Anda di halaman 1dari 7

1

File No. 2: Mengenal Porang

Bacaan 1:
Mengenal Tanaman Porang, dari Manfaat, Budidaya, hingga Jenis
18 Maret 2021

Dalam pemberitaan Kompas.com edisi 29 Juli 2020, disebutkan bahwa umbi porang memiliki
pasar ekspor seperti Jepang, China, Taiwan, Vietnam, Australia, dan Korea. Di pasar ekspor,
umbi porang yang diolah menjadi tepung memiliki nilai jual tinggi. Lantas, apa sih tanaman
porang itu?

Tanaman porang dan habitatnya


Dilansir situs resmi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan,
perkebunan.litbang.pertanian.go.id, tanaman porang termasuk tanaman iles-iles. Tanaman
porang (Amorphophallus oncophyllus muelleri Blume) merupakan umbi-umbian yang termasuk
dalam famili Areaceae dan umumnya tumbuh di hutan. Di alam, tanaman yang sering dianggap
sebagai tanaman liar oleh masyarakat ini tumbuh di bawah tegakan tanaman seperti jati, mahoni,
sono keling dan sengon dengan intensitas sinar matahari 40 persen.

Umbi porang memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena mengandung glukomanan yang baik
untuk kesehatan dan dapat dengan mudah diolah menjadi bahan pangan dan industri farmasi.
Oleh karena itu, masyarakat atau petani yang tinggal di kawasan hutan banyak yang mulai
membudidayakan tanaman porang.

Disebutkan laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan yang terbit April 2020, tanaman porang dapat tumbuh dengan baik
pada pH 6-7 dan sangat baik jika ditanam pada ketinggian 100-600 meter di atas permukaan laut
(m dpl).
"Tanaman porang membutuhkan curah hujan relatif sedang, yaitu sekitar 2.500 mm/tahun," tulis
laporan tersebut.
"Suhu udara optimal untuk budidaya porang antara 20-300 derajat Celsius."

Manfaat porang
Seperti disebutkan sebelumnya, tanaman porang memiliki nilai ekonomis tinggi. Biasanya,
tanaman ini dijual dalam bentuk umbi, irisan kering, tepung porang, dan glukomannan.

Glukomannan merupakan polisakarida larut dalam air yang dianggap sebagai serat makanan.
Saat mengolah makanan, glukomannan dapat dijadikan pengental alami. Oleh sebab itu,
glukomannan sangat penting dalam industri makanan karena serat alaminya dapat dijadikan
pengganti agar-agar, mempercepat rasa kenyang, memperlambat pengosongan perut. Ini
merupakan bahan yang cocok untuk orang diet, terlebih dapat mengurangi kadar kolesterol
dalam darah.

Manfaat lainnya, glukomannan baik untuk penderita diabetes, dapat dijadikan pengental sirup,
membuat es krim tidak mudah meleleh, sebagai bahan baku mie, dan penjernih air.
2

Selain digunakan untuk makanan, bahan ini juga bisa dijadikan campuran pembuatan kertas agar
kuat dan lemas, bahan pembuat lem, bahan pembuat kapsul, pengikat formulasi tablet, pengganti
gel, hingga silikon sebagai isolator listrik.

Jenis porang
Jenis porang yang sering dijumpai di Indonesia ada tiga jenis, yakni: A. campanulatus A.
variabilis A. oncophyllus

Jenis porang yang ditanam sebagai bahan pangan adalah jenis A. campanulatus var. hortensis
karena umbinya banyak mengandung pati. Sedangkan untuk tujuan eskpor, jenis yang disukai
adalah A. oncophyllusdi. Jenis porang ini memiliki umbi yang kaya akan glukomannan.

