Anda di halaman 1dari 11

JNTTIP

Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan


DOI : 10.24198/jnttip.v2i2.27568
jurnal.unpad.ac.id/jnttip; e-ISSN:2715-7636
2(2): 60-70, Juni 2020

PENGARUH BERBAGAI VARIETAS JAGUNG MANIS ( Zea mays


saccharata Sturt ) TERHADAP TINGGI TANAMAN, JUMLAH DAUN
DAN KANDUNGAN LIGNIN TANAMAN JAGUNG

The Effect of Variety of Sweet Corn Varieties (Zea mays saccharata sturt) on
High Crop, Number of Leaves and Lignin Contents of Corn Crop
Widiati Oktaviani1, Lizah Khairani2 dan Nyimas Popi Indriani2
1
Program Sarjana Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran Kampus
Jatinagor, Jl. Raya Bandung-Sumedang KM.21, Jatinangor-Sumedang, Jawa Barat 45363
2
Departemen Nutrisi Ternak dan Teknologi Ternak Pakan, Fakultas Peternakan, Universitas
Padjadjaran. Kampus Jatinangor, Jl. Raya Bandung-Sumedang KM.21, JatinangorSumedang,
Jawa Barat 45363

ABSTRAK

KORESPONDENSI DAN Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt)


RIWAYAT ARTIKEL merupakan salah satu jenis pakan hijauan yang merupakan
sumber serat kasar bagi ternak ruminansia. Tanaman jagung
manis (Zea mays saccharata Sturt) memiliki beberapa varietas
yang berbeda. Setiap varietas memiliki keunggulannya
Nyimas Popi Indriani masing-masing baik dalam segi produktivitas maupun
kandungan nutrisi dan anti nutrisinya. Tujuan dari penelitian
Departemen Nutrisi Ternak ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai varietas
dan Teknologi Pakan, Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) terhadap tinggi
Fakultas Peternakan, tanaman, jumlah daun dan kandungan lignin tanaman jagung,
Universitas Padjadjaran, mengetahui varietas Jagung Manis (Zea mays saccharata
Bandung. Kampus Sturt) yang memberikan hasil tertinggi terhadap tinggi
Jatinangor, Jl. Raya Bandung- tanaman dan jumlah daun, serta untuk mengetahui varietas
Sumedang KM.21, Jatinangor- Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) yang memberikan
Sumedang,
hasil terendah terhadap kandungan lignin Tanaman Jagung.
Jawa Barat 45363
Penelitian ini dirancang dengan metode eksperimental
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat
email : lima jenis perlakuan varietas berbeda tanaman jagung manis,
nyimas.popi@unpad.ac.id P1= Varietas Talenta, P2 = Varietas Manise, P3 = Varietas
Asia, P4 = Varietas Bonanza, dan P5 = Varietas Paragon
Dikirim I : Maret 2020 dengan 4 kali ulangan. Hasil analisis statistik menunjukkan
Diterima : Mei 2020 bahwa perlakuan berbagai varietas jagung manis (Zea mays
saccharata Sturt) memberikan pengaruh terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun, dan kandungan lignin tanaman jagung
dan menghasilkan tinggi tanaman tertinggi serta jumlah daun terbanyak pada varietas talenta
dengan rataan tinggi tanaman jagung manis varietas talenta yaitu 116,78 cm dan rataan
jumlah daun varietas talenta yaitu 11,75 helai sedangkan kandungan
Oktaviani, W., dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2020

lignin yang terendah didapatkan pada varietas bonanza yaitu dengan persentase kandungan
lignin 10,04 %.

Kata kunci : Varietas, jagung manis, tinggi tanaman, jumlah daun, lignin.

ABSTRACT

Sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) was one type of forage feed which is a source of crude
fiber for ruminants. Sweet corn crop (Zea mays saccharata Sturt) had several different
varieties. Each variety had its own advantages both in terms of productivity and nutritional
content and anti-nutrition. The purpose of this study were to determine the effect of various
varieties of Sweet Corn (Zea mays saccharata Sturt) on plant height, number of leaves and
lignin content of corn crops by knowing which varieties of Sweet Corn (Zea mays saccharata
Sturt) gave the highest yield to crop height and the number of leaves, and to find out which
varieties of Sweet Corn (Zea mays saccharata Sturt) gave the lowest yield to the lignin content
of Corn crops. This study was designed with an experimental method using a Completely
Randomized Design (CRD). There were five types of treatment of different varieties of sweet
corn crops, P1 = Talent Varieties, P2 = Manise Varieties, P3 = Asian Varieties, P4 = Bonanza
Varieties, and P5 = Paragon Varieties with 4 replications. The results of statistical analysis
showed that the treatment of various varieties of sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) had
an influence on plant height, leaf number and lignin content of corn crops and produced the
highest crop height and the highest number of leaves on talent varieties with high average sweet
corn varieties of talenta varieties which is 116.78 cm and the average number of leaves of
talenta varieties is 11.75 strands while the lowest lignin content is found in bonanza varieties,
namely with a percentage of lignin content of 10.04 %.

Keywords: Varieties, sweet corn, crop height, number of leaves, lignin.

