Anda di halaman 1dari 19

SITOGENETIKA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.

PAPER

OLEH :
JHON CHRISTOFFEL SIANTURI
210301068
PEMULIAAN TANAMAN -1

LABORATORIUM SITOGENETIKA TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
SITOGENETIKA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.)

PAPER

OLEH :
JHON CHRISTOFFEL SIANTURI
210301068
PEMULIAAN TANAMAN -1

Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Komponen Penilaian Di


Laboratorium Sitogenetika Tanaman Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

LABORATORIUM SITOGENETIKA TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
Judul : Sitogenetika Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)
Nama : Jhon Christoffel Sianturi
Nim : 210301068
Program Studi : Pemuliaan Tanaman -1

Diketahui Oleh
Dosen Penanggung Jawab Praktikum Sitogenetika Tanaman

(Asep Rodiansah M.Si)

Di Periksa Oleh Di Periksa Oleh


Assisten Korektor I Asisten Korektor II

(Miranda Nabila Siregar) (Elsa Amelia Azahra)


Nim : 200301291 Nim : 200301119
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas Berkat
dan rahmat-Nya ,Penulis dapat menyelesaikan Paper ini tepat pada Waktunya.

Adapun Judul Dari Paper Ini Ialah “Sitogenetika Tanaman


Kentang(Solanum tuberosum L.) yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
komponen penilaaian di Laboratorium Sitogenetika Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Asep Rodiansah .,S.P,M.Si ;

Prof.Diana Sofiah Hanafiah S.P.,M.Si ,Hafnes Wahyuni Siregar ,S.P ,M.Si ;

Rahmatika Alfi ,S.P ,M.Si ,Dr.Ir. Novalina M.Si, Prof. Dr.Ir. Rosmayati, M.Sc;

Dr.Ir.Emmy Harso Khardinata, M.Sc, Ir. Hot Setiado MS ;Selaku dosen matakuliah

Sitogenetika serta abang dan kakak asisten laboratorium yang telah membantu dalam
pembuatan Paper ini.

Penulis Menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna .oleh karena
itu kritik dan saran dibutuhkan dalam perbaikan paper ini kemudian hari,akhir kata
penulis ucapkan terimakasih.semoga paper ini dapat berguna bagi pihak yang
membutuhkan .

Medan, Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Kegunaan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanah
SITOGENETIKA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.)
Analisis Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)
Indeks Mitosis Kromosom Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)
Isolasi Protoplas Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal
dari Amerika Selatan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan pangsa pasar yang
stabil. Tanaman ini menyebar luas di dataran Eropa yang dibawa pada masa penjajahan
oleh Spanyol dan Protugis dan akhirnya menyebar ke seluruh penjuru dunia termasuk
Indonesia. Kentang adalah sayuran umbi yang banyak mengandung karbohidrat, dan
dapat dikonsumsi sebagai makanan pokok pengganti beras dan jagung. Komoditi ini
dapat dipanen umur 90-120 hari setelah tanam tergantung jenis dan
spesiesnya (Niniek, 2013).

Konsumsi kentang di negara Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup


signifikan dari tahun ke tahun. Kentang biasanya dikonsumsi sebagai sayuran dalam
bentuk berbagai jenis menu masakan. Namun demikian, selama kurun waktu 15 hingga
20 tahun terakhir, kentang menjadi bukan hanya sebagai bahan konsumsi sayuran
semata namun konsumsi kentang dalam bentuk produk hasil proses (chips dan French
fries) juga menunjukkan peningkatan. Terjadi peningkatan konsumsi kentang untuk
kentang olahan, serta kentang beku yang biasa digunakan sebagai
kentang goreng (Wirnas et al., 2013).

Kentang merupakan tanaman yang tidak tumbuh pada sembarang tempat.


