Anda di halaman 1dari 27

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan unggul yang
memiliki peranan penting dalam bidang perekonomian di Indonesia. Harga jual
yang cukup tinggi membuat tanaman ini menjadi favorit oleh petani pada musim
kemarau. Permintaan akan kebutuhan tembakau mencapai angka yang cukup tinggi
untuk setiap tahunnya, karena tanaman ini merupakan bahan dasar dalam
pembuatan rokok (cigarette) yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Selain
sebagai bahan dasar rokok, daun tembakau yang didalamnya terdapat kandungan
alkaloid nikotin dapat digunakan sebagai insektisida, sebagai obat luka dan sebagai
zat pewarna alami contohnya zat pewarna baju (Santosa, 2007). Tembakau adalah
jenis komoditi yang dikenakan cukai oleh negara. Pemungutan cukai tembakau
tersebut dilakukan dengan cara yang legal, didasarkan pada peraturan Perundang-
Undangan.
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan
bahaya kesehatan bagi individu maupun masyarakat, oleh karena itu diperlukan
berbagai kegiatan pengamanan rokok bagi kesehatan. Rokok adalah hasil olahan
tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari
tanaman Nicotiona tabacum ,Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya
yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
Rokok Filter (RF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat filter
semacam gabus. Rokok Non Filter (RNF) adalah rokok yang pada bagian
pangkalnya tidak terdapat gabus. Kandungan Rokok itu sendiri, sebenarnya
mengandung lebih dari 4000, Adapun Rokok berdasarkan penggunaan filter. Bahan
kimia berbahaya yang akan menimbulkan penyakit-penyakit dalam tubuh manusia.
Rokok adalah silindris dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi
daundaun tembakau yang telah di cacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya
dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.
Pada zaman modern ini, rokok bukanlah benda asing lagi, bagi mereka yang
hidup di kota maupun di desa, sebagian orang, rokok sudah menjadi kebutuhan
hidup yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa
alasan yang jelas seseorang akan merokok, baik setelah makan, setelah minum kopi
atau teh, bahkan sambil bekerja pun seringkali diselingi dengan merokok. Rokok
sudah menjadi budaya manusia. (Jaya, 2009).
Perusahaan rokok yang berkembang di Indonesia dalam kategori rokok mulai
dari harga terendah sampai yang termahal. Berbagai merek rokok seperti Marlboro,
Djie Sam Soe, Sampoerna A Mild, LA Mild dan sebagainya telah dikenal oleh
masyarakat Indonesia pada umumnya. Dengan adanya berbagai macam merek
rokok, maka berdampak pula pada ketatnya persaingan untuk mendapatkan
konsumen. Aktivitas kompetitif yang dilakukan oleh perusahaan biasanya adalah
menetapkan harga secara agresif untuk membatasi persaingan dengan menurunkan
harga yang bertujuan untuk meningkatkan daya tarik produk.
Pada praktikum ini untuk mengetahui karakteristik beberapa produk rokok
yang ada di masyarakat. Kadar nikotin dan juga ketahanan daya pijar menjadi
parameter pengujian dalam praktikum ini untuk membedakan beberapa jenis rokok.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui berbagai jenis rokok
2. Menentukan kadar nikotin pada berbagai jenis rokok
3. Mengukur kecepatan membara
4. Mengukur ketahanan abu pada berbagai jenis rokok.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tembakau
Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman tropis asli Amerika, di
mana bangsa pribumi menggunakannya dalam upacara adat dan untuk pengobatan.
Tembakau digunakan pertama kali di Amerika utara, tembakau masuk ke Eropa
melalui Spanyol (Basyir, 2006). Tembakau adalah tanaman musiman yang
tergolong dalam tanaman perkebunan. Pemanfaatan tanaman tembakau terutama
pada daunnya yaitu untuk pembuatan rokok.
Tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai berikut (Susilowati, 2006) :
Famili : Solanaceae
Sub Famili : Nicotianae
Genus : Nicotianae
Spesies : Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica
Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica mempunyai perbedaan yang jelas.
Pada Nicotiana tabacum, daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda
sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, daunnya berbentuk
lonjong pada ujung runcing, kedudukan daun pada batang tegak, merupakan induk
tembakau sigaret dan tingginya sekitar 120 cm. Adapun Nicotianan rustica, daun
mahkota bunganya berwarna kuning, bentuk bunga seperti terompet berukuran
pendek dan sedikit gelombang, bentuk daun bulat pada ujungnya tumpul dan
kedudukan daun pada batang mendatar agar terkulai. Tembakau ini merupakan
varietas induk untuk tembakau cerutu yang tingginya sekitar 90 cm (Susilowati,
2006).