Umbi porang mengandung karbohidrat dengan kadar mannan yang cukup tinggi dan mempunyai
sifat yang khas, antara lain membentuk larutan viscous bila dicampur dengan air, tahan terhadap
air, bersifat adsurbens, bahan pangan, dan lain sebagainya. Tepung porang yang mengandung
mannan banyak digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, kertas, tekstil, karet sintests, dan
lainnya.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Bacaan 2:
Mengenal Porang, Si Umbi Liar yang Jadi Primadona Ekspor Komoditas Pertanian
Sabtu, 20 Maret 2021

KOMPAS.com - Porang adalah umbi yang kini jadi primadona ekspor komoditas pertanian.
Salah satunya porang diekspor hingga ke Jepang untuk bahan baku beras shirataki yang dikenal
dengan beras diet. Padahal, porang dulu sama sekali tak dilirik oleh masyarakat karena umbinya
menimbulkan gatal-gatal.

Lalu apakah tanaman porang itu?


Sebelum tahun 70-an, masyaraka Jawa mengenal tanaman umbi-umbian suweg atau dikenal
dengan iles-iles. Umbinya berbentuk bulat dengan akar rambut di kulit luarnya. Sedangkan
bunganya seperti bunga bangkai.Nah porang adalah tanaman sejenis suweg. Yang
membedakanya hanyalah pada warna umbinya. Umbi suweg berwarna agak kuning oranye,
Sementara umbi porang berwarna kuning. Untuk umbi iles-iles berwarna putih.

Oleh masyarakat, umbi suweg banyak dikonsumsi dengan cara dikukus dan dimakan dengan
parutan kelapa muda serta garam. Sementara porang dan iles-iles tak bisa dimakan karena jika
hanya direbus saperti suweg, akan menimbulkan gatal di mulut.

Untuk umbi porang dewasa, beratnya bisa mencapai puluhan kilogram.

Mengandung glukoman yang tinggi


Seperti umbi pada umumnya, porang mengandung mengandung karbohidrat, lemak, protein,
mineral, vitamin, dan serat pangan. Karbohidrat merupakan komponen penting pada umbi
3

porang yang terdiri atas pati, glukomannan, serat kasar, dan gula reduksi. Namun kandungan
glukomannan yang relatif tinggi merupakan ciri spesifik dari umbi porang.

Glukomannan dapat dimanfaatkan pada berbagai industri pangan antara lain untuk produk
makanan, seperti konnyaku, shirataki (berbentuk mie). Selain itu juga digunakan sebagai bahan
campuran/tambahan pada berbagai produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan bahan
pengental pada produk sirup dan sari buah.

Glukomannan dimanfaatkan oleh industri kimia dan farmasi, antara lain, sebagai bahan pengisi
dan pengikat tablet, bahan pelapis (coating dan edible film), bahan perekat (lem, cat tembok).

Serta untuk pelapis kedap air, penguat tenunan dalam industri tekstil, media pertumbuhan
mikrobia, dan bahan pembuatan kertas yang tipis, lemas, dan tahan air.

Apabila tanaman dipanen pada satu periode tumbuh, kadar glukomannan dalam ubi berkisar
antara 35-39%. Kadar tersebut terus meningkat sejalan dengan umur panen yaitu 46-48%, dan
47-55% masing-masing pada dua dan tiga periode tumbuh.

Namun dimulai saat tanaman mulai berbunga hingga biji mulai masak, kadar glukomannan
menurun hingga 32-35%.

Oleh karena itu, panen umbi sebaiknya dilakukan sebelum tanaman mulai berbunga. Porang bisa
tumbuh di lokasi yang ada pohon tegakan di atasnya.

Porang toleran dengan naungan hingga 60% di jenis tanah apa saja, di ketinggian 0 sampai 700
mdpl. Yang paling penting, PH tanah yang digunakan untuk menanam porang di antara 5,5
sampai 6,5.

Selain PH, air juga memiliki peran penting untuk perkembangan porang. Porang membutuhkan
air dengan intensitas sedang, tidak sampai membuat tanah menjadi becek namun juga jangan
sampai tanah kering.

Sentra pengolahan tepung porang


Di Indonesia sudah ada beberapa sentra pengolahan tepung porang yakni di Pasuruan, Madiun,
Wonogiri, Bandung, serta Maros.

Penjualan porang ke pasar ekspor selalu mengalami kenaikan sejak tahun 2016 hingga 2019.

Pertanian.go.id menulis, tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan, karena
punya peluang yang cukup besar untuk diekspor. Catatan Badan Karantina Pertanian
menyebutkan, ekspor porang pada 2018 tercatat sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor yang
mencapai Rp11,31 miliar ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia, dan lain sebagainya.

Sementara itu Berdasarkan data Indonesia Quarantine Full Automation System (IQFAST)/Badan
Karantina Pertanian (Barantan), pada semester pertama tahun 2021, ekspor komoditas porang
Indonesia sudah mencapai angka 14,8 ribu ton. Angka ini telah melampaui jumlah ekspor
4

semester pertama pada 2019 dengan jumlah 5,7 ribu ton. Jumlah ekspor komoditas porang pada
semester pertama 2021 mengalami peningkatan sebesar 160 persen dibandingkan semester
pertama 2019.

Adapun tujuan utama ekspor komoditas porang adalah Tiongkok, Vietnam, Thailand, hingga
Jepang.

Harga tertinggi di panen kedua


Bibit porang biasa digunakan dari pembelahan umbi batang maupun umbinya yang telah
memiliki titik tumbuh atau umbi katak (bubil) yang ditanam secara langsung.
Musim panen porang awal antara Maret sampai April, panen paripurna di Juli sampai Agustus.

Pada panen Maret-April, porang cenderung dihargai paling rendah karena kadar airnya masih
tinggi. Sedangkan, harga tertinggi ada di panen keduanya. Yakni, antara bulan Juli-Agustus.

Contoh harga porang pada 2020, untuk panen pertama sekitar Rp11 ribu. Sedangkan dari panen
keduanya bisa harganya bisa mencapai Rp 13.000-Rp 15.000 per kg.

Porang yang laku untuk pabrik biasanya di atas berat 0,5 kg.

Harga bibit umbi mini juga cukup menjanjikan. Umbi mini dengan isi dua sampai 60 biji per
kilogram harganya bisa mencapai Rp 100 ribu per kilogram.

Sedangkan untuk harga katak yang satu kilogram isi 200 sampai 250 butir harganya di kisaran
Rp 300.000 sampai Rp 350.000/kg.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Bacaan 3:
Sejarah Porang, Bermula dari Temuan Jepang saat Menjajah Indonesia
Kamis, 22 April 2021

Porang adalah jenis tanaman yang termasuk dalam famili Amorphophallus. Ada sekitar 200 jenis
Amorphophallus yang tersebar di seluruh dunia, 24 jenisnya ada di Indonesia. Lantas, bagaimana
asal mula pemanfaatan tanaman porang di Indonesia?

Sejarah porang
Guru Besar sekaligus Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor
(IPB), Prof Dr Edi Santosa, S.P, M.Si mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada bukti sejarah
yang pasti mengenai pemanfaat tanaman porang oleh masyarakat Indonesia.

Namun, menurut beberapa referensi dibacanya, porang pada awalnya merupakan tanaman hutan.
Porang tidak pernah dibudidayakan jadi bahan pangan.
5

Diketahui, pemanfaatan porang atau iles-iles ini sudah dimulai sejak masa penjajahan Jepang
pada tahun 1942. Sebelumnya, Jepang telah membudidayakan jenis Amorphophallus lainnya,
tepatnya A. Konjac di negaranya.Saat menjajah Indonesia, Jepang menemukan porang (A.
muelleri) di Indonesia. Karena mirip dengan A. Konjac, Jepang memanfaatkan porang sebagai
logistik pangan selama menduduki Indonesia. Saat itu petani Indonesia belum tahu manfaat
porang.

