Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan tanaman semak yang berkhasiat obat.

Secang merupakan salah satu tanaman obat Indonesia yang banyak digunakan oleh industri jamu. Secang atau tepatnya kayu secang atau Caesalpinia sappan L. termasuk salah satu bahan rempah-rempah yang banyak diperdagangkan. Kayu secang mempunyai berbagai macam khasiat antara lain sebagai pewarna pada bahan anyaman, kue, minuman atau sebagai tinta. Karena kayu secang apabila direbus akan memberikan warna merah gading muda. Selain khasiat tersebut di atas, kayu secang ternyata juga berkhasiat untuk obat berbagai macam penyakit. Beberapa penyakit yang dapat diobati adalah diare, disentri, TBC, luka dalam, sifilis, darah kotor, berak darah, memar berdarah, malaria, tetanus, tumor, radang selaput lender mata. Budidaya tanaman secang belum dilakukan secara intensif baik oleh masyarakat maupun oleh perkebunan, diduga karena penggunaannya masih terbatas didalam negeri yaitu untuk kebutuhan beberapa pabrik jamu. Tetapi mengingat manfaat tanaman secang sebagai tanaman obat berkhasiat, maka perlu dilakukan upaya peningkatan pengadaan teknik budidaya agar berkesinambungan penyediaan simplisia sumber bahan obat tersebut tidak mengalami kepunahan. Untuk menunjang kegiatan industri, suatu produksi harus dimulai dari cara mendapatkan bahan baku yang tepat, baik dari segi kuantitas ataupun kualitasnya. Faktor yang sangat berpengaruh dalam hal ini adalah aspek budidaya dan pascapanen yang tepat. Proses pembuatan simplisia di tingkat petani masih dilakukan secara tradisional, dan kadang-kadang tidak memenuhi cara-cara pengolahan yang baik dan benar, sehingga untuk mendapatkan mutu yang baik agak sulit dicapai.

Pengembangan secang skala luas sampai saat ini perlu didukung dengan upaya pembudidayaannya secara optimal dan berkesinambungan. Untuk mencapai tingkat keberhasilan budidaya yang optimal diperlukan bahan tanaman dengan jaminan produksi dan mutu yang baik serta stabil dengan cara menerapkan budidaya yang tepat. Bila tanaman telah dibudidayakan, dapat dipantau secara mudah keseragaman umur, masa panen, dan varietas. Faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya suatu mutu simplisia adalah keaslian, kemurnian dan zat berkhasiat yang dikandungnya. Usaha peningkatan mutu sebaiknya dilakukan sejak awal, yaitu dari penentuan areal pertanaman yang cocok secara agronomis serta menggunakan bibit unggul. Dengan budidaya diharapkan produktivitas dari tanaman secang tinggi, sehingga pengambilan langsung dari alam berkurang, dan kelangkaan dari spesies tanaman secang dapat dihindari. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas dalam paper ini adalah : 1. Bahan Tanam 2. Pembibitan 3. Pengolahan Tanah 4. Pemanenan 5. Pemeliharaan 6. Panen dan Pasca Panen C. Tujuan Paper ini disusun dengan tujuan untuk : 1. Mengetahui Bahan Tanam 2. Mengetahui Pembibitan 3. Mengetahui Pengolahan tanah 4. Mengetahui Cara Penanaman 5. Mengetahui Pemeliharaan 6. Mengetahui proses panen dan pasca panen

BAB II PEMBAHASAN

A. Bahan Tanam Menurut Tjitrosoepomo (2005), taksonomi adalah Divisi : Spermatophyta Angiospermae Dycotyledoneae Fabales Fabaceae Caesalpinia Caesalpinia sappan L. tanaman secang

Sub divisi : Kelas Bangsa Suku Marga Jenis : : : : :

Secang atau sepang (Caesalpinia sappan L) adalah pohon anggota suku polong-polongan (Fabaceae) yang dimanfaatkan pepagan (kulit kayu) dan kayunya sebagai komoditi perdagangan rempah-rempah. Tumbuhan ini berasal dari Asia Tenggara dan mudah ditemukan di Indonesia. Kulit kayunya dimanfaatkan orang sebagai bahan pengobatan, pewarna, dan minuman penyegar. Hingga abad ke-17 kulit kayunya menjadi bagian perdagangan rempah-rempah dari Siam dan Nusantara ke berbagai tempat di dunia. Secang dikenal dengan berbagai nama, seperti seupeueng (Aceh), sepang (Gayo), sopang (Toba), lacang (Minangkabau), secang (Sunda), secang (Jawa), secang (Madura), sepang (Sasak), supa (Bima), sepel (Timor), hape (Sawu), hong (Alor), sepe (Roti), sema (Manado), dolo (Bare), sapang (Makasar), sepang (Bugis), sepen (Halmahera selatan), savala (Halmahera Utara), sungiang (Ternate), roro (Tidore), sappanwood (Inggris), dan suou (Jepang). Kerabat dekatnya yang berasal dari Amerika Selatan kayu brazil atau brezel (C. echinata), juga dimanfaatkan untuk hal yang sama. Secang mempunyai tinggi pohon 5 sampai 10 m, mempunyai batang dan cabang berduri tempel yang bentuknya bengkok dan letaknya tersebar. Batang kayu secang berbentuk bulat, berwarna hijau kecoklatan. Daun

majemuk menyirip ganda, panjang 25-40 cm, jumlah anak daun 10-20 pasang yang letaknya berhadapan. Anak daun tidak bertangkai, bentuknya lonjong, pangkal rompang, ujung bulat, tepi rata dan hampir sejajar, panjang 10-25 mm, lebar 3-11 mm, warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk berbentuk malai, keluar dari ujung tangkai dengan panjang 10-40 cm, mahkota bentuk tabung, warnanya kuning. Buahnya buah polong, panjang 8-10 cm, lebar 3-4 cm, ujung seperti paruh berisi 3-4 biji, bila masak warnanya hitam. Biji bulat memanjang, panjang 15-18 mm, lebar 8-1 1 mm, tebal 5-7 mm, warnanya kuning kecoklatan (Wijayakusuma, 1994). Kayu Secang sejak lama tumbuh liar dan biasanya digunakan masyarakat untuk tanaman pagar pembatas. Secang hidup di daerah pegunungan berbatu yang tidak mempunyai hawa terlalu dingin dan tanaman ini merupakan perdu yang umumnya tumbuh dan banyak dijumpai pada dataran rendah hingga ketinggian 1700 m dpl. Di habitat alaminya, sebagian besar pohon Kayu secang tumbuh pada tempat-tempat yang berbukit dengan tipe tanah seperti liat dan berbatu-batu, pada daerah dengan ketinggian tempat rendah dan sedang. Di semenanjung Malaysia, pohon ini tumbuh dengan sangat baik pada tepi-tepi sungai yang berpasir. Pohon ini tidak toleran pada tanah-tanah yang terlalu basah. Pohon kayu secang tumbuh pada lokasi-lokasi yang memiliki kisaran curah hujan tahunan 700-4300 mm, rata-rata suhu udara tahunan adalah 24-27.5C, dan dengan kisaran pH tanah adalah 5-7.5. B. Pembibitan Salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman obat adalah penyiapan bibit. Bibit yang baik akan memberikan hasil yang baik pula selain didukung oleh faktor lain. Mengenai pembibitan tanaman khasiat obat ada 2 yaitu secara vegetatif dan secara generatif. Pembibitan secara vegetatif ada berbagai macam cara yaitu setek, tunas, okulasi maupun menyambung, stolon, dan kultur jaringan. Sedangkan pembibitan secara generatif yaitu dengan menggunakan biji. Pembibitan generatif biasanya untuk tanamantanaman yang menghasilkan biji dan biji itu bisa dikecambahkan atau bisa berkecambah dengan sendirinya. Namun tidak semua biji bisa digunakan

