Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN BUDAYA TANAMAN PANGAN “TERONG”

Oleh: Rusiana Nila Agustin

• KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hadiahkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktik ini dengan judul “Teknik Budidaya Tanaman Terung. Shalawat dan
salam tak lupa hantarkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang mana berkat rahmat beliau kita
dapat merasakan dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada:

1. Terima kasih buat Kedua orang tua saya tercinta, yang senantiasa memberikan doa dan
dukungannya kepada penulis baik secara moril maupun dukungan materi dalam sekolah maupun
pada saat menyelesaikan laporan ini.

2. Kemudian penulis juga berterima kasih kepada Bapak Ibu Guru yang sudah membimbing saya.

Penulis berharap memperoleh manfaat secara pribadi dari kegiatan praktik kerja lapang.
Semoga laporan praktik kerja lapang ini bermanfaat bagi kita semua baik masa kini maupun untuk
masa yang akan datang.

• PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Terung atau Terong adalah tanaman Hortikultura yang ditanam untuk dimanfaatkan buahnya.
Terung menjadi salah satu bahan pangan yang mudah di dapat dan murah harganya, Terung juga
mengandung banyak khasiat bagi kesehatan karena dapat menurunkan kolesterol darah,
mengandung zat anti kanker. Terung juga mengandung banyak vitamin dan gizi yang tinggi, seperti
vitamin B-kompleks, tiamina, pyridoxine, riboflavin, zat besi, fosforus, manganese, dan potassium.
Terung adalah salah satu sumber makanan yang sangat dikenal oleh semua lapisan masyarakat.
Terung menjadi salah satu menu yang paling diminati berbagai kalangan Untuk membelinya pun
tidak sulit karena tersedia dipasar pasar maupun supermarket. Selain rasanya enak, terung juga bisa
diolah menjadi bermacam – macam menu masakan. Bahkan cara mengolahnya terbilang sangat
muda (Martinus, 2015).

Tanaman ini diduga berasal dari Indonesia dan India. Di kedua kawasan ini terdapat aneka
jenis terung, baik yang dibudidayakan atau tumbuh secara liar. Pusat keanekaragaman terung yang
kedua terbesar adalah Cina. Tanaman ini telah tersebar dan dibudidayakan di seluruh penjuru dunia,
Asia, Afrika, Amerika, Australia dan Eropa. Di Indonesia tanaman ini tersebar di seluruh penjuru
tanah air sehingga mempunyai nama yang berbeda-beda misalnya terong, cokrom (Sunda), encung
(Jawa), toru (Nias), tiung (Lampung), poki-poki (Manado), fofoki (Ternate), dan kauremenu (Timor).
Terung sebagai sayuran buah cukup banyak mengandung vitamin A, B, dan C sehingga cukup
potensial untuk dikembangkan dan mengatasi kekurangan vitamin A. Gejala kekurangan vitamin A
yang banyak terdapat di Indonesia menunjukkan kurangnya konsumsi sayuran (Rival, 2014).

Negara Asia merupakan produsen terbesar (80%), dimana Cina (53%) dan India (30%). Kedua
negara tersebut merupakan produsen terbesar di Asia, sedangkan Indonesia hanya menyumbang 1%
dari produksi terung dunia. Menurut BPS Indonesia (2012), produksi terung Indonesia pada tahun
2012 sebanyak 518.827 ton. Tingginya kandungan gizi pada terung merupakan salah satu alasan
komoditas terung banyak digemari. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, permintaan
terhadap terung juga terus meningkat. Akan tetapi peningkatan permintaan tersebut tidak diiringi
dengan peningkatan jumlah produksi. Salah satunya disebabkan oleh rendahnya produktivitas
terung. Menurut BPS Indonesia (2012) dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2012), produksi terung
nasional sebanyak 518.787 ton dengan luas panen 50.559 ha. Peningkatan produksi terung dapat
dilakukan secara ekstensifikasi dan intensifikasi, salah satunya adalah melalui usaha peningkatan
produktivitas dan efisiensi penggunaan tanah, sehingga intensifikasi merupakan pilihan yang tepat
untuk diterapkan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melalui penggunaan pupuk dan Zat
Pengatur Tumbuh atau ZPT (Umi, 2013).

