Anda di halaman 1dari 15

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman tembakau (Nicotianae tabacum L) tergolong genus Nicotinae, serta
familia Solanaceae. Spesies-spesies yang mempunyai nilai ekonomis adalah
Nicotianae Tabocum L dan Nicotianae Rustica. Pada awalnya tanaman tembakau
hanya digunakan oleh masyarakat india hanya dalam upacara upacara keagamaan
mereka. Namun lambat laun ketika budaya barat mulai mengenal tembakau,
tanaman ini menjadi salah satu komoditas penting dalam perdagangan dunia
(Budiarto, 2007).
Tembakau merupakan bahan baku dalam pembuatan rokok yang sangat
disukai orang Indonesia. Tembakau di Indonesia diekspor ke berbagai negara di
dunia, karena tembakau di Indonesia merupakan tembakau dengan kualitas terbaik
sehingga banyak negara-negara yang membeli tembakau indonesia. Distribusi
geografis tanaman tembakau di Indonesia adalah di daerah Deli (Sumatra Utara),
Temanggung (Jawa Tengah), Madura, Boyolali, Klaten, Jember, dan Lombok
Timur.
Salah satu kabupaten di Indonesia yang memproduksi cerutu yaitu kabupaten
jember. Cerutu yang digunakan berasal dari Indonesia maupun dari brasil dan
afrika. Tembakau dibedakan menjadi 2 berdasarkan musimnya yaitu Na-Oogst
dan Voor-Oogs. Ada 5 jenis tembakau diantaranya tembakau cerutu, tembakau
pipa, tembakau sigaret, tembakau rajangan dan tembakau asepan. Jenis tembakau
yang ada di jember dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan cerutu. Cerutu
merupakan produk sejenis rokok yang memiliki pengisi, pembalut, dan penutup
dari daun tembakau. Cerutu memiliki 3 jenis diantaranya yaitu cerutu filler
pendek, sedang, dan panjang. Kualitas mutu dari sebuah cerutu ditentukan dari
proses pembuatan daun pembalut, pengisi dan fillernya. Oleh sebab itu dilakukan
kunjungan industry ke PTPN X Industri Bobbin Jember untuk mengetahui
bagaimana proses pembuatan cerutu yang baik dan benar.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya kunjungan lapang di PT. Perkebunan Nusantara X Unit
Industri Bobbin diantaranya yaitu:
1. Mengetahui proses pembuatan cerutu di PTPN X Unit Industri Bobbin.
2. Mengetahui jenis-jenis cerutu produk PTPN X Unit Industri Bobbin.

1.3 Luaran
Adapun luaran yang diharapkan dalam kunjungan lapang tembakau ini, yaitu:
1. Menjadikan mahasiswa yang mempunyai pengetahuan luas mengeni
pengolahan cerutu.
2. Menjadikan mahasiswa yang mengerti akan perlakuan dalam teori dan
kenyataan yang terjadi di lapangan.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Profil Perusahaan


Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan salah satu komoditi yang
strategis dari jenis tanaman perkebunan semusim dan merupakan salah satu
komoditi yang penting bagi Indonesia. Selama ini produksi tembakau Indonesia
bersifat fluktuatif. Berdasarkan informasi dari Departemen Pertanian (2013),
produksi tembakau nasional pada tahun 2008 dan 2009 berturut-turut 168.037
ton dan 176.186 ton, menurun pada tahun 2010 menjadi 135.678 ton dan
meningkat kembali pada tahun 2011 menjadi 214.524 ton.
Tempat yang dijadikan sebagai kegiatan usaha tembakau yang dilakukan
di wilayah kabupaten Jember, meliputi Kebun Ajong Gayasan dan Kebun
Kertosari serta wilayah kabupaten Klaten meliputi Kebun Kebonarum,
Gayamprit dan Wedibirit. Tembakau yang dihasilkan merupakan tembakau
cerutu kualitas ekspor yaitu tembakau TBN/VBN dan FIN/FIK dengan grade
NW, LPW, RFU dan Filler. Tembakau NO/ VO dengan grade Dekblad, Omblad,
dan Filler. Kabupaten Jember meupakan salah satu daerah penghasil tembakau
NO yang umumnya digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan cerutu.
Pabrik cerutu milik Koperasi Karyawan (Kopkar) Kartanegara PTPN X
(PERSERO) berdiri pada tanggal 12 Desember 1968. Pada tahun 2013 Unit
Industri Bobbin bergabung dengan kebun Kertosari untuk memperoleh bahan
baku tembakau Besuki sebagai bahan utama untuk daun cerutu yang akan
diekspor. Unit Industri Bobbin tidak memproduksi cerutu untuk diekspor secara
luas melainkan hanya melakukan jasa pemotongan daun tembakau yang akan
digunakan sebagai bahan cerutu kemudian dikirimkan ke Eropa, namun terdapat
cerutu lokal yang diproduksi oleh Koperasi karyawan kartanegara (kopkar
Kartanegara) PTPN X juga turut memproduksi sekaligus memasarkan produk
tembakau baik jenis Na Oogst dan TBN / FIN yang dikemas menjadi cerutu
yang berkualitas dan sesuai standart / keinginan konsumen. Pembuatan cerutu
kopkar Kartanegara dilakukan secara manual atau “hand made”. Cerutu tersebut
digunakan sebagai konsumsi lokal masyarakat Indonesia dan beberapa ada yang
diekspor di Eropa seperti Maroko.
Pabrik cerutu milik Koperasi Karyawan (Kopkar) Kartanegara PTPN X
(PERSERO) berkedudukan di Desa Candijati, Kecamatan Arjasa, Kabupaten
Jember. Toko beserta tempat produksinya berada di Jalan Melati No. 5 Jelbuk,
Jember. Pabrik Bobbin merupakan pabrik cerutu kebanggaan Kabupaten Jember
sebab menghasilkan produk khas cerutu hand made yang memiliki mutu berupa
bentuk, aroma dan rasa yang tidak kalah dengan cerutu buatan pabrik luar negeri
(seperti Eropa dan Amerika) yang dibuat menggunakan mesin. Cerutu yang
dihasilkan oleh Kopkar Kartanegara PTPN X dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu cerutu long filler, cerutu Soft filler, dan cerutu small cigar. Koperasi
Karyawan Kartanegara Industri Bobbin membawa manfaat yang sangat besar,
diantaranya menyerap tenaga kerja atau membuka lapangan kerja baru,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatnya jumlah uang yang
beredar dan sebagai salah satu contoh keberhasilan kerjasama dengan pihak
asing.
2.2 Jenis Produk Yang dihasilkan Perusahaan
PTPN X Unit Bobbin ini menghasilkan cerutu lokal dan cerutu ekspor
yang merupakan pabrik cerutu kebanggaan kabupaten Jember sebab
menghasilkan produk cerutu hand made yang memiliki mutu berupa bentuk,
aroma, dan rasa yang tidak kalah dengan cerutu buatan pabrik luar negeri yang
dibuat menggunakan mesin. Tembakau yang digunakan dalam pembuatan cerutu
DiPTPN X Unit Bobbin adalah tembakau jenis Na Oogst (BNO). Jenis produk
cerutu yang dihasilkan oleh perusahaan PTPN X Unit Bobbin terbagi dalam tiga
macam jenis. Jenis pertama adalah long filler dengan daun tembakau utuh
sebagai isinya dan cara pengolahannya dikerjakan secara manual atau hand
made dengan dua macam tipe (Excellent dan Standard). Sedangkan jenis kedua
yaitu soft filler dengan tembakau rajangan sebagai isinya dan cara
pengolahannya dikerjakan secara manual atau hand made. Contoh merk produk
cerutu Soft filler PTPN X Unit Bobbin yaitu Argopuros, Cardinal, Bali Stupa,
Bali Djanger, Bali Legong. Kemudian yang terakhir adalah small cigar dengan
tembakau rajangan sebagai isi dan terdapat dua varian rasa saus yaitu vanilla dan
cengkeh. Contoh merk produk cerutu small cigar PTPN X Unit Bobbin yaitu
Golf filter dan Fans filter. Sedangkan untuk kategori cerutu yang di ekspor
masih didominasi oleh tembakau isi (filler) dan hanya 15-20% yang berupa
tembakau pembalut dan pembungkus (Sholeh, 2006).
2.3 Pengolahan Tembakau dan Cerutu
2.3.1 Pengolahan Tembakau dan Cerutu Secara Teori
Menurut SNI 01-0393-1989 definisi cerutu adalah sejenis rokok yang isi,
lapisan dalam maupun lapisan kulit luar terdiri dari daun-daun tembakau jenis
tertentu. Cerutu terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian luar terdiri dari tembakau
disebut pembalut, bagian lapis kedua terdiri dari tembakau yang disebut
pembungkus dan bagian dalam terdiri dari rajangan tembakau yang disebut
pengisi.
Berikut adalah skema kerja dan fungsi perlakuan proses pembuatan cerutu
secara umum (Korohama, 2009):

Tembakau

Peracikan isi (filler)

Steaming

Weighting

Bunching

Molding Finishing

Wrapping Sortas (selecting)

Drawing test Aging


1. Peracikan isi (filler)
Peracikan isi merupakan kegiatan membuat bahan baku tembakau untuk
pengisi (filler). Setiap proses peracikan tergantung dari jenis cerutu yang akan
diproduksi dan setiap jenis cerutu mempunyai komposisi bahan filler yang
berbeda.
2. Steaming
Pada tahap steaming, filler yang sudah ditentukan komposisinya di steam
dengan tujuan untuk menghilangkan bau menyengat dari bahan tembakau,
mencegah hama dan menyatukan aroma tembakau yang bermacam-macam
tersebut.
3. Weighting
Weighting yaitu tahap penimbangan filler. Penimbangan filler
disesuaikan dengan ukuran cerutu yang akan diproduksi. Penimbangan
dilakukan untuk tiap batang cerutu.
4. Bunching
Pada tahap bunching, filler yang sudah ditimbang, kemudian dimasukkan
kedalam alat pelinting cerutu bersama dengan bahan untuk pembalut (omblad).
Hasilnya berbentuk seperti kepompong (bunch). Ukuran panjang dari
kepompong cerutu rata-rata lebih panjang yaitu antara 2 sampai 3 cm dari
standar ukuran cerutu jadi.
5. Molding
Molding yaitu pencetakan cerutu yang telah berbentuk kepompong (plop
press). Pencetakan cerutu dilakukan selama 20 sampai 30 menit agar cerutu
berbentuk simetris dan untuk mempertahankan filler agar tidak mengembang
setelah dibungkus dengan omblad.
6. Wrapping
Wrapping yaitu proses pembungkusan cerutu dengan bahan dekblad
wrapper dengan menggunakan alat pelinting cerutu. Setelah melalui proses
wrapping kemudian diratakan kembali dan dipotong dengan alat khusus untuk
memberi bentuk agar panjang dan diameternya sesuai dengan yang diinginkan.
7. Drawing test
Drawing test merupakan proses unutk mengetahui kekuatan hisap sebuah
cerutu. Untuk cerutu jenis long filler kekuatan hisapan yang diperlukan sebesar
3,5 sampai 5,5 satuan hisap, sedangkan cerutu soft filler dan small cigar
diperlukan kekuatan hisap yaitu sebesar 3,5 sampai 7 hisapan. Tujuan drawing
test ini untuk kenikmatan konsumen dalam menghisap cerutu.
8. Aging
Aging merupakan proses penyimpanan cerutu di gudang penyimpanan
(gudang pemanasan). Perbedaannya dengan steaming yaitu steaming bersifat
sementara sedangkan aging bersifat jangka panjang.
9. Sortasi (selecting)
Sortasi merupakan tahap akhir yaitu memisahkan cerutu dengan warna
yang sama dan cerutu dengan bentuk yang baik.
10. Finishing
Finishing yaitu tahap pemberian label jenis dan tanggal pembuatan
cerutu.
2.3.2 Pembahasan

Cerutu pada umumnya dihasilkan dari bahan baku utama yaitu daun
tembakau. Secara teori dijelaskan menurut Korohama (2009), bahwa proses
pembuatan cerutu diantaranya meliputi peracikan isi (filler), pengukusan
(steaming), penimbangan (weighting), pembentukan kepompong (bunching),
pencetakan kepompong (molding), pembungkusan kepompong (wrapping),
Drawing test, aging, sortasi, dan penyelesaian akhir (finishing). Sedangkan tahap
pembuatan cerutu pada Unit Industri Bobbin secara garis besar meliputi tahap
pra proses, tahap proses dan tahap pasca proses. Proses pembuatan cerutu
menurut teori dengan yang ada di fakta lapangan Perusahaan, yaitu PTPN X
Unit Industri Bobbin terdapat perbedaan yang nyata.
Menurut Dyah (2013) menyatakan bahwa proses pembuatan cerutu
Pengolahan cerutu di pabrik cerutu milik koperasi kartanegara Kartanegara
PTPN X (PERSERO) Unit Industri Bobbin dilakukan dengan buatan tangan
(hand made) dengan tetap mengikuti standar internasional. Pabrik Bobbin
mempunyai proses yang lebih kompleks.
Berikut Proses persiapan pembuatan cerutu pada pabrik Unit
Industri Bobbin memiliki tahapan sebagai berikut:

Tembakau Kering

Fumigasi

Pemeriksaan

Penyiapan Filler

Penyiapan
Omblad

Penyiapan
Dekblad

1. Fumigasi
Pada proses Fumigasi bahan baku setengah jadi yaitu
daun tembakau kering dilakukan Fumigasi selama 3 hingga 10
hari. Proses ini bertujuan agar bahan baku tersebut terhindar dari
serangan hama Lasioderma serricorne yang dapat menyebabkan
kerusakan daun berupa lubang-lubang.

2. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa warna, jenis, dan
kondisi fisik daun tembakau. Pemeriksaan yang dilakukan bertujuan
untuk mengecek kualitas tembakau yang telah difumigasi berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan. Hal ini dimaksudkan karena tidak
semua jenis tembakau memiliki kualitas dan kegunaan yang sama.

Setelah diperiksa, daun tembakau disortasi dengan meletakkan


daun dalam sebuah bak. Daun tersebut dipisahkan antara daun
yang baik dan daun yang berlubang. Daun yang berlubang
biasanya digunakan sebagai filler sedangkan daun yang utuh
digunakan untuk omblad dan dekblad.

3. Penyiapan filler
Pada proses penyiapan daun tembakau untuk filler, sebelumnya
dilakukan proses stripping atau pencacacahan terlebih dahulu. Ukuran
cacahan sebesar +0,5cm untuk small cigar dan +1-2cm untuk soft filler,
sedangkan cerutu lon filler tidak mengalami proses stripping.
setelah stripping, dilakukan blanding yaitu pencampuran secara manual
dalam sebuah bak. Kemudian dilakukan proses steaming selama 1-2
jam untuk mengurangi kotoran serta menghindari cemaran jamur pada
daun. Selain berfungsi untuk membersihkan, steaming juga dapat
memunculkan aroma khas tembakau.
Selanjutnya dilakukan proses pengeringan dengan cara
dikering-anginkan hingga kadar air mencapai ±14%. Setelah
itu filler ditambahkan saus sesuai dengan yang dikehendaki. Filler
yang ditambahkan saus dilakukan pemeraman selama 1 malam
didalam kemasan. Berikutnya dilakukan penjemuran dan kemudian
dikemas dalam plastic kedap udara untuk dilakukan proses
F umigasi selama 6 hari menggunakan phostoxin, setelah itu bahan
baku tersebut disimpan dan siap digunakan.
4. Penyiapan omblad
Daun tembakau yang digunakan sebagai omblad dilakukan
steaming selama 1-2 jam, dikering-anginkan, dijemur, dan difumigasi
dalam ruang penyimpanan. Sebelum digunakan, omblad dibersihkan
menggunakan lap basah untuk melembabkan sehingga elastis dan tidak
mudah sobek ketika digunakan.
5. Penyiapan dekblad
Daun tembakau yang digunakan sebagai dekblad dilakukan
steaming selama 1-2 jam, dikering-anginkan, dijemur, dan difumigasi
dalam ruang penyimpanan. Sebelum digunakan, dekblad dibersihkan
menggunakan lap basah untuk melembabkan sehingga elastis dan tidak
mudah sobek ketika digunakan.
Setelah dilakukan proses persiapan bahan baku, selanjutnya
merupakan tahapan pembuatan cerutu. Proses tersebut meliputi:

Pemotongan
Omblad

Pembuatan
Kepompong
Penyimpanan
Penimbangan
Kepompong
Pengemasan

Pengepresan
Kepompong Pemasangan
Pita Cukai

Pelapisan
Packing
Kepompong

Perataan Cerutu Sortasi

Pemotongan Fumigasi
Cerutu Cerutu

Aging Pengeringan

1. Pemotongan Omblad
Daun tembakau yang digunakan sebagai omblad dipotong sesuai
ukuran yang telah ditentukan. Sebelum dipotong, daun dilakukan proses
bi-bir yaitu proses membuka lipatan daun tembakau yang telah
dibersihkan menggunakan kain basah. Pemotongan dilakukan dengan
menggunakan roller cutter hingga setiap potongan memiliki satu urat
daun.
2. Pembuatan kepompong
Proses ini diawali dengan pelintingan cerutu. Cerutu small
cigar dan soft filler menggunakan alat pelinting binder, sedangkan
untuk long filler dilinting secara manual.
3. Penimbangan kepompong
Proses penimbangan hanya dilakukan pada cerutu small
cigar sedangkan untuk soft filler dan long filler tidak dilakukan
penimbangan melainkan langsung dicetak. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya ketidakseragaman berat sehingga mempengaruhi mutu yang
dihasilkan. Kepompong yang tidak memenuhi ketentuan dijadikan filler.
Kepompong cerutu soft filler dan long filler dimasukkan dalam cetakan
atau plop untuk dilakukan proses pengepresan.
4. Pengepresan kepompong
Kepompong yang telah dicetak dipres selama 1 jam dengan
tumpukan balok 4-6 tumpukan. Setelah 1 jam, kepompong dibalik dengan
memutar batang searah jarum jam, kemudian ditutup kembali salama 1
jam. Setelah satu jam kedua, plop diambil dan kepompong dibiarkan
selama 40-60 menit dalam cetakan agar tercetak sempurna.
5. Pelapisan kepompong
Pelapisan dilakukan untuk memperkuat lintingan kepompong dan
memperbaiki kenampakan luar cerutu. Kepompong cerutu soft filler dan
long filler pada bagian dekblad dihilangkan terlebih dahulu
kemudian kepompong diletakkan pada ujung daun dekblad setelah
itu dilinting secara manual. Ujung daun yang dipotong kemudian
direkatkan menggunakan lem CMC. Pembuatan ujung kepompong
hanya dilakukan pada cerutu long filler untuk memperbaiki
tampilan cerutu dan bagian tempat untuk menyulut api. Ujung
kepompong tersebut ditutup menggunakan daun tembakau yang
dibentuk lingkaran kecil menggunakan alat.
6. Perataan cerutu
Perataan cerutu dilakukan untuk merapikan cerutu sehingga
permukaannya tampak lebih halus dan batang menjadi padat.
7. Pemotongan cerutu
Pemotongan cerutu dilakukan agar diperoleh cerutu dengan
bentuk padat dan rata. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan alat
pemotong yang telah ditentukan pada bagian atas dan bawah cerutu. Sisa
potongan diambil bagian filler untuk didaur ulang sebagai pengisi
cerutu small filler.
8. Aging
Proses ini bertujuan untuk memberikan kesempatan pada
tembakau untuk terfermentasi sehingga dapat memunculkan aroma
yang khas. Proses aging cerutu diikat sebanyak 20 buah per ikat
kemudian ditempatkan pada tempat yang terkontrol dengan suhu
27ºC-32ºC dan kelembapan 60-70% selama 2 minggu. Pada proses ini
terjadi Fermentasi dan terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis. Hal ini
terjadi secara alamiah untuk memperoleh kematangan tembakau.
Reaksi pencoklatan enzimatis diakibatkan adanya aktifitas enzim
polifenol oksidase yang dapat memunculkan warna dan flavor.
9. Pengeringan
Proses pengeringan pada cerutu bertujuan untuk mengurangi
kadar air hingga 13%. Proses pengeringan cerutu dilakukan di dalam
ruang pengeringan dengan suhu 27-30º dan kelembapan 3-4 selama 3-
4 hari. Pengeringan cerutu selain menurunkan kadar air juga
memberikan warna kecoklatan pada cerutu. Selama proses pengeringan
ini terjadi reaksi maillard. Kandungan karbohidrat dan protein pada
daun tembakau menyebabkan terjadinya perubahan warna cerutu
menjadi lebih kecoklatan dan hal ini berpengaruh pada flavor cerutu.
10. Fumigasi cerutu
Fumigasi cerutu dilakukan agar cerutu terhindar dari hama.
Proses fumigasi merupakan suatu tindakan perlakuan terhadap suatu
komoditi dengan menggunakan fumigan tertentu, didalam ruang kedap
udara, pada suhu dan tekanan tertentu.
11. Sortasi
Proses sortasi dilakukan berdasarkan ukuran panjang dan
diameter cerutu, kadar air, warna, dan kerusakannya. Berdasarkan
ukuran, cerutu diukur sesuai dengan ketentuan. Untuk sortasi warna,
terdapat beberapa ketentuan warna yang dilakukan oleh pakar.
Keberadaan kerusakan disortasi dengan melihat kondisi ada atau
tidaknya kerobekan cerutu, atau kerusakan akibat hama. Cerutu yang
rusak atau robek masih dapat didaur ulang kembali, sedangkan apabila
rusak karena hama maka cerutu akan dimusnahkan.
12. Packing

Cerutu yang telah disortasi dan sudah sesuai dengan


ketentuan dikemas menggunakan plastic yang kemudian dimasukkan
dalam kemasan karton. Pengemasan dalam karton disesuaikan dengan
merk dan jenis cerutu yang dibuat.

13. Pemasangan pita cukai


Pita cukai dipasang pada bagian luar kotak pengepak yang
telah tertera nominal harga jual ecerannya. Pemasangan pita cukai
dilakukan secara manual dengan tenaga manusia.
14. Pengemasan pak dengan plastic
Cerutu yang telah dikemas dalam kemasan karton dan telah
dipasang mika dilakukan pengemasan menggunakan plastic sesuai
ukuran kemasan dan merk.
15. Penyimpanan
Setelah dikemas, cerutu disimpan dalam ruang penyimpanan.
Ruang penyimpanan dikondisikan khusus dengan suhu ruang ± 20ºC
dan kelembapan 60-70%. Pada ruangan penyimpanan dilakukan
proses Fumigasi dengan cara melarutkan 500 ml petrogud ke dalam
1500 ml air. Larutan tersebut disemprotkan secukupnya ke dalam
ruangan. Proses pemasaran mengikuti ketentuan first in first out agar
cerutu tidak mengalami penyimpanan yang terlalu lama yang
beresiko kerusakan pada cerutu.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kunjugan lapang yang telah dilakukan dapat


disimpulkan sebagai berikut :
1. Cerutu asal jember merupakan cerutu yang memiliki kualitas dunia,
meski pada proses pengolahannya bekerjasama dengan pihak asing,
namun perkembangan cerutu di jember masih dapat bertahan.
2. Proses pengolahan cerutu meliputi beberapa tahapan. Pada setiap
tahapan pembuatan cerutu harus sesuai dengan ketentuan agar cerutu
yang dihasilkan baik.
3. Perbedaan pengolahan tembakau menjadi cerutu pada teori dan lapang
terdapat pada proses pengolahannya. Secara umum proses yang
dilakukan hampir sama, namun terdapat beberapa tahapan yang
berbeda.

3.2 Saran
Seharusnya tembakau tidak hanya diolah dan digunakan sebagai produk
cerutu ataupun rokok. Banyak peneliti telah mengembangkan manfaat dari
tembakau, dan hal – hal inilah yang mampu mengubah manfaat dari tembakau
yang mulanya merugikan bagi kesehatan menjadi terbalik menyehatkan bagi
tubuah manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, H. 2007. Tantangan dan Peluang Agribisnis Tembakau Cerutu. Balittas.


Litbang Pertanian.go.id.
Departemen Pertanian. 2013. Peraturan Menteri Pertanian tentang Sistem
Pertanian Organik. Departemen Pertanian. Jakarta.

Korohama. 2009. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Yogyakarta: Penerbit


Kanisius.
Savitri, Dyah Ayu. 2013. Studi Proses Pengolahan Cerutu di Koperasi Karyawan
PTPN X (Persero) Candijati Arjasa Jember. Jember: Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Jember.
Sholeh, M., & Serat, M. (2006). Paket Teknologi Budidaya Tembakau Cerutu
Besuki di Jember Selatan. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan
Serat, 1(1), 108-113.

Standardisasi Nasional. 1989. Mutu dan Cara Uji Cerutu.


http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI%2001-0393-1989.pdf.
[22 April 2019]

Anda mungkin juga menyukai