PENDAHULUAN tanaman pertanian, salah satunya tanaman


jagung dapat dimanfaatkan untuk ternak
Tanaman jagung mempunyai fungsi ruminansia karena kandungan seratnya dan
multiguna, baik untuk pangan, pakan, industri disukai ternak, merupakan bahan pakan
dan benih. Perbedaan jenis jagung manis penting saat rumput sulit diperoleh, terutama
dengan jenis jagung lainnya adalah pada musim kemarau.
kandungan gula lebih tinggi sehingga Faktor genetik dan lingkungan sangat
memiliki rasa yang lebih manis dan sangat mempengaruhi perkecambahan benih jagung.
digemari masyarakat. Usaha pengembangan Jagung manis berbagai varietas memberikan
jagung manis di Indonesia mempunyai pertumbuhan dan produksi yang beragam.
prospek yang cukup baik. Tanaman jagung Hal tersebut sejalan dengan pendapat
manis ditanam oleh petani untuk diambil Rochana, dkk. (2016) bahwa pertumbuhan
jagungnya, hasil sampingannya dapat tanaman dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
dijadikan sebagai hijauan pakan ternak. Hasil faktor dalam (internal factor) yang
sampingan berupa hijauan tanaman jagung merupakan sifat dalam tanaman (benih) dan
ini akan sangat berguna untuk dijadikan faktor lingkungan (environmental factors)
makanan ternak ruminansia. Menurut sifat luar dari tanaman. Selanjutnya menurut
Mansyur dkk. (2005) bahwa Hasil sampingan Akmalia dan Suharyanto (2017) bahwa
tanaman pertanian mempunyai kontribusi adaptasi tanaman terhadap lingkungan, salah
yang cukup besar sebagai sumber hijauan satunya ditandai dengan respon fisiologis.
pakan. Sistem tanaman pangan yang hasil Hal ini sangat terkait dengan produktivitas
sampingannya telah banyak digunakan salah tanaman karena terjadi perubahan mekanisme
satunya adalah jagung. Hasil penelitian fisiologis yang akan menjadi kunci fenotipe
Indriani, dkk. (2015) bahwa hijauan dan produktivitas yang dihasilkan.

Volume 2 No.2 | 61
Oktaviani, W., dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2020

Umur tanaman di bawah 42 HST (Hari melakukan proses fotosintesis. Varietas


Setelah Tanam), maka pertumbuhan tinggi Bonanza mampu beradaptasi dengan
tanaman dipengaruh oleh faktor genetik dari lingkungan jika dibandingkan varietas Jago
masing-masing varietas. Sedangkan saat F1. Selain itu adaptasi yang baik terhadap
umur jagung 49 HST pertumbuhan tinggi lingkungan akan berdampak pada produksi
tanaman sudah tidak dipengaruhi oleh atau hasil tanaman itu sendiri. Tanaman
genetik karena tanaman jagung sudah jagung manis varietas Bonanza F1 memiliki
memasuki masa generatif (Mahdiannoor dan tinggi tanaman dan jumlah daun yaitu 195, 29
Istiqomah, 2015). Malai bunga jantan cm dan 12 helai dibandingkan dengan
biasanya muncul pada umur 40-50 HST, varietas Jago F1 yaitu 183, 23 cm dan 11 helai
setelah itu diikuti bunga betina 1-3 hari (Mahdiannoor dan Istiqomah, 2015).
kemudian (Purwono dan Hanny, 2011). Fase Jagung manis merupakan hijauan
tasseling (berbunga jantan) biasanya berkisar pakan sebagai sumber serat kasar. Pada bahan
antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya pakan asal tanaman faktor penghambat
cabang terakhir dari bunga jantan sebelum didominasi oleh kelompok senyawa fenolik
kemunculan bunga betina (rambut tongkol) polimer seperti lignin yang terdapat di dalam
dimana pada periode ini tinggi tanaman dinding sel (Sirappa, 2003). Selulosa dan
hampir mencapai maksimum dan mulai lignin sebagai penyusun dinding sel akan
menyebarkan serbuk sari (pollen). Sesudah meningkat jumlahnya seiring peningkatan
koleoptil muncul di atas permukaan tanah, jumlah floemnya. Selulosa dan lignin
daun jagung mulai terbuka. Setiap daun merupakan penentu serat (Mudyantini, 2008).
terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah Semakin tinggi tanaman, jumlah daun pada
daun yang erat melekat pada batang. Jumlah tanaman jagung akan semakin banyak dan
daun sama dengan jumlah buku batang. dinding sel tanaman akan semakin luas,
Jumlah daun umumnya berkisar antara 10 -18 sehingga tinggi tanaman dan jumlah daun
helai, rata- rata munculnya daun yang terbuka akan berpengaruh terhadap kandungan serat
sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. kasar dan lignin tanaman jagung manis.
Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai Menurut Bogdan (1997) serat kasar
jumlah daun relatif banyak dibanding di merupakan dinding sel tanaman terdiri dari
daerah beriklim sedang (Subekti dkk, 2007). selulosa dan hemiselulosa yang dilapisi lignin
Menurut Kuruseng, dkk. (2008) varietas dan silika. Semakin keras dan kuat dinding
berpengaruh pada jumlah daun tanaman sel tanaman sebagai penopang tanaman maka
jagung. Pertambahan jumlah daun maksimal kandungan serat termasuk lignin akan
pada umur 6 MST (Minggu Setelah Tanam), semakin tinggi begitupun sebaliknya.
kemudian terlihat tetap bahkan menurun. Hal Beberapa variteas tanaman jagung
ini disebabkan karena terjadi proses penuaan manis memiliki tinggi tanaman dengan umur
tanaman yang ditandai dengan mulai panen yang berbeda. Keputusan Mentri
mengeringnya daun bagian bawah tanaman Pertanian Nomor 3634/Kpts/SR.120/10/2009
(Setyowati dan Ning, 2013) varietas Talenta memiliki tinggi tanaman
Setiap varietas jagung manis memiliki 170-200 cm dengan umur panen 70-76 HST,
karakteristik yang berbeda-beda termasuk tinggi tanaman varietas Bonanza 220-250 cm
jumlah daun yang dihasilkan. Jumlah daun umur panen 82-84 HST, tinggi tanaman
yang dihasilkan tersebut akan berpengaruh Paragon 185,2-215,7 cm umur panen 70-75
terhadap banyaknya hijauan pakan yang HST sedangkan untuk varietas Asia dan
dihasilkan. Pertumbuhan daun pada tanaman Manise belum banyak ditanam di Indonesia.
jagung manis dapat dijadikan sebagai Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik
indikator dari pertumbuhan tanaman tersebut, untuk menggunakan varietas Manise dan
yang secara logika dapat dikatakan bahwa Asia dalam penelitian ini. Umur panen
semakin banyak daun yang tumbuh maka varietas manise yaitu 80 HST dan varietas
semakin besar pula peluang tanaman Asia 65-67 HST.

