Anda di halaman 1dari 3

enulis: Sotyati 18:26 WIB | Kamis, 09 Juni 2016

Uwi, Pangan Alternatif Potensial

Uwi. (Dioscorea alata, L). (Foto: balitkabi.libang.pertanian.go.id)

SATUHARAPAN.COM – Uwi termasuk salah satu bahan pangan tertua di dunia. Cenderung
“dilupakan” di daerah asalnya, di Asia Tenggara, ubi-ubian termasuk uwi, merupakan salah
satu makanan pokok di Afrika. Hampir semua produksi uwi dunia saat ini, berasal dari
Afrika.

Tidak ada data statistik nasional produksi uwi di Indonesia. Walau dibudidayakan sejak dulu,
tidak banyak rekaman produksi uwi di Indonesia. Spesies uwi dibudidayakan secara kecil-
kecilan atau sambilan di beberapa daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tenggara dan Maluku. Di berbagai daerah tanaman genus ubi-ubian
merupakan tanaman liar atau ditanam secara tidak konsisten.

Belakangan, ada upaya untuk menggalakkan penanaman dan pemanfaatannya untuk tujuan
memperkuat ketahanan pangan. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
(BKP3) Kabupaten Bantul, misalnya, tahun lalu menggelar lomba mengolah bahan pangan
dari umbi-umbian sebagai makanan kudapan yang menarik.

Uwi, yang bernama ilmiah Dioscorea alata, L., mengutip dari Direktorat Budidaya Kacang-
kacangan dan Umbi-umbian Kementerian Pertanian, balitkabi.litbang.pertanian.go.id, adalah
tanaman perdu semusim yang merambat dari famili Dioscoreaceae. Tanaman ini umumnya
memiliki umbi dengan kulit warna kecokelatan, sedangkan daging berwarna ungu, dan ada
juga yang berwarna putih gading.

Budidaya uwi paling sesuai di lingkungan iklim tropis dengan suhu 25-30 derajat celsius,
namun sudah berkembang pula di daerah subtropis. Umbi dipanen setelah umur tanaman 8-
10 bulan.

Uwi, menurut Wikipedia, merupakan perdu yang memanjat dan dapat mencapai ketinggian 3-
10 m. Tumbuhan ini tumbuhan semusim, berumah dua, memanjat, dan sistem perakarannya
berserabut. Umbinya beragam, bulat, pipih panjang, bercabang, atau menjari. Uwi dinamai
berdasarkan bentuk umbinya. Kulit umbi berwarna cokelat hingga cokelat-kehitaman. Kulit
umbi beralur kasar. Daging umbinya ada yang putih, ungu atau warna gading. Daging
umbinya berlendir.

Bunganya berwarna dua macam, yang jantan berwarna kuning/kuning kehijauan, sementara
yang betina berwarna kuning saja. Perbungaannya majemuk, terletak di ketiak daun, bulir
jantan tersusun rapat dengan ukuran 1-3 cm, sementara betina tidak. Batangnya bersayap 4,
memanjat ke kanan, tidak berduri tetapi kadang kala kasar atau berbintik di bagian dasar,
bersudut 4 dan berwarna hijau sampai keunguan.

Daunnya berbentuk bulat telur, tunggal, berseling di bagian dasar, berhadapan di bagian atas,
agak seperti anak panah atau melonjong seperti tombak, hijau terang atau sering kali agak
keunguan. Berukuran 15-20 cm × 10-15 cm. Bentuk pertulangannya melengkung, dan licin.

Situs Badan Ketahanan Pangan Daerah Jawa Barat menyebutkan uwi tumbuhan asli Asia
Tenggara, yang kemudian tersebar ke India, Semenanjung Malaya, dan Pasifik. Penjelajah
Portugis dan Spanyol kemudian membawanya ke Amerika pada tahun 1500-an. Catatan
terbaru menunjukkan, ubi-ubian termasuk uwi ini tersebar pula ke Florida dibawa oleh
tukang bunga. Di Karibia, ditanam sebagai spesies yang penting.

Dalam bahasa Inggris, uwi biasa disebut yam atau water yam. Di Indonesia, dikenal uwi-
uwian dengan nama ubi, uwi legi, uwi manis, uwi kelapa, uwi ungu, ubi kelapa, huwi, lame
(Sulawesi), ubi (Bali), lutu (Banda), same (Makassar dan Bugis), palulu luwangu (Sumba).
Selain itu, dikenal juga uwi, ubi pasir (Dioscorea pentaphylla), dan gembili (Dioscorea
aculeata), yang lebih aman dimakan ketimbang ubi singapur (Dioscorea bulbifera) dan
gadung (Dioscorea hispida).

Manfaat dan Khasiat Uwi

Mengutip dari balitkabi.litbang.pertanian.go.id, tanaman uwi-uwian merupakan tanaman


sumber karbohidrat dan sudah dikenal lama penduduk Indonesia, namun terdesak oleh
komoditas pangan yang bernilai ekonomis. Uwi-uwian (Dioscorea) secara alami bersifat
toleran naungan dan kekeringan.

Sebagai bahan pangan tradisional, uwi-uwian juga potensial sebagai bahan pangan
fungsional. Umbi Dioscorea mengandung lendir kental yang terdiri atas glikoprotein dan
polisakarida larut air. Glikoprotein dan polisakarida merupakan bahan bioaktif yang
berfungsi sebagai serat pangan larut air dan bersifat hidrokoloid yang bermanfaat untuk
menurunkan kadar glukosa darah dan kadar total kolesterol, terutama kolesterol LDL (Low
Density Lipoprotein).
Di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan juga
Papua Nugini, uwi-uwian dianggap sangat penting sebagai makanan. Di Kepulauan Banggai,
uwi merupakan makanan pokok masyarakat, selain itu juga uwi masih digunakan dalam
barter barang dengan masyarakat luar.

Umbi dan kuncup daunnya setelah dimasak dengan berbagai cara dikonsumsi sebagai bahan
makanan tambahan. Umbinya dapat diproses sebagai tepung atau potongan-potongan tipis,
merupakan sumber tepung minor. Kultivarnya dengan umbi yang berwarna ungu digunakan
dalam pembuatan es kream dan permen.

Wikipedia menyebutkan, di Papua Nugini, uwi dimanfaatkan juga dalam upacara adat. Di
Afrika Barat dan Filipina, umbi uwi dimanfaatkan untuk industri pembuatan pati dan alkohol.
Salah satu kultivarnya digunakan untuk membuat es krim.

Uwi juga menjadi bahan penting dalam pengobatan tradisional Sumba, dengan dicampur
kepleng (Sumba: rau kabungggulu, Stephania japonica), bawang putih, dan umbi jeringau
(Sumba:hikiluare, Acorus calamus).

Editor : Sotyati

Anda mungkin juga menyukai