Anda di halaman 1dari 18

1.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terung atau Terong (Solanum melongena L.) adalah tanaman
Hortikulturayang ditanam untuk dimanfaatkan buahnya.Terung menjadi salah satu
bahan pangan yang mudah di dapat dan murah harganya, Terung juga
mengandung banyak khasiat bagi kesehatan karena dapat menurunkan kolesterol
darah, mengandung zat anti kanker. Terung juga mengandung banyak vitamin dan
gizi yang tinggi, seperti vitamin B-kompleks, thiamin, pyridoxine, riboflavin, zat
besi, phosphorus, manganese, dan potassium. Terung adalah salah satu sumber
makanan yang sangat dikenal oleh semua lapisan masyarakat. Terung menjadi
salah satu menu yang paling diminati berbagai kalangan Untuk membelinya pun
tidak sulit karena tersedia dipasar pasar maupun supermarket. Selain rasanya
enak, terung juga bisa diolah menjadi bermacam - macam menu masakan.
Bahkan cara mengolahnya terbilang sangat muda (Martinus, 2015).
Tanaman ini diduga berasal dari Indonesia dan India. Di kedua kawasan ini
terdapat aneka jenis terung, baik yang dibudidayakan atau tumbuh secara liar.
Pusat keanekaragaman terung yang kedua terbesar adalah Cina.Tanaman ini telah
tersebar dan dibudidayakan diseluruh penjuru dunia, Asia, Afrika, Amerika,
Australia dan Eropa. Di Indonesia tanaman ini tersebar di seluruh penjuru tanah
air sehingga mempunyai nama yang berbeda-beda misalnya terong, cokrom
(Sunda), encung (Jawa), toru (Nias), tiung (Lampung), poki-poki (Manado),
fofoki (Ternate), dan kauremenu (Timor). Terung sebagai sayuran buah cukup
banyak mengandung vitamin A, B, dan C sehingga cukup potensial untuk
dikembangkan dan mengatasi kekurangan vitamin A. Gejala kekurangan vitamin
A yang banyak terdapat di Indonesia menunjukkan kurangnya konsumsi sayuran
(Rival, 2014).
Negara Asia merupakan produsen terbesar (80%), dimana Cina (53%) dan
India (30%). Kedua negara tersebut merupakan produsen terbesar di Asia,
sedangkan Indonesia hanya menyumbang 1% dari produksi terung dunia. Menurut
BPS Indonesia (2012), produksi terung Indonesia pada tahun 2012 sebanyak
518.827 ton. Tingginya kandungan gizi pada terung merupakan salah satu alasan

1
2

komoditas terung banyak digemari. Seiring dengan pertambahan jumlah


penduduk, permintaan terhadap terung juga terus meningkat. Akan tetapi
peningkatan permintaan tersebut tidak diiringi dengan peningkatan jumlah
produksi. Salah satunya disebabkan oleh rendahnya produktivitas terung.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
 Agar mahasiswa dapat mengetahui cara budidaya tanaman terung
 Agar mahasiswa mengetahui bagaimana pengaruh POC terhadap pertumbuhan
tanaman terung

1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mahasiswa tentang bagaimana cara pembudidayaan tanaman terung dan
bagaimana pengaruh pemberian POC terhadap pertumbuhan tanaman terung.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Terung Ungu ( Solanum melongena L )


2.1.1. Perkembangan Terung Ungu dalam Pasar Pertanian Nasional
Tanaman hortikultura mempunyai andil yang tidak kecil dalam proses
pembangunan. Peranannya bukan hanya nyata sebagai penyerap tenaga kerja dan
memberi peluang baru bagi terbukanya kesempatan berusaha, namun juga sangat
besar makna produksinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Tanaman
hortikultura merupakan salah satu mata dagang ekspor non migas yang sangat
potensial di pasaran.
Terung ungu memiliki potensi pasar tidak hanya di pasar dalam negeri
saja, tetapi juga memiliki pasaran yang baik di pasar internasional karena terung
ungu telah menjadi mata dagangan ekspor ke beberapa negara sehingga akan
meningkatkan kebutuhan terung ungu di pasaran (Firmanto, 2011). Dengan
demikian terung ungu merupakan sayuran yang cukup menjanjikan untuk
diusahakan.
Potensi pasar terung ungu juga dapat dilihat dari segi harga yang
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga membuka peluang yang
lebih besar terhadap serapan pasar dan petani. Permintaan komoditas terung ungu
akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk,
tingkatpendidikan dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya penganekaragaman makanan sayuran untuk memenuhi gizi dan
meningkatkan kesehatan (Firmanto, 2011).

2.1.2. Klasifikasi Terung Ungu


Terung (Solanum melongena, L.) merupakan salah satu sayuran dalam bentuk
buah. Tanaman terung yang dalam bahasa Inggris disebut eggplant merupakan
tanaman daerah tropis yang berasal dari benua Asia, terutama Indonesia, India dan
Myanmar (Mashudi, 2007). Berdasarkan tata nama taksonomi tumbuhan, tanaman
terung diklasifikasikan sebagai berikut:
Diviso : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae

3
4

Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena L.

2.1.3. Morfologi Terung Ungu


Menurut Rukmana (2002), terung ungu termasuk tanaman setahun yang
berbentuk perdu. Adapun morfologi tanaman terung ungu yaitu :
a. Batang
Batang terung ungu rendah (pendek), berkayu dan bercabang. Tinggi batang
tanaman bervariasi antara 50-150 cm tergantung pada jenis varietasnya.
Permukaan kulit batang, cabang, ataupun daun tertutup oleh bulu-bulu halus.
b. Buah
Bentuk buah beragam yaitu silindris, lonjong, oval atau bulat. Warna kulit
ungu hingga ungu mengilap. Terung ungu merupakan buah sejati tunggal,
berdaging tebal, lunak, dan berair. Buah tergantung pada tangkai buah. Dalam
satu tangkai umumnya terdapat satu buah terung ungu, tetapi ada juga yang
memiliki lebih dari satu buah. Biji terdapat dalam jumlah banyak dan tersebar di
dalam daging buah. Daun kelopak melekat pada dasar buah, berwarna hijau atau
keunguan.
c. Bunga
Bunga terung ungu merupakan bunga banci yaitu berkelamin dua. Dalam satu
bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik).
Bunga terung ungu bentuknya mirip bintang, berwarna biru, cerah sampai gelap.
Penyerbukan bunga dapat berlangsung secara silang maupun menyerbuk sendiri.
d. Biji
Buah terung ungu menghasilkan biji yang ukurannya kecil-kecil berbentuk
pipih dan berwarna coklat muda. Biji ini merupakan alat reproduksi atau
perbanyakan secara generatif.
e. Akar
Tanaman terung ungu memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar yang
dapat menembus ke dalam tanah sekitar 80-100 cm. Akar-akar yang tumbuh
5

mendatar dapat menyebar pada radius 40-80 cm dari pangkal batang tergantung
dari umur tanaman dan kesuburan tanahnya.

2.1.4. Syarat Tumbuh Terung Ungu


a. Syarat Iklim
Menurut Firmanto (2011), tanaman terung ungu dapat tumbuh dan berproduksi
baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah ±1.000 meter dari permukaan
laut. Tanaman ini memerlukan air yang cukup untuk menopang pertumbuhannya.
Selama pertumbuhannya, terung ungu menghendaki keadaan suhu udara antara
22ºC-30ºC, cuaca panas dan iklimnya kering, sehingga cocok ditanam pada
musim kemarau. Pada keadaan cuaca panas akan merangsang dan mempercepat
proses pembungaan atau pembuahan. Namun, bila suhu udara tinggi
pembungaan dan pembuahan terung ungu akan terganggu yakni bunga dan buah
akan berguguran.
Tanaman terung ungu tergolong tahan terhadap penyakit dan bakteri.
Meskipun demikian penanaman terung ungu di daerah yang curah hujannya tinggi
dapat mempengaruhi kepekaannya terhadap serangan penyakit dan bakteri. Untuk
mendapatkan produksi yang tinggi, tempat penanaman terung ungu harus terbuka
(mendapatkan sinar matahari) yang cukup. Di tempat yang terlindung,
pertumbuhan terung ungu akan kurus dan kurang produktif.
b. Syarat Tanah
Menurut Rukmana (2002), tanaman terung ungu dapat tumbuh hampir semua
jenis tanah. Keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman terung ungu adalah
jenis lempung berpasir, subur, kaya akan bahan organik, aerasi dan drainasenya
baik, serta pada pH antara 6,8-7,3. Pada tanah yang bereaksi asam (pH kurang
dari 5) perlu dilakukan pengapuran. Bahan kapur untuk pertanian pada umumnya
berupa kalsit (CaCO3), dolomit atau kapur (CaO). Jumlah kapur yang dibutuhkan
untuk menaikan pH tanah, tergantung kepada jenis dan derajat keasaman tanah itu
sendiri. Pengapuran biasanya dilakukan sekitar dua minggu sebelum tanam.

2.2. Pupuk Organik Cair ( POC )


2.2.1. Pengertian Pupuk Organik Cair ( POC )
Pupuk merupakan bahan yang mengandung sejumlah nutrisi yang
diperlukan bagi tanaman. Pemupukan adalah upaya pemberian nutrisi kepada
6

tanaman guna menunjang kelangsungan hidupnya. Pupuk dapat dibuat dari bahan
organik ataupun anorganik. Pemberian pupuk perlu memperhatikan takaran yang
diperlukan oleh tumbuhan, jangan sampai pupuk yang digunakan kurang atau
melebihi takaran yang akhirnya akan mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan
ke daun.
Pupuk organik merupakan pupuk yang berperan meningkatkan aktifitas
biologi, kimia dan fisik tanah sehingga tanah menjadi subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman. Saat ini sebagian besar petani masih tergantung padapupuk
anorganik karena mengandung beberapa unsur hara dalam jumlah yang banyak,
padahal jika pupuk anorganik digunakan secara terus-menerus akan menimbulkan
dampak negatif terhadap kondisi tanah (Indriani, 2004).
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar
di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan mela lui daun atau
disebut sebagai pupuk cair Foliar yang mengandung hara makro dan mikro
esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn dan bahan organik). Pupuk
organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, juga
membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk
tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif
pengganti pupuk kandang (Yuanita, 2010).
Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di
dalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar, namun
daun juga punya kemampuan menyerap hara. Sehingga ada manfaatnya apabila
pupuk cair tidak hanya diberikan di sekitar tanaman, tapi juga di bagian daundaun.
Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya
sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar, namun daun juga
punya kemampuan menyerap hara. Sehingga ada manfaatnya apabila pupuk cair
tidak hanya diberikan di sekitar tanaman, tapi juga di bagian daun.
Berdasarkan dari segi fisiknya pupuk cair memang lebih bau dibandingkan
pupuk kandang padat, namun, pupuk cair memiliki berbagai keunggulan. Pupuk
cair mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan untukpertumbuhan,
perkembangan, dan kesehatan tanaman. Unsur-unsur itu terdiri dari nitrogen (N),
7

fosfor (P), dan kalium (K). Nitrogen digunakan untuk pertumbuhan tunas dan
batang dan daun. fosfor (P) digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar, buah
dan biji. Sementara kalium (K) digunakan untuk meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap serangan hama dan penyakit (Aldhita, 2013).

2.2.2. Manfaat Pupuk Organik Cair ( POC )


Menurut Yuanita (2010), yang menyatakan bahwa pupuk organik cair
mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun danbintil akar
pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis
tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara.
b. Dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dankuat,
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan
serangan patogen penyebab penyakit.
c. Merangsang pertumbuhan cabang produksi.
d. Meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah.
e. Mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.
3. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan mulai tanggal 06 Oktober sampai 01
Desember 2018 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih terung ungu,
pupuk organik cair, dan pupuk kandang. Sedangkan allat yang digunakan adalah
cangkul, parang, paranet, aqua gelas, dan gembor.

3.3. Langkah Kerja


1. Persemaian
Sebelum benih terung disemai, benih terlebih dahulu direndam dengan air
hangat (50°C) selama 1 jam. Kemudian benih disebar secara merata pada bedeng
persemaian dengan media campuran tanah dan pupuk kandang (1:1) lalu di
sungkup dengan paranet selama 2 minggu. Setelah bibit berusia 2 minggu atau
sampai muncul 2 daun, bibit dipindahkan ke dalam aqua gelas dengan media
berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Penyiraman
dilakukan setiap hari. Setelah bibit memiliki 4-5 daun, bibit siap ditanam di
lapangan.
2. Pengolahan Tanah
Tanah diolah dengan kedalaman 20-30 cm lalu digemburkan dan dibuat
bedengan dengan lebar 120-140 cm dan panjang sesuai dengan kondisi lahan.
Diantara bedengan dibuat parit dengan kedalaman sekitar 20-30 cm. Kemudian
bedengan diberi pupuk kandang dan diberakan selama 1 minggu.
3. Penanaman
Bibit terung yang telah memiliki 4-5 daun ditanam di bedengan dengan jarak
50-70 cm dan jarak antar baris 80-90 cm sehingga setiap bedengan terdapat dua
barisan tanaman.
4. Pemupukan dan Pemeliharaan Tanaman
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 1-2 minggu setelah tanam.
Pupuk yang diberikan adalah pupuk organik cair dengan dosis 10 tutup botol ke

8
9

mudian diencerkan dengan 5 liter air dan disiramkan diantara barisan tanaman.
5. Pengendalian Gulma
Setiap satu minggu sekali, dilakukan penyiangan gulma dengan cara
mencabutnya secara manual.
6. Panen
Terung dapat dipanen setelah berumur empat bulan. Pada budidaya terung
yang baik dapat menghasilkan terung sampai 10-30 ton per hektar. Panen dapat
dilakukan 1-2 kali seminggu. Buah terung yang layak konsumsi adalah buah
terung yang padat dan permukaannya mengkilat (Sumpena, 2018).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Terong

Tanaman Tinggi Tanaman (cm)


ke - 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1 8 cm 11 cm 16 cm 23 cm
2 7 cm 9 cm 14 cm 19 cm
3 9 cm 12 cm 14 cm 17.5 cm
4 9 cm 9.5 cm 10 cm 14 cm

Tabel 2. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Terong

Tanaman Jumlah Daun


ke - 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1 3 3 5 5
2 2 3 5 5
3 3 4 5 5
4 2 2 3 4

4.2. Pembahasan
a. Tinggi Tanaman
Pengamatan dilakukan selama 4 minggu yaitu dengan menghitung tinggi
tanaman dan jumlah daun. Pertumbuhan tinggi tanaman setiap minggu mengalami
peningkatan walaupun tidak terlalu signifikan. Pada Minggu pertama dan kedua
pertumbuhan tinggi tanaman tidak begitu cepat, yaitu hanya sekitar 2-3 cm.
Sedangkan pada minggu ketiga dan keempat, pertumbuhan tinggi tanaman
meningkat menjadi 3-6 cm.
Menurut Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa grafik pertumbuhan
tinggi tanaman berbentuk sigmoid, yang yang terdiri dari fase logritmik yaitu laju
pertumbuhan yang berlangsung lambat, setelah tanaman mengalami fase
logaritmik maka dilanjutkan dengan fase linier yaitu laju pertumbuhan yang
semakin cepat dan memasuki fase penuaan yang dicirikan oleh laju pertumbuhan
yang kembali lambat saat tumbuhan mencapai kematangan dan mulai menua.

10
11

Tidak adanya pengaruh yang nyata pada perlakuan interval waktu POC
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman terong diduga karena pemberian pupuk
organik cair dengan dosis 1 ml/L per tanaman dengan interval 3 – 9 hari sekali
belum mampu memberikan peningkatan terhadap tinggi tanaman terong sesuai
dengan hasil penelitian Muhammad et al (2014), melaporkan bahwa dengan
bertambahnya umur tanaman terong, maka kebutuhan terhadap unsur hara
terutama Nitrogen (N) juga semakin tinggi.
Selanjutnya Yulistrarini (1991) dalam Djunaedy (2009), melaporkan bahwa
tanaman muda akan dapat menyerap unsur hara dalam jumlah yang sedikit sejalan
dengan umur tanaman, kecepatan penyerapan unsur hara tanaman akan meningkat
jika umur bertambah sesuai siklus hidupnya. Kualitas hidup tanaman juga sangat
bergantung dari ketercukupan hara dari lingkungannya serta kemampuan akar
dalam menyerap unsur hara dalam menunjang fase vegetatif tanaman.
Didalam pupuk organik cair terdapat unsur nitrogen (N) yang berfungsi pada
pertumbuhan vegetatif tanaman (Hadisuwito, 2012). Akan tetapi pada tinggi
tanaman tidak berpengaruh nyata, hal ini diduga karena kandungan unsur N
didalam tanah sedang, sehingga respon terhadap penambahan unsur N melalui
pemupukan tidak terlihat. Suplai unsur N sangat diperlukan pasalnya tanaman
yang kekurangan unsur (N) akan terus mengecil, bahkan secara cepat berubah
menjadi kuning karena N yang tersedia tidak cukup untuk membentuk protein dan
klorofil. Setyamidjaja 20 (1986) mengemukakan bahwa apabila tanaman
kekurangan unsur N tanaman akan memperlihatkan pertumbuhan yang kerdil.

b. Jumlah Daun
Daun merupakan organ yang penting bagi tanaman dimana daun mempunyai
organ yang dapat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai
cadangan makanan. Proses yang terjadi diantaranya proses fotosintesis dimana
dalam pengolahannya menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi selain
itu juga di dalam bagian daun terdapat klorofil yang akan berinteraksi dalam
proses fotosintesis. Semakin banyak daun maka akan semakin banyak proses
fotosintesis dan akan semakin banyak makanan yang diproduksi.
Pengamatan jumlah daun sama dengan tinggi tanaman, dilakukan selama
empat minggu. Pertumbuhan jumlah daun tidak signifikan terjadi, pada minggu
12

pertama pertumbuhan jumlah daun cukup bagus, adanya peningkatan. Sedangkan


pada minggu ketiga dan keempat, tidak adanya penambahan jumlah daun,
khususnya pada sampel 1,2, dan 3.
Pada minggu ke 3 jumlah daun mulai mengalami peningkatan seiring
pemberian POC daun gamal. POC daun gamal mengandung nitrogen yang cukup
tinggi. Hal ini didukung oleh Thompson dan Kelly (1979) dalam Karyati (2004)
bahwa nitrogen dapat mempercepat pertumbuhan dan memberikan hasil yang
lebih besar dalam mendorong pertumbuhan vegetasi seperti daun, batang, akar,
yang mempunyai peranan penting dalam tanaman. Tetapi umumnya nitrogen lebih
banyak merangsang pertumbuhan bagian pucuk tanaman dibandingkan bagian
akar, sehingga meningkatkan kebutuhan fosfor melebihi permukaan penyerapan
fosfor perakarannya sehingga pertumbuhan daun pada tanaman terong dapat lebih
cepat.
Perlakuan pemberian pupuk kandang kambing dan POC daun gamal
menghasilkan rerata jumlah daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan pemberian 100 % N urea. Bahan organik yang terdapat pada pupuk
kandang kambing dapat memperbaiki sifat fisik tanah yaitu dapat meningkatkan
kemampuan tanah menahan air, serta dapat meningkatkan warna pada tanah dari
coklat menjadi gelap. Bahan organik untuk memperbaiki sifat kimia tanah yaitu
dapat meningkatkan daya serap kapasitas tukar kation (KTK) pada tanah. Selain
itu bahan organik dapat menjadi bahan makanan untuk mikroorganisme di dalam
tanah. Selain itu semakin meningkatnya pertumbuhan tanaman maka
pembentukan daun juga akan meningkat sehingga akan mempengaruhi jumlah
daun.
5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
 Kualitas hidup tanaman terung sangat bergantung dari ketercukupan hara
dari lingkungannya serta kemampuan akar dalam menyerap unsur hara
dalam menunjang fase vegetatif tanaman.
 Nitrogen dapat mempercepat pertumbuhan dan memberikan hasil yang
lebih besar dalam mendorong pertumbuhan vegetasi seperti daun, batang,
akar, yang mempunyai peranan penting dalam tanaman.
 Bahan organik yang terdapat pada pupuk kandang kambing dapat
memperbaiki sifat fisik tanah yaitu dapat meningkatkan kemampuan tanah
menahan air, serta dapat meningkatkan warna pada tanah dari coklat
menjadi gelap

 Semakin meningkatnya pertumbuhan tanaman maka pembentukan daun


juga akan meningkat sehingga akan mempengaruhi jumlah daun.

5.2. SARAN
Diharapkan kepada pratikan agar lebih memperhatikan kebutuhan dari
tanaman terung seperti pembuatan naungan agar pertumbuhan tanaman terung
bisa semaksimal mungkin. Kemudian untuk kelembaban tanah yang cukup maka
harus rajin setiap hari disiram agar tanaman terung tidak kekurangan air dan juga
setiap hari tanaman harus dibersihkan dari gangguan gulma yang menyebabkan
kekurangan unsur hara di dalam tanah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aldhita, T, R. 2013. Skripsi “Persepsi Petani Peternak terhadap Penggunaan


Pupuk Organik Cair dari Urin Sapi Potong di Desa Pattallasang
Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai”. Jurusan Sosial Ekonomi
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Firmanto, B. 2011. Sukses bertanaman terung secara organik. Angkasa, Bandung.

Hadisuwito, Sukamto. 2012. ”Membuat Pupuk Cair: PT. Ago Media Pustaka.
Jakarta.

Hendri Martunis, et al. 2013. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman


Terung (Solanum melongena L) Terhadap Perlakuan Pupuk Phonska.
Kabupaten Bone Bolango.

Indriani. 2004. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Karyati, T.2004. Pengaruh Penggunaan Mulsa dan Pemupukan Urea Terhadap


Pertumbuhan dan Produksi Cabau Merah (Capsiccum annum L).Jurnal
Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. 2(1):13-16.

Mashudi. 2007. Budidaya Terung. Azka Press. Jakarta

Rasyid, T. 2017. Skripsi“Kandungan Fosfor (p) Pupuk Organik Cair (poc) Asal
Urin Sapi Dengan Penambahan Akar Serai (Cymbopogon citratus) Melalui
Fermentasi”. Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negri Alauddin, Makassar.

Rukmana, R. 2002. Bertanam terung. Kanasius. Jogyakarta.

Salisbury, Frank B dan Cleon W ROSS. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1.


Bandung:ITB.

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV.Simplex. Jakarta. 122


Halaman.

Sumpena, Uum. 2018. Budidaya Terung (online).


(http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Isi%20poster/MP-
22%20Budidaya%20Terung.pdf). Bogor: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Diakses pada 24 Desember 2018.
Yuanita, D. 2010. Cara Pembuatan Pupuk Organik Cair. (http://staff.uny.ac.id/
sites/default/files/pengabdian/dewi-yuanita-lestari-ssi-
msc/carapembuatanpupuk-organik-cair.pdf.) diakses 23 Desember 2018

14
15

Yulistrarini. 1991. Pengaruh Jarak Tanam dan Pemupukan Urea terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jgung Sayur (Zea mays L). Dalam
Djunaedy,A, 2009. Pengaaruh Jenis dan Dosis Pupuk Bokashi Terhadap
Pertumbuhann dan Hasil Kaacang Panjang (Vigna sinensis L). Jurnal
Agrovigor Vol.2(1): 42-46.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pengolahan tanah

Gambar 2. Pemberian pupuk kandang ke bedengan


Gambar 3. Bedengan yang telah diberi pupuk kandang

Gambar 4. Penyemaian benih terung


Gambar 5. Bibit terung umur 2 MST

Anda mungkin juga menyukai