Kentang biasanya ditanam pada daerah dataran tinggi. Tanaman kentang tumbuh baik
di daerah dataran tinggi atau pegunungan dengan ketinggian 800 sampai 1800 meter di
atas permukaan laut (dpl). Bila tumbuh di dataran rendah (di bawah 500 m dpl),
tanaman kentang sulit membentuk umbi atau hanya terbentuk umbi yang berukuran
kecil, kecuali di daerah yang mempunyai suhu malam hari dingin (20°C) Sementara
itu, jika ditanam di atas ketinggian 2.000 m dpl, pembentukan umbinya menjadi
lambat (Yusron et al., 2017).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kentang adalah dengan
perakitan variatas kentang berdaya hasil tinggi. Tanaman Kentang merupakan satu dari
lima makanan pokok dunia sebagai sumber karbohidrat. Tanaman kentang merupakan
tanaman dikotil bersifat semusim, berumur pendek dan berbentuk perdu atau semak.
Kentang berumur pendek hanya 90–180 hari. Umur tanaman kentang bervariasi
menurut varietasnya (Lestari, 2015).

Keragaman genetik ditujukan untuk mengetahui sifat yang diamati disebabkan


oleh pengaruh genetik atau pengaruh lingkungan. Heritabilitas adalah satu alat ukur
dalam sistem seleksi yang dapat menggambarkan efektivitas seleksi genotip
berdasarkan penampilan fenotipnya sedangkan korelasi antar sifat diperlukan dalam
seleksi tanaman, untuk mengetahui karakter yang dapat dijadikan indikator seleksi
secara langsung atau tidak langsung untuk meningkatkan suatu sifat yang
diinginkan (Nugraheni, 2013).

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk memahami Analisis
Struktur Kromosom pada tanaman Kentang,Indeks Mitosis Pada tanaman
Kentang dan Isolasi Protoplas Pada tanaman Kentang.

Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Sitogenetika, Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan
informas bagi pihak-pihak yang membutuhkan
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)


Kentang termasuk tanaman tahunan yang ditanam untuk dipanen umbinya.
Umbi kentang merupakan ujung stolon yang membesar dan merupakan organ
penyimpanan yang mengandung karbohidrat yang tinggi. Dalam sistematika
tumbuhan, tanaman kentang digolongkan ke dalam Divisio: Spermatophyta
Subdivisio: Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae ,Ordo : Solanales, Familia :
Solanaceae, Genus: Solanum dan Spesies : Solanum tuberosum L. (Niniek, 2013).
Tanaman kentang memiliki daun yang rimbun dan terletak berselang seling
pada batang tanaman, berbentuk oval, tulang daun menyirip dan ujung daun yang
runcing. Bunganya merupakan bunga sempurna, ukurannya kecil, memiliki warna
yang bervariasi kuning dan ungu, tumbuh pada katiak daun 3 teratas. Benang sari bunga
berwarna kekuning-kuningan dan melingkari tangkai putik, kedudukannya bisa lebih
rendah, sama, atau lebih tinggi dari kepala putik. Bunga yang telah mengalami
penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji (Santoso, 2014).
Umbi kentang merupakan umbi batang yang terbentuk dari pembesaran ujung
stolon; mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Bentuk
umbi kentang, warna daging umbi kentang, warna kulit umbi kentang, dan mata tunas
bervariasi menurut varietas kentang. Umbi kentang berbentuk bulat, lonjong,
meruncing, atau mirip ginjal; memiliki ukuran kecil hingga besar. Mata tunas umbi
terletak pada kulit umbi tersusun spiral, jumlahnya berkisar antara 2 sampai 14 mata
tunas umbi kentang (Prabaningrum et al ., 2014).
Batang tanaman kentang berongga dan tidak berkayu, kecuali pada tanaman
yang sudah tua bagian bawah batang dapat berkayu. Batang ini umumnya bersudut dan
bersayap. Tergantung pada kultifarnya, sayap pada batang ini berbeda-beda, ada yang
tampak jelas dan ada pula yang kurang jelas. Pada yang jelas bersayap, sayapnya
sempit atau lebar, tepinya lurus atau bergelombangdan berjumlah satu atau lebih.
Pertumbuhan batang memiliki tiga tipe tumbuh sebagai berikut: Tegak: membentuk
sudut > 45° dari permukaan tanah ; Menyebar: membentuk sudut antara 30° - 45° dari
permukaan tanah ; Menjalar: pada tanaman non budi daya atau non komersial, kecuali
pada tanaman yang sudah tua (Farhan, 2022).
Daun pada tanaman Kentang merupakan daun majemuk yang terdiri atas
tangkai daun utama (rachis) anak daun primer (pinnae) dan anak daun sekunder
(folioles) yang tumbuh pada tangkai daun utama diantara anak daun primer. Bagian
rachis dibawah pasangan daun primer yang terbawah disebut petiole. Daun majemuk
tanaman kentang, pada dasarnya tangkai daunnya mempunyai tunas ketiak yang dapat
berkembang menjadi cabang sekunder dengan sistem percabangan
sympodial (Arifah, 2013).
Bunga Kentang adalah zigomorf (mempunyai bidang simetris), berjenis
kelamin dua (hermaproditus), warna mahkota bunga ( corolla) putih, merah jambu, atau
ungu. Daun kelopak (calyx), daun mahkota (corolla) dan benang sari (stamen) masing-
masing berjumlah lima buah dengan satu bunga putik (pistilus) Mahkota berbentuk
terompet dengan ujung seperti bintang. Lima buah benang sari berwarna kuning
melingkari tangkai putiknya (Suryana, 2013).

Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman kentang dapat tumbuh dan berproduksi baik apabila ditanam pada
kondisi lingkungan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya. Di Indonesia, tanaman
kentang diusahakan didaerah yang memiliki ketinggian 1000 – 2000 m diatas
permukaan laut. Tanaman kentang memerlukan banyak air, terutama pada stadia
berbunga, tetapi tidak menghendaki hujan lebat yang berlangsung terus-menerus.
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan kentang ialah 2.000-3000 mm/tahun. Hujan
lebat yang berkepanjangan menghambat pancaran sinar matahari, memperlemah energi
surya, 4 hingga fotosintesis tidak berlangsung optimal. Hal ini menyebabkan umbi
yang terbentuk kecil dan produksinya rendah (Amsah, 2017).
Suhu udara yang ideal untuk kentang berkisar antara 15 – 18° C pada malam
hari dan 24 – 30° C di siang hari. Namun kentang masih bisa hidup di daerah yang suhu
udaranya terutama pada malam hari di bawah suhu ini. Ukuran iklim ini cukup dingin
bagi Indonesia yang tergolong negara tropis dan mempunyai suhu pada siang hari 24 –
35° C dan 15 – 24°C di malam hari, Di daerah tropis basah seperti di Indonesia, hari
pendek disertai suhu tinggi akan mendorong pembentukan umbi yang optimal.
Sebaliknya, bila hari lebih panjang pembentukan umbi akan terhambat, kadang-kadang
tanaman tidak menghasilkan umbi (Asandhi, 2015).
Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah (dingin)
dengan suhu rata–rata harian antara 15 – 20°C. Kelembaban udara yang sesuai berkisar
antara 80- 90%, cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan curah hujan antara 200–
300 mm per bulan atau rata–rata 1000 mm selama pertumbuhan. Curah hujan yang
dibutuhkan tanaman kentang sekitar 300-1000 mm/tahun, apabila curah hujan terlalu
tinggi akan mengakibatkan umbi kentang mudah terserang hama dan penyakit. Cahaya
matahari juga sangat berpengaruh bagi pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman
kentang, karena cahaya matahari diperlukan untuk sintesis hijau daun, kegiatan
stomata, dan aliran protoplasma (Santosa, 2014).
Tanah
Suhu tanah yang optimum untuk pembentukan umbi kentang yang normal
adalah berkisar antara 15 – 18°C. Pertumbuhan umbi kentang akan sangat terhambat
apabila suhu tanah < 10°C dan > 30°C. Tanaman kentang membutuhkan kriteria tanah
yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, bersolum dalam, aerasi dan
drainasenya baik dengan reaksi tanah (pH) 5–7 tergantung varietas yang
dibudidayakan (Asandhi, 2015).
Secara fisik, tanah yang baik untuk budidaya tanaman kentang adalah yang
remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki
lapisan olah tanah yang dalam. Jenis tanah yang paling baik adalah Andosol dengan
ciri– ciri solum tanah agak tebal antara 1–2 m, berwarna hitam atau kelabu sampai
coklat tua, bertekstur debu atau lempung berdebu sampai lempung. Jenis tanah Andosol
tersebut memiliki kandungan unsur hara kategori yang sedang sampai dengan tinggi,
produktivitas sedang sampai tinggi serta reaksi tanah masam sampai dengan
netral (Amsah, 2017).
Kesuburan tanah juga tergantung pada sifat fisik dan kimia serta fungsi tanah,
bahan organik yang terkandung dalam tanah, aktivitas biologi yang mendasar untuk
mempertahankan produksi dan produktivitas pertanian. Secara umum tanaman kentang
tumbuh baik pada tanah yang subur, memiliki drainase yang baik, tanah liat yang
gembur, debu atau debu berpasir, dan jenis tanah yang paling cocok ialah andosol.
Kentang sangat toleran terhadap pH pada selang yang cukup luas yakni 4.5–8.0, tetapi
pH yang baik untuk pertumbuhan dan ketersediaan unsur hara kentang ialah
5.0–6.5 (Amsah, 2017).
Pada tanah asam (pH kurang dari 5) tanaman sering mengalami gejala
kekurangan unsur Mg dan keracunan Mn. Selain itu, tanaman menjadi mudah terserang
nematoda. Sementara itu, pada tanah basa (pH lebih dari 7), sering timbul gejala
keracunan unsur K dan umbinya mudah terserang penyakit seperti penyakit kudis
(Steptomyces scabies). Tanaman kentang toleran terhadap selang pH yang cukup luas
yaitu 4,5 – 8,0, tetapi untuk pertumbuhan optimal dan ketersediaan unsur hara pH yang
baik adalah 5,0 – 6,5 (Djuariah , 2016).
SITOGENETIKA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.)

