Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum Lapang

Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG


JENEPONTO-BULUKUMBA

Nama : Mutiana

Nim : G111 16 551

Kelas :F

Kelompok : 16

Asisten : 1. Aziz Yasril

2. Wahyu Purnama

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman pangan dan hortikultura merupakan tanaman yang sangat


penting bagi kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Tanaman pangan adalah tanaman yang mendukung kehidupan manusia yang
meliputi padi, jagung dan lain-lain. Pengembangan budidaya tanaman pada
tanaman pangan sangat diperlukan seiring dengan bertambahnya kebutuhan
manusia dalam setiap harinya. Misalnya saja jagung selain untuk kebutuhan
pangan jagung juga sangat penting pada bidang industri. Selain tanaman pangan,
tanaman hotikultura juga merupakan tanaman yang sangat dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari misalnya saja buah, sayuran, dan lain-lain.
Budidaya tanaman hortikultura merupakan budidaya yang membutuhkan
perhatian yang cukup serius khususnya pada saat penentuan ekologi dan
kecocokan dengan iklim pada saat penanaman.
Kecukupan pangan dan hortikultura merupakan salah satu tujuan
pembangunan pertanian guna mendukung swasembada. Oleh karena itu sangat
penting untuk mengetahui cara-cara budidaya tanaman pangan dan hortikultura
yang baik dan benar agar produktivitas tanaman pangan dan hortikultura semakin
meningkat. Dengan turun langsung kelapangan untuk melihat bagaimana cara
budidaya petani pada proses penanaman sampai selesai. Kecocokan lingkungan
budidaya tanaman pangan dan hortikultura dan iklim merupakan hal yang sangat
perlu diperhatikan agar tidak salah pada saat melakukan penanaman sehingga
kemungkinan terburuk yang akan dihadapi pada saat budidaya dapat diatasi
dengan baik dan benar misalnya saja pada penanganan dari gangguan hama dan
penykit pada tanaman.
Budidaya tanaman pangan dan hotikultura dikalangan petani sangat
penting untuk diketahui agar kita dapat membandingan antara teori yang didapat
dikelas dengan implementasi yang diterapkan oleh petani. Serta perbandingan
yang dilakukan pada tiap petani dibeberapa didaerah merupakan referensi yang
konkret untuk dapat mempelajari segala hal yang dapat mempengaruhi
peningkatan produktivitas bagi tanaman pangan dan hotikultura. Selain itu
dengan mengetahui tanaman yang cocok dibudidayakan pada tiap daerah
merupakan hal yang sangat pada saat budidaya tanaman pangan dan hortikultura.
Berdasarkan uraian diatas, praktek lapang ini sangat penting untuk
dilakukan agar mahasiswa dapat melihat secara langsung budidaya yang
dilakukan oleh petani sekitar dan untuk mengetahui tanaman yang cocok
ditanman pada daerah tersebut.
1.2 Tujuan dan Kegunaan

1.2.1 Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilakukannya praktikum lapang mata kuliah budidaya tanaman


pangan dan hortikultura ini adalah untuk memberikan wawasan kepada
mahasiswa tentang bagaimana cara budidaya tanaman pangan dan hortikultura
dan kendala yang biasa dihadapi petani di lapangan.
1.2.2 Kegunaan Praktikum

Adapun kegunaan dari dilakukannya praktikum lapang ini adalah


diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang
bagaimana cara budidaya tanaman pangan dan hortikultura dan kendala yang
biasa dihadapi petani di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nama dan Spesies Tanaman

2.1.1 Cabai (Capsicum annum L.)

Tanaman cabai merupakan tanaman budidaya yang termasuk tanaman


perdu dari famili Solanaceae. Tanaman cabai biasanya ditanam di pekarangan dan
di kebun sebagai tanaman sayuran. Tanaman cabai berasal dari benua Amerika,
yaitu dari daerah Peru. Tanaman cabai menyebar ke negara-negara benua
Amerika, Eropa dan Asia termasuk juga Negara Indonesia. Tanaman cabai
merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri (self – pollinated crop). Walaupun
demikian, persilangan antar varietas secara alami sangat mungkin terjadi di
lapangan yang dapat menghasilkan ras-ras cabai baru (Cahyono, 2008).
Di Indonesia umumnya diusahakan dua spesies cabai yaitu : cabai besar
dengan buah yang menggantung (Capsicum annum L.) dan cabai kecil dengan
buah yang tegak tidak menggantung (Capsicum frutescens L.). Kasifikasi cabai
rawit menurut Rukmana (2010) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta.
Subdivisio : Angiospermae.
Klass : Dicotyledonae.
Sub klass : Metachlamidae.
Ordo : Tubiflorae.
Famili : Solanaceae.
Genus : Capsicum.
Spesies : Capsicum frutescens L.

2.1.2 Bawang Merah (Allium ascalonicus)

Bawang merah merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura


yang termasuk kedalam rempah tidak bersubtutusi yang berfungsi sebagai bumbu
penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Bawang merah memiliki
kandungan karbohidrat, gula, asam lemak, protein dan mineral lainnya yang baik
dan dibutuhkan oleh tubuh manusia. Di lain pihak, bawang merah juga paling
tidak tahan terhadap air hujan, tempat-tempat yang selalu basah atau becek.
Bawang merah sebaiknya ditanam pada kondisi kering (Estu, 2012).
Menurut Estu (2012), bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium ascalonicum L

2.1.3 Kacang Tanah (Arachis hypogaea L)

Kacang tanah (Arachis hypogaea L) merupakan salah satu komoditas


pangan yang banyak digunakan dan dikomsumsi masyarakat. Dalam penggunaan
sehari-hari biji kacang tanah umumnya dikomsumsi langsung dalam bentuk
kacang goring, kacang rebus, bumbu dan sebagainya (Bustami, 2011).
Menurut Ratnapuri (2008), klasifikasi tanaman kacang secara taksonomi
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea

2.1.4 Jagung (Zea mays.L)

Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif dan banyak


dibidayakan didaerah bersuhu tinggi didaerah tropis dan subtropis. Produksi
jagung antar daerah berbeda antara daerah satu dengan daerah yang lain. Hal ini
disebabkan karena perbedaan kesuburan tanah, ketersediaan air dan varietas
jagung yang ditanaman. Tanaman jagung optimal pada tanah yang gembur,
drainase baik, dengan kelembaban tanah cukup. Tanaman jagung akan layu
apabila kelembaban tanahnya kurang dari 40% dan batang terendam air karena
pada tanaman jagung tidak menyukai kondisi terendam air (Yasin. et al. 2015).
Menurut Purwono dan Rudi Hartono (2011), klasifikasi dan sistematika
tanaman jagung adalah sebagai berikut.
Kingdom : plantae ( tumbuh-tumbuhan)
Divisi : spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Gramineae (rumput-rumputan)
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
2.2 Morfologi Tanaman

2.2.1 Cabai

Tanaman cabai rawit termasuk tanaman dikotil (berkeping dua) yang


memiliki akar tunggang yang tumbuh vertikal ke arah pusat bumi. Akar tanaman
cabai memiliki kemampuan menembus ke dalam tanah sejauh 30 - 60 cm dan
mempunyai akar serabut yang umumnya berada dekat dengan permukaan tanah
dan melebar sejauh 30 - 50 cm. Cabai rawit mempunyai tinggi yang dapat
mencapai 50 - 150 cm. Cabai rawit termasuk tanaman perdu. Batang cabai rawit
memiliki struktur yang keras dan berkayu, berwarna hijau gelap, tidak berbulu,
berbentuk bulat halus, berbuku-buku, dan bercabang banyak (Purwono, 2011).
Daun cabai rawirt berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing dan tepi
daun rata. Ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan daun cabai besar. Daun
tunggal dengan kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun menyirip dan
tangkai tunggal yang melekat pada batang (Cahyono, 2008).
Bunga cabai rawit merupakan bunga tunggal yang berbentuk bintang dan
tumbuh pada ketiak daun dengan mahkota bunga berwarna putih. Penyerbukan
bunga termasuk penyerbukan sendiri, namun dapat terjadi juga secara silang.
Panjang bunga cabai rawit 1 - 1,5 cm, lebarnya sekitar 0,5 cm dan panjang tangkai
bunga 1 - 2 cm. Warna kepala putik kuning kehijauan. Tangkai sari berwarna
putih, tetapi yang dekat dengan kepala sari berwarna kecoklatan. Panjang tangkai
sari 0,5 cm, kepala sari berwarna biru atau ungu (Prajnanta, 2011).
Bunga cabai rawit berukuran kecil, terletak pada ujung ranting, jumlahnya
satu atau dua kadang-kadang lebih. Tangkai bunga tegak, panjangnya 1,5-2,5 cm,
warnanya hijau muda. Kelopak bunga kecil, berbentuk bintang segi 5, warnanya
hijau kekuningan. Mahkota bunga warna kuning-kehijauan, garis tengah 0,5-1 cm,
bentuk bintang bersudut 5. Benang sari 5 buah, terlihat tegak, warna kepala
benangsari berwarna ungu (Prajnanta, 2011).
Buah cabai rawit akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan. Buah memiliki
keanekaragaman dalam ukuran, bentuk, warna dan rasa buah. Buah cabai rawit
dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing atau berbentuk kerucut. Cabai
rawit yang kecil memiliki ukuran panjang antara 2-2,5 cm dan lebar 5 mm,
sedangkan cabairawit yang agak besar memiliki ukuran panjang mencapai 3,5 cm
dan lebar mencapai 12 mm. Warna buah cabai rawit bervariasi buah muda
berwarna hijau atau putih, sedangkan buah yang telah masak berwarna merah
menyala atau merah jingga. Pada waktu masih muda, rasa buah cabai rawit kurang
pedas sedangkan setelah masak menjadi pedas (Cahyono, 2008).
Biji cabai rawit berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat pipih,
tersusun berkelompok (bergerombol) dan saling melekat pada empulur. Ukuran
biji cabai rawit lebih kecil dibandingkan dengan cabai besar. Biji-biji ini dapat
digunakan dalam perbanyakan tanaman (perkembangbiakan) (Cahyono, 2008).
2.2.2 Bawang Merah

Struktur morfologi tanaman bawang merah terdiri atas akar, batang, umbi,
daun. Tanaman bawang merah termasuk tanaman semusim ( annual), berumbi
lapis, berakar serabut, berdaun silindris seperti pipa, memiliki batang sejati
(diskus) yang berbentuk sperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat
melekatnya perakaran dan mata tunas (Rukmana, 2010).
Menurut Rukmana (2010), adapun morfologi dari bawang merah antaralain
sebagai berikut :
a. Akar
Secara morfologi akar tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar, dan
tudung akar. Pada akar, terdapat rambut-rambut akar yang merupakan perluasan
permukaan dari sel-sel epidermis akar. Adanya rambut-rambut akar akan
memperluas daerah penyerapan air dan mineral. Rambut-rambut akar hanya
tumbuh dekat ujung akar dan relatif pendek. Bila akar tumbuh memanjang
kedalam tanah maka pada ujung akar yang lebih muda akan terbentuk rambut-
rambut akar yang baru, sedangkan rambut akar yang lebih tua akan hancur dan
mati.
b. Batang
Batang pada bawang merah merupakan batang yang semu yang terbentuk dari
kelopak-kelopak daun yang saling membungkus. Kelopak-kelopak daun sebelah
luar selalu melingkar dan menutupi daun yang ada didalamnya. Beberapa helai
kleopak daun terluar mengering tetapi cukup liat. Kelopak daun yang menipis dan
kering ini membungkus lapisan kelopak daun yang yang ada didalamnya yang
membengkak. Karena kelopak daunnya membengkak bagian ini akan terlihat
mengembung, membentuk umbi yang merupakan umbi lapis.
c. Daun
Secara morfologi, pada umumnya daun memiliki bagian-bagian helaian daun
(lamina), dan tangkai daun (petiolus). Daun pada bawang merah (Allium cepa var.
ascalonicum) hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil dan
memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunya meruncing dan
bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak.
d. Umbi
Bagian pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang
tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram tumbuh akar-akar
serabut. Di bagian atas cakram terdapat mata tunas yang dapat menjadi tanaman
baru. Tunas ini dinamakan tunas lateral, yang akan membentuk cakram baru dan
kemudian dapat membentuk umbi lapis kembali.
2.2.3 Kacang Tanah

Kacang tanah berdau majemuk bersirip genap, terdiri atas empat anak daun
dengan tangkai daun agak panjang. Helai anak daun ini bertugas mendapatkan
cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Batang tanaman kacang tanah tidak
berkayu dan berubulu halus, ada yang tumbuh menjalar da nada yang tegak.
Tinggi batang rata-rata sekitar 50 cm, namun ada yang mencapai 80 cm. kacang
tanah berakar tunggang yang tumbuh lurus kedalam tanah hingga kedalam 40 cm.
pada akar tunggang tersebut tumbuh akar cabang dan diikuti oleh akar serabut.
akar kacang berfungsi sebagai penopang berdirinya tanaman serta alat penyerap
air dan zat-zat hara serta ineral dari dalam tanah (Ratnapuri, 2008).
Bunga kacang tanah tersusun dalam bentuk bulir yang muncul di ketiak
daun, dan termasuk bunga sempurna yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat
dalam satu bunga. mahkota bunga kacang tanah berwarna kuning terdiri dari 5
helai yang bentuknya berlainan satu dengan yang lain. Kacang tanah berbuah
polong. polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan, dimana bakal buah
tumbuh memanjang dan disebut ginofor. setelah tumbuh memanjang, ginofor tadi
mengarah kebawah dan terus masuk kedalam tanah. Apabila polong telah
terbentuk maka proses pertumbuhan ginofor yang memanjang terhenti. Ginofor
yang terbentuk di cabang bagian atas tidak masuk ke dalam tanah sehingga tidak
akan membentuk polong (Ratapuri, 2008).
2.2.4 Jagung

Menurut Purwono dan Rudi Hartono (2011), morfologi jagung adalah


sebagai berikut.
1. Akar
Jagung termasuk tanaman berakar, serabut yang terdiri dari tiga tipe akar,
yaitu akar seminal, akar adventuf, dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari
radikula dan embrio. Akar adventif di sebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh
dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan tanah. Sementara
akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat
permukaan tanah. Perkembangan akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan
tanah dan keadaan air tanah.
2. Batang
Batang jagung tidak bercabang, berbwntuk silinder, dan terdiri dari beberapa
ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi
tongkol. Tinggi batang jagung tergantung dari verietas dan tempat penanaman,
umumnya berkisar 60-300 cm.
3. Daun
Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun
terdiri dari 8-48 helai, tergantung dari verietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian,
yaitu kelopak daun, lidah daun dan helaian daun. Kelopak daun umumnya
membungkus batang. Antara kelopak daun dan helaian terdapat lidah daun yang
disebut ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak. Fungsi ligula adalah mencegah air
masuk kedalam kelopak daun dan batang.
4. Bunga
Bunga jagung tidak memiliki petal dan sepal sehingga disebut bunga tidak
lengkap. Bunga jagung juga termausk bunga tidak sempurna karena bunga jantan
dan betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan terletak di ujung
batang. Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 atau ke-8 dari bunga
jantan. Penyerbukan pada bunga jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan
jatuh dan menempel pada rambut tongkol. Pada jagung umumnya terjadi
penyerbukan silang (cross pollinated crop).
5. Biji
Biji tanaman jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat
200-400 biji. Biji jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut
pericarp. Bagian atau lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan
makanan biji. Sementara bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga
2.3 Pola Tanam

2.3.1 Cabai

Pola tanam cabai petani didaerah Jenneponto adalah menggunakan pola


tanaman tumpang sari. Dengan jarak tanam 25 × 30 cm dan panjang bedengan
sekitar 21 × 1 m . Selain cabai petani juga menanam bawang merah diantara
tanaman cabai. Tanaman cabai diganti dalam 1 tahun sekali dan sudah dapat
dipanen pada umur cabai 1-2 bulan. Luas lahan petani tersebut adalah ± 1 Ha
dengan hasil panen yaitu sekitar 700 kg/ha dengan harga jual yang paling tinggi
Rp. 43.000 dan harga yang paling rendah Rp. 1.500. Varietas cabai yang ditanam
adalah cakra putih dengan benih yang berasal dari hasil panen sebelumnya.
Kriteria pemilihan benih dilakukan dengan melihat kematangan fisiologis dari
cabai itu sendiri. Kemudian memilih cabai dengan warna yang merah dan mulus
serta tidak berpenyakitan.
2.3.2 Bawang Merah

Pola tanam bawang merah petani bawang didaerah Jenneponto adalah


menggunakan pola tanaman monokultur. Dengan jarak tanam 20 × 10 cm dan
panjang bedengan sekitar 5 × 1 m . Selain bawang merah petani juga menanam
sawi dibedengan sekitar bedengan bawang. Umur tanaman bawang ± 2 bulan
sedangkan untuk tanaman sawi ± 1 bulan. Varietas yang ditanam adalah varietas
bima brebes. Petani yang di temui Jenneponto melakukan penanaman bawang
secara terus menerus tanpa mengganti dengan varietas dan jenis komodiliti lain.
Luas lahan petani tersebut adalah ± 80 are dengan hasil panen setiap 2 bulannya
yaitu sekitar 400 kg/are.
2.3.3 Kacang Tanah

Pola tanam yang diberlakukan pada lahan yang di Bulukumba untuk


menanam kacang tanah adalah sistem pola tanam monokultur. Yang mana pada
lahan tersebut dibudidayakan tanaman kacang tanah varietas kancil dan varietas
kelinci.
2.3.4 Jagung

Pola tanam jagung petani didaerah Bulukumba adalah menggunakan pola


tanaman monokultur. Dengan jarak tanam 40 × 75 cm dan panjang. Dengan
pengelolaan lahan sebanyak 3 kali pada waktu musim hujan dengan menggunakan
traktor. Dalam penanaman jagung dilakukan dengan satu vareitas dan pada saat
ingin menanam varietas lain harus menanan dengan radius 200 meter atau dengan
jarak tanam 21 hari setelah penanaman varietas satu. Luas lahan petani tersebut
adalah ± 13 Ha dengan hasil panen yaitu sekitar dengan waktu penen 90 hari
setelah tanam varietas cabai yang ditanam adalah Lamuru dengan benih yang
berasal dari malang. Kriteria pemilihan benih dilakukan dengan melihat
kematangan fisiologis dari lalu melakuan pengeringan setelah itu dilakukan
pnyortiran untuk memisahkan benih yang besar dan kecil.
2.4 Pemupukan

2.4.1 Cabai

Untuk pembudidayaan tanaman cabai dilakukan pemberian pupuk oleh


petani yang berda di Jeneponto dengan menggunakan beberapa jenis pupuk. Baik
itu pupuk organik maupun pupuk anorganik. Petani di Jeneponto menggunakan
pupuk organik berupa pupuk kandang, yang digunakan sebelum melakukan
penanaman jagung atau diberikan pada saat proses pengolahan tanah. Untuk
pupuk anorganik, pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, NPK dan PONSKA.
2.4.2 Bawang Merah

Penggunaan pupuk pada pembudidayaan bawang yang dilakukan oleh


petani di Jeneponto, tidak diberikan pupuk kompos maupun pupuk organik
lainnya. Penggunaan pupuk yang diberikan hanya menggunakan pupuk urea dan
pupuk lainnya yaitu ZA.
2.4.3 Kacang Tanah

Berbeda dengan tanaman jagung, tanaman kacang tanah di Bulukumba


tidak diberikan pupuk anorganik. Pupuk organik yang digunakan hanya satu yaitu
pupuk kandang. Pada area penanaman kacang tidak diberikan pupuk kimia atau
anorganik karena tanah di daerah itu masih banyak mengandung hara yang baik
untuk pertumbuhan tanaman kacang.
2.4.4 Jagung

Pada tanaman jagung di daerah Bulukumba tepatnya di Batu Karopa,


Tanah Harapan pemberian pupuk organik berupa pupuk kompos diberikan pada
proses pengolahan tanah dan pemberian pupuk anorganik berupa urea, NPK dan
PONSKA diberikan setelah tanaman telah tumbuh.
BAB III
KEADAN UMUM LOKASI

3.1 Letak Astronomis dan Geografi

3.1.1 Jeneponto

Kabupaten Jeneponto memiliki wilayah seluas 74.979 ha atau 749,79 km2.


Luas Wilayah Kabupaten Jeneponto tersebut bila dilihat dari jenis penggunaan
tanahnya, maka penggunaan tanah yang terluas pertama tahun 1999 adalah
Tegalan/Kebun seluas 35.488 ha atau 47,33%, terluas kedua adalah Sawah Panen
Satu Kali seluas 12.418 ha atau 16,56%, terluas ketiga adalah Hutan Negara
seluas 9.950 ha atau 13,27%, sedangkan penggunaan tanah untuk Pekarangan
seluas 1.320 ha atau 1,76% dan yang terendah adalah Ladang / Huma seluas 31 ha
atau 0,04%.
Secara geografis daerah Jeneponto terdiri dari 25% (28 desa/kelurahan)
merupakan daerah pesisir, 8% (9 desa/kelurahan lembah ,27% (30 desa/kelurahan)
lereng/bukit dan 40,17% (45 desa) adalah dataran. Kabupaten Jeneponto terletak
pada lengan selatan bagia selatan Pulau Sulawesi, merupakan salah satukabupaten
di Provinsi Sulawesi Selatan. Letak geografis kabupaten Jeneponto berada antara
5o.23’12”-5o.42’1,2” Lintang Selatan dan 119o.29’12’-119o.56’44,9” Bujur Timur
dengan Batas Wilayah:
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Gowa
2. Sebelah Selatan : Berbatasan Laut Flores
3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Takalar
4. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng
3.1.2 Bulukumba
Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan Pulau Sulawesi dan
berjarak kurang lebih 153 kilometer dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan,
Makassar. Terletak antara 05o20 – 05o40 lintang selatan dan 119o58 – 120o28
bujur timur. Kabupaten Bulukumba terdiri dari 10 kecamatan, yaitu: Kajang,
Bulukumpa, Rilau Ale, Kindang, Gantarang, Bontobahari, Herlang, Ujung Bulu,
Ujung Loe dan Bontotiro yang terbagi ke dalam 27 kelurahan dan 103 desa
dengan total luas 1.154,7 km2. Kabupaten Bulukumba memiliki batas
administrasi sebelah Utara; Kabupaten Sinjai, sebelah Timur; Teluk Bone, sebelah
Selatan; Laut Flores dan sebelah Barat; Kabupaten Bantaeng (BPS Kabupaten
Bulukumba, 2012). Wilayah Kabupaten Bulukumba hampir 95,4 persen berada
pada ketinggian 0 sampai dengan 1000 mdpl dengan tingkat kemiringan tanah
umumnya 0-40o. Terdapat sekitar 32 aliran sungai yang dapat mengairi sawah
seluas 23.365 ha, sehingga merupakan daerah potensi pertanian. Curah hujannya
rata-rata 152 mm/bulan (1.824 mm/ tahun) dan rata-rata hari hujan 10 hari per
bulan dalam setahun (Wahyuni, 2017).
Kabupaten Bulukumba terletak diantara 05°20° – 05°40° LS dan 119°58° -
120°28° BT dengan batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Kabupaten Sinjai
2. Sebelah Timur : Teluk Bone dan Pulau Selayar
3. Sebelah Selatan : Laut Flores
4. Sebelah Barat : Kabupaten Banteang
Kabupaten Bulukumba terdiri dari 10 Kecamatan yaitu, Kecamatan Ujung
Bulu (Ibu Kota Kabupaten), Gantarang, Kindang, Rilau Ale, Bulukumpa, Ujung
Loe, Bontobahari, Bontotiro, Kajang, dan Herlang. 7 diantaranya termasuk daerah
pesisir sebagai sentra pengembangan pariwisata dan perikanan yaitu kecamatan ;
Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bontobahari, Bontotiro, Kajang dan Herlang.
3 Kecamatan sentra pengembangan pertanian dan perkebunan yaitu Kecamatan ;
Kindang, Rilau Ale, dan Bulukumpa. Wilayah Kabupaten Bulukumba juga
memiliki topografi yang sangat bervariasi dari 0 meter hingga di atas 1000 meter
dari permukaan laut (Wahyuni, 2017).
3.2. Topografi

3.2.1 Jeneponto

Kondisi topografi tanah wilayah Kabupaten Jeneponto pada umumnya


memiliki permukaan yang sifatnya bervariasi, ini dapat dilihat bahwa pada bagian
Utara terdiri dari dataran tinggi dan bukit-bukit yang membentang dari Barat ke
Timur dengan ketinggian 500 sampai dengan 1.400 meter diatas permukaan laut.
Daerah ini cocok bila dijadikan sebagai areal pengembangan tanaman hortikultura
dan sayur-sayuran. Dibagian tengah Kabupaten Jeneponto meliputi wilayah-
wilayah dataran dengan ketinggian 100 sampai dengan 500 meter diatas
permukaan laut, dan bagian selatan meliputi wilayah-wilayah dataran rendah
dengan ketinggian 0 sampai dengan 100 meter di atasa permukan laut.
Kabupaten Jeneponto merupakan daerah yang berbukit dengan luas wilayah
749,79 km2. Topografi Kabupaten Jeneponto terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
1. Bagian Utara, dengan ketinggian 500 s/d 1400 meter di atas permukaan laut.
2. Bagian Tengah, dengan ketinggian 100 s/d 500 meter di atas permukaan laut.
3. Bagian Selatan, dengan ketinggian 0 s/d 150 meter di atas permukaan laut
3.2.2 Bulukumba

Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 s/d 25 meter di atas


permukaan laut meliputi tujuh kecamatan pesisir yaitu: Kecamatan Gantarang,
Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari,
Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang. Daerah
bergelombang dengan ketinggian antara 25 s/d 100 meter dari permukaan laut
meliputi bagian dari Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang, Kecamatan
Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang,
Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale. Daerah perbukitan di
Kabupaten Bulukumba terbentang mulai dari Barat ke utara dengan ketinggian
100 s/d di atas 500 meter dari permukaan laut meliputi bagian dari Kecamatan
Kindang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale. Wilayah Kabupaten
Bulukumba lebih didominasi dengan keadaan topografi dataran rendah sampai
bergelombang. Luas dataran rendah sampai bergelombang dan dataran tinggi
hampir berimbang yaitu jika dataran rendah sampai bergelombang mencapai
sekitar 50,28% maka dataran tinggi mencapai 49,72% (Wahyuni, 2017).
3.3. Vegetasi

3.3.1 Jeneponto

Vegetasi yang banyak didaerah jeneponto adalah lontar. Selain vegetasi


lontara yang paling menonjol adalah vegetasi jagung, baik itu jagung pertanian
maupun jagung umum. Ada pula nangka yang senantiasa menghiasi kebun warga,
manga, dengan puluhan varietas. Kacang bintotoeng, kacang sayur yang paling
populaer di Jeneponto. Asam camba ada disepanjang jalan raya, buah nane
dengan tekstur dan rasa seperti buah sawo, pohon kapuk dan pisang juga banyak
ditemukan disepanjang kebun penduduk Jeneponto. Vegetasi bawang merah,
cabai dan sawi juga merupakan tanaman yang sering dijumpai di kebun petani.
3.2.2 Bulukumba

Vegetasi yang banyak didaerah bulukumba adalah pohon karet didaerah


Allu di dusun Palangisang dan didaerah Balangbessi. Selain itu vegetasi padi,
jagung kacang, rambutan, durian juga banyak terdapat didaerah Bulukumba
tetatnya didaerah Batu Karopa.
BAB IV
METODOLOGI

4.1 Tempat dan Waktu


Adapun tempat pelaksanaan praktikum lapang mata kuliah budidaya tanaman
pangan dan hortikultura ini adalah di kebun cabai dan kebun bawang Desa
Tamalatea Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan dan di BPTP Kabupaten
Bulukumba, Sulawesi Selatan pada hari Jumat tanggal 20 Maret 2018 sampai hari
Sabtu tanggal 21 Maret 2018.
4.2 Metode Pengambilan Data
Adapun metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan
mewawancari narasumber yang merupakan pemilik atau pekerja dari tempat yang
dikunjungi.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
Tabel 1. Tabel Hasil Pengamatan Beberapa Tanaman Pangan &
Hortikultura
N Jenis Varietas Persiapan Lahan Pemupukan hama penyakit Produksi Umur
o Tanaman panen

Pola Jarak Ukuran Organik Anorganik


Tanam Tanam Bedeng
(cm) an
1 Cabai Cakra Monoku 25- Lebar 1 Pupuk Urea, NPK, Kutu Busuk 500-8— 120
putih ltur 30x2503 m, kandang SP36 putih buah kg/ha Hari
0 panjang
disesuai
kan
panjang
lahan
2 Bawang - Monoku 10x10 Lebar 5 Pupuk ZA Ulat Busuk 1 60
merah ltur m, kandang Umbi ton/petak Hari
panjang
disesuai
kan
panjang
lahan
3 Kacang Kancil Monoku 20x40 Lebar 5 Kompos - Kutu Kerdil 1,2 kg/ha 135
tanah ltur m, kebut, Hari
panjang pengg
disesuai erek
kan polon
panjang g dan
lahan batang
4 jagung Lamuru Monoku 15x40 Lebar 1 Kompos - Belala Busuk 60-80 115
ltur m, ng Tongkol kg/ha Hari
panjang
disesuai
kan
panjang
lahan
Sumber : Data Primer Olahan, 2018.
5.2 Pembahasan

Praktek lapang ini berlangsung selama 3 hari yang dilakukan di daerah


Jeneponto dan Bulukumba. Dari pengamatan yang dilakukan dari praktik lapang
ini dapat diketahui bahwa pada daerh Jeneponto dan Bulukumba terdapat berbagai
macam vegetasi atau jenis tanaman pangan dan hortikultura. Pada daerah
Jeneponto tanaman pangan yang dapat dijumpai adalah padi dan jagung
sedangkan untuk tanaman hortkultura tanaman yang dapat dijumpai adalah cabai
dan bawang merah. Sedangkan pada daerah Bulukumba tanaman hortikultura
yang dapat dijumpai adalah kacang tanah dan tanaman pangan berupa jagung dan
kedelai. Selain itu terdapat pula tanaman- tanaman yang lain berupa tanaman
durian, rambutan, langsat dll.
Pada daerah Jeneponto bawang ditanam dengan menggunakan pola tanaman
polikultur. Dengan jarak tanam 20 × 10 cm dan panjang bedengan sekitar 5 × 1 m
Tanaman bawang diselingi dengan tanaman sawi disekitar area tanaman bawang
merah. Bawang merah yang ditanam adalah jenis varietas bima brebes dengan
umur tanam 2 bulan. Penanaman bawang merah yang dilakukan oleh petani
tersebut yaitu dengan menam terus menerus bawang merah tanpa mengganti
varietasnya. Luas lahan petani bawang merah tersebut adalah ± 80 are dengan
hasil panen setiap 2 bulannya yaitu sekitar 400 kg/are. Untuk pemeliharaan dari
bawang merah ini dilakukan dengan penyiraman sebanyak dua kali sehari dengan
menggunakan alat bantu penyiraman berupa wadah yang dapat dipikul. Untuk
pemberian pupuk, pada awal pengolahan tanah dilakuakan dengan menggunakan
pupuk kandang dan setelah dilakukan penanaman maka dilakukan kembali
pemupukan dengan menggunakan Urea dan ZA.
Untuk tanaman cabai di Jenneponto juga menggunakan pola tanam berupa
tumpang sari antara cabai dengan bawang merah. Varietas cabai yang ditanam
adalah cakra putih dengan benih yang berasal dari hasil panen sebelumnya.
Kriteria pemilihan benih dilakukan dengan melihat kematangan fisiologis dari
cabai itu sendiri. Kemudian memilih cabai dengan warna yang merah dan mulus
serta tidak berpenyakitan. Dengan jarak tanam penanaman cabai yaitu 25 × 30 cm
dan panjang bedengan sekitar 21 × 1 m. Pembudidayaan cabai yang dilakukan
petani akan diganti setiap 1 tahun sekali dan pemanenan dapat dilakukan pada
saat cabai telah berumur 1-2 bulan, hasil panen yang dapat diperoleh yaitu 700
kg/ha. Pemupukan pada cabai tidak berbeda dengan pemupukan pada bawang
merah, pada saat pengolahan tanah pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang
kemudian pupuk urea,NPK dan ponska diberikanpada saat tanaman telah tumbuh.
Pada daerah Bulukumba tepatnya di Batu Karopa tanaman hortikultura
yangdibudidayakan pada daerah ini adalah tanaman kacang tanah. Varietas
kacang tanah yang dibudidayakan adalah varietas kancil dan kelinci. Varietas
kancil dipilih sebagai benih untuk penanaman karena varietas kancil memiliki biji
yang besar. Sedangkan untuk varietas kelinci dipilih hanya ketika terdapat lahan
yang kosong pada area penanaman kacang tanah varietas kancil. Penggunaan
jarak tanam pada penanaman kacang tanah yaitu 20 cm x 40 cm dengan ukuran
bedengan 5 m x 100 m. Penggunaan pupuk pada penanaman kacang tanah hanya
menggunakan pupuk kandang dan tidak sama sekali menggunakan pupuk
anorganik pada pemeliharaanya, karena pada area tersebut unsur hara yang
terkandung pada tanahnya masih banyak dan baik untuk tanaman kacang. Hal ini
didukung oleh pendapat Cahyono (2008) yang menyatakan bahwa pemupukan
berimbang adalah kondisi di mana unsur hara tersedia sesuai yang dibutuhkan
tanaman. Untuk hasil produksi kacang tanah tidak terhitung dikarenakan pada saat
pemanenan ada beberapa faktor yang membuat hasil produksi dari kacang tanah
tidak diketahui.
Selain tanaman kacang tanah, pada daerah Batu Karopa juga dibudidaykan
tanaman Jagung dengan varietas Lamuru, penanaman dilakukan dengan sistem
pola tanam monokultur dengan jarak tanam 40 × 75 cm dan luas lahan 13 ha.
dengan hasil panen yang tidak bisa ditentukan. Waktu pemanenan yang
dibutuhkan yaitu 90 hari setelah tanam. Dalam pemupukan pada tanaman jagung
ini dilakukan pada saat pengolahan tanah dan pemupukan selanjutnya dilaukan
ketika tanaman jagung telah tumbuh. Aplikasi pemupukan dilakukan dengan
menggunakan teknik tugal. Pupuk yang digunakan pada budidaya jagung ini yaitu
pupuk kandang, urea, ZA, Ponska.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktik lapang adalah sebagai
berikut:
1. Pada daerah Bulukumba dan Jeneponto teknik budidaya yang digunakan
yaitu teknik modern dan menggunakan teknik tradisional. Teknik modern
yaitu telah menggunakan alat-alat modern sedangkan pada teknik modern
menggunakan alat-alat canggih sehingga lebih cepat dalam melakukan
budidaya.
2. Permasalahan atau kendala yang dihadapi para petani yaitu permasalahan
yang lebih tertuju pada permasalahn budidaya dan permasalahan penyuluh
yang belum dapat diterima oleh petani.
3. Potensi beberapa komoditi cukup besar namun tergantuk dari kondisi
lahan dan teknik budidaya yang digunakan.
6.2 Saran

Sebaiknya pada saat wawancara dilakukan dengan didampingi oleh asisten


atau seseorang yang lebih mengerti bahasa dari narasumber atau petani. Agar pada
saat melakukan wawancara tidak terjadi miskomunikasi antara penanya dengan
narasumber.
DAFTAR PUSTAKA

Bustami. 2011. Penggunaan 2,4-D Untuk Induksi Kalus Kacang Tanah. Media
Litbang Sulteng. Vol IV No 2
Cahyono, 2008. Cabai Rawit Teknik Budidaya Dan Analisis Usaha Tani.
Yogyakarta; Kanisius.
Estu, 2012. Bawang Merah. Jakarta.; Penebar Swadaya.
Prajanata, 2011. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta; Penebar Swadaya
Purwono, 2011. Bertanam Cabai Rawit Dalam Pot. Tangerang; Agromedi
Pustaka.
Ratnapuri. 2008. Karakteristik Pertumbuhan Dan Produksi Lima Varietas Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L). SKRIPSI. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor
Rudi Hartono, 2011. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rukmana, 2010. Usaha Tani Cabai Rawit. Yogyakarta; Kasinius.
Yasin.M HG, dan Firdaus Kasim,2015. Penggunaan Rancangan Percobaan Dalam
Tahapan Membentuk Varietas Jagung Sintetik. Informatika Pertanian
Volume 12.
LAMPIRAN

Gambar. Kegiatan Berfoto Bersama Petani.

Anda mungkin juga menyukai