Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki tanah yang subur untuk
ditumbuhi sayur-sayuran dan buah-buahan. Tanah yang subur sangat cocok untuk
usaha pertanian.. Misalnya pertanian padi, ubi kayu (singkong), palawija, dan sayur-
sayuran. Contoh tanaman palawija adalah jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang
hijau. Contoh tanaman sayur-sayuran adalah kol, sawi, bayam, cabe, terong, tomat,
buncis, kangkung, labu siam, kacang panjang, dan wortel.
DETAIL PROFIL
Kacang koro pedang merupakan salah satu jenis koro yang dapat ditemukan
dengan mudah di Indonesia. Kara Pedang (Canavalia Ensiformis), berasal dari Asia
atau Afrika. Kara Pedang secara luas ditanam di Asia Selatan dan Asia Tenggara,
terutama di India, Sri Lanka, Myanmar dan Indo-China. Dan kini telah tersebar di
seluruh daerah tropis dan telah ternaturalisasi di beberapa daerah termasuk
juga Indonesia. Nama lain kara pedang (Canavalia Ensiformis) adalah kara adalah
kara parasman. Di Jawa Tengah, kara pedang dikenal dengan nama koro bedog, koro
bendo, koro loke, koro gogok, koro wedhung, dan koro kaji ( Lahiya, 2003, dalam
Handajani, 2013). Di Jawa Barat, kara pedang dikenal dengan nama kaos bakol.
Biji koro mengandung protein yaitu sekitar 18 - 25%. Sedangkan kandungan
lemaknya sangat rendah, yaitu sekitar 0,2 - 3,0% dan kandungan karbohidratnya
relatif tinggi, yaitu 50 - 60%, serat 8,3 %, jika diolah menjadi tepung kadungan
proteinnya bisa mencapai 31%. Protein koro – koroan dapat dipertimbangkan
sebagai sumber protein untuk bahan pangan, sebab keseimbangan asam aminonya
sangat baik. Disamping itu, koro – koroan mempunyai sumber vitamin B1, beberapa
mineral dan serat pangan bagi kesehatan.
Kacang tunggak berkembang di Afrika, dan kacang tolo liar hanya ada di
Afrika dan Madagaskar. Afrika Barat menjadi pusat utama keanekaragaman kacang
tolo sebagai hasil budidaya petani lokal. Selain itu, timur laut Afrika juga melakukan
budidaya kacang tolo. Pusat keragaman spesies kacang tolo liar berpusat di Afrika
tenggara. Kacang tolo liar (Vigna unguiculata ssp.) adalah nenek moyang dari kacang
tolo budidaya. Tanaman ini pertama kali diperkenalkan ke India selama periode
Neolitik, karena itu India menjadi pusat kedua sebagai keragaman genetik. “Kacang
Yardlong” merupakan kelompok kacang tolo (Sesquipedialis) yang menghasilkan
polong sangat panjang dan banyak dikonsumsi di Asia sebagai makanan hijau segar.
Kacang tunggak memiliki karakteristik fisik pada tekstur kulit biji yang
mempengaruhi karakteristik hidrasi. Seperti pernyataan sebelumnya tekstur kacang
tolo yang memiliki kulit biji yang halus atau pun keriput yang dapat mempengaruhi
sifat kematangan dan sifat penyerapan kelembaban. Kacang yang memiliki kulit biji
halus akan cenderung sedikit dalam menyerap air dari pada kacang yang memiliki
kulit biji keriput. Didalam kacang tolo memiliki berbagai jenis senyawa seperti anti
tripsin, lektin, oligosakarida dan asam fitat. Anti tripsin merupakan senyawa protein
yang bersifat antinutrisi, yang dapat menghambat kemampuan dari aktivitas enzim
tripsin di dalam saluran pencernaan (Rosida, 2013). Lektin adalah adalah senyawa
yang dapat mengumpalakan sel darah merah. Asam fitat merupakan senyawa pada
kotiledon kacang – kacangan. Sedangkan oligosakarida terdiri dari verbaskosa,
stakiosa, dan rafinosa. Oligosakarida berlebih pada kacang dapat menyebabkan gejala
flatulensi (timbulnya keadaan menumpuknya gas – gas pada lambung).
PRODUKTIVITAS
Kandungan karbohidrat kacang koro pedang cukup tinggi dan rendah lemak
sehingga sangat cocok untuk meningkatkan ketahanan tubuh. Sebagai sumber pangan
alternatif karena kacang koro pedang mudah dibudidayakan dan ditumpangsarikan
dengan ubi kayu, jagung, sengon, kopi, dan coklat. Produksi dapat mencapai 12
ton/ha dengan rata-rata 7 ton/ha. Tanaman ini juga menghasilkan pupuk hijau
sebanyak 40 – 50 ton/ha. Harga kacang koro relatif murah sekitar Rp. 2.000 – Rp. 2
500 per kg. Tanaman kacang koro toleran terhadap lahan kering masam, mampu
tumbuh di segala jenis tanah, bahkan di tanah marjinal sekalipun. Dari 7 aspek yang
dilihat yaitu aspek agroekologi, perbenihan, produksi, pengolahan, pasar, usaha tani
dan kebijakan, koro pedang potensial sebagai substitusi kedelai dan mempunyai
posisi tawar yang menjanjikan.
Pada tahun 2011 sampai 2012, 35 persen kacang koro pedang yang diekspor
ke Jawa Tengah berasal dari wilayah Luwu Timur, Luwu Utara, Palopo, Sidrap dan
Mamuju. Hal ini dikarenakan permintaan yang cukup tinggi sedangkan
ketersediaannya sangat terbatas sehingga dibutuhkan pemasok dari kabupaten lain
untuk mencukupi permintaan dari mitra perusahaan Jawa Tengah. Harga Kacang koro
pedang ditingkat petani berkisar antara Rp. 2000,- sampai Rp. 2.500,- per kilogram,
sedangkan harga di Perusahaan Mitra Jawa Tengah berkisar Rp. 4.000,- sampai Rp.
4.500,- per kilogram.
Kacang tunggak masih satu jenis dengan kacang panjang, namun berbeda
subspesies atau kelompok kultivar. Kelompok kacang panjang, misalnya, dikenal
dengan nama Kelompok kv. Sesquipedalis (Vigna unguiculata ssp. sesquipedalis).
Kelompok kv. Unguiculata (atau juga disebut Vigna unguiculata ssp. unguiculata)
adalah kelompok kacang tunggak yang umum. Sementara Kelompok kv. Biflora
(Vigna unguiculata ssp. cylindrica) adalah kelompok kacang merah (kacang tunggak
merah) atau kacang tunggak kecil. Daur hidup kacang tunggak mencapai 66 hari.
Selain toleran terhadap kekeringan, kacang tunggak juga toleran terhadap kemasaman
lahan, sehingga sangat potensial dan memiliki harapan yang baik untuk
dikembangkan pada lahan kering untuk peningkatan produktivitas lahan. Kelebihan
budidaya tanaman kacang tunggak karena jenis kacang tersebut dapat tumbuh dengan
curah hujan lebih sedikit daripada kacang panjang dengan kondisi tanah yang
berbagai jenis dengan sistem pengairan yang baik.