Analisis Struktur Kromosom Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L)

Salah satu parameter yang dapat digunakan dalam menganalisis kromosom


dapat dilihat dari Indeks Mitosis (IM). Kromosom dapat terlihat ketika sedang
mengalami mitosis atau pembelahan sel. Tahapan pembelahan sel memiliki waktu yang
berbeda-beda. Waktu optimum mitosis berkaitan dengan waktu pengambilan sampel,
sehingga untuk mengetahui waktu optimum pembelahan sel yang tepat diperlukan
pengamatan yang berulang-ulang pada waktu pengambilan sampel yang
berbeda (Abidin, 2014).

Setiap jenis tumbuhan memiliki waktu pembelahan sel yang berbeda-beda dan
setiap tumbuhan memiliki jam biologis yang mengatur waktu optimum pembelahan
mitos. Banyak sel yang membelah dapat dipengaruhi oleh faktor waktu pengambilan
sampel . Penentuan Indeks Mitosis (IM) dan waktu pengambilan sampel sangat
diperlukan karena pada tahap ini karakter-karakter kromosom dapat diamati dengan
jelas dan mudah dihitung sehingga dapat dilakukan studi kromosom. Dalam penelitian
ini, IM Coleus tuberosus dihitung dari pucuk akar yang disampling pada waktu yang
berbeda (Willie & Aikpokpodion, 2015).

Di luar wilayah jelajah alaminya di Amerika Selatan, kentang yang


dibudidayakan dianggap memiliki basis genetik yang sempit yang berasal dari
introduksi plasma nutfah yang terbatas ke Eropa. Kebanyakan kultivar kentang bersifat
autotetraploid (2 n = 4 x = 48), sangat heterozigot, mengalami depresi perkawinan
sedarah yang akut, dan rentan terhadap banyak hama dan patogen yang merusak,
seperti yang dicontohkan oleh kelaparan kentang di Irlandia pada pertengahan abad
kesembilan belas. Secara keseluruhan, atribut-atribut ini menghadirkan hambatan yang
signifikan terhadap perbaikan kentang dengan menggunakan pendekatan pemuliaan
klasik. Tantangan bagi komunitas ilmiah adalah mendapatkan urutan genom yang pada
akhirnya akan memfasilitasi kemajuan dalam pemuliaan(Aili et al ,2016).