1.2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan praktek kerja lapang ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya
tanaman terung di Pusat Alih Teknologi Dan Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas Andalas
(PATPKP-UNAND) serta meningkatkan keterampilan kerja dan profesionalisme mahasiswa.

1.3. Manfaat

Memperoleh pengalaman kerja dan keterampilan dalam bidang pertanian khususnya


tanaman hortikultura secara langsung di lapangan sehingga dapat diterapkan dengan sendirinya dan
bekal bagi mahasiswa untuk terjun di dunia kerja.

• TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Terung

Terung merupakan salah satu komoditas sayuran yang berpotensial untuk dikembangkan. Di
pasar Eropa terung menduduki urutan keempat sayuran utama dunia dan dalam kurun waktu 12
tahun dari tahun 1990 areal penanaman terung naik 95% dengan produksi naik 158%. Terung
merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Timur dengan pusat keragamannya berada di daerah
Cina dan Indo-Burma. Negara Asia merupakan produsen terbesar (80%), dimana Cina (53%) dan
India (30%). Kedua negara tersebut merupakan produsen terbesar di Asia, sedangkan Indonesia
hanya menyumbang 1% dari produksi terung dunia, produksi terung Indonesia pada tahun 2012
sebanyak 518.827 ton (Umi, 2013).

Tanaman terung (S. Melongena L.) termasuk dalam famili Solanaceae yang menghasilkan biji
(Spermatophyta), dan biji yang dihasilkan berkeping dua. Beberapa jenis terung yang sangat dikenal
oleh masyarakat di Indonesia yaitu terung kopek yang mempunyai buah besar dan berbentuk bulat
memanjang dengan ujung buah tumpul; terung craigi yang mempunyai buah berukuran sedang dan
berbentuk bulat memanjang sehingga tampak lebih langsing dengan ujung buah meruncing; terung
berbentuk bulat yang memiliki bentuk buah yang bulat seperti terung pendek, terung gayung, terung
rangu dan terung getas. Berdasarkan taksonominya terung memiliki kalsifikasi botani sebagai
berikut: Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Sudivisi: Angiospremae; Kelas: Magnoliopsida;
Ordo: Solanales; Family: Solanaceae; Genus: Solanium; Spesies: S. Melongena (Rival, 2014)

2.2. Morfologi Tanaman Terung

1). Akar
Tanaman terung ungu memiliki system perakaran tunggang dan serabut. Akar setabut dapat
menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabut umumnya tumbuh menyebar
kesamping dan menembus ke tanah dangkal, akar bewarna keputih-putihan dan halus beruuran
kecil.

2). Batang

Batang tanaman terong dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang utama (batang primer)
dan percabangan (cabang sekunder). Batang utama merupakan penyangga berdirinya tanaman,
sedangkan percabangan merupakan bagian tanaman yang mengeluarkan bunga. Bentuk
percabangan tanaman terong hampir sama dengan percabangan yaitu menggarpu (dikotom),
letaknya agak tidak beraturan. Percabangan yang dipelihara yaitu cabang penghasil buah (cabang
produksi). Batang utama bentuknya persegi (angularis), sewaktu muda berwarna ungu kehijauan,
setelah dewasa menjadi ungu kehitaman (Johan, 2010).

3). Daun

Daun terung tertutup oleh bulu-bulu halus. Daunnya berbentuk bulat panjang dengan pangkal
dan ujungnya sempit, namun bagian tengahnya lebar, letak daun berselang-seling dan bertangkai
pendek. Tangkai daun berbentuk slindris dengan sisi agak pipih dan menebal di bagian pangkal,
panjang berkisar antara 5 – 8 cm. Lebar helaian daun 7 – 9 cm atau lebih sesuai varietasnya. Panjang
daun antara 12 – 20 cm. Daun muda berwarna hijau tua, sedangkan yang telah tua berwarna ungu
kemerahan (Johan, 2010). Daun kelopak melekat pada dasar buah, berwarna hijau atau keunguan
(Nur, 2012).

4). Bunga

Bunga terong merupakan bunga banci atau lebih dikenal dengan bunga berkelamin dua.
Dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga
ini juga dinamakan bunga sempurna atau bunga lengkap, karena perhiasan bunganya terdiri dari
kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corolla) dan tangkai bunga. Pada saat bunga mekar, bunga
mempunyai diameter rata-rata 2-3 centimeter dan letaknya menggantung. Mahkota bunga
berwarna ungu cerah, jumlahnya 5-8 buah, tersusun rapi membentuk bangun bintang. Bunga terong
bentuknya mirip bintang berwarna biru atau lembayung cerah sampai warna yang lebih gelap. Bunga
terong tidak mekar secara serempak (Johan, 2010). Penyerbukan bunga dapat berlangsung secara
silang maupun menyerbuk sendiri (Nur, 2012).

5). Buah

Buah terung digolongkan dalam jenis berryyangdicirikan dengan lapisan luar yang tipis
sedangkan lapisan tengah dan lapisan dalamnya menyatu. Buah terung memiliki bentuk beraneka
ragam sesuai dengan varietasnya. Bentuk yang dikenal meliputi: panjang silindris, panjang lonjong,
lonjong (oval), bulat lebar dan bulat (Rival, 2014).

Buah terong merupakan buah sejati tunggal dan tidak akan pecah bila buah telah masak. Kulit
buah luar berupa lapisan tipis berwarna ungu hingga ungu gelap yang mengkilap. Daging buah tebal,
lunak dan berair, bagian ini enak dimakan. Biji-biji terdapat dalam daging buah. Buah menggantung
di ketiak daun. Bentuk yang dikenal seperti panjang silindris, panjang lonjong, lonjong (oval), bulat
lebar dan bulat. Karena bentuk buah berlainan maka ukuran berat buah juga sangat berbeda-beda
dan berlainan pula, rata-rata 125 gram dan buah menghasilkan biji yang ukurannya kecil-kecil
berbentuk pipih dan berwarna cokelat muda. Biji ini merupakan alat reproduksi atau perbanyakan
tanaman secara generatif (Johan, 2010).
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Terung

1). Syarat Iklim

Terung mudah dibudidayakan pada berbagai daerah di Indonesia yang memiliki iklim tropis,
baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Tanaman terung pada pertumbuhannya lebih
mudah beradaptasi terhadap pengaruh cuaca, kelembaban dan suhu udara mencapai 22- 30 0C.
Pertumbuhan terung pada musim kemarau perlu membutuhkan air sebagai usaha untuk
mempertahankan kelembaban tanah selama proses pertumbuhan. Tanaman terong dapat tumbuh
dan berproduksi baik di dataran rendah sampai dataran tinggi sekitar 1.000 meter di atas permukaan
laut (dpl). Selama pertumbuhannya, terong menghendaki keadaan suhu udara 18-25 ˚C, cuaca panas
dan iklimnya kering, sehingga cocok ditanam pada musim kemarau. Pada keadaan cuaca panas akan
merangsang dan mempercepat proses pembungaan dan pembuahan (Johan, 2010).

2). Syarat Tanah dan Unsur Hara

Budidaya tanaman terung membutuhkan jenis tanah yang subur, kaya akan unsur hara atau
nutrisi dalam tanah, bertekstur remah atau lempung berpasir dan memiliki aerasi tanah yang baik,
sinar matahari harus cukup dan cocok ditanam musim kemarau. Aerasi tanah adalah kemampuan
tanah dalam menyerap gas seperti oksigen dari udara yang berguna bagi pertumbuhan tanaman
terung. Tingkat keasaman tanah atau pH tanah yang dibutuhkan dalam budidaya tanaman

Terung ini berkisar antara 6,8 sampai 7,3 dimana unsur hara dapat tersedia dalam jumlah
cukup dan mikroorganisme pengurai dapat hidup di dalam tanah (Nur, 2012).

Tanah latosol bertekstur pasir sangat mudah diolah. Tanah jenis ini memiliki aerasi
(ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik. Namun, tekstur pasir memiliki luas permukaan
kumulatif yang relatif kecil sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat rendah dan tanahnya
lebih cepat kering. Kemampuan menyerap unsur hara juga sangat rendah. Pemupukan merupakan
salah satu usaha memberikan bahan tertentu pada tanah dengan tujuan untuk memperbaiki
kesuburan tanah, menambah unsur hara yang kurang dalam tanah agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik (Johan, 2010).

• METODE PELAKSANAAN

3.1. Tempat dan Waktu

Kegiatan laporan dilaksanakan pada 25 November 2021, Banjarejo.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah mesin traktor (bajak), cangkul, meteran, tali raffia, handsprayer,
sprayer mesin, ember plastik, karung, pisau, dan gunting sedangkan bahan yang digunakan adalah
lahan pertanian, benih terong ungu varietas lejatak, bibit terong ungu, pupuk kandang, dolomite,
mulsa plastik, insektisida, pestisida, fungisida, pupuk NPK PHONSKA, KCL, ZA, dan SP36.

• HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penyiapan Lahan

Penyiapan dan pengolahan lahan secara intensif melalui beberapa tahap yaitu:
~Tahap Pertama: awal dari kegiatan pengolahan tanah yang meliputi penentuan arah bedengan,
terutama pada lahan berbukit seperti di PATPKP, selanjutnya pembuatan parit, pemeliharaan dan
pemupukan.

~Tahap Kedua: pengaolahan tanah yaitu dengan cara dibajak atau di cangkul agar tanah gembur
dengan kedalaman 30 cm. Kemudian tanah dibiarkan selama 1-2 minggu, selanjutnya pembuatan
bedengan secara membujur searah timur barat, agar penyebaran matahari dapat merata mengenai
seluruh tanaman. Bedengan berukuran lebar sekitar 100-120 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedengan
50 cm dan panjang sekitar 19-20 meter atau disesuaikan dengan kondisi lahan.

~Tahap Ketiga: pengapuran yaitu memberikan kapur pada setiap bedengan yang telah disediakan
agar keadaan tanah netral, kemudian bedengan ditutupi dengan mulsa. Selanjutnya mulsa
dilubangin sesuai dengan yang diinginkan petani untuk ditanami terung. Budidaya terung bisa
mengunakan ajirataupun tidak, pengunaan ajir dilakukan agar tanaman terung tidak mudah rebah.

~Tahap Keempat: pemberian pupuk organik, setelah diberikan kapur dan dan ditutupi dengan mulsa
didiamkan selama 1 minggu baru diberikan pupuk kandang di setiap lubang yang akan ditanami
terung, pupuk kandang yang digunakan yaitu dari kotoran ayam didapatkan dari kota paya kumbuh.
Kebutuhan pupuk mencapai 15-20 ton/ha.

4.2. Penyemaian dan Pembibitan

Berdasarkan yang dikerjakan di PATPKP Benih tidak diberikan perlakuan sama sekali, setelah
benih dibeli ditoko pertanian sekitar, benih langsung di sebar ke bedengan persemaian menurut
barisan yang telah disiapkan, jarak antara benih 10-15 cm. Varietas benih yang digunakan yaitu
varietas Lejatak. Bedengan tempat persemaian juga diberikan pupuk kandang, sebelum benih di
sebar, tanah di semprot dengan insektisida terlebih dulu agar hama dan penyakit yang terdapat
didalam tanah mati. Kemudian benih ditutup dengan tanah yang tipis dan penutup diatasnya seperti
karung ataupun daun pisang. Bibit disiram pada pagi dan sore hari, agar bibit tidak terserang hama
dan penyakit maka dilakukan penyemprotan dengan pertisida kimia. Setelah bibit berumur 1-1,5
bulan bibit siap dipindahkan. Kebutuhan benih kurang lebih 500 gram.

