PENDAHULUAN
Pengepresan
Pengeringanginan
Penimbangan (a gram)
Pengovenan 80o C
Penimbangan (b gram)
@100 ml Lateks
Penyaringan
Penambahan air/aquades
(sesuai perhitungan AT)
Pada praktikum pengenceran lateks pada pembuatan karet sheet dan crepe
bahan yang digunakan adalah lateks segar benyak 100 ml. 100 ml lateks segar
diukur dengan gelas ukur dan dilakukan penyaringan dengan saringan 40 msh.
Penyaringan ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran pada lateks segar dan
memisahkan lateks yang telah menggumpal dengan lateks yang masih cair.
Penggumpalan lateks terjadi karena selama perjalanan dari kebun, lateks
terguncang sehingga terjadi penggumpalan yang tidak dikehendaki. Lateks yang
telah disaring dilakukan penentuan nilai KK yang menyatakan nilai KKK dan nilai
KE yang menyatakan nilai KKK yang dikehendaki. KE yang digunakan untuk
pengenceran pada sheet sebesar 15% dan pada crepe sebesar 20%. Lateks yang
telah ditentukan nilai KE dan KK selanjutnya dilakukan penentuan AT pada lateks.
Penentuan ini berfungsi untuk mendapatkan jumlah aquades yang sesuai bagi lateks
dalam proses pengenceran sesuai dengan perhitungan jumlah aquades. Penambahan
aquades dilakukan dengan jumlah yang sesuai dengan perhitungan, penambahan ini
berfungsi untuk mengencerkan lateks.
3.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap Mutu
Lateks
@100 ml Lateks
Penyaringan
+ Amonia @1,25 ml
+ Asam asetat
50 ml 60 ml 70 ml
Pengadukan
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas adalah:
1. Produk olahan lateks dapat berupa karet sheet, karet crepe, dan lateks pekat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan lateks adalah pH, lama
penyimpanan, penggumpal, dan KKK. Pengendalian proses dapat dilakukan
dengan cara menambahkan bahan anti koagulan untuk mengendalikan proses
penggumpalan. Mutu yang dihasilkan sesuai dengan nilai KKK yang ada pada
lateks.
2. Bahan dasar berpengaruh terhadap kualitas karet karena kualitas karet
ditentukan oleh bahan penggumpal dan nilai KKK pada lateks
3. Proses pengolahan karet sheet terdiri dari penerimaan lateks kebun,
pengenceran, pembekuan, penggilingan, pengasapan dan pengeringan, sortasi
serta pengemasan. Pengolahan karet crepe terdiri dari pengenceran lateks,
penggilingan, dan pengeringan. Pengolahan lateks pekat dapat menggunakan
cara pendadihan, sentrifugasi, dan evaporasi. Proses pengolahan crumb rubber
terdiri dari penghancuran, pengeringan, dan pengemasan.
4. Pengawasan mutu yang dilakukan pada pengolahan karet sheet, crepe, lateks
pekat, dan crumb rubber adalah dengan cara mengurangi lateks yang rusak dan
mempertahankan kualitas produk.
5. Semakin tinggi nilai KKK menunjukkan kualitas lateks yang semakin baik.
Penambahan bahan penggumpal berupa asam format hasilnya lebih baik
daripada penambahan asam asetat. Nilai FP yang semakin tinggi maka nilai
KKK semakin rendah.
6. Pada proses pengenceran, semakin tinggi nilai KKK maka air yang dibutuhkan
semakin banyak.
7. Penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan berpengaruh pada mutu
lateks yang dihasilkan.
6.2 Saran
Saran untuk praktikum ini sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dan
mengikuti prosedur yang telah ditentukan, agar hasil dari pengamatan lebih sesuai
dan tidak ada kesalahan pada proses.
DAFTAR PUSTAKA
Abi. 2008. Penentuan Kadar Amonia (NH3) pada Lateks dalam Pengolahan
Crumb Rubber. Volume 4 ISSN 1858-2419.
Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, dan Lateks.
Jember : FTP Unej.
Fessenden. 1986. Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga. Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Purwanta. 2008. Teknologi Budidaya karet. Bogor : Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian.
Solichin. 2006. Deurob K Pembeku Lateks dan Pencegah Timbulnya Bau Busuk
Karet. Tabloid Sinar Tani.
Utomo. 2012. Agroindustri Karet Indonesia. Bandung : PT. Sarana Tutorial Nurani
Sejahtera.