2.2 Macam-Macam Rokok yang Dipraktikkan


2.2.1 Sigaret Kretek Mesin (SKM)
Sigaret kretek mesin adalah rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin.
Material rokok dimasukkan kedalam mesin rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin
pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu
menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per
menit. Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.
Kelebihan sigaret kretek mesin adalah proses produksi yang cepat, rokok yang
dihasilkan lebih rapi dan seragam, harga lebih murah dan lebih mudah dihisap.

2.2.2 Sigaret Kretek Tangan (SKT)


SKT adalah rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau
dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana. Kelebihan
sigaret kretek tangan adalah menyerap banyak tenaga kerja dan hasil yang diperoleh
lebih padat. Sedangkan kekurangannya adalah susah/berat untuk dihisap, hasil
rokok tidak rapi dan seragam,serta membutuhkan proses produksi yang cukup lama.

2.2.3 Sigaret Kretek Mesin Full Flavour (SKMFF)


Rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas.
Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-lain.

2.2.4 Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKMLM)


Rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah.
Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild,
Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims dan lain-lain

2.2.5 Cerutu
Cerutu merupakan gulungan utuh yang dikeringkan atau difermentasikan
yang mirip dengan rokok, salah satu ujungnya dibakar dan dihisap oleh mulut
melalui ujung lainya. Cerutu merupakan sejenis rokok yang dibungkus atau
digulung langsung dengan daun tembakau, Cerutu terdiri dari 3 jenis tembakau,
variasi yang akan menentukan cita rasa dan karakteristik sebuah cerutu . Sebuah
cerutu akan telihat dari balutan daun terluar atau pembungkus yang berasal dari
bagian perkebunan yang luas dan penentuan atas pembungkus cerutu dapat
menjelaskan karakter dan rasa termasuk dengan warnanya yang sering
dipergunakan untuk menggambarkan cerutu secara keseluruhan (Kenkel,2010).

2.2.6 Sigaret Filter (SF)


Rokok Filter adalah rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
Sedangkan sigaret merupakan rokok yang pembungkusnya menggunakan kertas.
Sigaret filter adalah rokok yang pembungkusnya berupa kertas dan di pangkalnya
terdapat gabus sebagai filter. Filter rokok yang terbuat dari asetat selulosa berfungsi
untuk menahan tar dan partikel rokok yang berasal dari rokok yang dihisap, namun
dalam jumlah sangat sedikit. Filter juga berfungsi untuk mendinginkan rokok
sehingga menjadi mudah dihisap (Mustikaningrum, 2010).

2.3 Syarat Mutu Rokok


Tabel 1. Syarat Mutu Tembakau Rajangan
No
Kriteria Persyaratan
Test
A1 Hama lasioderma hidup Tidak ada
A2 Kapang Tidak ada
A3 Warna hijau mati dan Tidak ada
hitam busuk
A4 Bau tanah, duf dan muf Tidak ada
A5 Ketuaan daun Tidak ada
A6 Tingkat kekeringan Tidak ada
A7 Ukuran lebar rajangan Tidak ada
B1 Warna - Mutu I : Hitam berkilau, cerah sekali
- Mutu II : Coklat tua-hitam cerah
- Mutu III : Coklat kemerahan-
kehitaman cerah
- Mutu IV : Merah-kecoklatan cerah
- Mutu V : Kuning-kecoklatan cerah
- Mutu VI : Kuning-kehijauan cukup
cerah
- Mutu VII : Hijau kekuningan.
B2 Pegangan/body - Mutu I : Tebal, antep, mantap sekali,
lebih lekat, supel, mudah
menggumpal
- Mutu II : Tebal, antep-mantep, lekat,
supel, mudah menggumpal, tidak
keropos
- Mutu III : Tebal, antep-mantep, lekat,
supel, mudah menggumpal, tidak
keropos
- Mutu IV : Tebal, antep-mantep, lekat,
supel
B3 Aroma - Mutu I : Segar, sangat harum, halus
dan dalam gurih sekali, manis sekali
- Mutu II : Segar, sangat harum, halus
dan dalam, mantap gurih dan manis
sekali
- Mutu III : Segar, harum, halus,
mantap gurih, manis
- Mutu IV : Segar, harum, kurang
halus, mantep, gurih, manis
B4 Posisi daun - Mutu I : Atas pronggolan
- Mutu II : Atas pronggolan
- Mutu III : Atas pronggolan –
tenggokan
- Mutu IV : Tengah atas tenggokan
- Mutu V : Tengahan dada
- Mutu VI : Tengah bawah ampedan II
- Mutu VII : Daun kaki ampedan I
B5 Kemurnian - Mutu I : Murni
- Mutu II : Murni
- Mutu III : Murni
- Mutu IV : Murni
- Mutu V : Murni
- Mutu VI : Murni
- Mutu VII : Murni
B6 Baik - Mutu I : Baik
- Mutu II : Baik
- Mutu III : Baik
- Mutu IV : Baik
- Mutu V : Cukup baik
- Mutu VI : Cukup baik
- Mutu VII : Cukup baik
Sumber : SNI 01.3934.1995.

2.4 Kandungan Rokok


Komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas
(85%) dan bagian partikel (15%). Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis
bahan kimia, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat
menyebabkan kanker), dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan.
Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (Crofton,
2009).
Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Nikotin
Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin merupakan
alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi bersifat racun. Zat ini hanya
ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf pusat,
menyempitkan pembuluh perifer, dan juga memiliki karakteristik efek adiktif dan
psikoaktif (Sitepoe, 2000).
b. Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau.
Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang
atau karbon. Gas karbon monoksida bersifat toksik. Gas CO yang dihasilkan
sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok
paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan
kadar karboksihemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, 2000).
c. Tar
Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat
karsinogenik. Tar dapat merusak sel paru karena dapat lengket dan menempel pada
jalan nafas dan paru-paru sehingga mengakibatkan terjadinya kanker. Pada saat
rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok,
setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada
permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi
antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45
mg. Pada rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg.
Efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru walaupun rokok diberi filter,
yaitu hirupan pada saat merokok dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok
yang dihisap banyak (Sitepoe, 2000).
d. Timah Hitam (Pb)
Pb yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Satu bungkus
rokok berisi 20 batang yang habis dihisap dalam satu hari akan menghasilkan 10
ug, sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah
20 ug per hari (Sitepoe, 2000).
e. Amoniak
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan
hidrogen. Zat ini baunya tajam dan sangat merangsang. Racun yang terdapat pada
ammonia sangat keras sehingga jika masuk sedikit saja ke dalam peredaran darah
maka akan mengakibatkan seseorang dapat pingsan atau koma (Sitepoe, 2000).
f. Hidrogen Sianida (HCN)
Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar
dan sangat efisien untuk mengganggu pernapasan dan merusak saluran pernapasan.
Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya.
Sianida dalam jumlah kecil yang dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat
mengakibatkan kematian (Sitepoe, 2000).
g. Nitrous Oxide
Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna. Nitrous oxide
yang terhisap dapat menyebabkan hilangnya keseimbangan dan menyebabkan rasa
sakit (Sitepoe, 2000).
h. Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa
zat organic seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun
dan membahayakan karena terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim
(Sitepoe, 2000).

2.5 Pengujian Nikotin Pada Rokok


Nikotin merupakan alkaloid alam berbentuk cairan tidak berwarna suatu
basa yang mudah menguap berubah menjadi warna coklat dan berbau seperti
tembakau setelah terpapar udara. Nikotin penting bukan dalam pengobatan tapi
bersifat toksik dalam tembakau yang menimbulkan ketergantungan pada pengguna
rokok (Murdiyanti, 2013).
Nikotin (C10H14N2) merupakan cairan berwarna hingga kuning muda,
sangat higroskopis, memiliki bau yang tidak menyenangkan, berubah menjadi
kecoklatan bila terpapar udara atau cahaya. Larut dalam air, alkohol, kloroform,
eter, petroleum ether, minyak tanah dan beberapa minyak tertentu. Memiliki titik
didih 247 oC, berat molekul 162,4 mg/mol dan banyak digunakan sebagai
insektisida pertanian dalam bentuk uap ataupun spray.
Pengujian kadar niotin pada rokok dapat menggunakan metode eksraksi.
Cara pengujiannya adalah rokok digiling dengan halus dan ditimbang sebanyak 1 g
dan dimasukkan dalam erlenmeyer. Ditambahkan 1 ml larutan natrium hidroksida
dalam alkohol (3 bagian NaOH 33% dan 1 bagian alkohol 96%), diaduk sampai
rata. Ditambahkan 20 ml petroleum eter, ditutup dan dibiarkan 1-2 jam hingga
mengendap. Cairan jernih pada bagian atas, diambil sebanyak 10 dengan pipet dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian diuapkan diatas penengas air, hingga
tersisa 1 ml. selanjutnya, ditambahkan 10 ml H2O dan 2 tetes metil merah dan
dititrasi menggunakan HCl 0,1N. 1 ml HCl 0,1 N setara dengan 162 mg nikotin.

Rumus :
Nikotin = V x C x 0,162 x N HCl x 100%
W
V = larutan HCl yang digunakan titrasi (ml)
C = pengenceran
W= berat sampel (g)
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Alat tulis
2. Kamera
3. Timbangan
4. Alat gelas
5. Labu titrasi

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Rokok
2. Aquades
3. NaOH
4. Alkohol
5. Petroleum eter

3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan


3.2.1 Fungsi Perlakuan
a. Pengamatan Jenis Rokok
Pada pengamatan jenis rokok dalam praktikum ini ada beberapa jenis rokok
seperti cerutu, sigaret kretek tangan, sigaret kretek mesin, sigaret filter, SKMFF,
dan SKM LM. Pengamatan dilakukan oleh beberapa praktikan secara langsung
dengan cara masing-masing rokok diamati kekompakan, keseragaman, dan aroma
khas masing-masing rokok.

b. Penentuan Kadar Nikotin


Penentuan kadar nikotin pada rokok cerutu, sigaret kretek tangan, sigaret
kretek mesin, sigaret filter, SKMFF, dan SKM LM. Langkah pertama yang
dilakukan adalah masing-masing rokok untuk memeperkecil ukuran dan
memperluas luas permukaan daun tembakau serta mempermudah proses
selanjutnya. Daun tembakau yang telah digiling ditimbang sebanyak 1 gr dan
dimasukkan kedalam erlenmenyer lalu tambahkan 1 ml NaOH dalam alkohol 96%
dan diaduk hingga homogen. Fungsi penambahan NaOH adalah sebagai pensuplai
sifat basa pada nikotin, untuk menghasilkan aroma khas tembakau. Kemudian
ditambahkan PE petroleum eter untuk mengekstrak kandungan nikotin tembakau
dan didiamkan selama 2 jam. Pada saat pendiaman cairan berubah menjadi warna
kuning kecoklatan yang mengindikasikan bahwa kandungan nikotin sudah
terekstrak dari tembakau. Selama pendiaman terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan
cairan dan endapan. Cairan yang telah berubah menjadi kuning diambil sebanyak
10 ml dan diuapkan dengan cara pemanasan. Pemanasan berfungsi untuk
menghilangkan komponen yang tidak diinginkan dan menyisakan nikotin sebanyak
1 ml. Langkah terakhir adalah nikotin ditambahkan 10 ml aquades, 2 tetes mm dan
dititrasi menggunkan HCL hingga menghasilkan warna merah yang konstan.

c. Kecepatan Membara dan Keteguhan Abu


Pada pengamatan kecepatan membara dan keteguhan abu, bahan yang
digunakan adalah rokok dengan jenis yang berbeda-beda. Rokok yang digunakan
adalah cerutu, sigaret kretek tangan, sigaret kretek mesin, sigaret filter, SKMFF,
dan SKM LM. Masing-masing rokok dibakar dan diamati kecepatan membara,
keteguhan abu, dan kerapuhan abu masing-masing rokok dan dicatat dalam satuan
cm/menit.