Kentang bukanlah spesies yang ideal untuk penelitian sitogenetik. Kromosom


metafase somatik kecil dariS. tuberosumpanjangnya berkisar antara 1,0 hingga 3,5 μm
sangat penting untuk identifikasi. Rendahnya tingkat divergensi kariotipe di antara
spesies kentang dan juga spesies yang berkerabat dekat mempersulit penerapan
pendekatan sitogenetik tradisional pada analisis introgresi. Kerugian lain dari
penelitian sitogenetik pada kentang adalah tidak adanya stok aneuploid seperti garis
monosomik dan nullisomik dan kurangnya mutasi kromosom struktural yang
berkarakter baik dengan translokasi, inversi atau penghapusan, yang secara rutin
digunakan pada spesies lain untuk menetapkan kelompok hubungan ke kromosom
individu atau untuk menemukan lokasi gen pada kromosom tertentu(Prahasta,2019).
Upaya pertama untuk mengidentifikasi kromosom somatik spesifik kentang
yang diwarnai dengan pewarna pengikat DNA seperti aceto-carmine didasarkan pada
analisis panjang kromosom, posisi sentromer dan adanya penyempitan
sekunder. Namun, ukurannya yang kecil dan sedikit perbedaan morfologi tidak
memungkinkan untuk membedakan kromosom metafase yang spesifik secara
tepat. Distribusi urutan DNA yang sangat berulang pada kromosom kentang dipelajari
menggunakan teknik Giemsa C-banding dengan tujuan untuk membedakan kromosom
tertentu .Meskipun kemajuan signifikan telah dicapai dalam identifikasi kromosom
yang diwarnai dengan Giemsa, kesulitan tetap ada dalam diskriminasi di antara
kromosom dengan morfologi dan pola pita C yang serupa(Suharni,2014).
Indeks Mitosis Kromosom Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)
Mitosis merupakan proses dasar dari pertumbuhan vegetatif, regenerasi, dan
penyembuhan luka sehingga memungkinkan untuk melaksanakan teknik perbanyakan
secara vegetatif seperti stek (cuttage), penyambungan (graftage), perundukan
(layerage), pemisahan (separation), dan pembagian (division). Metode perbanyakan
semacam ini penting karena memungkinkan dilakukan perbanyakan dalam jumlah
besar dari individu tanaman sebanyak jumlah bagian tanaman yang bisa dipisahkan
dari bahan tanaman induk yang tersedia. Setiap tanaman baru yang dihasilkan dengan
cara semacam ini mempunyai sifat genetik yang sama dengan tanaman asalnya. Jadi
alasan utama untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif adalah untuk
mereproduksi karakteristik genetik yang tepat sama dari semua tanaman baru dari
bahan tanaman induk yang sama. Alasan lain penggunaan teknik pembiakan vegetatif
terkait dengan aspek budidaya(Akzad,2021).
Salah satu parameter yang dapat digunakan dalam menganalisis kromosom
dapat dilihat dari Indeks Mitosis (IM). Kromosom dapat terlihat ketika sedang
mengalami mitosis atau pembelahan sel. Tahapan pembelahan sel memiliki waktu yang
berbeda-beda. Waktu optimum mitosis berkaitan dengan waktu pengambilan sampel,
sehingga untuk mengetahui waktu optimum pembelahan sel yang tepat diperlukan
pengamatan yang berulang-ulang pada waktu pengambilan sampel yang
berbeda (Abidin, 2014).
Kentang tetraploid ( Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman tetraploid
polisomik yang kompleks secara genetis (2 n = 4 x = 48), sangat heterozigot, sehingga
penelitian genetik dan pemanfaatan kerabat kentang liar dalam pemuliaan menjadi
sulit. Meskipun demikian, analisis genotip genom referensi kentang, transkriptom,
resequencing, dan polimorfisme nukleotida tunggal (SNP) memberikan cara baru
untuk meningkatkan pemahaman genetika dan sitogenetika kentang. Pendekatan
alternatif berdasarkan penggunaan haploid (2 n = 2 x = 24) yang dihasilkan dari
tetraploid S. tuberosum bersama dengan alat genom yang tersedia juga menyediakan
sarana untuk mendapatkan wawasan tentang mekanisme alami yang terjadi dalam
beban genetik dan arsitektur kromosom. kentang tetraploid(Wiartana,2014).
Tanaman Solanaceae merupakan tanaman yang memiliki variasi morfologi dan
jumlah kromosom terbesar yaitu 2n=21-84.Jumlah kromosom kentang hitam sangat
bervariasi karena kentang hitam (Coleus tuberosus) merupakan marga yang dapat
bersifat poliploid maupun aneuploid. Dengan membandingkan jumlah kromosom antar
tanaman kentang yang telah diteliti dan beberapa anggota famili Solanaceae lain maka
akan didapatkan informasi mengenai keanekaragaman jumlah kromosom famili
Solanaceae tersebut. Sehingga hal ini akan menambah data base mengenai klasifikasi
pengelompokan kentang hitam di Indonesia((Nkansah, 2014).
Waktu optimum pembelahan mitosis Allium sp. pada pagi hari sekitar jam
08.00-13.00 WIB dikarenakan pada pagi hari sel-selnya berada pada kondisi aktif.
aktivitas mitosis yang yang paling aktif pada marga Allium bervariasi, A. sativum dan
A. fistulosum terjadi pada pagi hari yaitu pada jam 09.00 WIB dan 06.00 WIB
sedangkan A. cepa pada siang hari jam 12.00 WIB. menunjukkan periode aktivitas
pembelahan mitosis Vigna unguiculata paling aktif pada pukul 07.00-14.00 dan
puncaknya pada pukul 11.00-13.00. Periode waktu pembelahan mitosis yang paling
aktif pada akar Treculia africana yaitu antara pukul 14.00-18.00, persentase tertinggi
pada pukul 16.00(Willie & Aikpokpodion ,2015).
Isolasi Protoplas Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)
Metode fusi protoplas meliputi pemilihan sumber protoplas dari kalus dan daun
melalui organogenesis, isolasi protoplas, induksi fusi protoplas, dan identifikasi fusan.
Induksi organogenesis terbaik dilakukan dengan medium MS tanpa hormon
menggunakan eksplan tunas. Induksi kalus terbaik dilakukan dengan medium MS
kinetin 0,5 ppm dan NAA 2.5 ppm menggunakan eksplan batang in vitro. Sumber
protoplas terbaik untuk isolasi protoplas adalah daun dan kalus. Protoplas daun hasil
isolasi berbentuk bulat, berdiameter 10 – 20 µm dengan kloroplas tersebar didalam
sitoplasma. Jumlah protoplas yang dihasilkan 1,59.106 protoplas/ml dengan viabilitas
47,35%. Protoplas kalus hasil isolasi berbentuk bulat, berdiameter 20 – 30 µm,
transparan karena tidak mengandung kloroplas. Jumlah protoplas yang dihasilkan
1,825.106 protoplas/ml dengan persentase viabilitas 25%. Proses fusi terjadi secara
spontan dan dengan penginduksi. Fusi spontan terjadi saat proses perendaman enzim.
Fusi dengan penginduksi PEG 6000 35% menghasilkan fusan terbanyak. Fusan antar
protoplas daun dan antar protoplas kalus diidentifikasi dengan membandingkan ukuran
protoplas single dan ukuran fusan. Fusan antar protoplas daun dan kalus diidentifikasi
dengan membandingkan ciri anatomik protoplas fusan dengan ciri anatomik protoplas
indukan(Anjum,2018).
Kultur Protoplas merupakan metode yang menginduksikan munculnya variasi
dari dalam tanaman itu sendiri,dengan memacu terekspresinya sifat-sifat genetic yang
biasanya tertutupi atau tidak munculnya pada fenotipenya.teknik ini berkembang dari
prinsip totipotensi sel,dimana setiap sel mempunyai kemampuan untuk tumbuh ddan
berkembang dengan lingkungan yang sesuai dengan membawa karakter masing-
masing yang independen.Dengan mengisolasi setiap sel dari tanaman dan
meregenerasikanya pada media yang sesuai,maka akan didapat tanaman baru yang
membawa karakter masing-masing sel tersebut(Purwito,2022).
Untuk mengintroduksi gen-gen tertentu dari suatu tanaman ke tanaman lainya
dapat dilakukan dengan metode fusi protoplas.Fusi protoplas mempunyai kemampuan
yang tinggi untuk merakit kultivar-kultivar baru Karena dapat mengatasi
ketidakmampuan dari tanaman.selain dapat mentransfer gn –gen yang belum
terindentifikasi ,fusi protoplas digunakan untuk memodifikasi dan memeperbaiki sifat-
sifat yang diturunkan secara poligenik(De Block,2017).
Mesofil tanaman paling banyak digunakan sebagai sumber protoplas pada
Solanacae. Hal ini Karena kondisi fisiologis dari daun tanaman lebih konstan
dibandingkan tanaman dari rumah kaca.kelemahan pada daun kentang adalah ukuran
yang kecil ,sehingga menyulitkan dalam proses isolasi ,selain produksi protoplas yang
dihasilkan lebih rendah ,bahkan tidak di peroleh protoplas ,diperlukan cara
mempersiapkan donor eksplan yang baik,yaitu tanaman yang vigor dan mempunyai
ukuran daun yang lebih lebar sehingga memudahkan dalam pengerjaan
nya(Millam,2016).
Peningkatan keragaman genetik melalui variasi somaklonal menggunakan
protoplas sebagai bahan keragaman telah berhasil dilakukan pada beberapa tanaman.
Variasi yang muncul dapat menghasilkan keragaman yang baik dari sifat morfologi
dan ketahanan terhadap penyakit. Variasi somaklonal yang muncul dapat ditunjukkan
oleh warna daun yang mempunyai bercak albino pada tanaman kentang tingkat
ketahanan regeneran padi terhadap aluminium dan keragaman pertumbuhan dan
pembentukan umbi pada tanaman ubi jalar(Adi,2018).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
1. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal
dari Amerika Selatan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan pangsa pasar
yang stabil. Tanaman ini menyebar luas di dataran Eropa yang dibawa pada
masa penjajahan oleh Spanyol dan Protugis dan akhirnya menyebar ke seluruh
penjuru dunia termasuk Indonesia.
2. Tanaman kentang dapat tumbuh dan berproduksi baik apabila ditanam pada
kondisi lingkungan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya. Di Indonesia,
tanaman kentang diusahakan didaerah yang memiliki ketinggian 1000 – 2000
m diatas permukaan laut. Tanaman kentang memerlukan banyak air, terutama
pada stadia berbunga, tetapi tidak menghendaki hujan lebat yang berlangsung
terus-menerus. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan kentang ialah
2.000-3000 mm/tahun.
3. Suhu tanah yang optimum untuk pembentukan umbi kentang yang normal
adalah berkisar antara 15 – 18°C. Pertumbuhan umbi kentang akan sangat
terhambat apabila suhu tanah < 10°C dan > 30°C. Tanaman kentang
membutuhkan kriteria tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik, bersolum dalam, aerasi dan drainasenya baik dengan reaksi tanah
(pH) 5–7 tergantung varietas yang dibudidayakan.
4. Salah satu parameter yang dapat digunakan dalam menganalisis kromosom
dapat dilihat dari Indeks Mitosis (IM). Kromosom dapat terlihat ketika sedang
mengalami mitosis atau pembelahan sel. Tahapan pembelahan sel memiliki
waktu yang berbeda-beda. Waktu optimum mitosis berkaitan dengan waktu
pengambilan sampel, sehingga untuk mengetahui waktu optimum pembelahan
sel yang tepat diperlukan pengamatan yang berulang-ulang pada waktu
pengambilan sampel yang berbeda.
5. Metode fusi protoplas meliputi pemilihan sumber protoplas dari kalus dan
daun melalui organogenesis, isolasi protoplas, induksi fusi protoplas, dan
identifikasi fusan. Induksi organogenesis terbaik dilakukan dengan medium
MS tanpa hormon menggunakan eksplan tunas. Induksi kalus terbaik
dilakukan dengan medium MS kinetin 0,5 ppm dan NAA 2.5 ppm
menggunakan eksplan batang in vitro. Sumber protoplas terbaik untuk isolasi
protoplas adalah daun dan kalus. Protoplas daun hasil isolasi berbentuk bulat,
berdiameter 10 – 20 µm dengan kloroplas tersebar didalam sitoplasma.
Jumlah protoplas yang dihasilkan 1,59.106 protoplas/ml dengan viabilitas
47,35%. Protoplas kalus hasil isolasi berbentuk bulat, berdiameter 20 – 30
µm.
Saran:
Sebaiknya praktikan dapat lebih focus dalam melihat setiap kalimat dan
memahami konteks dari tanaman kentang.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,.A.Z, 2014 Studi Indeks Mitosis Bawang untuk Pembuatan Media
Pembelajaran Preparat Mitosis. Bioedu, 3(3), 571–579.
Adi. 2018. Culture Media and Protocols for Isolation and Fusion of Protoplasts of
Eggplant. Morphogenese Vegetale Experimentale Bat.360.
Universite Paris, France.
Aili, E.N., Respatijarti. dan Sugiharto, A. N. (2016) „Pengaruh Pemberian Kolkisin
TerhadapPenampilan Fenotip Galur Inbrida Jagung Pakan (Zea Mays L.)
Pada Fase Pertumbuhan Vegetatif, Jurnal Produksi Tanaman, 4(5),
pp. 370–377.
Akzad, M.B. 2021 Keragaman Genetik Berbasis ISSR dan Informasi Kandungan `
Nutrisi Murbei (Morus spp.). Universitas Hasanuddin, Makassar.
Amsyah, 2017. Manajemen kearsipan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia pustaka utama.
Anjum ,2018.The Role of Vitamin D in Brain Helth ;A Mini Literature Review .
Cureus 10(7).
Arifah S. M., 2013. Aplikasi Macam Dosis Pupuk Kandang Pada Tanaman Kentang.
Jurnal Gamma
Asandhi, AA, 2015. Optimization of fertilizer in LEISA shallots farming in the
lowlands. Journal of Horticulture, Vol. 15 (3): 199-207.
De Block ,M. 2017. Genotype-Indenpent leaf disc Transformation of
Potato(Solanum tuberosum) using Agrobacterium tumefaciens.Theor.Appt.
Genet.76:767-774.
Djuariah ,2016 Penampilan Lima Kultivar Kacang Buncis Tegak di Dataran Rendah.
J. Agrivigor. 8 (1) : 64-73.
Farhan ,D. 2022. . Integration of two diploid potato linkage maps with the potato
genome sequence. Plos One 7(4): e36347.
Lestari, P.,2015. Pengambangan identitas spesifik berbasis marka SSR pada 29 varietas
Kedelai lokal Indonesia. Jurnal Biologi Indonesia, 12(2): 219-229.
Niniek, A.2013. Perkembangan Saruran Umbi Kentang dan Wortel Nusantara.
Swadaya.Jakarta. Hal 117.
Nkansah, G.O.2014. . Solenostemon retundifolius (Poir.) J.K. Morton. In: GJH Grubben and
OA Denton (Eds.). PROTA (Plant Resources of Tropical Africa). Wageningen.
Netherlands.

Prabaningrum, L., Tonny K. Moekasan., I. Sulatrini., T. Handayani., Juniarti P


Sahat., E. Sofiari., dan N. Gunadi. 2014. Teknologi Budidaya Kentang
Di Dataran Medium. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Prahasta, E.2019. Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep Dasar. Bandung :
Informatika Bandung.
Santosa,2014. Penangkaran Benih kentang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 131 hal.
Suharni, S.2014. Evaluasi Morologi, Anatomi, Fisiologi dan Sitologi Tanaman
Kentang yang Medapat Perlakuan Kolkhisin. Tesis. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Suryana, D. 2013. Budidaya Kentang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta .
Willie, P.O. & P.O. Aikpokpodion. 2015. Mitotic activity in
Cowpea (Vigna unguiculata (L.) land race “Olaudi” walp) in Nigeria.
American Journal of Plant Sciences 6: 1201-1205.
Yusron, Farid Nur. 2017. Pemanfaatan Umbi Kentang Hitam sebagai Media Alternatif
untuk Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai