Anda di halaman 1dari 19

TEORI PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI

MAKALAH

Di Susun Oleh:

Siska Srimulyati
Siti Aisyah
Siti Nurmalasari
Yuyun Heryuni

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PANDEGLANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat


rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul Teori Pendidikan
Menurut Para Ahli dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi ujian tengah semester 3 dari
Bapak Nandang Kusmana pada Mata Kuliah Kebijakan Pendidikan. Selain itu,
penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
konsep pendidikan anak usia dini menurut para ahli.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Nandang


Kusmana pada Mata Kuliah Kebijakan Pendidikan. Berkat tugas yang diberikan
ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih


melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketidak sempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini. Terimakasih

Pandeglang, 12 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................... 3

II. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Teori ............................................................................ 4
2.2 Konsep Pendidikan ................................................................... 4
2.2.1 Jean Jacques Rousseau (1712-1778M) ............................. 5
2.2.2 John Dewey (1859-1952) ................................................. 6
2.2.3 Ki Hajar Dewantara ......................................................... 7
2.2.4 Amartya Sen .................................................................... 12

III. KESIMPULAN.............................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan anak selalu menarik dan menjadi topik permbicaraan para ahli
pendidikan dari masa ke masa, seiring dengan perubahan zaman. Teori pendidikan
saat ini mengembangkan pendidikan yang lebih menekankan pemberian
keterampilan dari berbagai unsur kecerdasan di mulai sejak usia dini. Upaya
pengembangan kecerdasan, efektif dilakukan pada usia dini. Karena merupakan
masa kemasan atau sering disebut dengan istilah Golden Age. Proses
perkembangan otak relatif cepat pada masa ini. Usia dini juga merupakan masa
kritis dalam tahapan kehidupan manusia. Tahapan ini merupakan salah satu faktor
yang akan menentukan perkembangan kehidupan anak selanjutnya.

Unsur-unsur kecerdasan yang dapat dikembangkan meliputi kecerdasan


matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual
spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan naturalis dan kecerdasan eksistensialis. Seluruh unsur kecerdasan
dikembangkan pada anak usia dini agar anak dapat berkembang dapat secara
optimal.

Perkembangan anak yang optimal merupakan hak setiap anak.hal ini


sesuai dengan aturan pemerintah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Bab I Pasal 1 butir 2 tentang perlindungan anak yang menyatakan;
“Bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

Permendiknas No. 53 tahun 2009 pasal I tentang standar pendidikan anak


usia dini, di dalamnya menjelaskan standar tingkat pencapaian perkembangan
yang mengacu pada pengelompokan usia PAUD. Pengelompokan usia PAUD
meliputi 3 tahap. Tahap usia 0 - < 2 tahun, tahap usia 2 - < 4 tahun dan tahap usia

1
4 - < 6 tahun. Taman kanak-kanak melayani pendidikan pada tahap usia 4 - 6
tahun mempunyai 2 kelompok, yaitu kelompok A, usia 4 - < 5 tahun dan
kelompok B usia 5 - ≤ 6 tahun. Tingkat pencapaian perkembangan yang akan
diaktualisasikan masing-masing kelompok berbeda, maka stimulasi kecerdasan
yang diberikan harus disesuaikan dengan usia anak.

Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini.
Berdasarkan pada PP No. 27 Tahun 1990, Bab I pasal 1 disebutkan bahwa TK
merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program
pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar.
(Depdiknas, 2007 : 1). Tujuan pendidikan Taman Kanak-Kanak adalah membantu
meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan,
keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya, sehingga siap memasuki pendidikan dasar (Depdiknas, 2002: 4).