3.2.2 Skema Kerja


a. Pengamatan Jenis Rokok

Rokok

Pengamatan
b. Penentuan Kadar Nikotin

Rokok

Pengecilan ukuran
1 gr ; 1
ml NaOH
dalam
Pemasukan dalam
alkohol
erlenmeyer
96%
(3:1) ; 20
ml PE
Pendiaman 2 jam

Pengambilan cairan 10 ml

10 ml cairan
10 ml
aquadest
dan 2 Penguapan hingga 1 ml
tetes
indikator
mm
Titrasi dengan HCL 0,1 N

Perhitungan kadar nikotin


c. Kecepatan Membara dan Keteguhan Abu

Rokok

Pembakaran

Pengamatan
BAB 4. DATA PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Jenis-Jenis Rokok
Kadar Kadar
Jenis Ke Ke
No Gambar Aroma Nikotin Tar
Rokok kompakan seragaman
(mg) (mg)

Khas
1 Cerutu Kompak Seragam 0,8 12
Tembakau

Sigaret
Agak Kurang Khas
2 Kretek 2,3 39
kompak seragam Tembakau
Tangan

Sigaret
Kurang Kurang Khas
3 Kretek 2,3 43
kompak seragam Tembakau
Mesin

Aroma
Sigaret Kurang
4 Seragam tembakau 2,2 31
Filter kompak
tidak kuat

Aroma
SKM Kurang
5 Seragam tembakau 2,2 31
FF kompak
tidak kuat

Aroma
SKM Kurang
6 Seragam flavour 1 15
LM kompak
kuat
4.1.2 Penentuan Kadar Nikotin
% V HCl V. HCl
No Jenis Rokok Merek Rokok Nikotin Awal akhir
Kemasan (ml) (ml)
1. Cerutu Cigarillos 0,8 50 49,5
2. Sigaret Kretek Tangan Dji Sam Soe 234 2,3 49,5 49
3. Sigaret Kretek Mesin Tali Jagat 2,3 49 47,5
4. Sigaret Filter GG Surya 2,2 47,5 46,5
5. SKM FF GG Inter 2,2 46,5 45,8
6. SKM LM U Mild 1,0 45,8 44,6

4.1.3 Kecepatan Membara, Keteguhan Abu dan Kerapuhan Abu pada Rokok
Kecepatan
Panjang Keteguhan Kerapuhan
Merek membara
No Jenis Rokok Awal Abu (cm/5 Abu
Rokok (cm/5
(cm) menit) (menit)
menit)
1 Cerutu Cigarillos 9,2 1 - 18
Sigaret Kretek Dji Sam
2 8 1,5 - 10,35
Tangan Soe 234
Sigaret Kretek
3 Tali Jagat 7,9 1,3 - 18
Mesin
4 Sigaret Filter GG Surya 9 1,8 - 6
5 SKM FF GG Inter 8 2 - 5
6 SKM LM U Mild 8,8 2,7 - 5

4.2 Hasil Perhitungan


4.2.1 Penentuan Kadar Nikotin
V HCl % Nikotin
No Jenis Rokok Merek Rokok
Titrasi (ml) Analisis
1. Cerutu Cigarillos 0,5 0,8
2. Sigaret Kretek Tangan Dji Sam Soe 234 0,5 0,8
3. Sigaret Kretek Mesin Tali Jagat 1,5 2,4
4. Sigaret Filter GG Surya 1,0 1,6
5. SKM FF GG Inter 0,7 1,3
6. SKM LM U Mild 1,2 1,9
BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Pengamatan Jenis Rokok


Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas
bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok dan
penggunaan filter pada rokok. Pada praktikum pengamatan jenis rokok, yang
diamati adalah karakteristik rokok dan diklasifikasi dengan literatur rokok. Rokok
yang digunakan adalah merek Cigarillos, Dji Sam Soe, Tali jagat , Gudang Garam
Surya, Gudang Garam International, U-Mild.
Rokok merek Cigarilos merupakan cerutu, memiliki ciri ciri kompak,
seragam (daun semua), aroma khas tembakau , kadar nikotin 0,8 mg dan kadar tar
12 mg. Karaktristik rokok jenis ini telah sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa cerutu akan terlihat dari pembungkusnya yang terbuat adari duan tembakau
yang dikeringkan dan akan berpengaruh pada karakteristiknya seperti aroma yang
khas tembakau dan kekompakan yang kompak (Mardjun, 2012).
Rokok merek Dji Sam Soe memiliki karakteristik agak kompak, kurang
seragam , aromanya khas tembakau, kadar nikotin 2,3 mg, dan kadar tar 39 mg.
Rokok merek ini termasuk jenis sigaret kretek tangan (SKT) dengan karakteristik
kekompakan daunnya padat namun tidak merata sehingga mudah mati ketika
dinyalakan sedangkan rokok merek Tali Jagat memiliki karakteristik kurang
kompak ,kurang seragam, khas tembakkau , kadar nikotin 2,3 dan kadar tar 43 mg
sehingga termasuk jenis sigaret kretek mesin (SKM). Sigaret kretek mesin
memiliki karakteristik kekompakan daunnya kurang padat, tidak mudah mati ketika
diyalakan, dan mudah terbakar habis (Alamsyah, 2009).
Rokok dengan merek GG Surya memiliki karakteristik kurang kompak,
terdapat filter, seragam, aroma tembakau sangat kuat, kadar nikotin 2,2 , dan kadar
tar 31 mg. Berdasarkan karakteristiknya, rokok merek ini termasuk jenis rokok filter
karena terdapat gabus pada pangkalnya. Karakteristik ini tidak jauh berbeda dengan
rokok merek GG Internasional, yang membedakan adalah rokok ini termasuk jenis
rokok sigaret kretek mesin full flavor (SKMFF) karena memiliki karakteristik
kurang kompak, seragam , dan aroma tembakau tidak kuat, kadar nikotin 2,2 mg
dan kadar tar 31 mg (Alamsyah, 2009).
Rokok merek U-Mild memiliki karakteristik rokok kurang kompak,
seragam, dan aroma flavor kuat. Rokok ini mengandung nikotin 1 mg dan
kandungan tar 15 mg. Berdasarkan karakteristik rokok ini termasuk rokok jenis
sigaret kretek mesin light mild (SKMLM) dengan proses pembuatannya
menggunakan mesin dan memiliki kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok
jenis ini masih memiliki aroma khas tembakau (Hans, 2009) .

5.2 Penentuan Kadar Nikotin


Nikotin merupakan cairan berwarna hingga kuning muda, sangat
higroskopis, memiliki bau yang tidak menyenangkan, berubah menjadi kecoklatan
bila terpapar udara atau cahaya. Larut dalam air, alkohol, kloroform, eter, petroleum
ether, minyak tanah dan beberapa minyak tertentu. Memiliki titik didih 247 oC,
berat molekul 162,4 mg/mol dan banyak digunakan sebagai insektisida pertanian
dalam bentuk uap ataupun spray. Pengujian kadar niotin pada rokok dapat
menggunakan metode eksraksi (Murdiyanti, 2013).
Dari data pengamtan dan hasil perhitungan kadar nikotin pada setiap jenis
rokok dengan merek berbeda adalah sebagai berikut :

Kadar Nikotin Jenis Rokok


3
2.4
2.5
1.9
2 1.6
1.5
1.5 1.3 1.2
1
1 0.8 0.8 0.7
0.5 0.5
0.5
0
Cerutu SKT SKM Sigaret SKM FF SKM
Filter LM
V HCL Titrasi (ml) % Nikotin Analisis
Dari data hasil perhitungan diatas, kadar nikotin tertinggi adalah pada jenis
rokok sigaret kretek mesin (SKM) merk tali jagat dengan kadar nikotin sebanyak
2,4%. Kadar nikotin terendah adalah pada rokok jenis cerutu merk Cigarillos dan
sigaret kretek tangan (SKT) merk Dji Sam Soe 234 dengan kadar nikotin 0,8%.
Menurut Alamsyah (2009), syarat batas keamanan yang ditetapkan pemerintah
yaitu kandungan nikotin dalam sebatang rokok tidak melebihi 1,5 mg. Dari data
diatas rokok jenis SKMLM, SKM, dan SF terlalu tinggi dari jenis rokok lain.
Banyak faktor yang mempengaruhi kadar nikotin yaitu jenis daun tembakau, jenis
tanah, kadar nitrogen tanah, tingkat kematangan tembakau, dan masa penguningan.
Nikotin termasuk salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak
jantung dan sirkulasi darah,serta nikotin membuat pemakainya kecanduan.
Nikotinlah yang menyebabkan ketergantungan yang menstimulasi otak untuk terus
menambah jumlah nikotin yang dibutuhkan, semakin lama, nikotin dapat
melumpuhkan otak dan rasa, serta meningkatkan adrenalin, yang menyebabkan
jantung di beri peringatan atas reaksi hormonal yang membuatnya berdebar lebih
cepat dan bekerja lebih keras. Artinya, jantung membutuhkan lebih banyak oksigen
agar dapat terus memompa. Nikotin juga menyebabkan pembekuan darah lebih
cepat dan meningkatkan resiko serangan jantung. Nikotin membuat ketagihan.
Itulah sebabnya para perokok ingin terus menghisap tembakau secara rutin karena
mereka ketagihan nikotin. Ketagihan tersebut ditandai dengan keinginan yang
menggebu untuk selalu mencari dan menggunakan, meskipun mengetahui akan
konsekuensi negatif terhadap kesehatan. Dari sifat ketergantungan alami yang
muncul ditemukan bahwa nikotin mengaktifkan jaringan otak yang menimbulkan
perasaan senang, tenang, dan rileks.

5.3 Kecepatan Membara dan Keteguhan Abu


Kecepatan membara merupakan salah satu penentu mutu bakaryang penting
dalam produk rokok. Kecepatan membara yang relatif lambat dan kerataan
membara ke segara jurusan merupakan salah satu penentu mutu bakar yang baik.
Kecepatan membara adalah salah satu dari daya bakar rokok. Daya bakar
merupakan sifat yang menunjukan kemampuan membara daun tembakau pada
rokok saat pertama dibakar. Menurut Sandria (2015), daya bakar rokok
digolongkan menjadi beberapa kategori, salah satunya adalah baik yaitu siafat
tembakau jika dibakar mempunyai kecepatan membara yang relatif lambat dan
terus menerus ke segala arah.
Hasil dari pengamatan kecepatan membara rokok nilainya berbeda-beda.
Rokok dengan jenis ceruku merek Cigarillos memiliki kecapatan membara paling
kecil (lambat), yaitu 1 cm/ 5 menit sedangkan rokok SKM LM merek U mild
memiliki kecepatan membara paling tinggi (cepat) yaitu 2,7 cm/5 menit. Kecepatan
membara lambat lebih dikehendaki dibandingkan dengan yang cepat sehingga perlu
untuk menilai kecepatan pembakaran tentang sifat tembakau pada waktu
pembakaran. Faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan pembakaran yaitu,
kerapatan struktur rajangan lapisan tembaku. Struktur kerapatan yang terlalu rapat
akan membuat kecepatan membara lebih lambat daripada yang longgar karena
diantara lapisan atau rajangan mempunyai rongga yang masih cukup persediaan
oksigen untuk mengadakan pembakaran (Sandria, 2015).
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan data dan hasil perhitungan pada praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. Jenis-jenis rokok yang diamati dalam praktikum ini, yaitu:
a. Cerutu
b. Sigaret Kretek Tangan
c. Sigaret Kretek Mesin
d. Sigaret Filter
e. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor
f. Sigaret Kretek Mesin Light Mild.
2. Penentuan kadar nikotin rokok tertinggi adalah pada rokok jenis sigaret kretek
mesin (SKM) sedangkan kadar nikotin terendah adalah pada rokok cerutu dan
sigaret kretek tangan (SKT).
3. Pada pengukuran kecepatan membara rokok, rokok dengan jenis ceruku merek
Cigarillos memiliki kecapatan membara paling kecil (lambat), sedangkan rokok
SKM LM merek U mild memiliki kecepatan membara paling tinggi (cepat).

6.2 Saran
Saran untuk praktikum in, sebainya praktikan lebih berhati-hati pada saat
praktikum atau pengukuran agar hasil yang didapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, R. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan


Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di Kota
Medan Tahun 2007. Thesis. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01.3934.1995 tentang Tembakau


Rajangan. Jakarta : BSN.
Basyir, U. 2006. Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok. Bandung : Pustaka at-Tazkia.
Crofton, J. 2009. TEMBAKAU: Ancaman Global. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Hans, T. 2003. Merokok dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Jaya, M. 2009. Pembunuh Berbahaya Itu Rokok. Yogyakarta: Kanisius.


Kenkel, J. 2010. Analytical Chemistry for Technicians. Washington: Lewis
Publishers. Mardjun, Y. 2012. Perbandingan Keadaan Tulang
Alveolar Antara Perokok dan Bukan Perokok. Skripsi. Makasar :
Universitas Hasannudin.

Manske, R. H. F.2013. The Alkaloids. Chemistry and Physiology. Volume VIII :


New York: Academic Press.

Mardjun, Y. 2012. Perbandingan Keadaan Tulang Alveolar Antara Perokok dan


Bukan Perokok. Skripsi. Makasar : Universitas Hasannudin.

Murdiati, A. 2013. Panduan Penyiapan Pangan Sehat untuk Semua. Jakarta :


Kencana Prenadamedia Group.
Mustikaningrum. 2010. Rokok Dan Bahayanya. Jakarta : Erlangga.
Sandria, A. 2015 . Tembakau dan Pasca Panen. Makassar : Universitas
Hasanuddin.
Santosa, E. 2007. Pemanfaatan Daun Tembakau (Nicotiana Tabacum) untuk
Pewarnaan Kain Sutera dengan Mordan Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia Swingle) Diterapkan pada Lenan Rumah Tangga.
Skripsi. Semarang: Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Semarang.
Sitepoe, M. 2000. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Susilowati, E. 2006. Identifikasi Nikotin dari Daun Tembakau (Nicotiana tabacum)
Kering dan Uji Efektivitas Ekstrak Daun Tembakau Sebagai
Insektisida Penggerek Batang Padi (Scirpophaga innonata). Skripsi.
Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Acara 2. Penentuan kadar nikotin pada berbagai jenis rokok


𝑁∗𝐶∗0,162∗𝑁 𝐻𝐶𝑙
RUMUS : Nikotin(%) = ∗ 100%
𝑤

0,4∗1∗0,162∗0,1
1. Cerutu ∗ 100% = 0,648
1

0,5∗1∗0,162∗0,1
2. SKT ∗ 100% = 0,81
1

0,4∗1∗0,162∗0,1
3. SKM ∗ 100% = 0,648
1

0,6∗1∗0,162∗0,1
4. Filter ∗ 100% = 0,972
1

0,3∗1∗0,162∗0,1
5. SKMFF ∗ 100% = 0,486
1

0,4∗1∗0,162∗0,1
6. SKMLM ∗ 100% = 0,648
1

LAMPIRAN DOKUMENTASI
A. acara 1 Beberapa Jenis Rokok

Sigaret
Filter
(Surya
Gudang
Garam)
Cerutu (Cigarillos)

Sigaret Kretek Tangan


(Djisamsoe 234)

Sigaret Kretek Mesin


( Tali Jagat)
SKMLM (Light Mild)

SKMFF (Gudang Garam Internasional)


B. acara 2 Penentuan Kadar Nikotin Pada Berbagai Jenis Rokok

pendahuluan penambahan mm

ekstraksi titrasi

Hasil titrasi hasil titrasi


C. acara 3 kecepatan membara dan keteguhan abu pada berbagai jenis
rokok

KETEGUHAN ABU

KECEPATAN MEMBARA

KERAPUHAN ABU

Anda mungkin juga menyukai