Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman umbi-umbian merupakan bahan nabati yang diperoleh dari dalam tanah,
seperti ubi kayu, ubi jalar, kentang, kunyit, garut, gadung, bawang, jahe, kencur, kimpul,
talas, gembili, ganyong, bengkuang dan lain sebagainya (Muchtadi, 2011). Pada
umumnya umbi-umbian mengandung bahan makanan yang banyak mengandung
karbohidrat terutama pati atau merupakan sumber cita rasa dan aroma karena
mengandung oleoresin. Pada umumnya jenis umbi-umbian yang ada sangat beragam
yang didasarkan pada asalnya, seperti umbi akar dan umbi batang. Yang termasuk dalam
umbi akar adalah ubi kayu dan bengkuang. Sedangkan yang termasuk kedalam jenis
umbi batang adalah ubi jalar, kentang dan gadung. Di Indonesia sendiri yang paling
banyak dimanfaatkan baik sebagai olahan pangan dan olahan yang lainnya adalah ubi
kayu atau singkong. Ubi kayu atau singkong memiliki nilai ekonomi yang lebih daripada
jenis umbi-umbian yang lain. Selain daging umbi-umbian yang dimanfaatkan, bagian
lain yang dapat dimanfaatkan adalah pati. Pati dari umbi-umbian dapat digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan berbagai produk pangan maupun non pangan. Selain itu
pati dari umbi-umbian juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan polimer ramah
lingkungan.dalam pembuatan polimer ramah lingkungan yang dimanfaatkan dari
umbinya adalah bagian yang bernama pati. Pati ubi kayu merupakan pati yang sudah
sering digunakan sebagai bahan dasar pembuatan polimer ramah lingkungan. Pembuatan
polimer berbahan dasar ramah lingkungan yang nantinya juga dibuat menjadi plastik
akan memberikan keuntungan yang sangat besar. Melihat kondisi Indonesia yang kaya
akan sampah dan limbah plastik sintetik, maka pembuatan plastik dengan bahan alami
ramah lingkungan menjadi jalan keluar untuk mengatasi atau meminimalisir
permasalahan tersebut. Selain itu plastik yang terbuat dari bahan alami ramah lingkungan
memiliki waktu penguraian yang lumayan singkat. Tetapi melihat bahan dasar yang
digunakan yaitu pada umumnya ubi kayu, maka hal ini dapat mengurangi produksi
pemanfaatan ubi kayu di bidang pangan. Oleh karena itu agar pemanfaatan ubi kayu
dalam bidang pangan tidak berkurang, maka bahan dasar pembuatan plastik berbahan
dasar polimer ramah lingkungan dapat diganti dengan menggunakan umbi-umbian yang
lain, seperti umbi porang atau iles-iles. Umbi porang merupakan umbi yang masih jarang

1
dimanfaatkan di bidang pangan, dan oleh karena itu dapat dimanfaatkan dalam bidang
produksi non pangan. Pembuatan polimer dari umbi porang sebenarnya memanfaatkan
kandungan glukomanan yang ada pada umbi porang. Untuk mengetahui pemanfaatan
umbi porang sebagai bahan dasar glukomanan umbi porang, maka akan dibahas tentang
cara membuat polimer ramah lingkungan, pemanfaatan umbi porang dan lain sebagainya.
Selain itu, makalah kami yang susun bisa bermanfaat bagi pembaca dan dijadikan
sebagai sumber pengetahuan yang berupa referensi tentang pemanfatan glukomanan
umbi porang sebagai bahan dasar pembuatan polimer ramah lingkungan. Hal inilah yang
mendorong kami untuk membuat makalah yang memiliki judul “Pemanfaatan
Glukomanan Umbi Porang Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Polimer Ramah
Lingkungan”.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Mengapa umbi porang harus dimanfaatkan secara maksimal?
1.2.2 Bagaimana cara membuat polimer ramah lingkungan dari bahan dasar
glukomanan umbi porang?
1.2.3 Apa kelebihan dan kekurangan dari plastik yang terbuat dari polimer ramah
lingkungan dengan polimer sintetik?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pemanfaatan umbi porang secara maksimal?
1.3.2 Untuk mengetahui cara membuat polimer ramah lingkungan dari bahan dasar
glukomanan umbi porang.
1.3.3 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari plastik yang terbuat dari
polimer ramah lingkungan dengan polimer sintetik.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Umbi Porang


2.1.1 Pengertian umbi porang
Pradipta (2012:1) menyatakan bahwa “Umbi Porang memiliki nama lain iles-
iles atau Amorphophallus oncophyllu. Umbi Porang merupakan salah satu jenis
umbi yang tidak sering digunakan dalam konsumsi masyarakat pada umumnya.
Iles-iles atau umbi porang adalah salah satu tanaman yang tergolong marga
Amorphophallus dan termasuk ke dalam suku talas-talasan (Araceae). Marga
Amorphophallus kira-kira sebanyak 90 spesies dan yang paling banyak dijumpai
di daerah tropis adalah Amorphophallus campanulatus B1. Di Indonesia selain A.
campanulatus masih ada jenis-jenis lain yang umum dijumpai yaitu A.
oncophyllus, A. variabilis, A. spectabilis, A. decussilvae, A. muelleri dan beberapa
jenis lainnya. Di Jawa terdapat delapan jenis Amorphophallus, tetapi berdasarkan
koleksi Herbarium Bogoriense sampai saat ini tercatat 20 jenis Amorphophallus
yang contoh-contohnya dikumpulkan dari berbagai tempat di Indonesia. Sampai
saat ini terdapat enam jenis koleksi hidup yang ada di Kebun Raya Bogor.
Jepang merupakan negara yang paling maju dalam bidang iles-iles dan juga
merupakan negara konsumen tepung mannan terbesar di atas Taiwan dan
Singapura. Di Jepang tepung mannan atau biasa disebut tepung konyaku telah
lama dikenal sebagai bahan pangan yang sangat digemari. Lembaga khusus
penelitian iles-iles “Gunma-prefecture” di Shibukawa, Jepang telah dapat
menghasilkan varietas Norin-l dan Norin-2 dari Amorphophallus konjac yang
berkadar mannan tertinggi. Sampai saat ini di dalam negeri tepung mannan baru
digunakan sebagai bahan baku pembuatak “Konnyaku” dan “Shirataki” yang
sudah dipasarkan pada beberapa pasar swalayan di Jakarta, Bogor dan Surabaya.
Sebagian besar yang mengkonsumsi makanan tersebut adalah orang-orang Jepang
dan sudah banyak orang Indonesia mulai mencobanya pula.

2.1.2 Pengertian glukomanan


Koswara (2013) menyatakan bahwa “Mannan (glukomannan) merupakan
polisakarida yang tersusun oleh satuan-satuan D-glukosa dan D-mannosa. Hasil

3
analisa dengan cara hidrolisa asetolisis dari pada mannan dihasilkan suatu
trisakarida yang tersusun oleh dua D-mannosa dan satu D-glukosa. Oleh karena
itu dalam satu molekul mannan terdapat D-mannosa sejumlah 67 persen dan D-
glukosa sejumlah 33 persen. Sedangkan hasil analisa dengan cara metilasi
menghasilkan 2,3,4- trimetilmannosa, 2,3,6-trimetilmannosa dan 2,3,4-
trimetilglukosa”. Berdasarkan hal ini, maka bentuk ikatan yang menyusun
polimer mannan adalah 1,6-glikosida dan 1,4-glikosida. Glukomanan memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
 Sifat larut dalam air
Glukomannan mempunyai sifat yang larut dalam air dan tidak larut dalam
NaOH 20 persen. Glukomannan dalam air dapat membentuk larutan yang
sangat kental.
 Sifat membentuk gel
Karena zat glukomannan dalam air dapat membentuk larutan yang sangat
kental maka dengan penambahan air kapur zat glukomannan dapat
membentuk gel. Gel yang terbentuk mempunyai sifat yang khas dan tidak
mudah rusak.
Selain sifat , glukomanan umbi porang juga memiliki fungsi, yang diantaranya
adalah sebagai berikut:
 Media pertumbuhan mikroba
Sifat mannan yang mirip dengan agar-agar dapat digunakan di dalam bidang
mikrobiologi sebagai media pertumbuhan mikroba, misalnya
Penicillium atau Actinomycetes. Untuk pembuatan media dari tepung
mannan ini tidak dijelaskan secara terperinci.
 Zat Pengental
Di industri makanan, tepung mannan dapat digunakan sebagai zat pengental
misalnya dalam pembuatan sirop, sari buah dan sebagainya.
 Produk makanan
Tepung mannan dapat dibuat makanan yaitu dengan pencampuran larutan
mannan dan air kapur. Produk yang dihasilkan dikenal dengan nama
“konnyaku” dan “shirataki”. “Shirataki” merupakan salah satu bahan untuk
pembuatan makanan khas Jepang yaitu “Sukiyaki” yang sudah menjadi
terkenal diberbagai negara. Di Indonesia produk “konnyaku” dan “shirataki”
sudah dipasarkan pada beberapa toko swalayan di Jakarta, Bogor dan

4
Surabaya. Jika dikonsumsi bahan makanan ini dapat berperan sebagai
“dietary fiber” yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
 Penguat tenunan
Di industri tekstil, tepung mannan dapat digunakan sebagai bahan yang dapat
mengkilapkan dan memperkuat tenunan pengganti kanji.
2.2 Plastik Sintetik dan Biodegradable
Plastik merupakan bahan polimer kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan
manusia. Hampir setiap produk menggunakan plastik baik sebagai kemasan maupun
bahan dasar. Polietilena (PE) merupakan salah satu jenis plastik yang banyak dipakai
dalam kehidupan sehari-hari seperti kantong plastik yang terbuat dari jenis low density
polythylene (LDPE). LDPE merupakan salah satu jenis plastik sintetik yang bersifat non-
biodegradable atau tidak dapat terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga
menyebabkan masalah lingkungan. Limbah plastik pada umumnya ditangani dengan
penimbunan dan pembakaran. Akibatnya plastik yang tertimbun didalam tanah akan
mempengaruhi kualitas air tanah serta dapat memusnahkan kandungan humus yang
menyebabkan tanah menjadi tidak subur. Sedangkan plastik yang dibakar akan
menghasilkan gas CO2 yang dapat meningkatkan pemanasan global.
“Plastik biodegradabel adalah plastik yang dapat digunakan layaknya seperti plastik
konvensional, namun akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi hasil
akhir air dan gas karbondioksida setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan.
Plastik biodegradabel merupakan bahan plastik yang ramah terhadap lingkungan karena
sifatnya yang dapat kembali ke alam.” (Pranamuda, 2001).

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pemanfaatan Umbi Porang

Pemanfaatan umbi porang harus dimanfaatkan secara maksimal , karena pada


dasarnya umbi porang merupakan hasil pertanian yang masih jarang dimanfaatkan di
indonesia. pemanfaatan umbi porang lebih banyak diolah oleh negara tetangga, yaitu
Jepang. Jepang merupakan negara yang paling maju dalam bidang iles-iles dan juga
merupakan negara konsumen tepung mannan terbesar di atas Taiwan dan Singapura. Di
Jepang tepung mannan atau biasa disebut tepung konyaku telah lama dikenal sebagai
bahan pangan yang sangat digemari. Lembaga khusus penelitian iles-iles “Gunma-
prefecture” di Shibukawa, Jepang telah dapat menghasilkan varietas Norin-l dan Norin-2
dari Amorphophallus konjac yang berkadar mannan tertinggi. Sampai saat ini di dalam
negeri tepung mannan baru digunakan sebagai bahan baku pembuatak “Konnyaku” dan
“Shirataki” yang sudah dipasarkan pada beberapa pasar swalayan di Jakarta, Bogor dan
Surabaya. Sebagian besar yang mengkonsumsi makanan tersebut adalah orang-orang
Jepang dan sudah banyak orang Indonesia mulai mencobanya pula. Pemanfaatan umbi
porang masih banyak dalam bidang pangan, tetapi saat ini umbi porang sudah mulai
dilirik dalam bidang non-pangan, seperti untuk bahan dasar pembuatan polimer ramah
lingkungan (Koswara, 2013).

3.2 Pembuatan Polimer Ramah Lingkungan dari Glukomanan Umbi Porang

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk membuat polimer ramah lingkungan
dari glukomanan umbi porang yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
Bahan utama yang digunakan untuk membuat polimer ramah lingkungan dari
glukomanan umbi porang yaitu tepung glukonan. Cara mendapatkan glukomanan umbi
porang yaitu dengan melakukan proses ekstraksi pada umbi porang. Langkah-langkah
untuk mengekstraksi umbi porang adalah sebagai berikut. Umbi porang dikupas dan dicuci
dengan air lalu diiris dengan ketebalan 0,5 cm dan lebar maupun panjang kurang lebih dari 3 cm,
selanjutnya dilakukan perendaman dengan larutan garam 10% selama 30 menit. Setelah
direndam, umbi porang ditiriskan dan dikeringkan di bawah sinar matahari hingga kadar airnya
mencapai 11%, kemudian dilakukan ditepungkan lalu dicuci dengan air hangat sehingga
membentuk gel lalu dicuci menggunakan alkohol 50%. Endapan yang terbentuk dikeringkan
sampai kadar air 11%. Bahan yang sudah kering digiling dan diayak hingga dihasilkan tepung

6
glukomanan. Menurut Pradipta (2012) Proses pelaksanaan ekstraksi glukomanan dapat dilihat
pada diagram alir berikut :

Umbi porang

Penggilingan

Pengupasan

Pencucian dengan air

Pengirisan dengan ketebalan 0,5 cm, panjang dan lebar 3 cm

Perendaman dengan larutan garam dapur 10% selama 30 menit

Pengeringan kadar air 11%

Penghancuran

Pencucian dengan air hangat dan terbentuk gel

Pencucian endapan engan alkohol 50%

Pengeringan kadar air 11%

Pengayaan

Tepung glukomanan

7
Setelah ekstraksi pada umbi porang selesai, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pembuatan polimer dari glukomanan umbi porang. Adapun keseluruhan
bahan yang diperlukan antara lain:

 Tepung glukomanan porang


 Akuades
 Gliserol/gliserin
 Minyak goreng (untuk melapisi cetakan kaca).
 Bakteri efektif EM4

Sedangkan peralatan yang digunakan antara lain:

 Gelas ukur
 Timbangan digital
 Magnetic steerer
 Plat kaca
 Lakban
 TGA
 Autograph
 Alat uji FTIR
Setelah alat dan bahan sudah siap, maka langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai
berikut:
1. Pencampuran bahan baku film
Bahan dasar film yang digunakan adalah pati (glukomanan) umbi porang yang
berberbentuk tepung glukomanan. Tepung glukomanan dipersiapkan sebanyak
2,5gram. Tepung tersebut kemudian dicampurkan dengan plasticizer gliserol
dengan variasi 5ml, 10ml, dan 15ml, dalam 100ml air. Selain itu, dipersiapkan
juga tepung glukomanan porang murni tanpa plasticizer (gliserol 0ml) yang
digunakan sebagai bahan pembuat sampel film sebagai variabel kontrol.
2. Pengadukan dengan variasi suhu
Bahan dasar yang telah dipersiapkan kemudian diaduk selama 45 menit.
Pengadukan dilakukan menggunakan magnetic stirrer yang diatur suhu
pengadukannya. Suhu pengadukan pada masing-masing bahan dasar dengan
variasi gliserol juga diberikan variasi, yaitu yaitu 80ºC, 90ºC, dan 100ºC.
3. Pencetakan film

8
Larutan yang telah terbentuk dan tergelatinisasi dicetak diatas pelat kaca yang
telah diberi lakban pada kedua tepinya sebagai pengatur ketebalan. Agar mudah
dalam pengelupasan lembaran film, pelat kaca dibuat licin dengan menggunakan
minyak goreng yang dilapis tipis. Larutan yang tercetak diatas pelat kaca ditekan
dengan pelat kaca lainnya untuk mendapatkan ketebalan film yang homogen.
Larutan pada cetakan didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang hingga terbentuk
film plastik.
Setelah langkah-langkah pembuatan film dari glukomanan umbi porang
selesai, maka langkah selanjutnya yaitu pengujian dari sampel tersebut. Pengujian
yang dilakukan terdiri dari beberapa uji yaitu uji mekanis, uji penggembungan, uji
biodegradasi dan uji FTIR. Pada tahap uji mekanis hal yang perlu dilakukan
adalah memotong sampel film yang sudah jadi berukuran 2 x 6 cm. Pengujian
mekanis dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama Autograph. Tujuan
dari pengujian mekanis yaitu untuk mengetahui nilai tensile strength, daya
elongasi, dan modulus young. Indikator-indikator yang ingin diketahui
mempunyai persamaan masing-masing. Dalam pengujian, autograph diatur
dengan kecepatan uji sebesar 5mm/menit. Dari pengujian yang telah dilakukan
didapatkan hasil berupa nilai gaya tarik yang diterapkan oleh mesin (F) dan
perubahan panjang yang dialami oleh sampel (∆l), yang kemudian dihitung untuk
mendapatkan nilai kuat tarik (σ),elongasi (ε), dan modulus Young (E).
Uji yang kedua yaitu uji penggembungan yang dilakukan untuk mengetahui
nilai derajat penggembungan dari sampel. Langkah yang dilakukan adalah
menimbang sampel dan dicatat massa awalnya. Sampel yang telah ditimbang
kemudian ditetesi dengan air sebanyak 5 tetes disepanjang permukaan sampel dan
diamkan selama 2 menit. Setelah 2 menit sampel ditiriskan dengan menggunakan
tisu kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui massa akhirnya. Untuk
mendapatkan nilai derajat penggembungan data massa awal dan data massa akhir
dimasukkan dalam persamaan.
Uji yang ketiga yaitu uji biodegradasi, kemampuan biodegradasi dilihat
berdasarkan lamanya waktu degradasi oleh mikroorganisme EM4. Uji
biodegradasi dilakukan dengan menempatkan sampel film pada suatu wadah
kemudian ditambahkan EM4 sebanyak 10ml dan dibiarkan hingga terdegradasi.
uji yang keempat yaitu uji FTIR , pengujian dengan FTIR dilakukan pada tiga
macam sampel. Sampel pertama adalah tepung glukomanan, sampel kedua adalah

9
sampel film glukomanan tanpa plasticizer, dan sampel ketiga adalah film
glukomanan dengan plasticizer Dengan bantuan alat FTIR akan
terlihat bagaimana serapan gugus polimer pada sampel berdasarkan grafik yang
muncul pada layar komputer sebagai piranti yang terhubung dengan FTIR.
Menurut Pradipta (2012) Proses pembuatan dan pengujian dapat disajikan dalam
diagram alir, seperti dibawah ini:

Mulai

Verifikasi Bahan
baku

Pencampuran bahan baku film (variasi konsentrasi plasticizer)

Pengadukan dengan variasi suhu

Pencentakan film

Pengujian sampel

Uji Uji Uji Uji


mekanis penggembungan biodegradasi FTIR

Analisa

Kesimpulan

Selesai

10
3.3 Kelebihan dan kekurangan plastik biodegradable glukomanan umbi porang

Plastik banyak digunakan untuk berbagai hal, diantaranya sebagai


pembungkus makanan, alas makan dan minum, untuk keperluan sekolah, kantor,
automotif dan berbagai sektor lainnya. Karena memiliki banyak keunggulan antara
lain: fleksibel, ekonomis, transparan, kuat, tidak mudah pecah, bentuk laminasi yang
dapat dikombinasikan dengan bahan kemasan lain dan sebagian ada yang tahan panas
dan stabil . Disamping memiliki berbagai kelebihan tersebut plastik juga mempunyai
kelemahan diantaranya adalah bahan baku utama pembuat plastik yang berasal dari
minyak bumi yang keberadaannya semakin menipis dan tidak dapat diperbaharui
.Selain itu plastik tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami oleh mikroba
penghancur di dalam tanah. Hal ini mengakibatkan terjadinya penumpukan limbah
dan menjadi penyebab pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

Kelemahan plastik lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia adalah


migrasi residu monomer vinil klorida sebagai unit penyusun polivinilklorida (PVC)
bersifat karsinogenik .Monomer-monomer tersebut akan masuk ke dalam 2 makanan
dan selanjutnya akan masuk ke dalam tubuh orang yang mengkonsumsinya.
Penumpukan bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak dapat larut
dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar bersama urin maupun feses.
Penumpukan bahan-bahan inilah yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan bagi
pemakainya dan bisa mengakibatkan kanker .

Beberapa kelebihan penggunaan plastik biodegradable antara lain :


 Mengurangi Permintaan Bahan Bakar Fosil.
Kebanyakan polimer sintetis yang dibuat dari turunan minyak bumi, sehingga
mereka meningkatkan konsumsi bahan bakar fosil. Plastik seperti PLA, PHBV
dan PHA yang dibuat dari biomassa, sehingga mereka dapat mengurangi
permintaan minyak mentah dan bahan bakar fosil lainnya. Selain itu, dalam
banyak kasus, siklus hidup emisi gas rumah kaca yang terkait dengan plastik
biodegradable mungkin lebih sedikit daripada yang berhubungan dengan
plastik tradisional.
 Mengurangi Volume Sampah Kota
Plastik biodegradable memiliki potensi secara signifikan mengurangi volume
sampah kota yang dihasilkan di seluruh dunia. Karena dapat dikomposkan,

11
plastik biodegradable dapat dikumpulkan bersama-sama dengan sisa-sisa
makanan atau limbah pekarangan dan dialihkan ketumpukan kompos. Kompos
yang dihasilkan dapat digunakan sebagai taman atau pupuk pertanian. Plastik
konvensional mungkin butuh berabad-abad dapat terurai dan seringkali sulit
untuk mendaur ulang, sedangkan plastik biodegradable dapat terurai secara
cepat ke dalam perubahan kegunaan tanah.
 Memanfaatkan hasil pertanian umbi porang
Dengan adanya pembuatan polimer berbahan dasar ramah lingkungan dari
glukomanan umbi porang, maka akan menambah nilai guna dari umbi porang
itu sendiri.

Selain memiliki kelebihan, plastik biodegradable memiliki beberapa


kelemahan. Misalnya, mereka tidak membusuk kecuali mereka dibuang dengan benar,
yang berarti bahwa plastik biodegradable harus diperlakukan sama seperti
membentuknya. Penguraian alami plastik tidak akan terjadi jika hanya melemparkan
ke TPA dengan sampah lainnya sehingga warga yang bersangkuta juga perlu berhati-
hati. Beberapa ilmuwan juga menunjukkan bahwa gas rumah kaca yang terkunci di
dalam plastik dan dilepaskan ke atmosfer ketika terbentuk. Bagaimanapun juga
segalasesuatu yang digunakan dalam produksi plastik biodegradable alami. Dengan
demikian, plastik ini tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan bahan seperti
plastik konvensional.

12
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pemanfatan glukomanan umbi porang sebagai bahan dasar pembuatan


polimer ramah lingkungan merupakan salah satu langkah dalam mengurangi limbah
plastik yang melimpah dan sangat lama dan sulit terdegradasai. Yang digunakan sebagai
bahan dasar membuat polimer adalah glukomanan dari umbi porang. Dimana sebelum
digunakan umbi porang harus di ekstraksi menjadi tepung dengan kadar air 11%. Dan
juga plastik yang dihasilkan dari glukomanan umbi porang memiliki kelebihan berupa
tidak mengandung bahan kimia berbahaya sehingga jika diguanakan sebagai kemasan
makanan aman bagi kesehatan.

4.2 Saran

Makalah ini masih jauh dari unsur kesempurnaan , maka dari itu mohon kritik
dan saran dari berbagai pihak. Kurangnya referensi dan lainnya menyebabkan kurang
detailnya makalah tentang plastik biodegradable dari glukomanan umbi porang. Selain
itu perlu adanya penelitian yang lebih sempurna dan akurat agar nantinya plastik dari
glukomanan umbi porang dapat digunakan sebagai pengganti plastik sintetik secara
konvensional.

13

Anda mungkin juga menyukai