Anda di halaman 1dari 7

Tugas Analisis Perusahaan Manufaktur

Manufacturing Information Systems - ISYS6037


Proses Bisnis Produksi Sigaret Kretek Mesin

Disusun oleh:

Yafet Agustinus 2001537065


Ricky Dermawan Aditio 2001537071
Nicholas Agung Setiawan 2001540362
Steven Afandy 2001563315
Farah Adilah Fatimah Azzahra 2001607866

LA-16

Bina Nusantara University


Jakarta
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2

BAB I PERUSAHAAN MANUFAKTUR ROKOK DAN PERKEMBANGAN


DALAM PRODUKSI ROKOK DI INDONESIA.................................................................3

1.1. Pengertian Perusahaan Manufaktur dan Produksi.......................................................3

1.2. Perkembangan Produksi Rokok di Indonesia..............................................................3

BAB II PROSES BISNIS DALAM PODUKSI ROKOK SKM...........................................5

2.1. Proses Bisnis................................................................................................................5

2.2. Pembahasan.................................................................................................................5

REFERENSI.............................................................................................................................7

2
BAB I
PERUSAHAAN MANUFAKTUR ROKOK DAN PERKEMBANGAN DALAM
PRODUKSI ROKOK DI INDONESIA

1.1. Pengertian Perusahaan Manufaktur dan Produksi


Menurut Heizer (2005), manufaktur berasal dari kata manufacture yang
berarti membuat dengan tangan (manual) atau dengan mesin sehingga
menghasilkan suatu produk. Untuk membuat suatu produk dengan tangan
maupun mesin diperlukan bahan atau barang lainnya. Pembuatan produk itu
sering kali disebut dengan istilah produksi.
1.2. Perkembangan Produksi Rokok di Indonesia
Sebelum 1970 konsumen rokok kretek telah semakin meningkat yang
waktu itu berupa sigaret kretek buatan tangan (SKT) yang dibuat dengan cara
melinting dengan tenaga manusia secara tradisional. Namun kemudian terjadi
suatu revolusi dalam industri sigaret kretek yaitu kebetulan pada 1968 PT
Bentoel di Malang mendapat kesulitan merekrut tenaga kerja untuk melinting
SKT ini. Untuk mengatasi kesulitan dan mengejar produksi, perusahaan ini
memesan mesin pembuat sigaret buatan pabrik Molin dari Inggris yang
dimodifikasi untuk membuat sigaret kretek yang karena buatan mesin
kemudian disebut sigaret kretek mesin (SKM) Pada waktu itu hasilnya 6.000
batang SKM permenit.
Sebagai pelopor industri SKM adalah PT Bentoel. Disebut demikian
karena SKM tidak begitu saja diterima oleh konsumen, tetapi pada 1976
pasaran SKT dan SKM dapat ditembus oleh PT. Bentoel dengan produk SKM
nya merek Bentoel Biru International yang dikemas dalam kemasan karton
seperti sigaret putih yang mahal. Ini karena SKM telah dapat dibuat halus mirip
rokok putih oleh PT. Djarum dengan mendatangkan mesin pembuat SKM pada
1977. PT Gudang Garam kemudian pada 1979 menyusul mengimpor mesin
pembuat SKM.
Industri pabrik rokok di Indonesia sampai saat ini masih terkonsentrasi di
Jawa ditambah sebagian di Sumatera Utara. Pabrik-pabrik ini terutama
memproduksi sigaret kretek. Jenis sigaret yang diproduksi di Indonesia adalah:

3
a. Sigaret Putih atau Sigaret Putih Mesin (SPM) terutama diproduksi oleh
PT.BAT. PT Tresno, PT Rodtman dan PT. STTC dengan merek-merek
antara lain: Commodore, Escort, 555, State Express, Avion, Ardath, Dunhill
dan Diplomat
b. Sigaret Kretek terdiri atas:
i. Sigaret kretek buatan tangan (SKT) yang tanpa filter dan
dikerjakan/dilinting dengan tangan dan bersifat padat karya.
ii. Sigaret kretek buatan mesin (SKM) yang dibuat menggunakan mesin
dan memakai filter
iii. Sigaret Kretek buatan tangan dengan filter (SKTF) yaitu rokok yang
umumnya agak kasar dan dikerjakan oleh pabrik rokok kecil.
iv. Klobot yaitu rokok kretek yang dibungkus dengan daun jagung, yang
umumnya dikonsumsi oleh para petani di pedesaan Jawa Tengah, Jawa
Timur dan sebagian kecil Jawa Barat

4
BAB II
PROSES BISNIS DALAM PODUKSI ROKOK SKM

2.1. Proses Bisnis

Meminta
Determinasi Quotation Menseleksi Memilih
Bahan Baku pada Supplier Supplier Supplier

Jika Barang Tidak Sesuai


Menerima Melakukan
Retur
Barang Pembelian

Menyimpan
Barang Di
Gudang

Merobek & Meracik


Bahan Baku pada Pembuatan
Mesin Ripper Filter

Memasukkan
Bahan Baku
Jika terdapat
dan Filter Ke
cacat produk
Feeder
saat proses
produksi

Perakitan
Rokok

Packing
Rokok

Memasukkan
Ke Box

Shipping
(Distribusi)

2.2. Pembahasan
Proses bisnis pembuatan rokok sigaret kretek buatan mesin (SKM)
dimulai dengan terjadinya aktivitas pengadaan barang yang diawali dengan
menentukan bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat rokok. Divisi
procurement akan mengirimkan request bahan baku agar calon supplier dapat

5
mengirimkan quotation bahan baku tersebut dan nantinya akan menghasilkan
list supplier yang memungkinkan. Jika ingin melakukan pembelian bahan
baku, maka divisi procurement akan memilih supplier dari list supplier yang
telah dibuat sebelumnya. Barang yang diterima akan diretur apabila tidak
sesuai atau rusak. Jika barang yang diterima sesuai maka barang tersebut akan
disimpan didalam gudang penyimpanan bahan baku. Bahan baku berupa
tembakau biasanya disimpan hingga selama 3 tahun dalam gudang yang
lingkungannya sudah terkontrol untuk membantu meningkatkan cita rasanya.
Cengkeh juga melewati proses penyimpanan serupa hingga selama satu tahun
sebelum diproses menjadi “cengkeh rajang” (cut clove). Tembakau yang telah
disimpan akan diproses terlebih dahulu sebelum dicampur dengan cengkeh
rajangan yang telah kering, kemudian dirobek dan dijadikan racikan rokok
pada mesin ripper sehingga menjadi racikan yang disebut “cut filler”.
Sedangkan bahan baku untuk filter akan dibuat menjadi filter. Cut filler dan
filter kemudian dimasukkan kedalam mesin feeder untuk dipindahkan ke mesin
produksi rokok untuk dilinting.
Rokok yang telah selesai di produksi akan masuk ke mesin packing untuk
dimasukkan kedalam satu kemasan rokok dan kemudian dimasukkan kedalam
box. Box tersebut nantinya akan didistribusikan oleh divisi shipping ke
distributor besar (grosir), menegah (supermarket), dan kecil (warung) sebelum
akhirnya sampai ke tangan konsumen.
Setiap proses akan melalui quality control untuk menjaga kualitas produk
sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Jika terdapat hasil yang tidak
sesuai selama proses terjadi maka produk akan di olah kembali namun terdapat
standar tertentu untuk menentukan apakah produk dapat di olah kembali atau
tidak.

.1.1

6
REFERENSI
Heizer Jay, Render Barry. (2005). Operations Management. Jakarta: Salemba.
Empat. 

Analisis Industri Pada Perusahaan Manufaktur PT HM Sampoerna Tbk. (2013).


Retrieved from https://www.academia.edu/4088839/Analisis_Industri_
Pada_Perusahaan_Manufaktur_PT _HM_Sampoerna_Tbk

Template Presentation. (2015, March 19). Retrieved from https://pt.slideshare.net/


Jw2ohnNader/template-presentation-46052568/7?smtNoRedir=1

Anda mungkin juga menyukai