MAKALAH
Di Susun Oleh:
Siska Srimulyati
Siti Aisyah
Siti Nurmalasari
Yuyun Heryuni
PANDEGLANG
2021
KATA PENGANTAR
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi ujian tengah semester 3 dari
Bapak Nandang Kusmana pada Mata Kuliah Kebijakan Pendidikan. Selain itu,
penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
konsep pendidikan anak usia dini menurut para ahli.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................... 3
II. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Teori ............................................................................ 4
2.2 Konsep Pendidikan ................................................................... 4
2.2.1 Jean Jacques Rousseau (1712-1778M) ............................. 5
2.2.2 John Dewey (1859-1952) ................................................. 6
2.2.3 Ki Hajar Dewantara ......................................................... 7
2.2.4 Amartya Sen .................................................................... 12
III. KESIMPULAN.............................................................................. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan anak selalu menarik dan menjadi topik permbicaraan para ahli
pendidikan dari masa ke masa, seiring dengan perubahan zaman. Teori pendidikan
saat ini mengembangkan pendidikan yang lebih menekankan pemberian
keterampilan dari berbagai unsur kecerdasan di mulai sejak usia dini. Upaya
pengembangan kecerdasan, efektif dilakukan pada usia dini. Karena merupakan
masa kemasan atau sering disebut dengan istilah Golden Age. Proses
perkembangan otak relatif cepat pada masa ini. Usia dini juga merupakan masa
kritis dalam tahapan kehidupan manusia. Tahapan ini merupakan salah satu faktor
yang akan menentukan perkembangan kehidupan anak selanjutnya.
1
4 - < 6 tahun. Taman kanak-kanak melayani pendidikan pada tahap usia 4 - 6
tahun mempunyai 2 kelompok, yaitu kelompok A, usia 4 - < 5 tahun dan
kelompok B usia 5 - ≤ 6 tahun. Tingkat pencapaian perkembangan yang akan
diaktualisasikan masing-masing kelompok berbeda, maka stimulasi kecerdasan
yang diberikan harus disesuaikan dengan usia anak.
Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini.
Berdasarkan pada PP No. 27 Tahun 1990, Bab I pasal 1 disebutkan bahwa TK
merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program
pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar.
(Depdiknas, 2007 : 1). Tujuan pendidikan Taman Kanak-Kanak adalah membantu
meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan,
keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya, sehingga siap memasuki pendidikan dasar (Depdiknas, 2002: 4).
2
mengajar yang efektif dalam situasi belajar-mangajar yang kondusif. Pengetahuan
pengajar terhadap teori-teori dalam dunia pendidikan sangatlah penting untuk
membantunya di lapangan pendidikan yang dihadapkan pada anak didik yang
beragam. Dengan pemaparan tadi, maka dirasa perlu untuk sedikit membahas
teori-teori pendidikan untuk menambah pengetahuan guru sebagai bekal
mengajar.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui yang dimaksud
dengan pendidikan dan untuk mengetahui teori-teori pendidikan menurut para
tokoh.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Teori akan membantu kita memahami suatu gejala dan membedakan diri
dengan penjelasan yang lain. Meskipun demikian perbedaan antara dua teori atau
lebih yang berbeda tidak menutup kemungkinan ada suatu hal yang beririsan.
Suatu teori yang baik diharapkan menghilangkan irisan-irisan itu sekecil
mungkin, untuk memberikan pembedaan antara seperangkat penjelasan dengan
lainnya yang memiliki karakternya masing-masing.
4
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.
5
Rousseau sangat yakin bahwa ibu yang dapat menjamin pendidikan secara
alamiah. Pada saat itu ia menganjurkan agar para ibu kembali mau menyusui
anaknya sendiri. Pada masa itu banyak ibu terutama dari kalangan atas tidak suka
menyusui anaknya walaupun hal tersebut memungkinkan. prinsipnya bahwa
dalam mendidik anak, orang tua perlu memberi kebebasan kepada anak agar
tumbuh dan berkembang secara alamiah.
6
berlangsung. Minat terhadap hal-hal yang bersifat sosial dinyatakan dengan
bagaimana seseorang melakukan hubungan interpersonal
a. Peserta Didik
Manusia adalah makhluk yang berbudi, sedangkan budi artinya
jiwa yang telah melalui batas kecerdasan yang tertentu, hingga
menunjukkan perbedaan yang tegas dengan jiwa yang dimiliki hewan.
Jika hewan hanya berisikan nafsu-nafsu kodrati, dorongan dan
keinginan, insting dan kekuatan lain yang semuanya itu tidak cukup
berkuasa untuk menentang kekuatan-kekuatan, baik yang datang dari
luar atau dari dalam jiwanya. Jiwa hewan semata-mata sanggup untuk
melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memelihara
7
kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang masih sanggat sederhana,
misalnya makan, minum, bersuara, lari dan sebagainya.
Manusia adalah pribadi yang memiliki cipta, rasa, karsa yang
mengerti dan menyadari akan keberadaan dirinya yang dapat
mengatur, menentukan, dan menguasai dirinya, memiliki budi dan
kehendak, memiliki dorongan untuk mengembangkan pribadinya
menjadi lebih baik dan lebih sempurna. Ki Hadjar Dewantara
mengungkapkan bahwa, setiap manusia yang lahir memiliki sifat
bawaan. Hal tersebut juga terdapat dalam teori psikologi, bahwa setiap
individu memiliki sifat bawaan yang nantinya akan dikembangkan
melalui interaksi di lingkunganya. Tanpa mempertimbangkan aspek
umur manusia, karakter peserta didik yang dibawa ke sekolah
merupakan hasil dari pengaruh lingkungan. Hal tersebut cukup
berpengaruh pada keberhasilan dan kegagalan individu pada masa
perkembangan selanjutnya.
b. Pendidik
Menurut Ki Hadjar Dewantara mendidik dalam arti yang
sesungguhnya adalah proses memanusiakan manusia, yakni
pengangkatan manusia ke taraf insani. Mendidik harus lebih
memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan
mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik).
Ki Hadjar Dewantara memberikan beberapa pedoman dalam
menciptakan kultur positif seorang pendidik. Semboyan Trilogi
pendidikan memiliki arti yang melibatkan seluruh pelaku pendidikan
atau guru dan peserta didik adalah: Tut wuri handayani, dari belakang
seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan. Ing madya
mangun karsa pada saat di antara pesetra didik, guru harus
menciptakan prakarsa dan ide. Ing ngarsa sung tulada, berarti ketika
guru berada di depan, seorang guru harus memberi teladan atau contoh
dengan tindakan yang baik.
8
c. Tujuan Pendidikan
Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan adalah tuntunan di
dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Manusia merdeka merupakan tujuan pendidikan Ki Hadjar
Dewantara, merdeka baik secara fisik, mental, dan kerohanian.
Kemerdekaan pribadi dibatasi oleh tertib damai kehidupan bersama,
dan ini mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan,
musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab, dan
disiplin. Perlu digaris bawahi bahwa pendidikan menurut Ki Hadjar
Dewantara merupakan sebuah tuntunan. Berdasarkan pengertian
tersebut tersirat bahwa hasil perkembangan peserta didik terletak di
luar kehendak pendidik. Hal tersebut dikarenakan peserta didik adalah
makhluk hidup yang dapat berkembang melalui kodrat yang telah
dimiliki. Pendidik hanya menumbuhkembangkan kodrat yang telah
ada agar peserta didik dapat berkembang dengan baik.
d. Asas Pendidikan
Konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara
memiliki lima asas antara lain, asas kemerdekaan, asas kodrat alam,
asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan. Asas
tersebut pula-lah yang mendasari pendidikan di perguruan taman
siswa. Berdasarkan kelima asas tersebut disimpulkan bahwa, belajar
menurut Ki Hadjar Dewantara harus dilandasi dengan kemampuan
pribadi, sesuai dengan kodrat, tidak bertentangan dengan budaya,
toleransi, dan menjaga hak-hak orang lain. Kemerdekaan atau
kemampuan pribadi bertujuan agar peserta didik dapat leluasa
mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dalam proses belajar. Kodrat
alam bertujuan agar peserta didik tidak melalaikan kewajibanya baik
kewajiban terhadap Tuhan, lingkungan, masyarakat, maupun diri
sendiri. Pendidikan juga harus sesuai dengan budaya tempat agar hasil
9
belajar bisa diterima di lingkungan tempat tinggal. Pendidikan juga
harus sesuai dengan kebangsaan karena peserta didik akan hidup dan
berinteraksi dengan masyarakat luas. Peserta didik juga dituntut untuk
tidak melanggar dasar hak asasi manusia.
e. Metode Belajar
Metode Pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara
adalah metode among. Among memiliki makna menjaga kelangsungan
hidup batin peserta didik dengan mendampingi dan mengarahkan.
Bukan hanya membiarkan perkembangan batin peserta didik namun
juga menjaga agar keadaan batin peserta didik tetap dalam keadaan
baik. Berdasarkan pernyataan tersebut, pendidik berkewajiban
mengembangkan peserta didik sesuai dengan karakter peserta didik
dan karakter lingkungan budaya setempat. Hal tersebuut bertujuan agar
peserta didik dapat menguasai diri sendiri. Among methode
merupakan pemeliharaan dan perhatian untuk mendapat pertumbuhan
anak lahir dan batin sesuai dengan kodrat.
Sistem among menurut Ki Hadjar Dewantara berisi dua dasar,
yaitu sebagai berikut:
1. Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan
kekuatan lahir dan batin, sehingga manusia dapat hidup merdeka
(dapat berdiri sendiri).
2. Kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai
kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaikbaiknya.
10
Ki Hadjar Dewantara membagi empat tingkatan dalam proses belajar,
yaitu sebagai berikut:
11
2.2.4 Amartya Sen
Amartya Kumar Sen, BA, PhD (lahir 3 November 1933) adalah seorang
ekonom India. Amartya Sen menjadi terkenal karena karyanya tentang kelaparan,
teori perkembangan manusia, ekonomi kesejahteraan, mekanisme dasar dari
kemiskinan, dan liberalisme politik. Ia menerima Penghargaan Nobel dalam
bidang ekonomi atas karyanya dalam ekonomi kesejahteraan pada 1998 dan
Bharat Ratna pada 1999. Pada 2003, ia dianugerahi Penghargaan Keberhasilan
Seumur Hidup (Lifetime Achievement Award) oleh Kamar Dagang India. Saat ini
ia menjadi salah satu dari 18 orang elite Profesor Universitas dari Universitas
Harvard yang secara teknis bukan anggota dari dewan dosen manapun dan karena
itu bertanggung jawab langsung kepada presiden Universitas.
12
Filosofis Amartya Sen, paham libertarianisme Nosick dan Jeffrey Sachs
mengemukakan enam paket penuntasan kemiskinan, yaitu : 1) Kapital manusia
(human capital) terutama dalam kesehatan, gizi, dan ketrampilan yang diperoleh
melalui pendidikan dan pelatihan. 2) Kapital bisnis (business capital), sarana-
sarana yang diperlukan di dalam transportasi untuk pertanian, industri dan servis.
3) Infra-struktur: jalan, tenaga listrik, air minum. Sanitasi, dsb. 4) Kapital alamiah
(natural capital) berupa tanah pertanian, biodipersitas. 5) Kapital lembaga-
lembaga publik seperti hukum dagang, hukum peradilan, pelayanan pemerintah.
6) Kapital ilmu pengetahuan (knowledge capital) berupa know how ilmu dan
teknologi yang meningkatkan produktivitas yang dapat meningkatkan natural
capital. Pendekatan ekonomis ini melihat masalah pendidikan sebagai sarana
untuk peningkatan produktivitas. Dua hal yang perlu dicatat di dalam pemikiran
Amartya Sen dan Jeffrey Sachs. Pertama ialah pentingnya kemerdekaan dalam
pengembangan pribadi manusia. Proses pendidikan yang memenjarakan
kemerdekaan pribadi atau tidak mengembangkan kemampuan seseorang tentunya
tidak dapat diharapkan untuk mengatasi masalah-masalah kemiskinan.
Kemiskinan menurut Sen bukan hanya dalam arti ekonomis tetapi juga
kemiskinan politis, kemiskinan pendidikan, kemiskinan kesehatan. Pendidikan
untuk pemerdekaan manusia (konsep pendidikan Paulo Freire, filsuf dan ahli
pendidikan Brasil) sangat sesuai dengan konsep Amartya Sen. Kedua, penuntasan
kemiskinan bukan hanya dapat dicapai melalui pengembangan satu sektor tertentu
saja tetapi berbagai sektor penting yang berkenaan dengan kepentingan rakyat
banyak. Salah satu program yang penting ialah pendidikan serta pengembangan
ilmu pengetahuan melalui pendidikan.
13
menyebut pendidikan merupakan hak asasi manusia yang wajib dipenuhi oleh
setiap negara. Karena itu penyediaan akses pada pendidikan, khususnya
pendidikan dasar sudah menjadi komitmen dikalangan komunitas internasional
sebagaimana tercemin di dalam World Summit for Sosial Development di
Kopenhagen tahun 1995 dan World Education Forum di Dakar Tahun 2000.
14
BAB III
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16