Taman kanak-kanak sebagai sebuah lembaga pendidikan prasekolah


mempunyai tanggungjawab untuk mempersiapkan anak didik ke jenjang
pendidikan selanjutnya yakni pendidikan dasar. Persiapan tersebut diwujudkan
melalui pengenalan berbagai macam ilmu pengetahuan / kognitif, sikap, dan
perilaku / affectif dan keterampilan / skill. Maka dengan hal tersebut yang telah
dilaksanakan diharapkan agar anak dapat melanjutkan kegiatan belajar yang
sesungguhnya di sekolah dasar. Pendidikan pra-akademik atau pra-sekolah dalam
bentuk lembaga pendidikan paud formal yakni taman kanak-kanak mengemban
tanggungjawab dalam mengembangkan semua unsur kecerdasan termasuk
kecerdasan bahasa yang bertujuan mengoptimalkan kemampuan berbahasa anak.
Alasannya, secara timbal balik perkembangan bahasa mempengaruhi kehidupan
intelektual anak dan kehidupan intelektual yang tersulut minatnya juga akan
menambah perbendaharaan dan pengertian bahasa.

Dalam upaya mewujudkan proses belajar-mengajar yang efektif dan


efisien maka perilaku yang terlibat dalam proses tersebut hendaknya didinamiskan
secara baik. Pengajar hendaknya mampu mewujudkan perilaku mengajar secara
tepat agar mampu mewujudkan perilaku belajar siswa melalui interaksi belajar-

2
mengajar yang efektif dalam situasi belajar-mangajar yang kondusif. Pengetahuan
pengajar terhadap teori-teori dalam dunia pendidikan sangatlah penting untuk
membantunya di lapangan pendidikan yang dihadapkan pada anak didik yang
beragam. Dengan pemaparan tadi, maka dirasa perlu untuk sedikit membahas
teori-teori pendidikan untuk menambah pengetahuan guru sebagai bekal
mengajar.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui yang dimaksud
dengan pendidikan dan untuk mengetahui teori-teori pendidikan menurut para
tokoh.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Teori

Teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip terorganisasi mengenai


peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Karakteristik suatu teori ialah
untuk memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi, dan dapat
dijadikan sebagai dasar untuk penelitian serta memiliki prinsip-prinsip yang dapat
diuji.

Teori merupakan hubungan antara konsep-konsep. Sedangkan konsep-


konsep itu sendiri merupakan hubungan dari kata-kata yang menjelaskan suatu
persoalan atau kenyataan. Jadi teori sebenarnya adalah sebuah alat untuk
membantu menjelaskan suatu hal. Teori merupakan penyederhanaan dari gejala-
gejala kehidupan supaya mudah kita pahami dan kita jelaskan.

Teori akan membantu kita memahami suatu gejala dan membedakan diri
dengan penjelasan yang lain. Meskipun demikian perbedaan antara dua teori atau
lebih yang berbeda tidak menutup kemungkinan ada suatu hal yang beririsan.
Suatu teori yang baik diharapkan menghilangkan irisan-irisan itu sekecil
mungkin, untuk memberikan pembedaan antara seperangkat penjelasan dengan
lainnya yang memiliki karakternya masing-masing.

2.2 Konsep Pendidikan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk


menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan


terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

4
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.

2.2.1 Jean Jacques Rousseau (1712-1778M)

Jean Jacques Rousseau (selanjutnya disebut J.J. Rousseau) dilahirkan


dalam keluarga berada di Geneva Swiss, tetapi sebagian besar dari kehidupannya
berada. di Perancis. Ia adalah tokoh yang dikenal berkat buku .'Emile': Odu de
education, dimana ia menggambarkan cara pendidikan anak sejak lahir sampai
remaja yang ideal. Pembukaan buku Emile tidak hanya memberikan pandangan
yang berorientasi pada pendidikan saja, tetapi juga menunjukkan pemikiran yang
berorientasi politik. Dikatakannya bahwa "Tuhan menciptakan segalanya baik,
karena adanya campur tangan manusia, menjadikanya jahat'.

Rousseau menyarankan kembali ke alam' (a return to nature) dan


pendekatan yang bersifat alamiah dalam pendidikan anak yang dikenal dengan
naturalisme. Menurut Rousseau, dengan naturalisme anak akan berkembang tanpa
hambatan. Oleh karenanya, ia menolak adanya pakaian seragam (dress code),
wajib hadir, ketrampilan dasar yang minimum, tes yang distandardisasi dan
kemampuan pengelompokan karena semuanya berorientasi pada hal-hal yang
bersifat tidak alamiah.

