Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mega Lestari

NIM : 201 08 11 031

JADIKAN UMBI-UMBIAN SEBAGAI MAKANAN POKOK


SELINGAN

Salah satu sasaran utama pembangunan pertanian tahun 2010-2014 adalah


diversifikasi pangan dan gizi. Diversifikasi atau penganekaragam pangan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan kecukupan pangan dan gizi (karbohidrat,
vitamin, mineral dan lain-lain) dari berbagai jenis bahan pangan dan tidak
tergantung hanya pada suatu jenis saja.
Selama ini untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat, masyarakat terbiasa
mengkonsumsi beras, padahal ada beberapa bahan pangan berupa umbi yang
dapat mensubstitusi penggunaan beras itu. Semakin beragam bahan pangan yang
berasal dari sumber daya lokal akan semakin memperkecil ketergantungan kita
terhadap satu bahan pangan sehingga ketahanan pangan kita diharapkan akan
semakin menguat.
Umbi-umbian merupakan sumber pangan potensial yang dapat
dikembangkan. Di samping sebagai sumber karbohidrat, anekaragam umbi-
umbian terbukti secara ilmiah dapat mencegah beberapa penyakit seperti penyakit
gula, mencegah sembelit bahkan mencegah kanker usus. Agar umbi-umbian ini
disukai masyarakat kita harus berupaya agar pengembangan umbi-umbian ini
dengan kemampuan dan nilai gizi yang menarik. Sehingga masyarakat tertarik
untuk memanfaatkan sebagai sumber karbohidrat pendamping beras. Oleh karena
itu diperlukan adanya sentuhan teknologi, sehingga menarik, enak dan ekonomis.
Maka umbi-umbian sebagai pangan tambahan sumber karbohidrat pendamping
beras dapat disajikan dalam menu sehari-hari. Sebagai contoh misalnya umbi uwi.
Uwi atau ubi kelapa (Dioscorea alata L. syn. D. atropurpurea Roxb.)
merupakan sejenis umbi-umbian pangan.. Dalam bahasa Melayu dikenal sebagai
ubi saja dan bersifat generik, sehingga nama bahasa Indonesia diambil dari nama
bahasa Jawa untuk membedakannya dari jenis-jenis ubi yang lain.

Plasma Nutfah Uwi (Dioscorea alata)


Uwi mempunyai rasa enak sehingga merupakan jenis Dioscorea yang
paling digemari. Uwi adalah tumbuhan merambat yang dapat mencapai panjang
10m. Daun berbentuk mata panah. Tumbuhan memiliki bunga tersusun majemuk,
tumbuh dari ketiak daun, berumah satu. Bunganya ada dua macam, bunga jantan
berwarna kuning atau kuning kehijauan, bunga betinanya berwarna kuning. Bunga
jantan tersusun rapat 1-3cm; bunga betina tersusun jarang, lebih panjang, 15-
20cm; mahkota berwarna ungu dengan panjang 2mm. Daging umbinya berwarna
putih ungu atau gading. Ia dapat diperbanyak secara vegetatif menggunakan umbi
akar (akar yang membesar) atau umbi udara (umbi yang keluar dari ruas batang).
Umbi akarnya dapat berukuran sangat besar, dengan panjang lebih dari satu
meter.
Uwi berasal dari Asia, kemudian menyebar ke Asia Tenggara,
India,Semenanjung Malaya dan kepulauan Pasifik. Tanaman ini tumbuh di tanah
datar hingga ketinggian 800 m dpi, tetapi dapat juga tumbuh pada ketinggian
2.700 m dpi. Meskipun dapat tumbuh pada tanah miskin, akan tetapi
tanggapannya terhadap pemupukan sangat baik.
Uwi mempunyai potensi sebagai sumber karbohidrat. Dipergunakan
sebagai bahan pangan utama di daerah-daerah yang kering dan kurang
menghasilkan. Di Afrika Barat dan Philipina umbinya dipakai sebagai bahan
industri pati dan alkohol. Salah satu kultivar yang berwarna dipakai sebagai bahan
pembuat es krim.
Pada musim kemarau umbinya mengalami masa istirahat. Agar tidak
busuk biasanya umbinya disimpan di tempat kering, atau dibungkus abu.
Menjelang musim hujan umbi ini akan bertunas. Umbi yang telah bertunas
digunakan sebagai bibit. Setelah masa tanam 9-12 bulan, umbinya dapatdipanen.
Bentuk umbinya lonjong, ujungnya rata atau berlekuk dalam. Ukuran
umbinya beragam dan tidak bertangkai.warna umbi putih ungu atau gading
dengan ukuran panjang umbi 12-25 cm, lebar 9-20 cm, tebal 5-9 cm, kulit dalam
berwarna putih, putih kekuningan atau merah daging . Daging umbi terutama
berwarna putih ungu atau gading. Umumnya ditanam di lahan-lahan kering seperti
tegalan, ladang dan kebun, baik ditempat datar maupun bergelombang dan
berbukit. Uwi ditanam pada awal musim penghujan yaitu sekitar bulan September
sampai dengan bulan Oktober.
Umbinya selain untuk makanan juga dapat dimanfaatkan untuk obat
bahkan dapat diambil zat diosgenin /sola sodinnya guna bahan baku sintesa
hormon steroid untuk obat konstraseptip oral, hormonsex dan katiko steroid. Huwi
tiang atau huwi kelapa (Dioscorea alata L.) uwi kelapa atau uwi manis (Melayu),
uwi legi (Jawa), huwi kalapa (Sunda) penyebarannya tidak hanya terbatas di Jawa
dan Madura saja melainkan meliputi pulau pulau lain di kawasan Indonesia.

Pohon uwi yang siap panen dicirikan oleh daun yang menguning dan kering yang
terjadi pada musim kemarau. Dapat tumbuh mulai dari daerah pantai sampai pada
ketinggian 850 m. Suhu rata-rata yang diperlukan untuk pertumbuhan antara 20-
30 derajat C dengan Curah hujan pertahun
1500mm dengan musim kering tidak lebih dari 2-
4 bulan. Untuk perbanyakan bibit lebih baik yang
diambil dari umbi tanah dipilih bagian umbi yang
paling atas yang tumbuh dekat permukaan tanah,
karena pada bagian tersebut memiliki banyak
tunas yang cepat tumbuh. (Pinus Lingga dkk,
Bertanam Ubi-ubian. Penebar Swadaya Anggota
IKAPI).

Ada beberapa varietas dari uwi dan penamaannya di tiap daerah juga
berbeda-beda. Di daerah Wonosari (Yogyakarta) dan desa Poncokusumo
(Malang-Jawa Timur), terdapat varietas uwi putih dan uwi ungu (“gadung” dalam
bahasa JawaTimur). Di Kutowinangun (Jawa Tengah), dikenal yang namanya uwi
bangkulit (kulit luarnya berwarna merah “abang” dalam bahasa Jawa Tengah),
sedangkan di daerah Garut dikenal varietas huwi manis/kalapa (karena rasanya
manis seperti kelapa) dan huwi  hideung (karena warna hitam. “”hideung” hitam
dalama bahasa Sunda). Pemanfaatan uwi sebagai sumber bahan pangan biasanya
hanya sebatas dikonsumsi sebagai pengganti nasi dengan cara dikukus, atau  di
kecamatan Leles, Kabupaten Garut, uwi biasanya digunakan untuk acara sawaka
(7 bulanan masa kehamilan). Terdapat lima jenis uwi yang dikenal, yaitu: uwi
wulung, uwi beras, uwi bangkulit, uwi jengking, dan uwi rondo sluku.
Pengolahannya pun sederhana, dikukus, direbus, dibakar, digoreng, atau dijadikan
gethuk. Uwi wulung biasa dikonsumsi penderita thypus, sementara itu dengan
teknologi tinggi dapat dijadikan ekstrak untuk bahan baku kontrasepsi oral.

Komentar :
Sebagian besar masyarakat Indonesia selama ini memenuhi kebutuhan
pangan sebagai sumber karbohidrat berupa beras. Ketergantungan Indonesia
terhadap beras yang tinggi, membuat ketahanan pangan nasional sangat rapuh.
Dari aspek kebijakan pembangunan makro, kondisi tersebut mengandung resiko
(rawan), yang juga terkait dengan stabilitas ekonomi, sosial, dan politik. Salah
satu kebijakan pembangunan pangan dalam mencapai ketahanan pangan adalah
melalui diversifikasi pangan, yang dimaksudkan untuk memberikan alternatif
bahan pangan sehingga mengurangi ketergantungan terhadap beras.
Penganekaragaman pangan diharapkan akan memperbaiki kualitas
konsumsi pangan masyarakat karena semakin beragam konsumsi pangan maka
suplai zat gizi lebih lengkap daripada jika didominasi oleh satu jenis bahan saja.
Tanaman pangan penghasil karbohidrat pada umumnya berperan sebagai bahan
pangan pokok. Di negeri kita tanaman penghasil karbohidrat sangat beraneka
ragam. Kita mengenal berbagai jenis umbi–umbian, meliputi ubi jalar, ubi kayu,
talas, kimpul, uwi, garut, ganyong, serta beberapa jenis lainnya. Sebagian besar
dari umbi-umbian tersebut telah lazim dimanfaatkan masyarakat, walaupun belum
dikelola secara baik. Selain umbi-umbian kita memiliki beberapa jenis serealia
penghasil karbohidrat antara lain jagung, cantel, dan sorgum. Di antara berbagai
umbi-umbian yang ada di negeri kita, beberapa jenis telah dimanfaatkan sebagai
bahan pangan pokok di negara lain.
Di Afrika Barat dan Philipina umbinya dipakai sebagai bahan industri pati
dan alkohol. Salah satu kultivar yang berwarna dipakai sebagai bahan pembuat es
krim. Di Taiwan uwi sudah dibudidayakan massal secara monokultur. 
Pemanfaatannya sebagai komoditas pangan tidak sekadar dengan dikupas dan
dikukus, melainkan sudah diolah menjadi cake dan kue talam. Di restoran dan
hotel bintang di Taiwan, kita bisa menjumpai cake dan kue talam uwi dalam
bentuk potongan berwarna ungu muda yang sangat menarik. Rasanya manis,
lembut dan aroma khas uwinya masih sangat dominan. Kue dari uwi ini menjadi
apettizer (makanan pembuka) yang sangat  prestisius.
Oleh karena itu Perubahan perilaku masyarakat merupakan syarat mutlak
suksesnya upaya diversifikasi pangan yang mana kesadaran masyarakat untuk
mau mengurangi konsumsi beras, dan berangsur mengenal produk olahan
nonberas lainnya.

Anda mungkin juga menyukai