“Paling banyak yang dibawa itu adalah porang (iles-iles atau A. muelleri) dan acung (Walur atau
A. Variabilis)," kata Edi kepada Kompas.com, Sabtu (4/4/2021).

Saat itu Jepang memanfaatkan kedua tanaman ini untuk logistik perang, terutama untuk sumber
makanan.

"Sayangnya, catatan sejarah kita terputus. Catatan yang ada itu masyarakat kita dulu sudah
mengonsumsi porang, tetapi belum diketahui sejak kapannya,” jelasnya.

Ia menjelaskan, tanaman porang mulai intensif dibudidayakan sejak tahun 1980-an. Saat itu,
Perhutani mengintroduksi porang atau iles-iles ke Cepu. Tanaman porang tersebut ditanam di
bawah tegakan tanaman jati. Maksudnya, tanaman porang dapat ditanam di mana saja. Asalkan
tanahnya gembur, tidak terlampau basah, tidak terlalu kering, dan tidak terkontaminasi infeksi.

Tanaman yang satu ini dapat tumbuh d bawah naungan maupun di lahan sawah terbuka.

Selain itu, perawatan porang pun tidak memerlukan penyemprotan disinfektan secara rutin.
Pemupukan pun cukup dilakukan sekali selama masa tanam di bulan kemarau.

Tidak hanya itu, jika musim kemarau telah berlalu, dan petani tidak sempat memanennya, pada
musim hujan, tanaman porang akan layu dan seolah mati, Kendati demikian, pada musim
kemarau periode berikutnya, jika dipupuk dan dibersihkan rumput atau alang-alang di sekitar
tanaman, porang masih akan tumbuh dan berbuah lagi.

"Makanya kalau tidak sempat panen, bisa sampai tiga tahun ke depan, itu nanti hasilnya gedhe
(besar umbinya) kalau dirawat," ucap dia.

Dengan kata lain, kata dia, setelah ditanam, tanaman porang bisa ditinggal begitu saja dan akan
tetap tumbuh tanpa perawatan yang optimal.
6

Bacaan 4:
Mengenal Tanaman Porang, Si Umbi Bahan Baku Mi Shirataki
Kamis, 15 April 2021

JAKARTA, KOMPAS.com - Porang kini tengah naik daun. Padahal, porang dulunya dianggap
tanaman yang tumbuh liar di pekarangan, bahkan di beberapa daerah dianggap sebagai makanan
ular (porang tanaman). Tanaman porang kini mulai banyak ditanam petani di sejumlah daerah
seiring meningkatnya permintaan ekspor umbinya.

Pohon porang adalah tanaman umbi-umbian dengan nama latin Amorphophallus muelleri. Di
beberapa daerah di Jawa, tanaman porang dikenal dengan nama iles-iles.

Budidaya porang juga terbilang mudah dan murah karena tak memerlukan banyak perlakukan
khusus. Pohon porang mudah tumbuh dalam berbagai kondisi tanah, bahkan di lahan kritis
sekalipun.

Harga porang di pasaran ekspor juga terus meningkat. Manfaat porang, terutama umbinya,
digunakan untuk bahan baku pembuatan tepung konjak atau tepung glucomannan. Tepung ini
yang kemudian dipakai sebagai bahan utama olahan shirataki, mi bening yang banyak
dikonsumsi di Asia Pasifik.

Berbeda dengan tepung terigu atau tepung beras, konjak sendiri dikenal memiliki banyak serat.
Itu sebabnya shirataki berbahan dari konjak memiliki rasa lebih kenyal namun kandungan
karbohidrat lebih sedikit.

Mi shirataki ini juga seringkali dipakai untuk mi ramen di Jepang. Popularitas shirataki juga
terus meningkat karena dipercaya sebagai menu diet dan gaya hidup sehat.

Manfaat porang juga biasanya diolah menjadi bahan baku produk kosmetik, pengental, lem.

“Manfaat porang banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, juga
untuk pembuatan lem dan jelly yang beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke luar negeri,
seperti Jepang dan China,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo seperti dikutip pada
Kamis (15/4/2021).

Dari data yang dirilis Kementerian Pertanian, jika dijadikan sebagai tanaman budidaya pertanian,
keunggulan pohon porang yakni bisa beradaptasi pada berbagai semua jenis tanah dan ketinggian
antara 0 sampai 700 mdpl. Tanaman porang juga relatif bisa bertahan di tanah kering. Umbinya
atau bibit porang juga bisa didapatkan dengan mudah, sementara tanamanya hanya memperlukan
perawatan yang minim.

Kelebihan lainnya, pohon porang bisa ditanam dengan tumpang sari karena bisa toleran dengan
dengan naungan hingga 60 persen.

Bibit pohon porang biasa digunakan dari potongan umbi batang maupun umbi yang telah
memiliki titik tumbuh atau umbi katak (bubil) yang ditanam secara langsung.
7

Kendati begitu, tanaman ini baru bisa menghasilkan umbi yang baik pada usia di atas satu tahun
sehingga masa panennya cukup lama.

Di Madiun Jawa Timur contohnya, tanaman porang kini banyak dibudidayakan petani setempat.
Ini karena harga porang relatif lebih menjanjikan dibandingkan tanaman budidaya lain. Di
Madiun, semenjak dibudidayakan petani dari tahun 1970-an, pohon porang menjadi komoditas
tanaman perkebunan yang menjanjikan bagi petani setempat.

Harga porang iris kering yang terus melonjak dari tahun ke tahun menjadikan banyak petani
yang banting setir menanam porang. Hampir semua hasil umbi porang di Madiun diekspor
sebagai bahan baku ramen atau mi tradisional Jepang, serta untuk bahan konyaku dan kosmetik.

Beberapa tahun lalu saja, harga porang segar sudah mencapai Rp 4.000 per kg. Lalu harga
porang yang sudah dikeringkan atau sudah berbentuk keripik berkisar Rp 15.000 sampai Rp
30.000 per kg. Harganya bisa melonjak menjadi di atas Rp 100.000 per kg setelah diolah lebih
lanjut seperti diolah menjadi tepung glukomannan. Negara tujuan ekspornya antara lain Jepang,
China, Australia, dan Vietnam.

Badan Karantina Pertanian mencatat, pada tahun 2018 ekspor tepung porang mencapai 254 ton
dengan nilai Rp 11,31 miliar. Ekspor ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Sentra-sentra budidaya porang dan pengolahan umbi porang menjadi tepung saat ini tersebar di
Bandung, Maros, Wonogiri, Madiun, dan Pasuruan.

Namun begitu, menanam tanaman porang juga memiliki beberapa kekurangan. Porang termasuk
komoditas yang terbilang baru naik pamor, sehingga pengolahannya dan pemasarannya masih
terbatas di beberapa sentra daerah.

Agar mendapatkan harga jual yang baik, petani disarankan terlebih dahulu mencari pasar
sebelum melakukan penanaman tanaman porang (porang tanaman). Beberapa pengepul bahkan
memberikan kontrak harga porang saat dipanen.

Kekurangan lainnya dalam budidaya porang, adalah tanaman porang lazimnya baru bisa dipanen
umbinya setelah dua tahun saat umbi sudah cukup besar. Ini artinya, budidaya porang
memerlukan waktu lebih lama ketimbang tanaman seperti padi, jagung, umbi-umbian, dan
komoditas pertanian lainnya.

Tanaman porang hanya mengalami pertumbuhan selama 5 – 6 bulan tiap tahunnya (pada musim
penghujan). Sementara saat musim kemarau, pertumbuhannya terbilang lambat, bahkan terhenti.

Namun begitu, tanaman porang dapat dipanen setahun sekali tanpa harus menanam kembali
umbinya, yang berarti petani tak harus mengeluarkan biaya untuk menanam kembali pasca-
dipanen (budidaya porang).
.
.

Anda mungkin juga menyukai