Pendidikan yang bersifat alamiah menghasilkan dan memacu


berkembangnya kualitas semacam kebahagiaan, spontanitas, dan rasa ingin tahu.
Dalam buku Emile dikemukakan bahwa segala yang tidak ada sejak seseorang
dan dibutuhkan pada saat perkembangan akan diperoleh dalam pendidikan.
Pendidikan tersebut akan didapat dari alam, manusia, atau benda. Rousseau
percaya bahwa walaupun kita telah melakukan kontrol terhadap pendidikan yang
diperoleh dari pengalaman sosial dan sensoris, kita tetap tidak dapat mengontrol
pertumbuhan alami. Intinya, inilah yang disebut sebagai konsep `unfolding', di
mana bawaan dari anak menuju apa yang akan tedadi; `unfolf adalah hasil dari
kematangan yang dikaitkan dengan jadwal perkembangan yang sifatnya bawaan.

5
Rousseau sangat yakin bahwa ibu yang dapat menjamin pendidikan secara
alamiah. Pada saat itu ia menganjurkan agar para ibu kembali mau menyusui
anaknya sendiri. Pada masa itu banyak ibu terutama dari kalangan atas tidak suka
menyusui anaknya walaupun hal tersebut memungkinkan. prinsipnya bahwa
dalam mendidik anak, orang tua perlu memberi kebebasan kepada anak agar
tumbuh dan berkembang secara alamiah.

2.2.2 John Dewey (1859-1952)

John Dewey Pendidikan yaitu proses pembentukan kecakapan-kecakapan


fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
John Dewey merupakan salah satu tokoh Amenka yang mempengaruhi
pendidikan di Amerika. Melalui posisinya sebagai seorang profesor dalam bidang
filsafat di Universitas Chicago dan Columbia, hasil tulisan dan pengalamannya
dalam praktek pendidikan menjadikannya sangat terkenal. Teori Dewey tentang
sekolah yang biasanya disebut progessivisme lebih menekankan pada anak didik
dan minat anak daripada mata pelajarannya. Progessivisme lebih menekankan
pada anak didik dan minat anak daripada mata pelajarannya sendiri. Dari hal
tersebut muncul pengertian child centered curriculum dan child centered schools.
Gerakan progresif tersebut mempertahankan bahwa sekolah sebaiknya
mempersiapkan anak guna menghadapi kehidupan masa kini bukan masa yang
akan datang yang belum jelas. Seperti apa yang ditulis dalam "My Pedagogical
Creed" bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan bukan persiapan guna
masa yang akan datang.

Di dalam kelas yang mengikuti teori Dewey anak-anak berpartisipasi


dalam kegiatan fisik, seperti kegiatan lari, lompat, dan lain-lain. Dalam kegiatan
ini anak melalui proses pendidikan dan kemudian mengembangkan minatnya
dalam bidang yang lain. Anak yang telah lebih berkembang akan belajar
menggunakan alas-alas dan obyek-obyek. Dewey menganggap ungkapan dan
minat dikaitkan dengan kegiatan atau pekerjaan seperti memasak dan
pertukangan. Guna mengusahakan timbulnya minat yang berkaitan dengan hal-hal
yang barn, dan menggambarkan atau menjelaskan bagaimana sesuatu hal

6
berlangsung. Minat terhadap hal-hal yang bersifat sosial dinyatakan dengan
bagaimana seseorang melakukan hubungan interpersonal

2.2.3 Ki Hajar Dewantara

Menurut Ki Hajar Dewantar pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup


tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala
daya kodrat yang mempunyai pada anak-anak itu, supaya mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.

Pendidikan merupakan kunci pembangunan sebuah bangsa. Pendidikan


dilakukan melalui usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang dimiliki anak,
baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya”. Ki Hadjar Dewantara telah
mengungkapkan betapa pentingnya pendidikan. Pendidikan merupakan kunci
untuk membangun sebuah bangsa. Di dalam pendidikan ada proses belajar yang
menentukan hasil dari tujuan pendidikan, maka dari itu Ki Hadjar Dewantara
mengungkapkan bahwa belajar harus sesuai dengan cipta, rasa, dan karsa. Untuk
menciptakan proses belajar yang baik, maka harus ada perencanaan pembelajaran.
Hal-hal yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan adalah memenuhi unsur-
unsur belajar. Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan Unsur-unsur belajar sebagai
berikut:

a. Peserta Didik
Manusia adalah makhluk yang berbudi, sedangkan budi artinya
jiwa yang telah melalui batas kecerdasan yang tertentu, hingga
menunjukkan perbedaan yang tegas dengan jiwa yang dimiliki hewan.
Jika hewan hanya berisikan nafsu-nafsu kodrati, dorongan dan
keinginan, insting dan kekuatan lain yang semuanya itu tidak cukup
berkuasa untuk menentang kekuatan-kekuatan, baik yang datang dari
luar atau dari dalam jiwanya. Jiwa hewan semata-mata sanggup untuk
melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memelihara

7
kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang masih sanggat sederhana,
misalnya makan, minum, bersuara, lari dan sebagainya.
Manusia adalah pribadi yang memiliki cipta, rasa, karsa yang
mengerti dan menyadari akan keberadaan dirinya yang dapat
mengatur, menentukan, dan menguasai dirinya, memiliki budi dan
kehendak, memiliki dorongan untuk mengembangkan pribadinya
menjadi lebih baik dan lebih sempurna. Ki Hadjar Dewantara
mengungkapkan bahwa, setiap manusia yang lahir memiliki sifat
bawaan. Hal tersebut juga terdapat dalam teori psikologi, bahwa setiap
individu memiliki sifat bawaan yang nantinya akan dikembangkan
melalui interaksi di lingkunganya. Tanpa mempertimbangkan aspek
umur manusia, karakter peserta didik yang dibawa ke sekolah
merupakan hasil dari pengaruh lingkungan. Hal tersebut cukup
berpengaruh pada keberhasilan dan kegagalan individu pada masa
perkembangan selanjutnya.
b. Pendidik
Menurut Ki Hadjar Dewantara mendidik dalam arti yang
sesungguhnya adalah proses memanusiakan manusia, yakni
pengangkatan manusia ke taraf insani. Mendidik harus lebih
memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan
mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik).
Ki Hadjar Dewantara memberikan beberapa pedoman dalam
menciptakan kultur positif seorang pendidik. Semboyan Trilogi
pendidikan memiliki arti yang melibatkan seluruh pelaku pendidikan
atau guru dan peserta didik adalah: Tut wuri handayani, dari belakang
seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan. Ing madya
mangun karsa pada saat di antara pesetra didik, guru harus
menciptakan prakarsa dan ide. Ing ngarsa sung tulada, berarti ketika
guru berada di depan, seorang guru harus memberi teladan atau contoh
dengan tindakan yang baik.

8
c. Tujuan Pendidikan
Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan adalah tuntunan di
dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Manusia merdeka merupakan tujuan pendidikan Ki Hadjar
Dewantara, merdeka baik secara fisik, mental, dan kerohanian.
Kemerdekaan pribadi dibatasi oleh tertib damai kehidupan bersama,
dan ini mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan,
musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab, dan
disiplin. Perlu digaris bawahi bahwa pendidikan menurut Ki Hadjar
Dewantara merupakan sebuah tuntunan. Berdasarkan pengertian
tersebut tersirat bahwa hasil perkembangan peserta didik terletak di
luar kehendak pendidik. Hal tersebut dikarenakan peserta didik adalah
makhluk hidup yang dapat berkembang melalui kodrat yang telah
dimiliki. Pendidik hanya menumbuhkembangkan kodrat yang telah
ada agar peserta didik dapat berkembang dengan baik.
d. Asas Pendidikan
Konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara
memiliki lima asas antara lain, asas kemerdekaan, asas kodrat alam,
asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan. Asas
tersebut pula-lah yang mendasari pendidikan di perguruan taman
siswa. Berdasarkan kelima asas tersebut disimpulkan bahwa, belajar
menurut Ki Hadjar Dewantara harus dilandasi dengan kemampuan
pribadi, sesuai dengan kodrat, tidak bertentangan dengan budaya,
toleransi, dan menjaga hak-hak orang lain. Kemerdekaan atau
kemampuan pribadi bertujuan agar peserta didik dapat leluasa
mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dalam proses belajar. Kodrat
alam bertujuan agar peserta didik tidak melalaikan kewajibanya baik
kewajiban terhadap Tuhan, lingkungan, masyarakat, maupun diri
sendiri. Pendidikan juga harus sesuai dengan budaya tempat agar hasil

9
belajar bisa diterima di lingkungan tempat tinggal. Pendidikan juga
harus sesuai dengan kebangsaan karena peserta didik akan hidup dan
berinteraksi dengan masyarakat luas. Peserta didik juga dituntut untuk
tidak melanggar dasar hak asasi manusia.
e. Metode Belajar
Metode Pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara
adalah metode among. Among memiliki makna menjaga kelangsungan
hidup batin peserta didik dengan mendampingi dan mengarahkan.
Bukan hanya membiarkan perkembangan batin peserta didik namun
juga menjaga agar keadaan batin peserta didik tetap dalam keadaan
baik. Berdasarkan pernyataan tersebut, pendidik berkewajiban
mengembangkan peserta didik sesuai dengan karakter peserta didik
dan karakter lingkungan budaya setempat. Hal tersebuut bertujuan agar
peserta didik dapat menguasai diri sendiri. Among methode
merupakan pemeliharaan dan perhatian untuk mendapat pertumbuhan
anak lahir dan batin sesuai dengan kodrat.
Sistem among menurut Ki Hadjar Dewantara berisi dua dasar,
yaitu sebagai berikut:
1. Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan
kekuatan lahir dan batin, sehingga manusia dapat hidup merdeka
(dapat berdiri sendiri).
2. Kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai
kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaikbaiknya.

Berdasarkan metode belajar yang dikembangkan oleh Ki Hadjar


Dewantara di atas, metode pengajaran yang menekankan kepada penyadaran diri
dari masing-masing peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari tahapan-tahapan yang
disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara yang melihatkan pentingnya sebuah
tindakan. Peserta didik diajarkan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan yang
telah didapatkan. Hal tersebut menjelaskan, kemerdekaan individu merupakan
tujuan ahir pendidikan menurut Ki Hadjar dewantara.

10
Ki Hadjar Dewantara membagi empat tingkatan dalam proses belajar,
yaitu sebagai berikut:

a) Taman Indria dan Taman Anak (5-8 tahun)


b) Taman Muda (umur 9-12 tahun)
c) Taman Dewasa (umur 14-16 tahun)
d) Taman Madya dan Taman Guru (umur 17-20)

Berdasarkan teori tingkatan belajar yang dikemukakan oleh Ki Hadjar


Dewantara, terdapat empat tahapan pembelajaran. Tahap perkembangan pertama
peserta didik dibimbing untuk mengetahui pengertian mengenai kebaikan dan
keburukan. Tahap kedua yaitu, setelah mengetahui pengertian mengenai kebaikan
dan keburukan peserta didik diajarkan perilaku yang berkenaan dengan baik buruk
menggunakan metode pembiasaan. Tahap ketiga, peserta didik dibimbing untuk
mengetahui dan mengukur tindakan yang telah dilaksanakan. Tahap keempat,
peserta didik dibimbing untuk memahami, menyadari, dan
mempertanggungjawabkan perilaku yang telah dilaksanakan oleh peserta didik.

Ki Hadjar Dewantara yang menyebutkan bahwa lingkungan belajar terdapat


tiga unsur yaitu yang dikenal dengan istilah tripusat pendidikan atau tri sentra
pendidikan yang terdiri dari alam keluarga, alam paguron (sekolah) dan alam
pemuda (masyarakat). Menurut Ki Hadjar Dewantara keluarga merupakan pusat
belajar yang pertama dan utama, dikatakan demikian karena keluarga merupakan
tempat belajar pertama kali yang dialami oleh anak. Keluarga memberikan dasar-
dasar, sikap, dan keterampilan dasar seperti pengetahuan tentang agama
Kemudian sekolah merupakan penerus dari pendidikan keluarga. Pengetahuan
yang tidak diberikan oleh keluarga diberikan di sekolah. Sememtara itu, didalam
masyarakat mempunyai nilai-nlai sosial budaya dan peraturan-peraturan yang
dijunjung tinggi, dihayati, dan diamalkan. Nilai-nilai dan peraturan-peraturan
tersebut selalu berubah dan berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan pada
waktu itu. Peserta didik dapat melaksanakan proses belajar dalam lingkungan
masyarakat melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.

11
2.2.4 Amartya Sen

Amartya Kumar Sen, BA, PhD (lahir 3 November 1933) adalah seorang
ekonom India. Amartya Sen menjadi terkenal karena karyanya tentang kelaparan,
teori perkembangan manusia, ekonomi kesejahteraan, mekanisme dasar dari
kemiskinan, dan liberalisme politik. Ia menerima Penghargaan Nobel dalam
bidang ekonomi atas karyanya dalam ekonomi kesejahteraan pada 1998 dan
Bharat Ratna pada 1999. Pada 2003, ia dianugerahi Penghargaan Keberhasilan
Seumur Hidup (Lifetime Achievement Award) oleh Kamar Dagang India. Saat ini
ia menjadi salah satu dari 18 orang elite Profesor Universitas dari Universitas
Harvard yang secara teknis bukan anggota dari dewan dosen manapun dan karena
itu bertanggung jawab langsung kepada presiden Universitas.

Peranan pendidikan di dalam pengentasan kemiskinan telah merupakan


kajian dari para ahli ekonomi seperti Amartya Sen dan Jeffrey Sachs. Mengapa
kemiskinan masih terus berlarut di banyak negara berkembang terutama di
Indonesa? Menurut Amartya Sen hal ini berkaitan dengan kemerdekaan yang
dibatasi. Kemerdekaan individu yang terpasung karena sistem politik
menyebabkan rakyat banyak tidak dapat menyuarakan penderitaannya. Rakyat
banyak tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan apa yang disebut
depresiasi dari potensi kemampuan rakyat/ capability deprivation.

Pemasungan kapasitas untuk mengembangkan diri merupakan pemasung


terhadap kemampuan manusia (human capability) sebagai salah satu modal dasar
dalam pembangunan. Strategi Timur merupakan strategi yang sangat
mementingkan modal manusia (human capital) di dalam pembangunan manusia.
India dan Cina sangat mementingkan pengembangan kemampuan manusia.
Bagaimana kaitan antara pendidikan dan penuntasan kemiskinan? Menurut Jeffrey
Sachs di dalam bukunya The End of Proverty salah satu mekanisme dalam
penuntasan kemiskinan ialah pengembangan human capital terutama pendidikan
dan kesehatan.

12
Filosofis Amartya Sen, paham libertarianisme Nosick dan Jeffrey Sachs
mengemukakan enam paket penuntasan kemiskinan, yaitu : 1) Kapital manusia
(human capital) terutama dalam kesehatan, gizi, dan ketrampilan yang diperoleh
melalui pendidikan dan pelatihan. 2) Kapital bisnis (business capital), sarana-
sarana yang diperlukan di dalam transportasi untuk pertanian, industri dan servis.
3) Infra-struktur: jalan, tenaga listrik, air minum. Sanitasi, dsb. 4) Kapital alamiah
(natural capital) berupa tanah pertanian, biodipersitas. 5) Kapital lembaga-
lembaga publik seperti hukum dagang, hukum peradilan, pelayanan pemerintah.
6) Kapital ilmu pengetahuan (knowledge capital) berupa know how ilmu dan
teknologi yang meningkatkan produktivitas yang dapat meningkatkan natural
capital. Pendekatan ekonomis ini melihat masalah pendidikan sebagai sarana
untuk peningkatan produktivitas. Dua hal yang perlu dicatat di dalam pemikiran
Amartya Sen dan Jeffrey Sachs. Pertama ialah pentingnya kemerdekaan dalam
pengembangan pribadi manusia. Proses pendidikan yang memenjarakan
kemerdekaan pribadi atau tidak mengembangkan kemampuan seseorang tentunya
tidak dapat diharapkan untuk mengatasi masalah-masalah kemiskinan.
Kemiskinan menurut Sen bukan hanya dalam arti ekonomis tetapi juga
kemiskinan politis, kemiskinan pendidikan, kemiskinan kesehatan. Pendidikan
untuk pemerdekaan manusia (konsep pendidikan Paulo Freire, filsuf dan ahli
pendidikan Brasil) sangat sesuai dengan konsep Amartya Sen. Kedua, penuntasan
kemiskinan bukan hanya dapat dicapai melalui pengembangan satu sektor tertentu
saja tetapi berbagai sektor penting yang berkenaan dengan kepentingan rakyat
banyak. Salah satu program yang penting ialah pendidikan serta pengembangan
ilmu pengetahuan melalui pendidikan.

Dengan pendidikan yang baik, setiap orang memiliki bekal pengetahuan


dan keterampilan, mempunyai pilihan untuk mendapat pekerjaan, dari menjadi
lebih produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Dengan demikian
pendidikan dapat memutus mata rantai kemiskinan dan menghilangkan eksklusi
sosial, untuk kemudian meningkatkan kualitas hidup dan mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Dalam perspektif demikian, negara mempunyai
kewajiban untuk menyediakan layanan pendidikan bagi setiap warganya, paling
kurang untuk jenjang pendidikan dasar. Bahkan Deklarasi HAM PBB 1948

13
menyebut pendidikan merupakan hak asasi manusia yang wajib dipenuhi oleh
setiap negara. Karena itu penyediaan akses pada pendidikan, khususnya
pendidikan dasar sudah menjadi komitmen dikalangan komunitas internasional
sebagaimana tercemin di dalam World Summit for Sosial Development di
Kopenhagen tahun 1995 dan World Education Forum di Dakar Tahun 2000.

14
BAB III
KESIMPULAN

Dari beberapa uraian singkat tentang pemikiran pendidikan, maka dapat


disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan merupakan satu hal yang sangat
penting. Pendidikan pada masa kanak-kanak akan sangat menentukan kehidupan
mereka di masa mendatang. Teori para ahli cenderung bersifat psikologis-
akademis. Meskipun terdapat perbedaan kecenderungan, namun dari beberapa
pemikiran tersebut dapat ditarik benang merah yang saling melengkapi yaitu
bahwa pendidikan anak harus bersifat komprehensif bukan hanya berdimensi
psikologis atau akademis, melainkan paduan di antara keduanya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Indarti S H. 2017. Pembangunan Indonesia dalam Pandangan Amartya Sen. The


Indonesian Journal of Public Administration. 3(1): 35-49.
Kesuma D. 2003. Filsafat Pendidikan Naturalisme Rousseau. Seminar Akademis.
Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.
Mujito W E. 2014. Konsep Belajar Menurut Ki Hadjar Dewantara dan
Relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan
Agama Islam. 11(1): 65-77.
Suparlan H. 2015. Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Sumbangannya
bagi Pendidikan Indonesia. Jurnal Filsafat. 25(1): 56-74.
Ustama D D. 2009. Peranan Pendidikan dalam Pengentasan Kemiskinan. Jurnal
Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik. 6(1):1-12.

16

Anda mungkin juga menyukai