Volume 2 No.2 | 62
Oktaviani, W., dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2020

Varietas jagung manis terbaik juga Peubah yang diamati


didapatkan pada varietas Bonanza, kemudian
Manise dan terendah varietas Pertiwi Peubah yang diamati dalam penelitian
terhadap potensi tumbuh dan keserempakan ini adalah Tinggi Tanaman Jagung (cm);
tumbuh. Potensi tumbuh merupakan Jumlah daun (helai) dan Kandungan Lignin
persentase munculnya kecambah yang Tanaman (%) . Untuk mengetahui perbedaan
dihitung berdasarkan jumlah benih yang antar perlakuan pada jumlah daun, tinggi
tumbuh pada pengamatan hari ke 7 terhadap tanaman dan kandungan lignin setiap varietas
benih yang diuji. Data persentase potensi dilakukan pengujian menggunakan Kontras
tumbuh pada varietas Bonanza yaitu 94,33%, Orthogonal, dengan koefisien pembanding.
varietas Manise 88,67% dan varietas Pertiwi Lahan yang ditanam diukur dengan
46,67% (Syafrudin, 2015). Potensi ukuran 15,5 m × 14 m. Kemudian dibuat
pertumbuhan akan berpengaruh terhadap petak sebanyak 20 buah dengan ukuran 3 m ×
perbedaan tinggi tanaman dan jumlah daun 2 m dengan jarak antar petak 50 cm. Setiap
setiap varietas tanaman jagung manis, petak akan dibuat lubang sebanyak 32 lubang
semakin besar potensi tumbuh tanaman maka dengan jarak antar baris tanaman 70 cm dan
semakin besar potensi tanaman untuk dapat jarak dalam baris tanaman 25 cm. Benih
tumbuh dan berkembang dengan baik. ditanam sebanyak dua biji setiap lubang,
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk setelah satu minggu menjadi satu tanaman
mengetahui pengaruh berbagai varietas setiap lubang. Penyulaman yaitu penanaman
Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt ) kembali pada lubang yang tanamannya tidak
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan tumbuh dan mati. Penyulaman tanaman
kandungan lignin tanaman jagung. Kedua dilakukan pada 1 MST. Pemupukan
adalah mengetahui varietas Jagung Manis dilakukan sebanyak 2 kali. Pemupukan
(Zea mays saccharata Sturt) yang pertama dilakukan pada saat penanaman
memberikan hasil tertinggi terhadap tinggi benih menggunakan pupuk kandang.
tanaman dan jumlah daun, serta ketiga adalah Pemupukan yang kedua dilakukan pada saat
untuk mengetahui varietas Jagung Manis umur tanaman 1 bulan setelah ditanam,
(Zea mays saccharata Sturt) yang pupuk yang digunakan yaitu pupuk NPK 15 :
memberikan hasil terendah terhadap 15 :15 sebanyak 5,25 gram perlubang tanam.
kandungan lignin Tanaman Jagung. Penyiraman dilakukan tergantung pada cuaca
dan kondisi tanah, bila tanah kering dan tidak
METODE PENELITIAN hujan maka dilakukan penyiraman.
Penyiangan dilakukan seminggu sekali
Objek dan Metode dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di
sekitar tanaman. Pengukuran tinggi tanaman
Penelitian dilakukan di Lahan jagung manis dilakukan pada saat tanaman
Percobaan Universitas Padjadjaran, jagung saat berbunga atau telah memasuki
Laboratorium Tanaman Makanan Ternak dan awal fase generatif yaitu pada umur 49 HST
Laboratorium Nutrisi Ternak dan Bahan (Hari Setelah Tanam). Pengukuran dilakukan
Kimia Pakan Ternak Fakultas Peternakan dengan cara mengukur tanaman jagung dari
Universitas Padjadjaran pada Bulan Maret pangkal batang bawah pada tanah hingga
sampai Juni 2018. Penelitian dilakukan ujung pucuk tanaman tertinggi. Perhitungan
dengan metode eksperimental, menggunakan jumlah daun tanaman jagung manis
rancangan lingkungan yaitu Rancangan dilakukan pada saat tanaman jagung
Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan berbunga atau telah memasuki awal fase
yaitu dengan lima varietas berbeda yaitu : generatif yaitu pada umur 49 HST.
P1= Varietas Talenta; P2= Varietas Manise; Perhitungan dilakukan dengan cara
P3= Varietas Asia 86; P4= Varietas Bonanza; menghitung jumlah daun pada setiap buku
P5= Varietas Paragon. tanaman jagung. Pemanenan dilakukan pada

Volume 2 No.2 | 63
Oktaviani, W., dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2020

saat tanaman berumur 85 HST. Tanaman kecuali Varietas Manise hanya berbeda nyata
kemudian dipisahkan perbagian tanaman dengan Varietas Talenta sedangkan dengan
seperti daun, batang, malai, akar, dan tajuk. Varietas Asia 86, Bonanza dan Paragon tidak
Batang dan daun kemudian dicacah berbeda nyata. Perbedaan tinggi tanaman
menggunakan pisau dan gunting dengan pada berbagai varietas tanaman jagung manis
ukuran ± 2 cm . Sampel dimasukan ke dalam terjadi karena setiap varietas memiliki
map dan dikeringkan menggunakan oven genetik dan kemampuan daya adaptasi
dengan suhu 60-700C selama 2 hari. Tanaman terhadap lingkungan yang berbeda. Hal ini
jagung yang telah kering kemudian sesuai dengan pernyataan bahwa setiap
dihaluskan atau dijadikan tepung, kemudian varietas memiliki perbedaan genetik yang
dilakukan analisis kandungan lignin tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhan, dan hasil
jagung melalui analisis fraksi serat metode serta kemampuan adaptasi suatu varietas
Van Soest (Van Soest, 1967) yang dilakukan berbeda-beda. Varietas terdiri dari beberapa
di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak genotipe yang berbeda dimana masing-
Ruminansia.Penentuan kandungan lignin masing genotipe mempunyai kemampuan
merupakan lanjutan dari perhitungan menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
kandungan ADF (Acid Detergent Fiber). berbeda pula. Varietas unggul dapat
tercermin pada sifat pembawaannya yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dapat menghasilkan buah yang berproduksi
tinggi, respons terhadap pemupukan dan
Tinggi Tanaman Jagung Manis resisten terhadap hama dan penyakit. Jenis
varietas yang sesuai dengan keadaan
Hasil sidik ragam ANOVA untuk tinggi lingkungan diharapkan tumbuh dengan baik
tanaman berbagai varietas jagung manis dan memberikan hasil yang tinggi (Prajnanta,
menunjukan bahwa perlakuan berbagai 2004; Tanuwiria dkk., 2007). Untuk
varietas memberikan pengaruh nyata mencapai produksi yang tinggi ditentukan
terhadap tinggi tanaman jagung, dengan hasil oleh potensi varietas unggul. Potensi varietas
yang berbeda nyata tersebut kemudian unggul di lapangan masih dipengaruhi oleh
perhitungan dilanjutkan dengan kontras interaksi antara faktor genetik (varietas)
orthogonal untuk mengetahui pengaruh setiap dengan pengelolaan kondisi lingkungan. Bila
varietas terhadap varietas lainnya. pengelolaan lingkungan tumbuh tidak
Signifikasi hasil analisis kontras orthogonal dilakukan dengan baik, potensi produksi yang
dapat dilihat dalam Tabel 1. tinggi dari varietas unggul tersebut tidak

Tabel 1. Signifikasi Hasil Analisis Kontras Orthogonal Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi
Tanaman Berbagai Varietas Tanaman Jagung Manis

Kontras Nilai Rataan (%) Signifikasi (0,05)


K1 P1 vs P2; P3; P4; P5 116,78 vs 88,71; 100; 66,43; 94,08 s
K2 P2 vs P3; P4; P5 88,71 vs 100; 66,43; 94,08 ns
K3 P3 vs P4; P5 100 vs 66,43; 94,08 s
K4 P4 vs P5 66,43 vs 94,08 s
Keterangan : P1 = Varietas Talenta, P2 = Varietas Manise, P3 = Varietas Asia 86, P4 =
Varietas Bonanza P5 = Varietas Paragon
Berdasarkan hasil kontras orthogonal dapat tercapai (Adisarwanto, 2006).
menunjukan bahwa tinggi tanaman antar Hasil uji sidik ragam menunjukkan
varietas jagung manis yang ditanaman pada bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap
penelitian berbeda nyata atau signifikan tinggi tanaman (umur 49 HST). Perbedaan

Volume 2 No.2 | 64
Oktaviani, W., dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2020

respon yang ditunjukkan pada tinggi tanaman Sedangkan antar varietas Manise, Asia 86,
jagung manis akibat perbedaan varietas, Bonanza dan Paragon tidak berbeda nyata.
diduga disebabkan karena adanya perbedaan Verietas Bonanza mampu beradaptasi
sifat genetik dari kelima varietas yang diteliti dengan lingkungan jika dibandingkan
Perbedaan sifat genetik ini menyebabkan varietas Jago F1 dan Manise . Selain itu
terjadinya perbedaan tanggap kelima varietas adaptasi yang baik terhadap lingkungan akan
tersebut terhadap berbagai kondisi berdampak pada produksi atau hasil tanaman
lingkungan, sehingga aktivitas pertumbuhan itu sendiri (Mahdiannoor dan Istiqomah,
yang ditunjukkan berbeda. Hal ini sesuai 2015). Varietas Manise memiliki Jumlah
dengan pernyataan Bahri (2017) bahwa daun yang lebih banyak yaitu 12 helai
penampilan tanaman dikendalikan oleh sifat dibandingkan Varietas Bonanza yang hanya
genetik di bawah pengaruh faktor-faktor memiliki nilai rata- rata jumlah daun yaitu 10
lingkungan, kendali genetik pada penampilan helai (Surtinah, 2016). Sedangkan
tanaman diekspresikan melalui proses berdasarkan hasil penelitian ini Varietas
biokimia dan fisiologis. Perbedaan susunan Bonanza dan Manise memiliki jumlah daun
genetik merupakan salah satu faktor yang sama. Adanya perbedaan hasil
penyebab keragaman penampilan tanaman. penelitian dengan pernyataan Mahdiannoor
Keragaman penampilan tanaman akibat dan Istiqomah (2015) dapat disebabkan
perbedaan susuanan genetik selalu mungkin karena perbedaan kondisi lingkungan
terjadi sekalipun bahan tanaman yang penanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan
digunakan berasal dari jenis tanaman yang bahwa varietas berperan penting dalam
sama. Adaptasi merupakan proses individu, produksi tanaman, karena untuk mencapai
populasi atau spesies dalam beberapa hal hasil yang tinggi sangat ditentukan oleh
berubah fungsi atau bentuk jika lebih baik potensi genetiknya. Potensi hasil di lapangan
pada lingkungan baru yang diterimanya maka dipengaruhi oleh interaksi antara faktor
akan baik pertumbuhan dan perkembangan genetik dengan pengelolaan kondisi
tanamannya sehingga akan berpengaruh pada lingkungan. Bila pengelolaan lingkungan
fase generatif (produksi). tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi
hasil yang tinggi dari varietas unggul tersebut
Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis tidak dapat tercapai (Adisarwanto 2006).
Perbedaan dan persamaan pada masing-
Hasil sidik ragam ANOVA dari jumlah masing sifat kualitatif tersebut ditentukan
daun berbagai varietas jagung manis oleh masing-masing gen dengan faktor
menunjukan bahwa perlakuan berbagai lingkungan yang sangat berpengaruh.
varietas memberikan pengaruh nyata Berdasarkan fenomena yang ada, dapat
terhadap jumlah daun tanaman jagung, disimpulkan bahwa timbulnya karakter yang
dengan hasil yang berbeda nyata tersebut sama antar varietas kemungkinan disebabkan
kemudian perhitungan dilanjutkan dengan oleh adanya gen penyusun fenotip yang sama
kontras orthogonal untuk mengetahui dan dipengaruhi oleh lingkungan sehingga
pengaruh setiap varietas terhadap varietas memunculkan fenotip yang relatif sama.
lainnya. Signifikasi hasil analisis kontras Begitu pula dengan timbulnya perbedaan
orthogonal dapat dilihat dalam Tabel 2. karakter antar varietas kemungkinan
Signifikasi hasil analisis kontras disebabkan oleh adanya pengaruh gen yang
orthogonal dapat dilihat dalam Tabel 2. Hasil berbeda (Mustofa, dkk., 2013).
kontras orthogonal menunjukan bahwa Menurut Subandi (1990) keberhasilan
jumlah daun antar varietas jagung manis yang peningkatan produksi sangat tergantung
ditanam pada penelitian yang berbeda nyata kepada kemampuan penyediaan dan
hanya Varietas Talenta dengan Varietas penerapan inovasi teknologi yaitu meliputi
Manise, Asia 86, Bonanza dan Paragon. varietas unggul baru berdaya hasil dan
berkualitas tinggi, penyediaan benih bermutu

Volume 2 No.2 | 65
Oktaviani, W., dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2020

Tabel 2. Signifikasi Hasil Analisis Kontras Orthogonal Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah
Daun Berbagai Varietas Tanaman Jagung Manis

Kontras Nilai Rataan (%) Signifikasi (0,05)


K1 P1 vs P2; P3; P4; P5 12 vs 10; 9; 10; 10 s
K2 P2 vs P3; P4; P5 10 vs 9; 10; 10 ns
K3 P3 vs P4; P5 9 vs 10; 10 ns
K4 P4 vs P5 10 vs 10 ns
serta teknologi budidaya yang tepat. Noorhadi fase pematangan jumlah daun terlihat sangat
dan Sudadi (2003) menyatakan bahwa selain berbeda nyata.
faktor genetik, faktor lingkungan terutama
kelembaban dan suhu di sekitar tanaman Kandungan Lignin Tanaman Jagung
sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil Manis
tanaman. Curah hujan merupakan suatu unsur
iklim yang dapat berpengaruh terhadap Hasil sidik ragam ANOVA kandungan
proses pertumbuhan tanaman hal ini lignin berbagai varietas jagung manis
dikarenakan curah hujan dapat mempengaruhi menunjukan bahwa perlakuan berbagai
suhu dan kelembaban lingkungan penanaman. varietas memberikan pengaruh nyata
Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh terhadap kandungan lignin tanaman jagung,
dari Stasiun Hujan No 200 C di Kecamatan dengan hasil yang berbeda nyata tersebut
Jatinangor, curah hujan rata-rata pada empat kemudian perhitungan dilanjutkan dengan
bulan penanaman yaitu 128,075 mm/bulan. kontras orthogonal untuk mengetahui
Curah hujan tersebut sudah cukup baik untuk pengaruh setiap varietas terhadap varietas
menunjang pertumbuhan tanaman jagung lainnya. Signifikasi hasil analisis kontras
sesuai dengan pernyataan dari Badan orthogonal dapat dilihat dalam Tabel 3.
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Berdasarkan hasil penelitian dan
(2008) tanaman jagung membutuhkan air analisis data yang telah dilakukan dapat
dengan curah hujan sekitar 100-140 disimpulkan bahwa setiap varietas tanaman
mm/bulan. jagung manis memiliki persentase kandungan
Secara umum jagung mempunyai pola lignin yang berbeda. Hasil kontras orthogonal
pertumbuhan yang sama, namun interval menunjukan bahwa kandungan lignin antar
waktu antar tahap pertumbuhan dan jumlah varietas jagung manis yang ditanaman pada
daun yang berkembang dapat berbeda penelitian berbeda nyata atau signifikan
(Subekti dkk, 2007). Berdasarkan deskripsi kecuali, Varietas Manise hanya berbeda nyata
umur panen optimal setiap varietas tanaman dengan Varietas Talenta. Varietas Asia 86
jagung manis berbeda hal ini menunjukan hanya berbeda nyata dengan Varietas Manise
interval antar fase pertumbuhan tanaman dan Talenta sedangkan dengan Varietas
jagung manis setiap varietas juga berbeda Bonanza dan Paragon tidak berbeda nyata.
dengan demikian waktu perhitungan jumlah Perbedaan kandungan lignin pada berbagai
daun serempak yaitu pada umur tanaman 49 varietas tanaman jagung manis terjadi karena
HST setiap varietas yang dihitung jumlah setiap varietas memiliki genetik dan
daunnya berada pada fase pertumbuhan yang kemampuan daya produksi yang berdeda. Hal
berbeda yang menyebabkan adanya ini sesuai dengan pernyataan bahwa setiap
perbedaan jumlah daun. Menurut penelitian varietas tanaman yang berbeda menunjukkan
yang dilakukan Panalosa, dkk., (2015) pertumbuhan dan hasil yang berbeda
bahwa fase pengembangan pertumbuhan walaupun ditanam pada kondisi lingkungan
rata-rata jumlah daun yang terjadi antara yang sama (Harjadi 1991). Kemampuan
perlakuan sedikit berbeda antara varietas dan pertumbuhan yang berbeda setiap varietas

Volume 2 No.2 | 66
Oktaviani, W., dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2020

akan berpengaruh terhadap kandungan lignin Mutaqin dkk., 2019). Organ tanaman yang
tanaman tersebut. Selulosa dan lignin sebagai mengandung konsentrasi tinggi dari jaringan-
penyusun dinding sel akan meningkat jaringan ini, seperti batang, kurang dapat
jumlahnya seiring peningkatan jumlah dicerna dibandingkan dengan yang
floemnya, selulosa dan lignin merupakan mengandung konsentrasi lebih rendah.

Tabel 3. Signifikasi Hasil Analisis Kontras Orthogonal Pengaruh Perlakuan terhadap


Kandungan Lignin Berbagai Varietas Tanaman Jagung Manis

Kontras Nilai Rataan (%) Signifikasi (0,05)


K1 P1 vs P2; P3; P4; P5 12,55 vs 11,36; 11,08; 10,04; 11,61 s
K2 P2 vs P3; P4; P5 11,36 vs 11,08; 10,04; 11,61 ns
K3 P3 vs P4; P5 11,08 vs 10,04; 11,61 ns
K4 P4 vs P5 10,04 vs 11,61 s

penentu serat (Tanuwiria, 2004, 2007a,b; Proporsi relatif dari jaringan dan organ yang
Mudyantini, 2008). lignifikasi biasanya meningkat ketika
Berdasarkan hasil penelitian yang tanaman matang sehingga seringkali ada
didapatkan, kandungan lignin pada berbagai hubungan negatif antara kecernaan dan
varietas tanaman jagung manis memiliki kematangan. Semua proses instalasi ini
kandungan lignin yang berbeda hal ini merespons faktor lingkungan yang dapat
diduga karena setiap varietas memiliki memengaruhi tingkat dan dampak lignifikasi.
genetik yang berbeda dan kemampuan Suhu, kelembaban tanah, cahaya, dan
pertumbuhan dan perkembangan yang tidak kesuburan tanah dapat memiliki efek pada
sama sehingga memiliki umur panen optimal lignifikasi.
yang juga berbeda. Umur panen dapat Menurut Cahya (2018) panen
mempengaruhi kandungan lignin pada setiap merupakan bagian akhir dari proses budidaya
varietas jagung manis, semakin bertambah tanaman jagung, umur panen adalah salah
umur tanaman jumlah floem pada tanaman satu faktor yang menentukan kualitas jagung
akan bertambah. Hal ini sesuai dengan manis. Berdasarkan deskripsi setiap varietas
pernyataan Moore dan Jung (2001) dan tanaman jagung manis dalam keputusan
Adawiah dkk. (2007) bahwa lignin disimpan Mentri Pertanian Nomor 3634/Kpts/SR.120/
di dinding sel tanaman sebagai bagian dari 10/2009 varietas talenta memiliki umur
proses pematangan sel. Ada sejumlah faktor panen 70-76 HST (hari setelah tanam),
terkait tanaman yang mempengaruhi varietas paragon memiliki umur panen 70 -75
lignifikasi pada tanaman individu dan HST, varietas asia memiliki umur panen 65-
komunitas tanaman. Lignifikasi berada di 67 HST, varietas manise memiliki umur
bawah kendali genetik dan ada perbedaan panen 60 HST, dan varietas bonanza
besar dalam konsentrasi dan komposisi lignin memiliki umur panen optimal yang paling
diantara spesies dan bahkan tipe gen dalam lama yaitu 82-84 HST. Hasil penelitian
spesies. Perbedaan genetik dalam lignifikasi varietas bonanza memiliki persentase
pertama kali diekspresikan pada tingkat sel kandungan lignin terendah dibandingkan
dan dipengaruhi oleh aktivitas biokimia dan varietas yang lain karena umur panen saat
fisiologis sel (Mushawwir, 2015). Saat sel penelitian mendekati umur panen
berdiferensiasi, perbedaan lignifikasi terjadi berdasarkan deskripsi varietas bonanza.
tergantung pada jaringan dan organ yang Umur tanaman sangat berpengaruh terhadap
dikembangkan. Lignifikasi cenderung paling berat segar dan berat kering tanaman yang
kuat pada jaringan struktural seperti xilem merupakan produksi hijauan dari tanaman
dan sklerenkhyma (Pangestu dkk., 2003; jagung. Menurut Indriani, dkk. (2018), umur

Volume 2 No.2 | 67
Oktaviani, W., dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2020

tanaman lebih muda (mendekati umur panen KESIMPULAN


yang seharusnya yang berdasarkan deskripsi
pada varietas) akan menurunkan kandungan Berbagai varietas jagung manis (Zea
serat kasar dan biomassa tanaman dan mays saccharata Sturt) memberikan
meningkatkan kadar protein kasar hijauan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah
tanaman (batang dan daun), daun, dan kandungan lignin tanaman jagung.
Perbedaan hasil penelitian dengan data Perlakuan berbagai varietas jagung manis
pada deskripsi terjadi karena pada penelitian (Zea mays saccharata Sturt) menghasilkan
proses pemanenan semua varietas dilakukan tinggi tanaman tertinggi dan jumlah daun
dengan waktu serempak yaitu 85 HST. Hal terbanyak pada varietas talenta dengan rataan
ini sesuai dengan pernyataan Bogdan (1997) tinggi tanaman jagung manis varietas talenta
Dan Susilawati et al. (2019) serat kasar yaitu 116,78 cm dan rataan jumlah daun
merupakan dinding sel tanaman terdiri dari varietas talenta yaitu 11,75 helai. Perlakuan
selulosa dan hemiselulosa yang dilapisi lignin berbagai varietas jagung manis (Zea mays
dan silika. Semakin keras dan kuat dinding saccharata Sturt) menghasilkan kandungan
sel tanaman sebagai penopang tanaman maka lignin yang terendah didapatkan pada varietas
kandungan serat termasuk lignin akan bonanza yaitu dengan persentase kandungan
semakin tinggi begitupun sebaliknya. lignin 10,04 %.
Semakin tua umur semakin tinggi kadar serat
kasar yang ditunjukkan oleh dinding sel DAFTAR PUSTAKA
tanaman yang semakin keras dan kuat sebagai
penopang tanaman. Crowder dan Chedda Adawiah, A., T. Sutardi, T. Toharmat, dan W.
(1982) mengatakan kadar protein suatu Manalu, N. Ramli, U.H. Tanuwiria.
tanaman menurun sesuai dengan 2007. Respons terhadap suplementasi
meningkatnya umur tanaman, sedangkan sabun mineral dan mineral organik
kadar serat sebaliknya menjadi meningkat. serta kacang kedelai sangrai pada
Berdasarkan deskripsi umur panen indikator fermentabilitas ransum dalam
optimal setiap varietas tanaman jagung manis rumen domba. Media Peternakan
berbeda hal ini menunjukan interval antar 30:162-169.
fase pertumbuhan tanaman jagung manis Adisarwanto, T. 2006. Budidaya Kedelai
setiap varietas juga berbeda dengan demikian dengan Pemupukan yang Efektif dan
dengan waktu pemanenan serempak yaitu Pengoptimalan Peran Bintil Akar.
pada umur tanaman 85 HST setiap varietas Penebar Swadaya, Jakarta.
yang dipanen berada pada fase pertumbuhan Akmalia, H.A. dan E. Suharyanto. 2017.
yang berbeda yang menyebabkan perbedaan Respon fisiologis dan produktivitas
persentase kandungan ligninnya. Umur panen Jagung (Zea mays L.) ‘Sweet Boy-02’
merupakan aspek yang erat hubungannya pada perbedaan intensitas cahaya dan
dengan fase pertumbuhan tanaman yang penyiraman. J. Tekno Sains. 6:59-138.
mencerminkan tingkat kematangan fisiologis Badan Penelitian dan Pengembangan
tanaman dan memiliki relevansi yang kuat Pertanian. 2008. Teknologi Budidaya
dengan produksi dan kandungan yang ada Jagung. Balai Besar Pengkajian dan
dalam tanaman. Menurut Savitri, dkk., (2012) Pengembangan Teknologi Pertanian.
peningkatan produksi serat disebabkan Bogor.
karena terjadinya proses lignifikasi yang Bahri, S. 2017. Respon pertumbuhan dan
semakin tinggi seiring bertambahnya umur hasil tiga varietas kedelai (Glycine max,
sehingga komponen serat akan meningkat. L.) terhadap cekaman kekeringan. J.
Penelitian. 4:1-14.
Bogdan AV, 1977. Nutritive Value. Tropical
Pasture and Fodder Plans. Longman
Inc., London and New York.14-18.

Volume 2 No.2 | 68
Oktaviani, W., dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2020

Cahya, J.E. dan N. Herlina. 2018. Uji potensi Mushawwir, A. 2015. Biokimi Nutrisi.
enam varietas jagung manis (Zea mays Widya Padjadjaran, Bandung.
saccharata Sturt) di dataran rendah Mustofa, I. M. Budiarsa, dan G.B.N. Samdas.
Kabupaten Pamekasan. J. Produksi 2013. Variasi genetik jagung (Zea mays
Tanaman. 6:92-100. L.) berdasarkan karakter fenotipik
Crowder L and H.R. Chedda, 1982. Tropical tongkol jagung yang dibudidaya di
Grassland Husbandry. 1st edition. Desa Jono Oge. E-Jipbiol. 1:33-41
Longman, New York, London. 308- Mutaqin, B.K., D. S. Tasripin, L. Adriani,
370. and U. H. Tanuwiria. 2019. effect of
Harjadi, M. M. S. S, 1991. Pengantar the addition of ca-pufa complexes to
Angronomi. Gramedia Pustaka Utama. complete rations on fermentability and
Jakarta. digestibility. Pakistan J. of Nutrition.
Indriani N.P., Y. Yuwariah, A. Rochana and 18:519-523.
H. Djuned. 2015. Effect of Noorhadi dan Sudadi. 2003. Kajian
intercropping between corn (Zea mays) pemberian air dan mulsa tergadap ikim
and peanut (Arachis hypogaea) with makro pada tanaman cabai di tanah
Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) entisol. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan.
on the yield and forarges mineral 4:41-49.
content. Pakistan J. of Nutrition. 14: Panalosa. D., Oktafri dan M.Z. Kadir. 2015.
362-365. Respon pertumbuhan dan produksi dua
Indriani, N. P, Yuwariah, Y, Nuraini, A, dan varietas tanaman kedelai (Glycine max
Ruswandi, D. 2018. Nutrient content of L. Merrill) terhadap penipisan air tanah
various Padjadjaran Hybrid maize as tersedia. J. Teknik Pertanian Lampung.
feed forage at Arjasari Village 4:99-108.
Bandung. Asian J. of Crop Science. Pangestu, E., T. Toharmat, dan U.H.
10:121-126. Tanuwiria. 2003. Nilai nutrisi ransum
Kuruseng, H. dan M.A.Kuruseng. 2008. berbasis limbah industri pertanian pada
Pertumbuhan dan produksi berbagai sapi perah laktasi. J. Indon. Trop.
varietas tanaman jagung pada dua dosis Anim. Agric. 28:166-171.
pupuk urea. J. Agrisistem 4:26-36. Prajnanta, F. 2004. Pemeliharaan Tanaman
Mahdiannoor dan N. Istiqomah. 2015. Budidaya Secara Intensif dan Kiat
Pertumbuhan hasil dua varietas jagung Sukses Beragribisnis. Penebar
hibrida sebagai tanaman sela di bawah Swadaya. Bogor. 163 hlm.
tegakan karet. Ziraa’ah. 40:46-53. Purwono dan P. Hanny. 2011. Budidaya 8
Mansyur, N. P. Indriani dan I.Susilawati. Jenis Tanaman Pangan Unggul.
2005. Peranan leguminosa tanaman Penebar Swadaya. Jakarta.
penutup pada sistem pertanian jagung Rochana, A., N.P. Indriani, B. Ayuningsih, I.
untuk penyediaan hijauan pakan. Hernaman, T. Dhalika, D. Rahmat and
Seminar Nasional Teknologi S. Suryanah. 2016. Feed forage and
Peternakan dan Veteriner. Bogor. 879- nutrition value at altitudes during the
885 dry season in West Java. Animal
Moore. K. J and H. J. G. Jung. 2001. Lignin Production. 18:85-93.
and fiber digestion. J. of Range Santosa, U., U.H. Tanuwiria, A. Yulianti, dan
Management. 54: 420-430. U. Suryadi. 2012. Pemanfaatan
Mudyantini, W. 2008. Pertumbuhan, kromium organik limbah penyamakan
kandungan selulosa, dan lignin pada kulit untuk mengurangi stres
rami (Boehmeria nivea L. Gaudich) transportasi. J. Ilmu Ternak dan
dengan pemberian asam giberellat Veteriner. 17:132-141
(GA3). Biodiversitas. 9:269-274. Savitri, M.V., H.Sudarwati dan Hermanto.
2012. Pengaruh umur pemotongan

Volume 2 No.2 | 69
Oktaviani, W., dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2020

terhadap produktivitas gamal Kongres Asosiasi Ahli Nutrisi. AINI.


(Gliricidia sepium). J. Ilmu-Ilmu 1:23-27.
Peternakan. 23:25-35 Tanuwiria, U.H., A. Mushawwir, dan A.A.
Setyowati, N. dan N.W.Utami. 2013. Yulianti. 2007. Potensi pakan serat dan
Pengaruh jarak tanam terhadap daya dukungnya terhadap populasi
pertumbuhan dan produksi tiga aksesi ternak ruminansia di wilayah
jagung pulut lokal. J. Agrotropika 8:1- kabupaten Garut. J. Ilmu Ternak. 7:11-
7. 16.
Sirappa, M. P. 2003. Prospek pengembangan Van Soest, P. J. 1967. Development of a
sorghum di Indonesia sebagai comprehensive system of feed analysis
komoditas alternatif untuk pangan, and its aplication to forage. J. Anim.
pakan dan industri. J. Litbang Sci. 26:119-128.
Pertanian. 22:133-140.
Subandi, I. M. 1990. Penelitian dan
Teknologi Peningkatan Produksi
Jagung di Indonesia. Balitbangtan.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Subekti, N.A., Syarifuddin, R. Efendi, dan S.
Sunarti. 2007. Morfologi Tanaman dan
Fase Pertumbuhan Jagung dalam Buku
Jagung, Teknik Produksi dan
Pengembangan. Balai Penelitian
Tanaman Serealia. Maros.
Susilawati, I., N.P. Indriani, L. Khairani, and
U.H. Tanuwiria. 2019. Increase
nutritional content and in vitro
digestibility of forage legumes by
adding molybdenum with foliar spray
methods. Legume Research: An
International J. 42:35-41.
Syafrudin dan T. Miranda. 2015. Vigor benih
beberapa varietas jagung pada media
tanam tercemar hidrokarbon. J.
Floratek. 10:18-25.
Tanuwiria, U.H. 2004. Efek suplementasi Zn-
Cu proteinat dalam ransum terhadap
fermentabilitas dan kecernaan in vitro.
J. Ilmu Ternak. 4:7-12.
Tanuwiria, U.H. 2007a. Proteksi protein
tepung ikan oleh berbagai sumber
tannin dan pengaruhnya terhadap
fermentabilitas dan kecernaannya (in
vitro). J. Agroland. 14:56-60.
Tanuwiria, U.H., 2007b. Efek suplementasi
kompleks mineral-minyak dan mineral-
organik dalam ransum terhadap
kecernaan ransum, populasi mikroba
rumen dan performa produksi domba
jantan. Prosiding Seminar Nasional dan

Volume 2 No.2 | 70

Anda mungkin juga menyukai