasi M8-18-3-1-6 memiliki keunggulan pada karakter umur berbunga

(36,64 hst), umur panen (61,75 hst), jumlah biji perpolong (8,98 biji), jumlah biji

pertanaman (300,24 biji), bobot 100 biji (7,74 g), dan masak serempak (69,04%).

Sedangkan pada populasi M8-18-3-1-17 keunggulan lebih menonjol kepada berat

polong pertanaman (30,08 g), jumlah biji perpolong (9,78 biji), dan bobot 100 biji

(7,77 g).

5.2 Saran

Kelanjutan dari penanaman mutan ini merupakan generasi kedelapan dari

suatu program pemuliaan tanaman untuk mencapai hasil akhir yaitu perakitan

varietas baru. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman kacang hijau M8-

18-3-1-6 merupakan generasi yang memiliki kriterian unggul yang lebih baik

dibandingkan dengan ketiga generasi M8 lainnya sehingga perlu dilakukan

penelitian terhadap generasi selanjutnya untuk melihat pengaruh (morfologi dan

fisiologi) radiasi sinar gamma yang diberikan akankah lebih baik atau kembali

pada sifat asalnya (M0).

Anda mungkin juga menyukai