PENDAHULUAN
Tanaman umbi-umbian merupakan bahan nabati yang diperoleh dari dalam tanah,
seperti ubi kayu, ubi jalar, kentang, kunyit, garut, gadung, bawang, jahe, kencur, kimpul,
talas, gembili, ganyong, bengkuang dan lain sebagainya (Muchtadi, 2011). Pada
umumnya umbi-umbian mengandung bahan makanan yang banyak mengandung
karbohidrat terutama pati atau merupakan sumber cita rasa dan aroma karena
mengandung oleoresin. Pada umumnya jenis umbi-umbian yang ada sangat beragam
yang didasarkan pada asalnya, seperti umbi akar dan umbi batang. Yang termasuk dalam
umbi akar adalah ubi kayu dan bengkuang. Sedangkan yang termasuk kedalam jenis
umbi batang adalah ubi jalar, kentang dan gadung. Di Indonesia sendiri yang paling
banyak dimanfaatkan baik sebagai olahan pangan dan olahan yang lainnya adalah ubi
kayu atau singkong. Ubi kayu atau singkong memiliki nilai ekonomi yang lebih daripada
jenis umbi-umbian yang lain. Selain daging umbi-umbian yang dimanfaatkan, bagian
lain yang dapat dimanfaatkan adalah pati. Pati dari umbi-umbian dapat digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan berbagai produk pangan maupun non pangan. Selain itu
pati dari umbi-umbian juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan polimer ramah
lingkungan.dalam pembuatan polimer ramah lingkungan yang dimanfaatkan dari
umbinya adalah bagian yang bernama pati. Pati ubi kayu merupakan pati yang sudah
sering digunakan sebagai bahan dasar pembuatan polimer ramah lingkungan. Pembuatan
polimer berbahan dasar ramah lingkungan yang nantinya juga dibuat menjadi plastik
akan memberikan keuntungan yang sangat besar. Melihat kondisi Indonesia yang kaya
akan sampah dan limbah plastik sintetik, maka pembuatan plastik dengan bahan alami
ramah lingkungan menjadi jalan keluar untuk mengatasi atau meminimalisir
permasalahan tersebut. Selain itu plastik yang terbuat dari bahan alami ramah lingkungan
memiliki waktu penguraian yang lumayan singkat. Tetapi melihat bahan dasar yang
digunakan yaitu pada umumnya ubi kayu, maka hal ini dapat mengurangi produksi
pemanfaatan ubi kayu di bidang pangan. Oleh karena itu agar pemanfaatan ubi kayu
dalam bidang pangan tidak berkurang, maka bahan dasar pembuatan plastik berbahan
dasar polimer ramah lingkungan dapat diganti dengan menggunakan umbi-umbian yang
lain, seperti umbi porang atau iles-iles. Umbi porang merupakan umbi yang masih jarang
1
dimanfaatkan di bidang pangan, dan oleh karena itu dapat dimanfaatkan dalam bidang
produksi non pangan. Pembuatan polimer dari umbi porang sebenarnya memanfaatkan
kandungan glukomanan yang ada pada umbi porang. Untuk mengetahui pemanfaatan
umbi porang sebagai bahan dasar glukomanan umbi porang, maka akan dibahas tentang
cara membuat polimer ramah lingkungan, pemanfaatan umbi porang dan lain sebagainya.
Selain itu, makalah kami yang susun bisa bermanfaat bagi pembaca dan dijadikan
sebagai sumber pengetahuan yang berupa referensi tentang pemanfatan glukomanan
umbi porang sebagai bahan dasar pembuatan polimer ramah lingkungan. Hal inilah yang
mendorong kami untuk membuat makalah yang memiliki judul “Pemanfaatan
Glukomanan Umbi Porang Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Polimer Ramah
Lingkungan”.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
analisa dengan cara hidrolisa asetolisis dari pada mannan dihasilkan suatu
trisakarida yang tersusun oleh dua D-mannosa dan satu D-glukosa. Oleh karena
itu dalam satu molekul mannan terdapat D-mannosa sejumlah 67 persen dan D-
glukosa sejumlah 33 persen. Sedangkan hasil analisa dengan cara metilasi
menghasilkan 2,3,4- trimetilmannosa, 2,3,6-trimetilmannosa dan 2,3,4-
trimetilglukosa”. Berdasarkan hal ini, maka bentuk ikatan yang menyusun
polimer mannan adalah 1,6-glikosida dan 1,4-glikosida. Glukomanan memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
Sifat larut dalam air
Glukomannan mempunyai sifat yang larut dalam air dan tidak larut dalam
NaOH 20 persen. Glukomannan dalam air dapat membentuk larutan yang
sangat kental.
Sifat membentuk gel
Karena zat glukomannan dalam air dapat membentuk larutan yang sangat
kental maka dengan penambahan air kapur zat glukomannan dapat
membentuk gel. Gel yang terbentuk mempunyai sifat yang khas dan tidak
mudah rusak.
Selain sifat , glukomanan umbi porang juga memiliki fungsi, yang diantaranya
adalah sebagai berikut:
Media pertumbuhan mikroba
Sifat mannan yang mirip dengan agar-agar dapat digunakan di dalam bidang
mikrobiologi sebagai media pertumbuhan mikroba, misalnya
Penicillium atau Actinomycetes. Untuk pembuatan media dari tepung
mannan ini tidak dijelaskan secara terperinci.
Zat Pengental
Di industri makanan, tepung mannan dapat digunakan sebagai zat pengental
misalnya dalam pembuatan sirop, sari buah dan sebagainya.
Produk makanan
Tepung mannan dapat dibuat makanan yaitu dengan pencampuran larutan
mannan dan air kapur. Produk yang dihasilkan dikenal dengan nama
“konnyaku” dan “shirataki”. “Shirataki” merupakan salah satu bahan untuk
pembuatan makanan khas Jepang yaitu “Sukiyaki” yang sudah menjadi
terkenal diberbagai negara. Di Indonesia produk “konnyaku” dan “shirataki”
sudah dipasarkan pada beberapa toko swalayan di Jakarta, Bogor dan
4
Surabaya. Jika dikonsumsi bahan makanan ini dapat berperan sebagai
“dietary fiber” yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Penguat tenunan
Di industri tekstil, tepung mannan dapat digunakan sebagai bahan yang dapat
mengkilapkan dan memperkuat tenunan pengganti kanji.
2.2 Plastik Sintetik dan Biodegradable
Plastik merupakan bahan polimer kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan
manusia. Hampir setiap produk menggunakan plastik baik sebagai kemasan maupun
bahan dasar. Polietilena (PE) merupakan salah satu jenis plastik yang banyak dipakai
dalam kehidupan sehari-hari seperti kantong plastik yang terbuat dari jenis low density
polythylene (LDPE). LDPE merupakan salah satu jenis plastik sintetik yang bersifat non-
biodegradable atau tidak dapat terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga
menyebabkan masalah lingkungan. Limbah plastik pada umumnya ditangani dengan
penimbunan dan pembakaran. Akibatnya plastik yang tertimbun didalam tanah akan
mempengaruhi kualitas air tanah serta dapat memusnahkan kandungan humus yang
menyebabkan tanah menjadi tidak subur. Sedangkan plastik yang dibakar akan
menghasilkan gas CO2 yang dapat meningkatkan pemanasan global.
“Plastik biodegradabel adalah plastik yang dapat digunakan layaknya seperti plastik
konvensional, namun akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi hasil
akhir air dan gas karbondioksida setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan.
Plastik biodegradabel merupakan bahan plastik yang ramah terhadap lingkungan karena
sifatnya yang dapat kembali ke alam.” (Pranamuda, 2001).
5
BAB III
PEMBAHASAN
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk membuat polimer ramah lingkungan
dari glukomanan umbi porang yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
Bahan utama yang digunakan untuk membuat polimer ramah lingkungan dari
glukomanan umbi porang yaitu tepung glukonan. Cara mendapatkan glukomanan umbi
porang yaitu dengan melakukan proses ekstraksi pada umbi porang. Langkah-langkah
untuk mengekstraksi umbi porang adalah sebagai berikut. Umbi porang dikupas dan dicuci
dengan air lalu diiris dengan ketebalan 0,5 cm dan lebar maupun panjang kurang lebih dari 3 cm,
selanjutnya dilakukan perendaman dengan larutan garam 10% selama 30 menit. Setelah
direndam, umbi porang ditiriskan dan dikeringkan di bawah sinar matahari hingga kadar airnya
mencapai 11%, kemudian dilakukan ditepungkan lalu dicuci dengan air hangat sehingga
membentuk gel lalu dicuci menggunakan alkohol 50%. Endapan yang terbentuk dikeringkan
sampai kadar air 11%. Bahan yang sudah kering digiling dan diayak hingga dihasilkan tepung
6
glukomanan. Menurut Pradipta (2012) Proses pelaksanaan ekstraksi glukomanan dapat dilihat
pada diagram alir berikut :
Umbi porang
Penggilingan
Pengupasan
Penghancuran
Pengayaan
Tepung glukomanan
7
Setelah ekstraksi pada umbi porang selesai, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pembuatan polimer dari glukomanan umbi porang. Adapun keseluruhan
bahan yang diperlukan antara lain:
Gelas ukur
Timbangan digital
Magnetic steerer
Plat kaca
Lakban
TGA
Autograph
Alat uji FTIR
Setelah alat dan bahan sudah siap, maka langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai
berikut:
1. Pencampuran bahan baku film
Bahan dasar film yang digunakan adalah pati (glukomanan) umbi porang yang
berberbentuk tepung glukomanan. Tepung glukomanan dipersiapkan sebanyak
2,5gram. Tepung tersebut kemudian dicampurkan dengan plasticizer gliserol
dengan variasi 5ml, 10ml, dan 15ml, dalam 100ml air. Selain itu, dipersiapkan
juga tepung glukomanan porang murni tanpa plasticizer (gliserol 0ml) yang
digunakan sebagai bahan pembuat sampel film sebagai variabel kontrol.
2. Pengadukan dengan variasi suhu
Bahan dasar yang telah dipersiapkan kemudian diaduk selama 45 menit.
Pengadukan dilakukan menggunakan magnetic stirrer yang diatur suhu
pengadukannya. Suhu pengadukan pada masing-masing bahan dasar dengan
variasi gliserol juga diberikan variasi, yaitu yaitu 80ºC, 90ºC, dan 100ºC.
3. Pencetakan film
8
Larutan yang telah terbentuk dan tergelatinisasi dicetak diatas pelat kaca yang
telah diberi lakban pada kedua tepinya sebagai pengatur ketebalan. Agar mudah
dalam pengelupasan lembaran film, pelat kaca dibuat licin dengan menggunakan
minyak goreng yang dilapis tipis. Larutan yang tercetak diatas pelat kaca ditekan
dengan pelat kaca lainnya untuk mendapatkan ketebalan film yang homogen.
Larutan pada cetakan didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang hingga terbentuk
film plastik.
Setelah langkah-langkah pembuatan film dari glukomanan umbi porang
selesai, maka langkah selanjutnya yaitu pengujian dari sampel tersebut. Pengujian
yang dilakukan terdiri dari beberapa uji yaitu uji mekanis, uji penggembungan, uji
biodegradasi dan uji FTIR. Pada tahap uji mekanis hal yang perlu dilakukan
adalah memotong sampel film yang sudah jadi berukuran 2 x 6 cm. Pengujian
mekanis dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama Autograph. Tujuan
dari pengujian mekanis yaitu untuk mengetahui nilai tensile strength, daya
elongasi, dan modulus young. Indikator-indikator yang ingin diketahui
mempunyai persamaan masing-masing. Dalam pengujian, autograph diatur
dengan kecepatan uji sebesar 5mm/menit. Dari pengujian yang telah dilakukan
didapatkan hasil berupa nilai gaya tarik yang diterapkan oleh mesin (F) dan
perubahan panjang yang dialami oleh sampel (∆l), yang kemudian dihitung untuk
mendapatkan nilai kuat tarik (σ),elongasi (ε), dan modulus Young (E).
Uji yang kedua yaitu uji penggembungan yang dilakukan untuk mengetahui
nilai derajat penggembungan dari sampel. Langkah yang dilakukan adalah
menimbang sampel dan dicatat massa awalnya. Sampel yang telah ditimbang
kemudian ditetesi dengan air sebanyak 5 tetes disepanjang permukaan sampel dan
diamkan selama 2 menit. Setelah 2 menit sampel ditiriskan dengan menggunakan
tisu kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui massa akhirnya. Untuk
mendapatkan nilai derajat penggembungan data massa awal dan data massa akhir
dimasukkan dalam persamaan.
Uji yang ketiga yaitu uji biodegradasi, kemampuan biodegradasi dilihat
berdasarkan lamanya waktu degradasi oleh mikroorganisme EM4. Uji
biodegradasi dilakukan dengan menempatkan sampel film pada suatu wadah
kemudian ditambahkan EM4 sebanyak 10ml dan dibiarkan hingga terdegradasi.
uji yang keempat yaitu uji FTIR , pengujian dengan FTIR dilakukan pada tiga
macam sampel. Sampel pertama adalah tepung glukomanan, sampel kedua adalah
9
sampel film glukomanan tanpa plasticizer, dan sampel ketiga adalah film
glukomanan dengan plasticizer Dengan bantuan alat FTIR akan
terlihat bagaimana serapan gugus polimer pada sampel berdasarkan grafik yang
muncul pada layar komputer sebagai piranti yang terhubung dengan FTIR.
Menurut Pradipta (2012) Proses pembuatan dan pengujian dapat disajikan dalam
diagram alir, seperti dibawah ini:
Mulai
Verifikasi Bahan
baku
Pencentakan film
Pengujian sampel
Analisa
Kesimpulan
Selesai
10
3.3 Kelebihan dan kekurangan plastik biodegradable glukomanan umbi porang
11
plastik biodegradable dapat dikumpulkan bersama-sama dengan sisa-sisa
makanan atau limbah pekarangan dan dialihkan ketumpukan kompos. Kompos
yang dihasilkan dapat digunakan sebagai taman atau pupuk pertanian. Plastik
konvensional mungkin butuh berabad-abad dapat terurai dan seringkali sulit
untuk mendaur ulang, sedangkan plastik biodegradable dapat terurai secara
cepat ke dalam perubahan kegunaan tanah.
Memanfaatkan hasil pertanian umbi porang
Dengan adanya pembuatan polimer berbahan dasar ramah lingkungan dari
glukomanan umbi porang, maka akan menambah nilai guna dari umbi porang
itu sendiri.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari unsur kesempurnaan , maka dari itu mohon kritik
dan saran dari berbagai pihak. Kurangnya referensi dan lainnya menyebabkan kurang
detailnya makalah tentang plastik biodegradable dari glukomanan umbi porang. Selain
itu perlu adanya penelitian yang lebih sempurna dan akurat agar nantinya plastik dari
glukomanan umbi porang dapat digunakan sebagai pengganti plastik sintetik secara
konvensional.
13