Anda di halaman 1dari 7

1

Keragaman Tanaman Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L.) pada Lahan Bersama
S2

Diversity of Cowpea Plants (Vigna unguiculata L.) on S2 Shared Land

Muhammad Rifqi Adhani, Ni Putu Reka Sentana Dewi, Achmad Reza Syauqi Ilham, Putri
Anggika Yusholih, Mayang Akmal Laeli, Olivia Firosya Tsania Rahma, Agung Ardi
Nugroho, Nadia Putri Sabrina, Novinky Ramdhania Luthfiadi, Hendrawan Andhi Agam,
Kholidah Izzatul Fikriyah, Kurniasih Septiyawati, Savira Adinda Maharani, Joy Imabasa
Pratiwi Sitorus, Jill Emson Panjaitan, Rahmi Yunita, Vincentius Almanda, Evelina Puspa
Septiani, Tiara Wahyuni Rahmawati Hipi, dan Desyifa Nur Fauziyyah
nama saya tolong dimasukkan!
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jalan Veteran, Malang 65145 Jawa Timur

Disetujui 29 November 2023

ABSTRAK
Tanaman kacang tunggak merupakan tanaman yang mampu beradaptasi pada
berbagai kondisi lingkungan, baik di dataran tinggi, dataran rendah, di lahan yang miskin
hara atau di daerah dengan curah hujan rendah karena kacang tunggak toleran terhadap
kekeringan. Kandungan gizi yang tinggi dan rendah lemak pada kacang tunggak
menjadikan kacang tunggak sebagai salah satu kacang-kacangan lokal yang dioptimalkan
penggunaannya di Indonesia. Sayangnya produksi dari kacang tunggak di Indonesia
kualitas tanamannya menurun dan tingginya impor dalam negeri. Upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan produksi kacang tunggak yaitu menciptakan varietas baru dari kacang
tunggak yang unggul baik kualitas maupun kuantitas. Cara yang dilakukan untuk yaitu
dengan kegiatan pemuliaan tanaman berupa analisis keragaman. Keragaman ini, dapat
mengembangkan varietas kacang tunggak yang unggul seperti lebih tahan terhadap hama,
penyakit, dan perubahan iklim. Pengamatan dilakukan bertujuan untuk mengetahui
keragaman pada tanaman kacang tunggak. Pengamatan ini dilaksanakan pada bulan
November 2023 di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang
berlokasi di Kelurahan Jatimulyo, kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Pengamatan
dilakukan secara menyeluruh pada populasi tanaman kacang tunggak berdasarkan
berdasarkan “International Union for The Protection of New Varieties of Plants” (UPOV).
Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman, lebar daun, panjang daun, jumlah daun,
diameter batang, jumlah cabang, panjang tangkai, warna batang, warna daun, dan bentuk
daun. Data yang didapatkan akan diolah menggunakan metode kuantitatif berupa nilai
keragaman fenotipe, keragaman lingkungan, dan pendugaan heritabilitas tiap sifat
tanaman kacang tunggak. Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengaruh genetik
lebih dominan daripada lingkungan terhadap heritabilitas kacang tunggak. Heritabilitas
dengan kritesia sedang dapat membuat seleksi kurang menguntungkan karena keragaman
fenotipe lebih dipengaruhi oleh lingkungan daripada genetik.

Kata kunci : Keragaman, Heritabilitas, Kacang Tunggak

ABSTRACT
Cowpea is a plant that can adapt to various environmental conditions, both in the
highlands, lowlands, on nutrient-poor land or in areas with low rainfall because cowpea is
drought tolerant. The high nutritional content and low-fat content of cowpea make cowpea
one of the local legumes that are optimized for use in Indonesia. Unfortunately, the
production of cowpea in Indonesia has declined in quality and high domestic imports.
Efforts have been made to increase cowpea production by creating new varieties of cowpea
that are superior in both quality and quantity. The way to do this is by plant breeding
2

activities in the form of diversity analysis. This diversity can develop superior cowpea
varieties such as more resistant to pests, diseases, and climate change. Observations were
made to determine the diversity of cowpea plants. This observation was carried out in
November 2023 at the experimental land of the Faculty of Agriculture, Universitas
Brawijaya, located in Jatimulyo, Jatimulyo Village, Lowokwaru sub-district, Malang City.
Observations were made thoroughly on cowpea plant populations based on the
International Union for the Protection of New Varieties of Plants (UPOV). The observation
variables include plant height, leaf width, leaf length, number of leaves, stem diameter,
number of branches, stalk length, stem colour, leaf colour, and leaf shape. The data
obtained will be processed using quantitative methods in the form of phenotypic diversity
values, environmental diversity, and estimating the heritability of each trait of pea plants.
Observational data show that genetic influences are more dominant than environment on
the heritability of peanuts. Heritability with moderate criterion may make selection less
advantageous because phenotypic diversity is influenced more by environment than
genetics.

Keywords: Diversity, Heritability, Cowpea

PENDAHULUAN
Tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) merupakan jenis kacang lokal
yang termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,
kelas Dicotyledoneae, ordo Polypetalae, famili Leguminosae, sub famili Papilonaceae,
genus Vigna dan spesies Vigna unguiculata L. (Fitri, 2021). Tanaman kacang tunggak
mampu beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan, baik di dataran tinggi, dataran
rendah, di lahan yang miskin hara atau di daerah dengan curah hujan rendah karena
kacang tunggak toleran terhadap kekeringan. Kacang tunggak yang merupakan makanan
lokal dengan kemampuan untuk menggantikan yang memiliki protein tinggi dengan unsur
lemak yang rendah (Yana dan Kusnadi, 2015). Kandungan gizi yang tinggi pada kacang
tunggak menjadikan kacang tunggak sebagai salah satu kacang-kacangan lokal yang
dioptimalkan penggunaannya di Indonesia (Rahardjo et al., 2019). Kandungan gizi yang
terdapat pada kacang tunggak terdapat zat gizi makro yang tinggi dan kandungan zat gizi
mikro, seperti kalsium, zat besi, dan fosfor. Kacang tunggak merupakan sumber
karbohidrat dan protein yang penting di Indonesia. Produksi dari kacang tunggak di
Indonesia harus berhadapan dengan kualitas tanaman yang menurun. Pemerintah
mengimpor lebih banyak tanaman pangan setiap tahun sebagai akibat meningkatnya
permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh hasil produksi dalam negeri yang sesuai.
Produksi kacang tunggak pada tahun 2021 mencapai 1,5-2 ton/ha (BPS, 2022).
Berdasarkan data tersebut, maka upaya yang dilakukan untuk mendukung target
pemerintah dapat didukung dengan terus meningkatkan produksi kacang tunggak.
Menciptakan varietas baru dari kacang tunggak yang unggul baik kualitas maupun
kuantitas merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi. Salah satu cara untuk
mendapatkan varietas unggul baru yaitu dengan kegiatan pemuliaan tanaman.
Salah satu kegiatan pemuliaan tanaman yang digunakan untuk meningkatkan
hasil dan kualitas tanaman pangan yaitu dengan melakukan analisis keragaman.
3

Keragaman adalah perbedaan yang ditimbulkan dari suatu penampilan populasi tanaman.
Keragaman genetik merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pemuliaan tanaman (Sa’diyah et al., 2013). Melalui pemuliaan tanaman dapat
menciptakan kacang tunggak sebagai keragaman dan seleksi. Keragaman ini digunakan
sebagai modal untuk pembentukan varietas yang lebih baik. Keragaman yang tinggi akan
berpengaruh untuk mendapatkan genotipe yang lebih baik. Keragaman ini juga memiliki
implikasi penting dalam pengembangan varietas yang tangguh dan produktif. Melalui
pemahaman terhadap keragaman ini, dapat mengembangkan varietas kacang tunggak
yang unggul seperti lebih tahan terhadap hama, penyakit, dan perubahan iklim. Selain itu,
keragaman juga memberikan manfaat dalam aspek nutrisi, rasa, dan tekstur, yang
merupakan faktor-faktor penting dalam keberlanjutan sistem pertanian. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui keragaman pada tanaman kacang tunggak serta mengetahui
nilai heritabilitas nya.

METODE
Pengamatan ini dilaksanakan pada bulan November 2023 di lahan percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang berlokasi di Jatimulyo di Kelurahan
Jatimulyo, kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Kota Malang secara
geografis terletak pada 11234’9”-11241’34” Bujur Timur dan 754’2”-83’5” Lintang Selatan,
dan lahan ini terletak pada bagian barat daya Kota Malang dengan ketinggian tempat yaitu
460 mdpl dengan suhu rata-rata 22°C-24,8°C dan rata-rata kelembaban udara dilahan ini
yang berkisaran antara 66-83% (Handayani, 2015).
Alat yang digunakan saat melakukan selama pengamatan meliputi meteran,
jangka sorong, alat tulis, handphone. Bahan yang digunakan pada pengamatan ini meliputi
benih kacang tunggak varietas Tuban generasi 2, pupuk NPK, pestisida Neo power dan
Lannate merah serta air. Pengamatan keragaman dilakukan mulai 29 Oktober-19
November sebanyak satu kali dalam seminggu. Pengamatan dilakukan secara menyeluruh
pada populasi tanaman kacang tunggak. Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman,
lebar daun, panjang daun, jumlah daun, diameter batang, jumlah cabang, panjang tangkai,
warna batang, warna daun, dan bentuk daun. Data yang didapatkan akan diolah
menggunakan metode kuantitatif dimulai dengan mengumpulkan data kemudian membuat
klasifikasi data dan diakhiri dengan menarik kesimpulan dari pengamatan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis keragaman menunjukkan adanya keragaman yang tinggi pada
keseluruhan variabel tanaman (Tabel 3). Semakin tinggi tingkat keragaman genetik yang
dimiliki, semakin besar peluang keberhasilan untuk mencapai tujuan dalam program
pemuliaan tanaman. Namun keragaman yang terlihat perlu ditelaah lebih lanjut untuk
4

mengetahui nilai keragaman yang ditimbulkan oleh faktor genetik atau lingkungan (Nur et
al., 2013).
Tabel 1. Rangkuman Hasil Pengamatan Keragaman Fenotipe pada Tanaman Kacang
Tunggak pada Lahan Bersama S2
Standar Koefisien
No. Variabel Rata-rata Varians
Deviasi Varian
1 Tinggi tanaman 34,84 80,59 8,97 0,25
2 Lebar daun 7,99 0,73 0,85 0,10
3 Panjang daun 11,05 1,29 1,13 0,10
4 Diameter batang 2,56 0,20 0,45 0,17
5 Jumlah cabang 7,41 3,64 1,90 0,25
6 Jumlah daun 18,54 16,04 4,00 0,21
7 Panjang tangkai 7,51 3,24 1,80 0,23

Tabel 2. Rangkuman Hasil Pengamatan Keragaman Lingkungan pada Tanaman Kacang


Tunggak pada Lahan Bersama S2
Standar Koefisien
No. Variabel Rata-rata Varians
Deviasi Varian
1 Tinggi tanaman - - - -
2 Lebar daun 5 4,06 2,01 0,40
3 Panjang daun 8,11 10,59 3,25 0,40
4 Diameter batang - - - -
5 Jumlah cabang - - - -
6 Jumlah daun 8,13 10,75 3,27 0,40
7 Panjang tangkai - - - -

Tabel 3. Rangkuman Hasil Pendugaan Heritabilitas Tiap Sifat pada Tanaman Kacang
Tunggak pada Lahan Bersama S2
Variabel (σ2g) % (σ2p) % (H2bs) Kriteria
Tinggi tanaman 80,59 80,59 0,46 Sedang
Lebar daun 0,732 1,051 0,32 Sedang
Panjang daun 1,31 1,58 0,38 Sedang
MASIH SALAH
Diameter batang 0,2 0,2 0,46 Sedang
Jumlah cabang 3,64 3,64 0,46 Sedang
Jumlah daun 16,05 16,88 0,44 Sedang
Panjang tangkai 3,24 3,24 0,46 Sedang
Bentuk daun 3,61 3,61 0,46 Sedang
Keterangan: Kriteria Heritabilitas: Tinggi = hbs 2 > 0,5 Sedang = nilai hbs 2 0,2 < hbs 2,
Rendah = nilai hbs 2 < 0,2 (Mangoendidjojo, 2003 dalam Wulandari et al., 2016).
Heritabilitas memberikan indikasi sejauh mana suatu sifat dipengaruhi oleh faktor
genetik dibandingkan dengan faktor lingkungan (non-genetik). Ketiga tabel tersebut
melampirkan data perhitungan keragaman yang terjadi pada kacang tunggak di lahan
bersama S2. Merujuk pada Tabel 3, dapat diamati bahwa nilai duga heritabilitas dalam arti
luas (Hbs) seluruh variabel berada pada kisaran 0,32-0,46. Menurut kriteria
Mangoendidjojo (2003) dalam Wulandari et al. (2016), Hbs sedang bernilai kurang dari 0,5,
maka nilai heritabilitas keseluruhan variabel tergolong sedang. Karakter yang termasuk

JANGAN
DISINGKAT. TULIS:
HERITABILITAS!
5

dalam kategori heritabilitas sedang hingga tinggi menunjukkan bahwa lingkungan memiliki
peran yang relatif kecil dalam penampilan karakter tersebut. Pernyataan ini juga sejalan
dengan pernyataan Syukur et al. (2009) dalam Wulandari et al. (2016), bahwa karakter
dengan nilai duga heritabilitas tinggi menunjukkan pengaruh faktor genetik yang lebih
dominan daripada faktor lingkungan.
Seluruh karakter yang tergolong pada kategori heritabilitas sedang hingga tinggi,
berarti lingkungan tidak begitu berperan besar dalam penampilan suatu karakter
(Istianingrum et al., 2016). Hal ini menunjukkan bahwa situasi ini akan kurang
menguntungkan untuk melakukan proses seleksi. Efektivitas seleksi akan tercapai ketika BENER???
populasi memiliki tingkat heritabilitas yang tinggi. Apabila nilai duga heritabilitas tinggi,
seleksi dapat dilakukan pada tahap awal generasi karena sifat dari suatu genotipee dapat
dengan mudah diwariskan kepada keturunannya. Menurut Soenarsih (2005) dalam
Herlinda et al. (2018), harapan yang positif dalam mengembangkan genotipe tanaman
yang toleran terhadap suatu sifat khusus melalui program pemuliaan backcross dapat
diperoleh dengan tingginya tingkat heritabilitas. Proses backcross yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam program pemuliaan dapat meningkatkan varian aditif. Selain itu, sifat
yang memiliki heritabilitas tinggi lebih mudah dipindahkan melalui metode pemuliaan
backcross (Allard, 1960 dalam Kristamtini et al., 2016).
Menurut Sa’diyah et al. (2013), keterbatasan keragaman genotipee yang
sempit disebabkan oleh faktor genetik yang berasal dari kedua tetuanya, sementara
keragaman fenotipee yang luas, diperkirakan dipengaruhi faktor lingkungan yang memiliki
peran lebih besar dibandingkan faktor genetiknya. Merujuk pada nilai heritabilitas
keseluruhan karakter kacang tunggak yang diamati pada lahan S2, berarti kacang tunggak
pada lahan tersebut akan kurang menguntungkan apabila dipakai untuk proses seleksi.

KESIMPULAN
Pengamatan yang telah dilakukan pada keragaman tanaman kacang tunggak
(Vigna unguiculata L.) pada lahan bersama S2, menunjukkan hasil keragaman dan nilai
heriabilitas kacang tunggak. Heritabilitas kacang tunggak di lahan S2 menunjukkan nilai
sedang yaitu sebesar 0,32-0,46, menandakan pengaruh genetik lebih dominan daripada
lingkungan. Karakter dengan heritabilitas tinggi cenderung mudah diwariskan, mendukung
efektivitas seleksi pada tahap awal generasi. Pemuliaan backcross diharapkan dapat
meningkatkan varian aditif dan mentransfer sifat yang diinginkan, meskipun kacang
tunggak di S2 memiliki heritabilitas sedang, hal ini dapat membuat seleksi kurang
menguntungkan. Keragaman fenotipee lebih dipengaruhi oleh lingkungan daripada
genetik, menyoroti keterbatasan dalam seleksi genotipee pada lahan S2.
6

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2022. Iklim. [Online]
https://malangkota.bps.go.id/subject/151/iklim.html#subjekViewTab3. Diakses
pada 21 November 2023.
Fitri. 2021. Populasi Arthropoda Predator dan Serangga Herbivora pada Tanaman Kacang-
Kacangan di Pematang Sawah. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Handayani, R. 2015. Sistem Wilayah, Lingkungan, dan Hukum Pertanahan (Proyeks
Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur dalam Pengembangan Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang). Kajian Studi Kasus: Proyeksi Kebutuhan
Pembangunan 27 Infrastruktur di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.
Surabaya: Program Pasca Sarjana Manajemen Aset Infrastruktur Ftsp Institut
Teknologi Sepuluh November.
Handayani, T., dan Hidayat, I. M. 2016. Keragaman Genetik dan Heritabilitas Beberapa
Karakter Utama pada Kedelai Sayur dan Implikasinya untuk Seleksi Perbaikan
Produksi. Jurnal Hortikultura, 22(4): 327.
Herlinda, G., DAS, S. S., dan Syafi, S. 2018. Keragaman dan Heritabilitas Genotip Jagung
Merah (Zea Mays L.) Lokal. Techno: Jurnal Penelitian, 7(2): 191.
Istianingrum. 2016. Keragaman dan Heritabilitas Sembilan Genotip Tomat (Lycopersicum
esculentum Mill.) pada Budidaya Organik. Jurnal Agroekotek, 8(2): 70-81.
Jameela, H., Noor, A., dan Soegianto, A. 2014. Keragaman Genetik dan Heritabilitas
Karakter Komponen Hasil pada Populasi F2 Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Hasil
Persilangan Varietas Introduksi dengan Varietas Lokal. Jurnal Produksi
Tanaman, 2: 324-329.
Kristamtini, Sutarno, Wiranti, E. ., dan Widyayanti, S. 2016. Genetic Advance and
Heritability of Agronomic Characters of Black Rice in F2 Population. Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan, 35(2), 119-124.
Nur, A., N. R. Iriany dan A. M. Takdir. 2013. Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter
Agronomis Galur Jagung dengan Tester MR 14. Agro Teknos, 3(1): 34-40.
Rahardjo, L. J., Bahar, A., dan Adi, A. C. 2019. Pengaruh Kombinasi Kacang Kedelai
(Glycine max) dan Kacang Tunggak (Vigna unguiculata (l) walp.) yang Diperkaya
Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus) terhadap Daya Terima dan Kadar Protein
Snack Bar. Amerta Nutrition, 3(1), 71-77.
Sa’diyah, N., Maylinda, W., dan Ardian. 2013. Keragaan, Keragaman, dan Heritabilitas
Karakter Agronomi Kacang Panjang (Vigna unguiculata) Generasi F1 Hasil
Persilangan Tiga Genotipe. Jurnal Agrotek Tropika, 1(1): 32-37.
Sari, W. P., Damanhuri, dan Respatijarti. 2014. Keragaman dan Heritabilitas 10 Genotipe
pada Cabai Besar (Capsicum annuum L.). Jurnal Produksi Tanaman, 2(4): 301-
307.
Soenarsih, S. D.A.S. 2005. Heritabilitas dan Aksi Gen Toleransi Terhadap Cekaman
Kekeringan pada Persilangan Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Hal 49-65.
Syukur, M.,Sujiprihati, S., dan Yunianti, R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Wulandari, J. E., Yulianah, I., dan Saptadi, D. 2016. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)
pada Budidaya Organik Heritability and Genetic Gains of Four F 2 Populations of
Tomato (Lycopersicum esculentum Mill.) in Organic Farming. Produksi Tanaman,
4(5): 361-369.
7

Yana, M. F., dan J. Kusnadi. 2015. Pembuatan Yogurt Berbasis Kacang Tunggak (Vigna
unguiculata) dengan Metode Freeze Drying (Kajian Jenis dan Konsentrasi Bahan
Pengisi). Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(3).

Anda mungkin juga menyukai