sebagai alat pembiakan generatif karena ada biji yang tidak berkecambah walaupun dihadapkan pada kondisi yang mendukung perkecambahan benih. Pada tanaman secang pembibitan dapat dilakukan secara vegetatif dengan stek batang maupun cangkok dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan biji. Jika dengan menggunakan biji untuk pembibitan hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Kemurnian benih, benih tidak tercampur dengan benih yang lain atau benih spesies lain atau kultivar lain. Sehingga benih yang digunakan harus satu spesies atau satu varietas. 2. Viabilitas, yaitu daya kecambah benih. Viabilitas benih harus tinggi jika daya kecambah rendah maka akan rugi dalam mengecambahkan karena sedikit yang berkecambah. 3. Vigor benih, yaitu kekuatan tumbuh bibit. Walaupun biji bisa berkecambah tapi nanti keberlangsungan sampai bibit kadang tidak normal. Sehingga dibutuhkan vigor yang tinggi agar pertumbuhan bibitnya normal antara akar, batang, daun dan juga tunasnya. Diharapkan jika ditanam akan seragam. Tanaman obat memiliki keragaman jenis dan karakter yang berbedabeda, sehingga perlu dilakukan persiapan pembibitan, antara lain: Pemilihan jenis tanaman , Penyesuaian jenis tanaman dan lahan, Persiapan lahan dan media tanam. Pembibitan dilakukan dengan pembuatan bedengan yang kemudian membuat sungkup untuk melindungi tanaman muda. Karena tanaman muda atau bibit tunas-tunasnya tidg.ak tahan terhadap cahaya matahari yang langsun Apabila pembibitan dari tempat persemaian sudah siap untuk ditanam maka akan melakukan transplanting pada lahan. Langkahlangkah dalam transplanting yaitu memilih bibit yang sehat kemudian

mencabut bibit dengan hati-hati supaya tidak ada yang rusak. Lalu memasukkan bibit ke dalam lubang tanah dan memadatkan media ke dekat pangkal batang. Dan menjaga kelembaban media agar tidak kekeringan.

Kayu secang dapat diperbanyak menggunakan biji. Perkecambahan berlangsung dengan mudah, namun dapat ditingkatkan dengan membungkus biji ke dalam kain katun dan mencelupkannya ke dalam air mendidih selama 5 detik. Dengan teknik tersebut, perkecambahan dapat tercapai hingga 90 %. Biasanya tumbuhan ini ditanam di bawah naungan di sekitar tepi hutan. C. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan salah satu aspek penting untuk budidaya tanaman obat karena tanah adalah tempat tumbuh dan nutrisi tanaman. Sehingga dengan pengolahan tanah yang baik akan menunjang pertumbuhan dan produktivitas tanaman obat. Pada budidaya tanaman secang pengolahan tanah dibagi menjadi 2 yaitu pengolahan tanah pada persemaian dan pengolahan tanah pada lahan tanam. Pengolahan tanah untuk persemaian benih tanaman secang yaitu dengan membuat bedengan setinggi 15-30 cm. Luas bedengan disesuaikan dengan jumlah bibit yang disemaikan. Kemudian dilakukan penggemburan tanah dengan mencampur tanah, pupuk kandang dan pasir dengan ratio 2:1:1. Pemberian pupuk kandang supaya tanah memberikan tambahan nutrisi, sedangkan pasir untuk menambah porositas pada tanah itu apabila tanah itu padat atau lengket. Jadi airnya bisa keluar dan oksigen masuk. Selain itu pada bedengan diberi sungkup untuk melindungi tanaman muda. Karena tunastunas tanaman muda tidak tahan terhadap sinar matahari yang langsung Bedengan dibentuk dengan cara menimbun tanah atau meninggikan permukaan tanah dari hasil galian parit sebagai batas bedengan. Bedengan sebaiknya dibuat memanjang dengan arah timur - barat. Panjang dan lebar bedengan dibuat sesuai dengan kebutuhan. Jarak antar bedengan yang merupakan saluran air juga dapat digunakan untuk berjalan pada saat pemeliharaan. Saluran air berfungsi untuk menghindarkan tergenangnya air pada saat musim hujan (Syukur dan Hernani, 2001).. Pengolahan tanah untuk lahan tanaman secang yang habitus tanaman tinggi atau pohon yaitu membuat lubang sesuai habitus tanaman. Sebagai tanaman perdu, secang membutuhkan lubang tanam 30 x 30 x 30 cm.

Memisahkan tanah galian antara top soil 2/3 bagian dan sub soil 1/3 bagian. Kemudian mencampur pupuk dasar yang berupa pupuk kandang secara merata. Takaran pupuk kandang yang diberikan adalah 20ton/ha.

Membiarkan lubang tanam terbuka selama minimal seminggu agar terkena udara luar, sinar matahari, dan hujan. Setelah itu mengembalikan tanah pada lubang dengan catatan top soil dibagian bawah dan sub soil dibagian bawah. Kemudian menanam bibit pada tubang tanam dan memadatkan media dekat pangkal bibit. Permasalahan dalam pengolahan tanah ini adalah jarak tanam yang sesuai dengan tanaman secang. Landasan kerapatan tanam sebenarnya merupakan fungsi lebar tajuk atau akar dengan tingkat kesuburan tanah di suatu lokasi. Semakin lebar tajuk suatu pohon maka akan semakin lebar jarak tanam yang harus disediakan demikian juga sebaliknya semakin sempit lebar tajuk suatu pohon maka akan semakin sempit atau rapat pohon tersebut per hektar. Dengan kata lain semakin rapat jarak tanamnya maka akan semakin banyak jumlah individu pohon yang menempati ruangan satu hektar tersebut. D. Penanaman Bibit yang akan ditanam di areal budidaya tanaman obat adalah bibit yang sudah diseleksi yaitu bibit yang sehat dan pertumbuhannya baik. Bibit yang disemaikand engan menggunakan polibag dipindahkan ke lubang tanam dengan cara menyobek satu sisi polibeg, kemudian bibit dimasukkan ke lubang tanam yang telah disiapkan. Harus diusahakan agar media tanam yang melekat pada bibit tidak terpisah. Selanjutnya tanah galian lubang tanam dimasukkan kembali dan dipadatkan agar bibit dapat tumbuh dengan kokoh. Bibit yang baru ditanam disiram dengan air

secukupnya. Sebaiknya pemindahan bibit ke lapangan dilakukan pada pagi atau sore hari. Penanaman secang tidak tergantung musim, meski demikian, perawatan tanaman merupakan kegiatan yang harus dilakukan setiap petani, terlebih bila usaha budidaya tersebut berorientasi pada hasil yang baik. faktor penanaman lainnya yaitu jarak penanaman. Jarak tanam atau kerapatan pohon

per hektar merupakan jumlah pohon yang harus ada dalam satuan luas per hektar. Untuk bibit yang akan tumbuh daun panjang dan lebar dan banyak cabang maka jarak tanam yang lebar. Sedangkan Untuk bibit yang akan tumbuh daun daun kecil maka jarak tanamnya sempit. Penanaman benih ditanam dengan kedalaman sesuai dengan besarnya benih. Misalnya jika benih diameternya 0,5 cm maka ditanam 0,5 cm dibawah permukaan tanah. Namun tidak begitu selamanya karena kelembaban media atau basah keringnya media juga menentukan teknik penanaman. Misalnya pada musim penghujan jika benih ditanam terlalu dalam maka biasanya akan banyak airnya bisa membusuk. Tetapi jika musim kemarau ditanam terlalu dangkal biasanya benih itu akan kekeringan dan tidak berkecambah. Jadi terlalu dalam tidak baik, dan terlalu dangkal juga tidak baik mengingat kondisi kelembaban tanah saat itu. Selain itu penanaman juga tergantung tekstur tanah ji ka tekstur padat ditanam lebih dangkal jika gembur maka di tanam lebih dalam. E. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman secang meliputi kegiatan pemupukan,

penyiraman, penyiangan dan pembumbunan, serta pengendalian hama dan penyakit. 1. Pemupukan Pupuk yang diberikan pada tanaman obat dapat berupa pupuk organik maupun anorganik. Sebaiknya pupuk yang digunakan dalam budidaya tanaman obat adalah pupuk organik, penggunaan pupuk anorganik dikhawatirkan dapat menimbulkan pengaruh yang kurang baik bagi kandungan/senyawa-senyawa berkhasiat obat yang ada pada tanaman. Pupuk organik yang dapat digunakan adalah berbagai jenis pupuk kandang dan kompos, yang harus diperhatikan pupuk organik

yang digunakan harus benar-benar matang dan tidak mengandung bahan pencemar. Pupuk organik dapat diberikan dengan cara

mencampurkannya pada lubang tanam pada saat penanaman atau mencampurkannya pada tanah di antara barisan tanaman atau areal di

bawah tajuk tanaman. 2. Penyiraman Pada awal penanaman dan musim kemarau penyiraman harus dilakukan dengan teratur. Kelembaban tanah harus selalu dijaga, sebaiknya penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pada musim hujan frekuensi penyiraman dapat dikurangi tergantung kondisi kelembaban tanah. Apabila tanaman obat dibudidayakan pada lahan yang tidak terlalu luas, pekarangan rumah atau di dalam pot maka penyiraman dapat menggunakan gembor. Tetapi apabila tanaman obat dibudidayakan dalam skala luas sebaiknya menggunakan sprinkle untuk membantu penyiramannya. Sarana irigasi dan sistem pengairan lain juga dapat dimanfaatkan untuk mengairi lahan. Selain pengairan, sistem pembuangan air yang berlebih juga harus diperhatikan. Harus diusahakan agar lahan tidak tergenang. Beberapa jenis tanaman obat sangat rentan terhadap penggenangan air. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk menjaga kelembaban tanah adalah dengan menggunakan mulsa. Berbagai jenis mulsa dapat dimanfaatkan seperti mulsa jerami, mulsa plastik hitam perak dan mulsa plastik hitam. Masing-masing jenis mulsa memiliki keunggulan dan kelemahan, sebaiknya penggunaannya disesuaikan dengan jenis tanaman obat yang dibudidayakan dan kondisi lingkungan. 3. Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan gulma harus dilakukan secara intensif untuk menghindarkan kompetisi antara gulma dengan tanaman obat yang dibudidayakan, yaitu persaingan dalam penyerapan unsur hara dan air, penerimaan cahaya matahari, dan gulma juga dapat menjadi tanaman inang bagi hama yang dapat menyerang tanaman obat yang

dibudidayakan. Penurunan produksi akibat gulma cukup besar bisa lebih dari 50%. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain secara manual yaitu dengan menggunakan cangkul, arit atau koret, secara kultur teknis yaitu dengan mengatur jarak tanam dan

penggunaan mulsa, secara kimia yaitu dengan penggunaan herbisida. Pada budidaya tanaman obat hendaknya penggunaan herbisida

merupakan alternatif terakhir karena dikhawatirkan residu herbisida terserap oleh tanaman sehingga berpengaruh terhadap senyawa- senyawa berkhasiat obat yang terdapat pada tanaman (Suhardi,1986). 4. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalianm hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanis, kultur teknis, dan kimia. Pengendalian secara mekanis adalah dengan cara menangkap hama yang menyerang tanaman atau

membuang bagian tanaman yang terserang hama atau penyakit. Pengendalian secara kultur teknis antara dengan pengaturan kelembaban udara, pengaturan pelindung dan intensitas sinar matahari. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan insektisida dan fungsida. Sebaiknya penggunaan insektisida dan fungisida pada budidaya tanaman obat dihindari, dikhawatirkan residu bahan kimia obat tersebut pada dapat tanaman.

mempengaruhi

senyawa-senyawa berkhasiat

Apabila dibutuhkan dapat digunakan insektisida dan fungisida nabati. Beberapa fungisida dan bakterisida nabati: Limbah daun tembakau sebanyak 200 g dihancurkan atau diiris menjadi serpihan kecil. Serpihan limbah daun tembakau ini dibenamkan di darah perakaran . Nikotin yang dikandung oleh limbah tembakau dapat diserap oleh tanaman untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan jamur dan bakteri (Novizan, 2002). F. Panen Panen merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses budidaya tanaman obat. Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen merupakan periode kritis yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Setiap jenis tanaman memiliki waktu dan cara panen yang berbeda. Begitu juga tanaman yang mengalami stres lingkungan akan memiliki waktu panen yang berbeda meskipun jenis tanamannya sama. Tanaman yang dipanen buahnya memiliki waktu dan cara panen yang

berbeda dengan tanaman yang dipanen berupa biji, rimpang, daun, kulit dan batang. Pemanenan kayu dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder secara maksimal. Umur panen tanaman berbeda-beda tergantung jenis tanaman dan kecepatan pembentukan metabolit sekundernya. Tanaman secang baru dapat dipanen setelah berumur 4 sampai 5 tahun, karena apabila dipanen terlalu muda kandungan zat aktifnya seperti tanin dan sappan masih relatif sedikit. Pemanenan pada kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang sudah cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah pada awal musim kemarau. Cara panen kulit batang, biasanya dengan membersihkan kulit batang terlebih dahulu dari kotoran yang tidak diinginkan, baru dipanen. G. Pasca Panen Pascapanen merupakan salah satu tahapan pengolahan dari bahanbahan yang telah dipanen, dan harus dilakukan secara baik dan benar, karena akan berpengaruh terhadap kuantitas, kualitas dan zat berkhasiat yang terkandung didalamnya. Dan dapat memberikan hasil dengan kualitas yang optimal, mempunyai kadar zat berkhasiat yang tinggi, stabil, efisien dan mempunyai penampilan fisik yang menarik. Secara umum, tahap pengolahan meliputi sortasi basah, pencucian, pengecilan ukuran, pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan. Cara pencucian dan pengeringan harus dilakukan dengan baik dan teliti. Selain itu, proses pengolahan sebaiknya dilakukan ditempat yang sedekat mungkin dengan lokasi

tanaman yang dipanen. Apabila terjadi penundaan dalam pencucian dan pengeringan, hal ini dapat menimbulkan kelainan kualitas dari simplisia yang dihasilkan. Untuk itu, dengan teknik pengolahan yang baik dan benar maka akan dihasilkan simplisia dengan kualitas yang memenuhi persyaratan standar.

Gambar Diagram alir penanganan pascapanen tanaman dari kulit batang

Dalam upaya mendapatkan simplisia dengan kualitas yang tinggi, diperlukan suatu tindakan pengamanan dimulai dari prapanen, pada saat panen dan pascapanen. Tahap-tahap pengolahan yang dilakukan, tergantung pada bahan yang akan diolah. Bahan baku tanaman obat sumbernya sangat beragam antara lain yang berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah, rimpang dan kulit kayu. Tanaman secang biasanya yang dijadikan bahan baku obat yaitu kulit kayunya.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah Agronomi Tanaman Obat ini yaitu : 1. Secang atau sepang (Caesalpinia sappan L) adalah pohon anggota suku polong-polongan (Fabaceae) yang dimanfaatkan pepagan (kulit kayu) dan kayunya sebagai komoditi perdagangan rempah-rempah. 2. Mengenai pembibitan tanaman khasiat obat ada 2 yaitu secara vegetatif dan secara generatif. Kayu secang dapat diperbanyak menggunakan biji dan stek batang. 3. Pemeliharaan tanaman secang meliputi kegiatan pemupukan, penyiraman, penyiangan dan pembumbunan, serta pengendalian hama dan penyakit. 4. Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen merupakan periode kritis yang sangat tanaman. 5. Secara umum, tahap penanganan pasca panen meliputi sortasi basah, pencucian, pengecilan ukuran, pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan. B. Saran Saran yang dapat disampaikan terkait permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah : 1. Perlu adanya penyuluhan tentang cara budidaya jahe yang baik kepada para petani. 2. Peningkatan budidaya untuk herbal. 3. Perlu adanya peran pemerintah mewujudkan pertanian organik di Indonesia. memenuhi permintaan bahan baku obat menentukan kualitas dan kuantitas hasil

DAFTAR PUSTAKA

Novizan. 2002. Memuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka. Jakarta. Suhardi. 1986. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta. 218 hlm. Syukur, C. dan Hernani. 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.136 hlm Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 447 hlm. Wijayakusuma, H. 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid 1. Pustaka Kartini. Jakarta. 122 hlm.

Anda mungkin juga menyukai