PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk:
1. Mengetahui proses pembuatan teh instan
2. Mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap produk teh instan yang
dibuat dengan variasi bahan pengikat (sukrosa).
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teh
Tanaman teh dengan nama ilmiah Camelia Sinensis (L) yang masih
termasuk keluarga Camelia, pada umumnya tumbuh di daerah yang beriklim
subtropis dengan ketinggian antara 200 s/d 2.000 meter di atas permukaan laut
dengan suhu cuaca antara 14 s/d 25oC. Ketinggian tanaman dapat mencapai 9 meter
untuk Teh Cina dan Teh Jawa, sedangkan untuk teh jenis Assamica dapat
mencapai 12 s/d 20 meter. Namun untuk mempermudah pemetikan daun-
daun teh sehingga mendapatkan pucuk daun muda yang baik, maka
pohon teh selalu dijaga pertumbuhannya (dipotong) sampai 1 meter. Karena
tanaman teh semakin berkembang menjadi tanaman perdagangan, maka
jenis tanaman teh juga berkembang menjadi beraneka ragam. Keragaman ini adalah
hasil dari penyilangan berbagai jenis tanaman teh serta pengaruh tanah dan iklim
yang menghasilkan hasil panen yang berbeda. Hingga saat ini, di dunia kurang lebih
terdapat 1.500 jenis teh yang berasal dari 25 negara yang berbeda.
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Kelas : Dichotyledoneae
Ordo : Trantroemiaccae
Family : Theaceae
Genus : Camellia
Teh merupakan salah satu minuman populer di dunia yang dibuat dari pucuk
daun muda tanaman teh (Camelia sinentis L. Kuntze). Tanaman teh yang tumbuh
di Indonesia sebagian besar merupakan varietas Asamica yang berasal dari India.
Teh varietas Asamica memiliki kelebihan dalam hal kandungan katekinnya (zat
bioaktif utama dalam teh) yang besar, sehingga teh varietas ini sangat potensial
untuk dikembangkan menjadi produk olahan pangan/minuman dan farmasi yang
sangat bermanfaat bagi kesehatan (Hartoyo, 2003). Tanaman teh memiliki manfaat
diantaranya sebagai anti kanker, antioksidan, antimikroba, antibakteria, pencegah
aterosklerosis, menjaga kesehatan jantung, antidiabetes, menstimulasi sistem imun,
mencegah parkinson, menurunkan kolesterol, mencegah karies gigi, mencegah bau
mulut, melancarkan urine, menghindari stroke dan menurunkan tekanan darah
(Syah, 2006).
2.4.2 Gula
Gula merupakan salah satu kebutuhan bahan pangan yang sangat penting
bagi kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga maupun industri makanan dan
minuman baik yang berskala besar maupun kecil. Gula menjadi sangat penting
karena gula mengandung kalori yang dibutuhkan bagi kesehatan dan gula juga
digunakan sebagai bahan pemanis utama yang digunakan oleh banyak industri
makanan dan minuman (Sugiyanto, 2007).
Gula pasir adalah sukrosa yang dimurnikan dan dihablurkan, yaitu bahan
makanan berbentuk butiran-butiran kristal berwarna putih berasa manis yang
diperoleh dari tanaman tebu (mengandung caiaran kurang lebih 14-12 % sukrosa).
Gula pasir berfungsi sebagai pemanis, pengawet, dan bahkan pengkristal minuman
serbuk instan.
2.4.3 Jahe
Jahe banyak mengandung berbagai fitokimia dan fitonutrien. Beberapa zat
yang terkandung dalam jahe adalah minyak atsiri 2-3%, pati 20-60%, oleoresin,
damar, asam organik, asam malat, asam oksalat, gingerin, gingeron, minyak damar,
flavonoid, polifenol, alkaloid, dan musilago. Minyak atsiri jahe mengandung
zingiberol, linaloal, kavikol, dan geraniol. Rimpang jahe kering per 100 gram
bagian yang dapat dimakan mengandung 10 gram air, 10-20 gram protein, 10 gram
lemak, 40-60 gram karbohidrat, 2-10 gram serat, dan 6 gram abu. Rimpang
keringnya mengandung 1-2% gingerol (Suranto, 2004).
Kandungan gingerol dipengaruhi oleh umur tanaman dan agroklimat tempat
tumbuh tanaman jahe. Gingerol juga bersifat sebagai antioksidan sehingga jahe
bermanfaat sebagai komponen bioaktif anti penuaan. Komponen bioaktif jahe dapat
berfungsi melindungi lemak atau membran dari oksidasi, menghambat oksidasi
kolesterol, dan meningkatkan kekebalan tubuh (Kurniawati, 2010).
Berkaitan dengan unsur kimia yang dikandungnya, jahe dapat dimanfaatkan
dalam berbagai macam industri, antara lain sebagai berikut: industri minuman
(sirup jahe, instan jahe), industri kosmetik (parfum), industri makanan (permen
jahe, awetan jahe, enting-enting jahe), industri obat tradisional atau jamu, industri
bumbu dapur (Prasetyo, 2003).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan teh instan adalah
sebagai berikut :
1. Teh hitam, teh hijau, teh oolong
2. Aquades/ air
3. Sukrosa/gula kristal putih
10 gram Teh
Hijau/Oolong/Hitam
Larutan Teh
Gula 200 gram Jahe
Pemanasan hingga
membubuk
Teh Instan
1
0.77 0.74 0.74
0.8 0.65 0.68
0.6 0.5 0.52
0.4
0.2
0
Teh Hijau Teh Oolong Teh Hitam
5% 10% 15%
Dari data diatas pada pengujian kesukaan terhadap rasa, paling banyak
disukai adalah teh hijau dengan konsentrasi penambahan ekstrak jahe sebanyak
10%, sedangkan yang paling rendah disukai adalah pada teh oolong dengan
penambahan ekstrak jahe sebanyak 10%. Perbedaan tingkat kesukaan di pengaruhi
oleh jenis teh dan banyaknya penambahan konsentrasi ekstrak jahe. Teh hijau
memiliki rasa yang lebih segar dan tidak terlalu pahit dibanding dengan jenis teh
lainnya. Penambahan ekstrak jahe berpengaruh karena semakin banyak ekstrak jahe
yang ditambah maka rasa teh tidak terlalu berasa, begitupun sebaliknya jika
penambahan ekstrak jahe hanya 5% maka rasa jahe tidak terlalu muncul sehingga
banyak panelis yang lebih menyukai penambahan ekstrak jahe 10%. Hal ini karena
rasa antara jahe dan teh sama atau cukup.
5.2.2 Warna
Warna merupakan sensori pertama yang dapat dilihat langsung oleh panelis.
penentuan mutu bahan makanan umumnya bergantung pada warna yang
dimilikinya, warna yang tidak menyimpang dari warna yang seharusnya akan
memberi kesan penilaian tersendiri oleh panelis. Pada komoditi pangan warna
mempunyai peranan yang penting sebagia daya tarik, tanda pengenal, dan atribut
mutu. Warna merupakan faktor mutu yang paling menarik perhatian konsumen,
warna memberikan kesan apakah makanan tersebut akan disukai atau tidak
(Meilgard et al., 2006).
Data hasil pengamtan uji organoleptik warna pada teh jahe instan yang
dilakukan oleh 25 orang panelis adalah sebagai berikut:
Dari data uji organoleptik warna pada teh jahe instan diatas, warna yang
paling banyak disukai adalah pada teh hijau dengan konsentrasi penambahan
ekstrak jahe sebanyak 5% sedangkan yang paling rendah disukai adalah teh oolong
dengan konsentrasi penambahan jahe sebanyak 5%. Hal ini dikarenakan warna pada
teh hijau lebih segar atau lebih cerah dibanding teh oolong yang warnanya pucat
dan teh hitam yang warnanya lebih gelap. Warna teh oolong dan teh hitam lebih
gelap karena adanya proses fermentasi pada pengolahan teh tersebut.
5.2.3 Aroma
Aroma merupakan bau dari produk makanan atau minuman, bau sendiri
adalah suatu respon ketika senyawa volatil dari suatu makanan masuk ke rongga
hidung dan dirasakan oleh sistem olfaktori. Senyawa volatil masuk ke dalam hidung
ketika manusia bernafas atau menghirupnya, namun juga dapat masuk dari
belakang tenggorokan selama seseorang makan (Kemp et al., 2009). Senyawa
aroma bersifat volatil, sehingga mudah mencapai sistem penciuman di bagian atas
hidung, dan perlu konsentrasi yang cukup untuk dapat berinteraksi dengan satu atau
lebih reseptor penciuman. Senyawa aroma dapat ditemukan dalam makanan,
anggur, rempah-rempah, parfum, minyak wangi, dan minyak esensial. Disamping
itu senyawa aroma memainkan peran penting dalam produksi penyedap, yang
digunakan di industri jasa makanan, untuk meningkatkan rasa dan umumnya
meningkatkan daya tarik produk makanan tersebut (Antara, 2014).
Data hasil pengamtan uji organoleptik aroma pada teh jahe instan yang
dilakukan oleh 25 orang panelis adalah sebagai berikut:
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan data pengamatan dapat disimpulkan, sebagai
berikut :
1. Proses pembuatan teh instan dilakukan dengan metode ekstraksi dan
kristalisasi dengan pemanasan. Langkah-langkah pembuatan teh instan adalah
sebagai berikut:
a. Esktraksi teh dan ekstraksi jahe
b. Penambahan gula atau bahan pengikat lainnya
c. Kristalisasi dengan pemanasan larutan hingga menjadi bubuk teh instan.
2. Tingkat penerimaan konsumen diuji dengan uji sensoris/organoleptik
kesukaan. Dari hasil uji rasa teh hijau dengan ekstrak jahe 10% paling banyak
disukai, uji warna paling banyak disukai adalah teh hijau dengan ekstrak jahe
5%, dan pada uji aroma yang paling disukai adalah teh hijau dan teh hitam
dengan ekstrak jahe 5%.
3. Penambahan ekstrak jahe dapat meningkatkan nilai rasa, warna, dan aroma teh
instan. Penambahan ekstrak jahe juga mempengaruhi nilai kesukaan panelis
atau konsumen.
6.2 Saran
Saran untuk praktikum ini, sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dan lebih
teliti pada saat praktikum agar tidak terjadi kesalahan yang dapat mempengaruhi
produk yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA