PROSES PRODUKSI
Dalam pembuatan sebuah batang rokok yang diminati oleh konsumen, maka
diperlukan proses produksi yang kompleks dari awal pemilihan bahan baku hingga
distribusi produk ke pelanggan. Proses produksi PT. Djarum secara umum terlihat pada
gambar 1.1
Tembakau
Krosok
Tembakau
Rajangan
Cengkeh
Strip
Per-Cut
Clove
Process
Primary
Secondary
Pengepaka
A. Bahan Baku
i.
Tembakau (Nicotina tabacum)
Tembakau adalah produk pertanian semusim yang bukan termasuk
komoditas pangan, melainkan komoditas perkebunan. Di Indonesia, macammacam tembakau komersial yang baik hanya dihasilkan di daerah-daerah tertentu.
Kualitas tembakau sangat ditentukan oleh kultivar, lokasi penanaman, waktu
tanam, dan pengolahan pasca panen.
Setelah didapatkan bahan baku tembakau yang diinginkan, perlu disimpan
dahulu kurang lebih selama dua tahun. Penyimpanan dilakukan dengan tujuan
menghilangkan klorofil dan getah dalam daun tembakau. Setelah disimpan selama
dua tahun, maka diperlukan proses pematangan yaitu dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Proses Vacum
Proses Vacum merupakan proses yang bertujuan untuk melunakkan tembakau
rajang agar pada saat proses penguraian tidak menimbulkan kerusakan. Selain
itu juga untuk membunuh serangga Lasioderma pada tembakau jika ada.
Proses vacum dibagi menjadi dua tahapan proses, yaitu proses dimana
vacuum mengambil udara di dalam chamber hingga chamber hampa udara
selama 5-7 menit. Setelah itu dilakukan proses steaming dengan memasukkan
uap panas suhu 55-70C ke dalam chamber agar terjadi proses pelunakan dan
penguraian. Proses steaming dilakukan selama 15 menit dan ditunggu selama
6 menit.
b. Proses Threshing
Proses Threshing bertujuan untuk mengurai dan memotong tembakau rajang
setelah proses vacuum. Pada proses ini, tembakau (Lamina) dan ganggang
(stem) masih bercampur.
c. Proses Classifying
Proses Classifying bertujuan memisahkan tembakau rajang dari gagang dan
material asing lainnya.
d. Proses Blending (Proses Filling Silo)
Proses Blending bertujuan untuk menampung sekaligus mencampur tembakau
rajang bersih agar menjadi homogen.
e. Proses Discharge Silo
ii.
suhu 70 Celcius selama 15 menit. Proses ini bertujuan agar cengkeh tidak hancur
pada saat perajangan. Cengkeh yang sudah diuap, dimasukkan dalam proses
perajangan. Hasil samping dari proses trimer dan admoist adalah adanya air sisa
proses yang selanjutnya ditampung dalam bak buffer untuk kemudian diolah pada
WTCP.
iii.
Saos
Saos merupakan merupakan komponen yang penting dalam pembuatan
rokok, karena saos menentukan karakteristik rasa dan aroma dari pada rokok.
iv.
Kertas
Bahan baku berupa kertas yang digunakan untuk pembungkusan rokok
dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Sigaret Paper
Sigaret paper adalah kertas pembungkus rokok yang digunakan untuk
membungkus campuran tembakau dan cengkeh yang kemudian menjadi satu
bagian yang disebut tobacco root.
b. Tipping Paper
Tipping paper merupakan kertas pembungkus terluar dari filter. Umumnya
pada bagian filter root memiliki rasa manis, hal ini disebabkan adanya
penambahan pemanis pada tipping paper.
c. Plug Paper
Plug paper adalah kertas pembungkus filter. Plug paper digunakan untuk
pembungkus filter sebelum dibungkus kembali oleh tipping paper.
d. Inner
Merupakan pembungkus pada batangan rokok. Pada campuran tembakau
dan cengkeh yang telah dibungkus sigaret paper dilapisi lagi oleh inner
paper. Lapisan ini bertujuan untuk menghindari yellow spot yang timbul
pada rokok. Yellow spot adalah bercak kuning yang timbul karena minyak
cengkeh pada rokok mulai rusak.
v.
Filter
Fungsi filter adalah menyaring asap dari partikel-partikel yang tidak
diinginkan. Adapun kriteria dari filter yang akan digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Filter harus terbuat dari bahan yang tidak berbahaya (sampai saat ini filter
rokok terbuat dari sellulosa asetat yang biasa disebut acetat tow)
2. Dapat diproduksi dalam skala besar dengan kecepatan tinggi karena filter
hanya dapat dipakai sekali saja.
B. Pembuatan Rokok
Setelah adanya bahan baku, maka proses selanjutnya adalah proses
pembuatan rokok hingga menjadi produk rokok yang siap dijual kepada
konsumen. Proses pembuatan rokok ini dibagi menjadi dua proses penting yaitu
proses primary dan secondary.
Proses Primary
Proses Primary bertujuan untuk menyediakan Tobacco Finished Blend
(TFB) untuk disalurkan ke bagian secondary (Sigaret Kretek Mesin maupun
Tangan). Proses dalam primary terdiri dari pra proses, clove proses, dan main
proses.
a. Pra-Proses
Pra proses bertujuan untuk menyediakan tembakau, baik dalam
bentuk krosok maupun rajangan. Bahan baku yang digunakan ini telah
disimpan terlebih dahulu selama dua tahun.
Pada proses selanjutnya, terjadi perbedaan proses lanjutan pada
tembakau dimana tembakau krosok melalui strip sedangkan rajang petani
melalui proses pre-cut.
b. Clove-Proses
Proses pada cengkeh ini dilakukan pada saat pre-processing, yaitu
dimana cengkeh disimpan selama satu tahun untuk proses pematangan,
untuk kemudian di-uap air-kan, dipotong, dan dikeringkan.
c. Main-Proses
Proses utama dalam primary ini bertujuan untuk mengolah material
dari bagian pra proses dan clove proses menjadi TFB.
Tiga komponen pada main proses:
- Additional Material
i.
Proses CRS (Cut Roll Stem)
Proses CRS adalah proses perajangan gagang tembakau sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan sehingga dapat dijadikan
salah satu bahan pengisi rokok.
ii.
Proses Kupas Rokok
Proses kupas rokok adalah suatu kegiatan mengupas rokok
yang tidak memenuhi spesifikasi yang keluar dari SKM dan
SKT menjadi tembakau sortiran yang digunakan sebagai
tembakau tambahan pada proses Blending.
- Pre Blending
Merupakan proses pencampuran beberapa jenis tembakau secara
homogeny sesuai dengan spesifikasi produk yang akan diproduksi.
- Blending
Pada bagian ini, tembakau master akan dicampur dengan penambahan
casing, flavor, cengkeh, TOPS (tembakau kepala), dan tembakau
sortiran menjadi Tembakau Finished Blend (TFB) yang siap dikirim ke
SKT dan SKM.
Proses Secondary
Proses secondary bertujuan untuk menghasilkan rokok batangan sampai
disusun ke dalam bentuk box yang siap untuk didistribusikan.
a. Tahapan Proses Sigaret Kretek Tangan
Tembakau campur dari primary diangkut menuju SKT dengan
menggunakan armada truk. Setelah sampai, maka pekerja batil mengambil
PENGOLAHAN LIMBAH
Tembakau
Cengkeh
Saos
Pencampur
an
WTCP
Limbah
Domestik
Limbah
Proses
Bak oxidation ditch ini biasa disebut juga bak biologis, karena bak
ini menggunakan bakteri aerobic untuk mendegradasi limbah-limbah
organik yang didapat pada air limbah. Pada bak ini, limbah yang berasal
dari bak turbo coagulator dan domestik dimasukkan melalui inlet yang
kemudian terbagi pada oxidation ditch 1 dan 2, dan juga dilakukan aerasi
dengan menggunakan mammoth rotor. Tujuan dari proses aerasi ini adalah
untuk mengontakkan air limbah dengan udara maka ketersediaan oksigen
bagi mikroorganisme terjaga sehingga dapat menjaga kehidupan
mikroorganisme yang berfungsi mendegradasi limbah. Adanya kontak
lumpur aktif dengan udara luar dengan bantuan aerator, menyebabkan
oksigen masuk ke air limbah sehingga akan terjadi proses oksidasi antara
zat organic dengan oksigen yang ada di udara bebas. Selain itu juga
memiliki fungsi khusus dalam proses aerasi ini yaitu untukmenjaga agar
lumpur tidak mengendap. Hal ini dikarenakan jika lumpur mengendap
ataupun ketersediaan oksigen kurang, maka mikroorganisme akan mati.
Dalam proses ini perlu ditambahkan nutrisi berupa kapur dan pospat.
Nutrisi tersebut berfungsi sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme.
WTCP menggunakan dua bak oxidation ditch dengan
membagainya menjadi empat kompartemen atau bagian dan terdapat
empat mammoth rotor (namun yang digunakan secara bergantian yaitu dua
on, dua off, begitu seterusnya). Oxidation ditch memiliki dimensi panjang
45,15 m, lebar 10,6 m, kedalaman 3,06 m, dan volume kedua oxidation
ditch 3198,86 m3. Pemenuhan kebutuhan oksigen terlarut bagi bakteri
dilakukan dengan menggunakan empat buah mammoth rotor dengan daya
22 kW/unit dengan kecepatan mencapai 1500 rpm tetapi sekarang baru
diatur menjadi 70 rpm dan menghasilkan DO (Dissolved Oxygen) 6,7 mg
O2/liter.
Pengembalian lumpur ke bak oxidation ditch (return sludge)
dilakukan untuk mempertahankan MLSS (Mixed Liquor Suspended
Solid). MLSS adalah campuran antara mikroba aktif dan kompeten lain di
dalam air limbah. Besarnya MLSS ketika Kerja Praktek dilaksanakan
adalah sebesar 700-1000 ppm. Jumlah tersebut terhitung masih kecil
dikarenakan beban limbah yang diolah masih sedikit. Dapat dikatakan
semakin kecil nilai MLSS maka semakin sedikit pula mikroba yang aktif
pada bak oxidation ditch.
Penambahan pospat dan kapur saat ini masih dilakukan manual
oleh operator, yaitu ditambahkan di pagi hari. Sedangkan, apabila nanti
beban pencemaran telah optimal, maka penambahan nutriennya
ditambahkan dengan menggunakan dosing pump yang telah dipersiapkan
dan diatur terlebih dahulu.
b. Bak Sedimentasi
Bak sedimentasi adalah bak untuk mengendapkan lumpur yang
dihasilkan selama proses. Bak sedimentasi memiliki diameter 11,8 m,
kedalaman 3,1 m, dan volume 338,84 m3.
Pengolahan Tersier
a. Thickener
Thickener merupakan bak yang berfungsi mengumpulkan lumpur
dari bak sedimentasi dan bak penjernihan sebelum lumpur diproses di
filter press. Thickener memiliki diameter 6,8 m, kedalaman 3,8 m, dan
volume 137,9343 m3. Di thickener terjadi proses pengendapan dengan
bantuan scraper yang digerakkan oleh gear box secara perlahan. Lumpur
yang telah kental selanjutnya di pompa menuju filter press menggunakan
pompa screw, sedangkan air yang terpisah dari lumpur dialirkan menuju
oxidation ditch untuk diolah kembali. Namun pada saat kegiatan Kerja
Prakter dilakukan, thickener belum digunakan karena lumpur dihasilkan
masih sedikit.
b. Filter Press
Filter press merupakan alat untuk memisahkan lumpur dengan air.
Cara kerja filter press yaitu pertama-tama lumpur dipompa di antara dua
plat. Cairan akan masuk melalui kain, sementara solidnya akan tertinggal
di antara plat. Pada saat ruang di antara plat terisi, maka filter press akan
mengepress dengan tekanan tinggi. Adanya tekanan yang tinggi akan
membuat air terpisah dari lumpur. Kemudian air akan dialirkan ke
PARAMETER
TSS
Amonia
BOD5
COD
Fenol
Minyak
Lemak
pH
6,0 9,0
6,0 9,0
6,0 9,0
a. Kategori I yaitu sumber air limbah yang berasal dari proses primer basah dan
sumber air limbah yang berasal dari proses sekunder, termasuk sumber air
limbah yang hanya berasal dari proses primer basah.
b. Kategori II yaitu air limbah industri kategori I digabung dengan air limbah
domestik.
c. Kategori III yaitu sumber air limbah yang berasal dari proses primer kering
dan/atau sumber air limbah yang berasal dari proses sekunder, termasuk industri
cerutu dan industri rokok tanpa cengkeh.
d. Kategori IV yaitu air limbah industri kategori III digabung dengan air limbah
domestik.
2.2 Baku Mutu Limbah PT Djarum
Berdasarkan Perda yang telah disebutkan di atas, dapat kita golongkan limbah PT
Djarum sebagai limbah kategori II karena jika melihat pada pengolahan di WTCP limbah
dari hasil proses produksi (baik casing maupun cloves) dicampur dengan limbah
domestik saat masuk ke oxidation ditch.
Penggunaan oxidation ditch sebagai secondary treatment limbah PT Djarum
dinilai tepat. Berikut beberapa diantara pilihan pengolahan air limbah yang dinilai tepat
(Mara, 2003);
- Waste Stabilization Ponds,
- Wastewater Storage and Treatment Reservoirs,
Constructed Wetland,
biofilters,
laguna yang diaerasi, dan
oxidation ditches.
Setelah melalui oxidation ditch, air limbah masuk ke bak sedimentasi. Air limbah
yang keluar dari bak sedimentasi dipompa ke bak penjernihan, sedang lumpurnya
dipompa balik ke oxidation ditch.
1. BOD (Biological Oxygen Demand)
Pengukuran parameter BOD diperlukan untuk mengetahui besar beban
pencemaran yang dihasilkan dari buangan industri ataupun kegiatan domestik.
Setelah melewati pemantauan, didapatkan data bahwa BOD inlet yang
melebihi baku mutu acuan, setelah diolah di WTCP PT Djarum, dapat
memenuhi baku mutu saat keluar melalui outlet. Baku mutu acuan BOD yang
digunakan adalah sebesar 100 mg/l.
2. COD (Chemical Oxygen Demand)
Chemical Oxygen Demand merupakan jumlah oksigen yang
diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi
melalui reaksi kimia. Seperti pada parameter BOD, setelah melalui
pengolahan di WTCP, nilai COD dari outlet sudah di bawah baku mutu (< 200
mg/l).
3. Minyak Lemak
Analisis minyak dan lemak perlu dilakukan karena jika terdapat
minyak dalam limbah cair hal itu akan menghambat aktivitas biologi mikroba
untuk mengolah limbah cair. Jika dilihat dari data, WTCP sudah mampu
mengurangi kadar lemak dan minyak sebagai hasil outletnya hingga di bawah
baku mutu sebesar 5 mg/l.
4. Ammonia
Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan
pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan
chlor (Soemirat, 1994).
Pada awal sebelum pengolahan di WTCP, kandungan ammonia dalam
limbah PT Djarum sebenarnya telah memenuhi baku mutu yakni di bawah 10
mg/l. Setelah melalui WTCP, kandungan ammonia dapat lebih diperkecil lagi.
5. Derajat Keasaman (pH)
pH sangat mempengaruhi proses yang terjadi di pengolahan limbah
cair, terutama untuk proses biologi. Air limbah dengan konsentrasi yang tidak
netral akan menyulitakan proses biologis sehingga mengganggu proses
penguraian air limbah.
Dari data harian maupun bulanan, kualitas pH sudah memenuhi baku
mutu yang digunakan sebagai acuan yaitu antara 6,0~9,0. Namun saat
pelaksanaan Kerja Praktek, diusahakan hasil outlet mendekati netral/7,0 agar
lebih aman ketika dibuang ke badan air penerima.
6. Fenol
7 Tipe contoh
Beberapa tipe contoh air limbah:
a) contoh sesaat (grab sample);
b) contoh gabungan waktu (composite samples);
c) contoh gabungan tempat (integrated samples);
d) contoh gabungan waktu dan tempat.
Pemilihan lokasi pengambilan contoh
Lokasi pengambilan contoh air limbah industri harus mempertimbangkan ada atau
tidak adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Contoh harus diambil pada lokasi yang telah mengalami pencampuran secara
sempurna.
Untuk keperluan pengendalian pencemaran air, contoh diambil pada 3 (tiga) lokasi:
1. Pada perairan penerima sebelum tercampur limbah (upstream)
2. Pada saluran pembuangan air limbah sebelum ke perairan penerima
3. Pada perairan penerima setelah bercampur dengan air limbah (downsream), namun
belum tercampur atau menerima limbah cair lainnya
Pengambilan contoh untuk pengujian kualitas air
a) siapkan alat pengambil contoh sesuai dengan saluran pembuangan;
b) bilas alat dengan contoh yang akan diambil, sebanyak 3 (tiga) kali;
c) ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam penampung
sementara, kemudian homogenkan;
d) masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis;
e) lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya hantar listrik,
pH dan oksigen terlarut yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat
diawetkan;
4. MASS BALANCE
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kusumawardhani, Ais L et al. 2012. Pemanfaatan Limbah Padat Industri Rokok Untuk
Pestisida Nabati. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Vol. 2, No.
1.
14.
15.
16.
17.