4.3. Penanaman

Mulsa yang telah di beri lubang dengan jarak lubang yang akan ditanami tanaman terung 50 x
60 cm, Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam dan
mudah disiangi. TiapLubang ditanami dua benih yang sehat dan kuat (Karim, 2013).

Tanam bibit terung dengan membuat tugalan sedalam 5 cm sambil ditekan ke bawah sambil di
timbun dengan tanah yang ada disekitar mulsa sebatas leher akar (pangkal batang). Selanjutnya
Benih yang telah disemai selama 1-1,5 bulan dapat dipindahkan ke bedengan yang telah disediakan.
Ciri dari bibit yang telah siap ditanam adalah munculnya atau keluar 3 helai daun sempurna dan
bibit sehat serta normal atau mencapai tinggi 7,5 cm . penanaman sebaiknya dilakukan pada sore
hari. Terung bisa ditanam satu baris dalam setiap satu bedengan ataupun dua baris per bedengan.
Setelah ditanam disiram agar keadaan tanah tetap lembab.

4.4. Pemeliharaan Tanaman

1). Penyulaman

Bibit yang tumbuh tidak baik ataupun mati harus segera di ganti atau disulam dengan bibit
yang baru. Waktu penyulaman maksimum 15 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan
cara mengambil bibit yang mati kemudian diganti dengan bibit yang baru, penyulaman baik
dilakukan pada pagi taupun sore hari.

2). Penyiangan

Penyiangan dilakukan segera setelah terlihat adanya gulma (rumput) yang tumbuh disekitar
tanaman terung yang bisa menganggu proses pertumbuhan tanaman terung. Waktu penyiangan
umumnya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari, penyiangan dilakukan dengan hati-hati,
sebaiknya menggunakan kater untuk menyiang gulma yang besar agar perakaran tanaman terung
tidak rusak. Proses penyiangan dilakukan terus menerus selama 15 hari sekali sampai tanaman
terung mati.

3). Pengairan

Dilakukan rutin tiap hari, terutama pada fase awal pertumbuhan dan cuaca kering,
penyiraman dapat dilakukan dengan mengunakan selang saluran air ataupun gembor.

4). Penyemprotan Obat-obatan Tanaman

Penyemprotan dilakukan 1-2 kali dalam seminggu dengan menyemprotkan pestisida,


fungisida, insektisida dan bahan lainya, penyemprotan dilakukan agar tidak terjadi kerusakan
biologis pada tanaman yang disebabkan oleh hama dan penyakit. Penggunaan pestisida sesuai
dengan yang telah dianjurkan. Penyemprotan dilakukan terus menerus sampai tanaman terung mati.
Adapun bahan aktif yang digunakan unuk pengendalian hama dan penyakit pada tanaman terung
adalah Metazeb Spring, Ziflo, , Demolis, Ludo, Optima dan Primastik. Obat-obatan tanaman ini
didapatkan dari toko pertanian terdekat.

5). Pemupukan

Pemupukan susulan dilakukan 25-30 hari setelah tanam yaitu dengan memberikan pupuk
organik yaitu NPK PHONSKA, KCL, SP36, ZA. Pemberian pupuk secara rutin yaitu saat tanaman
berumur, 15 hari, 25 hari, 35 hari dan 45 hari setelah tanam, dengan dosis yang sama. Pupuk tunggal
seperti Urea, SP36, dan KCl mengandung unsur hara tunggal yaitu unsur hara makro, masing-masing
adalah nitrogen, fosfor, dan kalium Penambahan pupuk sumber N, P, dan K (50 kg N, 75 kg, P2O5
dan 75 kg K2O per hektar) dapat 2 tinggi tanaman, diameter batang dan bobot buah total per petak
pada tanaman (Mega, 2008 )

Pemupukan merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam memaksimalkan hasil
tanaman. Pemupukan dilakukan sebagai upaya untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman agar
tujuan produksi dapat dicapai (Doni, 2015).

Memelihara dan memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan unsur atau zat hara ke
dalam tanah dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Pemupukan juga akan
memperbaiki pH tanah dan memperbaiki lingkungan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman (Karim,
2013).

6). Pengendalian Hama Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman terung dilakukan dengan penyemprotan
pestisida, fungisida, insektisida dan bahan kimia lainya, penyakit pada tanaman terung tidak terlalu
banyak ditemukan jika tanaman masih muda tetapi, hama dan penyakitnya akan banyak pada saat
tanaman telah mengalami berkali-kali masa panen. Adapun hama dan penyakit yang ditemui pada
tanaman terung sebagai berikut:
1. Kutu aphid hijau (Myzus persicae sulz)

Kutu aphid hijau menyebabkan daun menjadi kuning, rapuh dan kerdil. Kotoranya dapat
mengundang semut dan jamur sehingga menyebabkan daun bewarna hitam. Kondisi seperti ini
dapat menghambat proses fotosintesis.

Pengendalian: dengan disemprotkan pestisida.

2. Kumbang daun hitam (Epitrix parvula F)

Serangan kumbang ini dapat menyebabkan daun berlubang sehingga terlihat seperti saringan
bewarna kelabu. Akibatnya bunga menjadi berguguran.

Pengendalian: dapat dikendalikan dengan cara mekanis yaitu menggunakancorong lampu yang
bagian dalamnya diberi minyak tanah atau minyak goring. Sehingga kumbang melekat pada minyak
goring, selain itu juga bisa disemprot dengan pestisida kimia/alami.

3. Lalat Buah (Dacus dorsalis)

Lalat buah menyerang dengan cara menusuk buah dan meninggalkan telur didalam buah. Lubang
bekas tusukan sering ditumbuhi cendawan yang bisa menyebabkan busuk buah.

Pengendalian: dapat dikendalikan secara mekanis yaitu dengan membuang buah yang telah busuk.
Atau dengan penyemprotan dengan pestisida pada buah.

4. Pengerek batang (Dihammus fistulator)

Hama ini sering menyerang tanaman yang telah dewasa atau telah berbuah. Cabang atau pokok
tanaman terlihat layu. Dan meninggalkan lubang yang berisi kotoran berupa butir-butir kayu bekas
gerakan. Dari lubang keluar larva yang bewarna putihdengan kepala coklat tua, bisa menyebabkan
batang rapuh, patah dan mati.

Pengendalian: upaya pengendalian dapat dilakukan yaitu dengan memotong dan membelah batang
bagian bawah lubang larva pupa, setelah dipotong masih bisa menghasilkan tunas baru, tapi bila
serangan dipangkal batang kemungkinan besar tanaman mati.

5. Tungau Merah (Tetranychus telaris L)

Tungau ini bersembunyi di balik daun dan menghisap cairan sel tanaman, gejalanya daun berbintik
kemerahan. Serangan yang hebat dapat menyebabkan daun layu dan rontok, terutama pada musim
kemarau.

Pengendalian: agar serangan tungau tidak meluas bisa mengunakan bahan kimia, tau dengan
lebatnya hujan bisa merontokan tungau.

6. Ulat Grayak

Ulat grayak ini bisa merusak daun, tapi tempat utama penyerangannya adalah bakal buah.

Pengendalian: bisa denag pestisida kimia ataupun buah dan daun yang terserang ulat grayak
dipotong dan dibuang (Pracaya, 2016)

b. Penyakit Pada Tanaman Terong


Penyakit yang sering menyerang tanaman terung diantaranya cendawan tepung, busuk buah, layu
cendawan dan layu bakteri.

1. Cendawan tepung

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan (Eryshiphe polygoni DC). Seranganya di tandai dengan
adanya tepung putih pada daun. Serangan akan semakin hebat pada musim kemarau. Apabila ada
angin, tepung tersebut akan berhamburan dan berkecambah ditempat lain.

Pengendalian: bisa dikendalikan dengan menyerbukan tepung belerang atau mrnyrmprotkan


fungisida pada tanaman.

2. Busuk buah

Ada beberapa cendawan yang menyebabkan busuk buah yaitu, Phomopsis vexans, Phytophthora
nicoteanae var, Parasicita dan Pythium aphanidermatum. Serangan terjadi pada buah, cabang,
ranting dan daun. Semua cendawan ini akan mengakibatkan Pada buah dan permukaan daun akan
terlihat bercak coklat. Serangan yang terjadi pada fase semai dapat menyebabkan tanaman roboh
buah terung akan menjadi busuk dan rontok.

Pengendalian: Buah yang telah terkena bercak di panen dan dibuang, namun jika yang terserang
hebat pada tanamannya sebaiknya dibakar.

3. Penyakit Layu Cendawan

Penyebab penyakit ini adalah cendawan Fusarium oxysporum f. Tanaman yang terserang tampak
segar di siang dan malam hari, tapi pada siang hari akan layu, keadaan ini berlangsung dalam
beberapa hari hingga akhirnya tanaman ini mati. Apabila dibiarkan pangkal batang akan membusuk
dan terkadang habis di makan rayap.

Pengendalian: Tanaman yang terkena segera dicabut dan dibakar, tanah jangan disebar agar tidak
menular pada tanaman lain.

4. Penyakit layu bakteri

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala serangannya hampir sama
dengan penyakit layu cendawan. Namun, jika batang yang sakit di potong melintang, akan keluar
lender bewarna putih, dan tahan bertahun-tahun didalam tanah dan susah diobati.

Pengendalian: sama dengan pengendalian layu cendawan.

5.2.6. Panen

Tanaman terung mulai berbunga sekitar umur 2 bulan, dan buahnya bisa di panen pada umur 3-4
bulan. Buah metangtidak secara bersamaan sehingga panen dilakukan 2 kali seminggu. Panen
dilakukan saat buah berukuran maksimal, tapi belun tua, buah yang sudah tua memiliki rasa yang
kurang enak dan bijinya sudah mulai keras.

Panen bisa dilakukan pagi maupun sore hari. Buah yang dipanen pun harus disertakan dengan
tangkai agar buah tidak mudah busuk. Pemanenan dilakukan dengan manual yaitu mengunakan
gunting panen atau pisau yang tajam agar mudah memotong tangkai. Kemudian buah yang telah
dipanen di masukan ke dalam keranjang baru di angkut ke tempat penyortiran buah terung.
Buah yang telah di sortir bagus dikumpulkan kepada pengumpul dan kemudian di jual kepasar.
Harga buah terung per kilo 2500 dari petani sedangkan di pasar dijual 5000 per kilonya. Buah busa
diolah menjadi sayur, di sambal dan digulai sesuai selera.
I. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kegiatan budidaya tanaman terung ungu di Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan
Pertanian Universitas Andalas (PATPKP-UNAND). Di lakukan secara rinci mulai dari persiapan bibit,
pengolahan lahan, penentuan jarak tanam dan lubang tanam, pemupukan, pemeliharaan tanaman,
sampai panen. Untuk benih tidak dihasilkan sendiri oleh PATPKP-UNAND, namum bibit yang
ditanam, benih yang di gunakan benih hibrida varietas lejatak yang di beli di took pertanian sekitar.

Proses pemanenan terung ungu dilakukan setelah 3-4 bulan setelah tanam, panen terung
ungu dilakukan 2 kali seminggu. Tanaman terung ungu bisa tumbuh sampai 1 tahun lebih. Jika
budidaya dilakukan dengan baik maka hasil yang didapatkan akan maksimal dan menyukupi
kebutuhan masyarakat di sekitar Sumatra barat.

I.2. Saran

Pembudidayaan tanaman terung ungu sebaiknya lebih di perbanyak dan di perluas lagi di
alahan panjang Serta pemeliharan harus dilakukan dengan baik dan tepat, agar produksi
yang dihasilkan mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Sumatra barat dan sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai