Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1. Profil Perusahaan...........................................................................................1
1.2. Sejarah Perusahaan........................................................................................1
1.3. Visi, Misi, dan Nilai Perusahaan....................................................................2
1.3.1. Visi Perusahaan......................................................................................2
1.3.2. Misi Perusahaan......................................................................................2
1.3.3. Nilai Perusahaan.....................................................................................2
BAB II KONSEP ERP, SCM, DAN ICT.....................................................................4
2.1. Enterprise Resource Planning (ERP).............................................................4
2.1.1. Modul ERP.............................................................................................4
2.2. Supply Chain Management (SCM)................................................................6
2.2.1. Karakteristik SCM..................................................................................6
2.3. Information and Communication Technology (ICT).....................................7
BAB III ERP, SCM, DAN ICT PADA PT. UNILEVER TBK....................................9
3.1. ERP pada PT. Unilever Tbk...........................................................................9
3.2. SCM pada PT. Unilever Tbk........................................................................11
3.2.1. Non-Production Items (NPI) Organizational Model............................12
3.2.2. Distribution and Selling........................................................................13
3.2.3. E-Procurement......................................................................................13
3.2.4. Exports..................................................................................................15
3.2.5. Global Supply Chain Management Solutions Providers......................15
3.2.6. SCM Technologies in Unilever’s Business Model...............................16
3.2.7. Supply Chain Strategies of Unilever N.V.............................................20
3.3. ICT pada PT. Unilever Tbk..........................................................................22
3.3.1. ERP.......................................................................................................23
3.3.2. CRM.....................................................................................................23
3.3.3. MIS.......................................................................................................24
3.3.4. Sistem Otomasi.....................................................................................25
3.3.5. E-procurement......................................................................................25
3.3.6. SCM......................................................................................................26
3.3.7. Unilever food process control system...................................................26
3.3.8. E-commerce..........................................................................................26
REFERENSI...............................................................................................................28
ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Profil Perusahaan


Nama : Unilever Indonesia Tbk
Kode : UNVR
Alamat : Grha Unilever BSD Green Office Park Kav. 3 Jln BSD
Boulevard Barat, BSD City Tangerang 15345
Alamat E-mail : unvr.indonesia@unilever.com
Telepon : 021- 80827000
Faks : 021- 80827002
NPWP : 01.001.701.0-092.000
Situs : www.unilever.com
Sektor : Consumer Goods Industry
Sub Sector : Cosmetics dan Household

1.2. Sejarah Perusahaan


Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Lever
Zeepfabrieken N.V. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT
Lever Brothers Indonesia dan pada 30 Juni 1990, nama perusahaan diubah
menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Unilever Indonesia melepas 15%
sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981.
Unilever Indonesia mempunyai lebih dari 1.000 distributor di seluruh
Indonesia.Unilever memiliki beberapa anak perusahaan di Indonesia, yakni:
a. PT Anugrah Lever - didirikan pada tahun 2000 dan bergerak di bidang
pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe
dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan
merek-merek lain
b. PT Technopia Lever - didirikan pada tahun 2002 dari hasil patungan
dengan Technopia Singapore Pte. Ltd. Techopia bergerak di bidang
distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan menggunakan merk
dagang Domestos Nomos.
c. PT Knorr Indonesia - diakuisisi pada 21 Januari 2004.
d. PT Sara Lee
Unilever Indonesia memenangkan 2005 Energi Globe Award untuk
skema pengelolaan sampah mereka di desa-desa di dekat sungai Brantas di
Surabaya. Skema ini melibatkan kompos. Sampah organik dan daur ulang, dan
telah menghasilkan peningkatan kualitas air setempat di sungai. Pada bulan
Mei 2011, PT Unilever Indonesia Tbk akan menginvestasikan setidaknya £300
juta dalam 2 tahun ke depan untuk memperluas pabriknya di Cikarang, Jawa
1
Barat dan Rungkut, Jawa Timur . Saat ini Unilever Indonesia telah
mengoperasikan 8 pabrik dan 3 pusat distribusi.
PT Unilever Indonesia Tbk merupakan bagian dari Unilever Group
NV/plc untuk memproduksi dan mengawasi semua merek yang diproduksi
oleh Unilever (seperti Surf, Close-up, Clear dll.) PT Unilever sangat terkenal
dengan produk-produk yang sudah familiar di masyarakat Indonesia.

1.3. Visi, Misi, dan Nilai Perusahaan


1.3.1. Visi Perusahaan
“Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari Indonesia dengan
menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia setiap harinya.”
1.3.2. Misi Perusahaan
a. Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik
setiap hari.
b. Kami membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan
baik dan lebih menikmati hidup melalui brand dan layanan
yang baik bagi mereka dan orang lain.
c. Kami menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah
kecil setiap harinya yang bila digabungkan bisa mewujudkan
perubahan besar bagi dunia.
d. Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis
yang memungkinkan kami tumbuh dua kali lipat sambal
mengurangi dampak terhadap lingkungan, dan meningkatkan
dampak sosial.
1.3.3. Nilai Perusahaan
a. Integritas
Kami berkomitmen terhadap integritas karena hal itu
membangun reputasi kami, karena itu kami tidak pernah
mengenal kompromi. Integritas menentukan bagaimana kami
berperilaku, di mana pun kami berada. Integritas memandu
kami melakukan tindakan yang benar untuk keberhasilan
jangka panjang Unilever.
b. Respek
Kami berkomitmen untuk saling menghormati karena setiap
orang harus diperlakukan secara hormat, jujur dan adil. Kami
menghargai keberagaman dan kami menghormati orang atas
dasar siapa mereka dan apa yang mereka lakukan.
c. Tanggung jawab
Kami berkomitmen terhadap tanggung jawab karena kami
ingin menjaga konsumen, lingkungan dan masyarakat di mana
kami beroperasi. Kami mengemban tanggung jawab tersebut
secara pribadi dan senantiasa melaksanakan apa yang kami
katakan.

2
3

d. Semangat Kepeloporan
Kami berkomitmen untuk menjalankan semangat kepeloporan
karena hal itulah yang awalnya membuat bisnis kami ada, dan
hal itulah yang sampai saat ini masih menjadi penggerak kami
untuk terus tumbuh. Semangat ini memberi kami gairah untuk
menang dan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Artinya, kami senantiasa siap untuk mengambil risiko secara
cerdas.
4

BAB II
KONSEP ERP, SCM, DAN ICT

2.1. Enterprise Resource Planning (ERP)


Menurut Hau dan Kuzic (2010), Enterprise Resource Planning (ERP)
adalah modul-modul, solusi pengemeasan bisnis yang memungkinkan
organisasi untuk mengintegrasikan proses bisnis dan kinerja perusahaan,
pendistribusian data umum, pengelolaan sumber daya serta menyediakan akses
informasi secara actual.
Sedangkan menurut O’Brien dan Marakas (2016), ERP adalah suatu
tulang punggung lintas fungsi perusahaan yang mengintergrasikan dan
mengotomatisasikan banyak proses internal dan system informasi dalam hal
fungsi produksi, logistik, distribusi, akuntansi, keuangan dan sumber daya
manusia pada perusahaan.
2.1.1. Modul ERP
Menurut Sundari Wijaya (2019), fungsi dari modul-modul
dasar ERP dinilai penting bagi berbagai jenis perusahaan. Berikut ini
adalah beberapa modul dasar yang ada dalam sistem ERP secara
umum:
a. Accounting (Akuntansi)
Modul akuntansi berfungsi mengelola arus kas yang
masuk dan keluar dalamsuatu perusahaan. Modul juga
membantu perusahaan menangani berbagaitransaksi
akuntansi seperti pengeluaran, neraca, buku besar,
rekonsiliasi bank penganggaran, manajemen pajak, dan
lain-lain. Laporan keuangan perusahaan dapat dibuat
hanya dengan beberapa klik dengan modul ini.

b. CRM
Modul CRM (Customer Relationship Management)
membantu meningkatkan kinerja penjualan melalui
layanan pelanggan yang lebih baik dan membangun
hubungan yang sehat dengan pelanggan. Modul ini juga
membantu perusahaan mengelola dan melacak
informasi prospek dan pelanggan seperti riwayat
komunikasi, panggilan, pertemuan, data transaksi yang
mereka lakukan, durasi kontrak, dan lain-lain.

c. HRM
Modul HRM (Human Resource Management) membantu
meningkatkan efisiensi departemen SDM atau HR dalam
5

perusahaan. Modul ini membantu mengelola informasi


karyawan seperti penilaian kinerja, deskripsi pekerjaan,
keterampilan,kehadiran, cuti, dan lain-lain. Manajemen
Penggajian merupakan salah satu sub- modul yang paling
penting dalam modul HRM yang befungsi untuk
mengelola gaji, biaya perjalanan, dan pengembalian biaya.

d. Sales (Penjualan)
Modul ini berfungsi menangani alur kerja
penjualan seperti pertanyaan penjualan, penawaran,
sales order, dan faktur. Integrasi modul Penjualan dan
CRM dapat mempercepat siklus penjualan dan
menghasilkan keuntungan lebih besar bagi perusahaan.

e. Inventory (Inventaris)
Modul inventaris berguna untuk melacak dan
mengelola stok barang diperusahaan termasuk
memantau tingkat persediaan menjadwalkan pengisian
ulang, melakukan forecasting dan membuat laporan
inventaris. Sistem ERP yangbagus memungkinkan
integrasi modul inventaris dengan barcode atau
SKU scanner. Modul inventaris akan lebih efektif jika
diintegrasikan dengan modul pembelian.

f. Purchasing (Pembelian)
Modul ini mengelola proses yang terlibat dalam
pengadaan barang. Ini termasuk: daftar supplier,
permintaan dan analisis penawaran, Purchase Order,
Goods Receipt Notes, dan pembaruan stok. Modul ini
dapat diintegrasikan dengan modul inventaris untuk
manajemen pengadaan stok yang lebih optimal.

g. Manufacturing (Manufactur)
Modul ini berfungsi meningkatkan efisiensi dalam
proses manufaktur dalam suatu bisnis, seperti;
perencanaan produk, material routing, pemantauan
produksi harian, dan pembuatan Bill of Materials.
Sistem ERP yang baik memungkinkan modul
manufaktur untuk diintegrasikan dengan barcode
atau RFID scanner.
6

2.2. Supply Chain Management (SCM)


Heizer & Rander (2004), mendefinisikan Supply Chain Management
(Manajemen Rantai Pasokan) sebagai kegiatan pengelolaan kegiatankegiatan
dalam rangka memperoleh bahan mentah menjadi barang dalam proses atau
barang setengah jadi dan barang jadi kemudian mengirimkan produk tersebut
ke konsumen melalui sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan ini mencangkup
fungsi pembelian tradisional ditambah kegiatan penting lainnya yang
berhubungan antara pemasok dengan distributor.
Sedangkan menurut Chow et.al. (2006) mengartikan Supply Chain
Management (Manajemen Rantai Pasokan) sebagai pendekatan yang holistik
dan strategis dalam hal permintaan, operasional, pembelian, dan manajemen
proses logistik.
2.2.1. Karakteristik SCM
Berdasarkan hasil pengembangan yang dilakukan oleh O’Briendan
Vrijhoef (London,2002) kegiatan dalam lokasi proyek telah memiliki
jaringan tersendiri antara kegiatan satu dengan kegiatan lainnya. Di
luar lokasi proyek terdapat pihak-pihak supplier, subcontractor,
designers, dan owner yang secara langsung maupun tidak langsung
bekerjasama sehingga membentuk supply chain untuk mendukung
kelancaran dari kegiatan di dalam lokasi proyek tersebut. Beberapa
karakteristik dari supply chain management konstruksi,yaitu :
a. Karakteristik produknya unik, yaitu produk konstruksi
bangunan pada umumnya dibuat berdasarkan permintaan
tertentu (custom made product). Dengan demikian tidak ada
satu pun produk konstruksi yang sama, walaupun hal ini
tergantung pada tingkatan mana melihatnya.
b. Dilakukan oleh organisasi yang bersifat sementara (temporary
organization). Suatu rangkaian supply chain management yang
terbentuk yang menghasilkan produk konstruksi akan berakhir
ketika selesai masa produksi.
c. Produknya terikat pada tempat tertentu, sehingga proses
produksinya berlangsung di site konstruksi (in siteproduction).
Hal ini juga memberikan kontribusi terhadap keunikan produk
konstruksi, karena pada proyek yang sama,baik kondisi fisik
(kondisi tanah, pengaruh cuaca,dll) maupun non fisik (regulasi
yang berlaku, kondisi lalu lintas, dll) yang mempengaruhinya
tidak akan pernah sama.
d. In site production dan off site production. Terjadinya produksi
di dalam site konstruksi (in site production), telah membagi
dua batasan proses yang terjadi dalam produksi konstruksi.
7

e. Diproduksi dalam lingkungan alam yang tidak terkendali,


sehingga terdapat ketidakpastian yang tinggi dalam konstruksi.

2.3. Information and Communication Technology (ICT)


Menurut Kadir dan Triwahyuni (2013), Information and
Communication Technology (ICT) adalah payung besar terminologi yang
mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan
informasi. ICT mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi
komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan
proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat
yang satu ke lainnya.
Menurut Williams and Sawyer (2003), ICT tidak hanya terbatas pada
teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan
untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup
teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. Teknologi informasi,
menurut Kadir dan Triwahyuni (2013), mencakup teknologi komputer dan
teknologi komunikasi. Lebih rinci, teknologi informasi dapat dikelompokkan
menjadi enam teknologi yakni:
a. Teknologi Komunikasi
Teknologi telekomunikasi atau biasa juga disebut teknologi komunikasi
adalah teknologi yang berhubungan dengan komunikasi jarak jauh.
Termasuk dalam kategori teknologi ini adalah telepon, radio, dan
televisi.

b. Teknologi masukan
Teknologi masukan (input technology) adalah teknologi yang
berhubungan dengan peralatan untuk memasukkan data ke dalam
sistem komputer. Piranti masukan yang lazim dijumpai dalam sistem
komputer berupa keyboard dan mouse.

c. Mesin pemroses
Mesin pemroses (processing machine) lebih dikenal dengan sebutan
CPU (central processing unit), mikroprosesor, atau prosesor. Sesuai
dengan namanya, CPU merupakan bagian dalam sistem komputer yang
menjadi pusat pengolah data dengan cara menjalankan program yang
mengatur pengolahan tersebut.

d. Teknologi penyimpan
Teknologi penyimpan dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu memori
internal dan penyimpan eksternal. Memori internal biasa juga disebut
main memory
8

atau memori utama yang berfungsi sebagai pengingat baik bagi data,
program, maupun informasi sementara ketika proses pengolahan
dilaksanakan oleh CPU. Dua contoh memori internal yaitu ROM dan
RAM. ROM (read-only memory) adalah memori yang hanya bisa
dibaca, sedangkan RAM (random access memory) adalah memori yang
isinya bisa diperbaharui. Penyimpan eksternal (external storage)
dikenal juga dengan sebutan penyimpan sekunder. Penyimpan eksternal
adalah segala piranti yang berfungsi untuk menyimpan data secara
permanen. Pengertian permanen di sini berarti bahwa data yang
terdapat pada penyimpan tetap terpelihara dengan baik sekalipun
komputer sudah dalam keadaan mati (tidak mendapat aliran listrik).
Hard disk dan disket merupakan contoh penyimpan eksternal.

e. Teknologi keluaran
Teknologi keluaran (output technology) adalah teknologi yang
berhubungan dengan segala piranti yang berfungsi untuk menyajikan
informasi hasil pengolahan sistem. Layar atau monitor dan printer
merupakan piranti yang biasa digunakan sebagai piranti keluaran.

f. Teknologi perangkat lunak


Perangkat lunak (software) atau dikenal juga dengan sebutan program
adalah deretan instruksi yang digunakan untuk mengendalikan
komputer sehingga komputer dapat melakukan tindakan sesuai yang
dikehendaki pembuatnya. Tentu saja, untuk mengerjakan tugas yang
berbeda diperlukan pula perangkat lunak tersendiri. Microsoft Word
merupakan contoh perangkat lunak pengolah kata, yaitu perangkat
lunak yang berguna untuk membuat dokumen, sedangkan Adobe
Photoshop adalah perangkat lunak yang berguna untuk mengolah
gambar. Menurut Kadir dan Triwahyuni, (2013), komponen utama
sistem teknologi informasi berupa perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software), dan orang (brainware) Pembagian tersebut
mengasumsikan bahwa telekomunikasi sendiri mencakup perangkat
keras dan perangkat lunak. Perangkat keras mencakup segala peralatan
fisik yang dipakai dalam sistem teknologi informasi, sedangkan orang
merupakan komponen penentu keberhasilan sistem yang menerapkan
teknologi informasi. Komponen brainware dapat berupa pemakai,
pemelihara, dan pembuat sistem. Komponen ini menjadi kunci
keberhasilan sistem teknologi informasi. Tanpa andil komponen ini,
perangkat keras dan perangkat lunak menjadi tidak berguna sama
sekali.
9

BAB III
ERP, SCM, DAN ICT PADA PT. UNILEVER TBK

3.1. ERP pada PT. Unilever Tbk

ERP (Enterprise Resource Planning) hadir sebagai paket system


informasi yang memberikan solusi pengintegrasian informasi dan proses bisnis,
sehingga dapat mengatasi dampak negative dari system informasi yang
dibangun secarasektoral oleh masing-masing unit organisasi.
Paket system ERP sendiri yang menguasai 59% pangsa pasar di seluruh
dunia pada tahun 1999 adalah SAP, BAAN, PeopleSoft, dan J.D. Edwards
(Akbulut et al 2006). Menurut estimasi Daniel E. O’ Leary pada tahun 2000,
system ERP yang memiliki pangsa pasar lebih banyak adalah SAP.Menguasai
target konsumen dunia 30% sampai 60%.
Tidak semua implemetasi ERP berhasil mencapai tujuan dan target
yang ditetapkan. Lebih dari 90% proyek ERP melampaui biaya dan waktu yang
ditetapkan (Al Mashari 2000), 70% ERP gagal menghasilkan manfaat yan
diharapkan (Akbulut et al. 2006).
PT.Unilever, Tbk. Merupakan salah satu perseroan Leading supplier
terdepan kelas dunia untuk produk kategori Home Care,Personal Care, dan
foods. Sebagai perusahaan Multinasional, yang tersebar lebih dari 80 negara,
PT Unilever sangat membutuhkan suatu system yan terintegrasi, yang bukan
hanya untuk monitoring dari setiap cabangdi masing-masing Negara, tetapi
juga sabagai penetuan kebijakan yang strategis, Guna mengoptimalkan proses
bisnis baik di area internal maupun lintas fungsi pada setiap unit dalam
perseroan.Unilever Indonesia ,Tbk. Indonesia, sebagai Negara di asia yang
memilliki wilayah geografis dan budaya yang unik, diputuskan untuk dapat
10

memulai mega proyek ini sebagai percontohan untuk Negara-negara kawasan


asia pasifik.
Ketika raksasa barang-barang konsumen Unilever mengumumkan
rencana untuk menggandakan bisnisnya pada tahun 2020, ia harus berpikir
dalam skala global. Tidak ada alternatif untuk perusahaan dengan 2 miliar
konsumen menggunakan setidaknya satu produk Unilever setiap hari, termasuk
beberapa merek paling terkenal di dunia seperti Dove, Ax / Lynx, Lux / Radox,
Becel / Flora, Knorr, Lipton, Hellmann's, Heartbrand, dan Ben & Jerry's.
Dalam memproyeksikan untuk mencapai 4 miliar dari (saat itu) 9 miliar
penduduk dunia untuk setiap hari agar dapat memenuhi rencana 10 tahun, serta
penjualan dua kali lipat menjadi € 80 miliar, Unilever perlu melakukan lebih
dari sekadar menempatkan produk tambahan pada rak. Menemukan aliran
pendapatan dengan berekspansi ke pasar negara berkembang adalah komponen
utama dari peta jalan ambisius, yang juga mencakup mengurangi separuh
dampak lingkungannya dalam jangka waktu yang sama.
Pada Desember 2006 PT Memutuskan melakukan implementasi ERP
dengan menggunakan SAP R/3 sebagai implemetasi system yang terintegrasi.
Tentunya dengan proses persiapan yang panjang dan cukup matang. Dimana
terdapat modul-modul yang mungkin bisa diimplementasikan, diantaranya
ialah:
a. Production planning (PP)
b. Warehouse Management (WM)
c. Finance and Controlling (FICO)
d. Human Resources (HR)
e. Business Warehouse (BW)
Meskipun waktu Go Live tidak sesuai dengan target yang telah
ditetapkan, namun setiap siklus pengembangan system sangat diperhatikan.
Terutama melibatkan pihak ketiga (Thrid Partied) yang selektif, yaitu
menunjuk PT.Accenture sebagai konsultan, serta dengan melibatkan Negara-
negara yang sudah terlebih dahulu sukses dalam penerapan ERP ini, sekalipun
dengan kompleksitas yang cukup tinggi, pada 12 Februari 2009, Go live SAP
pun dapat tercapai.
Model bisnis Unilever sebelum 2007, ketika sebagian besar setiap
bisnis di hampir 200 negara yang beroperasi bertindak sebagai anak perusahaan
yang otonom, akan membuat rencana pertumbuhan yang ambisius ini sangat
sulit. Di bawah model ini, Unilever mengoperasikan lebih dari 250 instance
ERP, memproses sekitar 30.000 transaksi per menit. Satu langkah kunci,
kemudian, menuju fokus bisnis yang berorientasi pada pertumbuhan akan
memerlukan konsolidasi platform IT dan ERP yang terfragmentasi untuk
dikelola sebagai entitas global tunggal.
Alih-alih menambahkan lapisan infrastruktur TI untuk mempersiapkan
pertumbuhan bisnis yang cepat, strategi globalisasi Unilever justru melibatkan
tindakan sebaliknya. Bisnis tahu bahwa konvergensi diperlukan untuk
11

menanggapi kekuatan pasar di seluruh dunia dalam rantai pasokan yang benar-
benar global. Menurut Béchet, Unilever hampir menyelesaikan proyek untuk
menjalankan bisnis di seluruh dunia pada empat lanskap SAP ERP, dengan
tujuan akhir mengelola lanskap ini sebagai satu platform global pada tahun
2015.
Proyek ini telah membayar dividen yang cukup besar. Selain
pertumbuhan pendapatan selama tiga tahun sebesar € 10 miliar - seperempat
jalan menuju tujuannya - Gartner baru-baru ini mengakui Unilever sebagai # 4
dalam daftar Supply Chain Top 25 2013, yang mencerminkan kombinasi antara
kepemimpinan dan kinerja rantai pasokan top. 1 Unilever berada di peringkat #
10 di 2012.
Unilever tahu bahwa dengan solusi TI barunya, kecepatan akan menjadi
komponen kunci dari kemampuannya untuk mengarahkan keputusan bisnis
yang terinformasi - terutama dengan instance SAP ERP yang diperkirakan akan
memproses sekitar 60.000 transaksi setiap menit, jika Unilever ingin mencapai
tujuan pertumbuhannya yang ambisius. Untuk mengatasi kebutuhan ini,
perusahaan mulai mengeksplorasi perangkat lunak SAP HANA sebagai bukti
konsep sebagai bagian dari kemitraan Value Engagement strategis dengan
SAP. Pada 2012, Unilever memutuskan untuk mengimplementasikan SAP
HANA sebagai alat analitik untuk mempercepat beberapa aplikasi SAP ERP
utamanya, dimulai dengan SAP CO-PA Accelerator.
Unilever mencapai dua tujuan utama dengan mengimplementasikan
SAP CO-PA Accelerator, yang didukung oleh SAP HANA. Yang pertama
adalah untuk mengurangi lebih lanjut penutupan keuangan akhir bulannya
dalam satu hari, memberikan bukti nyata Unilever bahwa SAP HANA dapat
memenuhi janjinya akan peningkatan kecepatan. Prestasi ini memberi Unilever
keyakinan bahwa, ke depan, SAP HANA dapat membantu meningkatkan
proses bisnis lainnya.
Inisiatif SAP HANA berfokus pada mempercepat kerja operasional dan
meningkatkan pengambilan keputusan dalam waktu cepat, dengan analitik
yang tertanam langsung dalam sistem SAP dan bekerja secara langsung pada
data transaksi. Inisiatif ini tidak menggantikan tetapi lebih melengkapi strategi
global penting Data Warehouse (EDW) unilever untuk pelaporan dan analitik,
di mana data ERP diekstraksi, diubah, dan dimuat serta dikombinasikan dengan
data eksternal ke sistem ERP unilever

3.2. SCM pada PT. Unilever Tbk


Strategi bisnis Unilever adalah mencapai profitabilitas, pertumbuhan,
dan pengembalian aset tertinggi. Perusahaan telah menjual banyak pabrik dan
harus menerapkan proses untuk berkoordinasi dengan pihak ketiga yang
memilikinya, mempersulit prosesnya untuk memenuhi tujuan asetnya. Model
operasi Unilever memiliki tiga komponen: kualitas, layanan, dan biaya. Sambil
mempertahankan branding globalnya, strategi perusahaan adalah memiliki
rantai pasokan lokal untuk permintaan lokal untuk meminimalkan
12

kompleksitas. Unilever memiliki 6 pilar untuk membantu kami maju dengan


jelas:
a. Beroperasi dengan Tujuan: Unilever percaya sangat penting untuk
mendorong laba dan pertumbuhan sambil menggunakan skala kami
untuk menciptakan perubahan positif. Rantai pasokan memainkan
peran penting dalam mewujudkan Unilever Sustainable Living Plan
(USLP).
b. Rantai Pasokan Digital: Unilever memanfaatkan teknologi di seluruh
rantai pasokan untuk memastikan bahwa kami diaktifkan secara
digital untuk dunia yang terhubung dan untuk membantu mendorong
transformasi bisnis kami dengan cepat.
c. Ketangkasan untuk Pasar yang Berubah: Unilever membangun
kemampuan untuk menjadi lebih responsif terhadap perubahan
kebutuhan pelanggan dan konsumen kami.
d. Kemitraan untuk masa depan: Hubungan yang kuat dengan mitra yang
berbagi ambisi pertumbuhan berkelanjutan kami sangat penting untuk
kesuksesan yang berkelanjutan - kami bermitra untuk berinovasi,
mendorong efisiensi dan mengadopsi teknologi dan model bisnis baru.
e. Membentuk kembali Basis Aset dan Biaya - mendorong margin, uang
tunai dan pengembalian aset dengan program spesifik untuk setiap
elemen basis biaya.
f. Talent & Capabilities: Kami mengaktifkan rantai pasokan kelas dunia
dengan berinvestasi pada karyawan dan kemampuan kami. Kami
mendukung budaya di mana kami berkembang sebagai komunitas
rantai pasokan yang termotivasi, terlibat, dan siap di masa depan.

3.2.1. Non-Production Items (NPI) Organizational Model


Unilever telah mengakui pentingnya menerapkan program
manajemen pasokan global yang berfokus pada pengurangan Produk
Non-Produksi (NPI).
Model organisasi NPI yang diterapkan di Eropa dan Amerika
Utara (yang akan diperluas ke seluruh dunia) didasarkan pada tata
kelola lintas bisnis yang jelas dan pembelian eksekutif yang efektif.
Sumber strategis didukung oleh peluncuran global e-procurement dan
partisipasi dalam beberapa Bursa utama, terutama di Transora, tempat
kepemilikan saham diadakan. Regional dan beberapa tim NPI global
telah dibentuk yang sedang melakukan metodologi yang ketat untuk
memberikan strategi sumber strategis dan rencana implementasi yang
diperlukan untuk mencapai penghematan yang ditargetkan.
Secara historis mayoritas NPI telah dibeli secara lokal,
meskipun telah ada peningkatan gerakan menuju negosiasi nasional
dan dalam beberapa kasus, trans-nasional. Eropa dan sampai batas
13

tertentu pasar pasokan global menjadi mapan diaktifkan dalam banyak


hal melalui e-procurement. Dalam bidang-bidang seperti perangkat
keras dan lunak TI, perjalanan & akomodasi, energi, logistik dan
manajemen armada Eropa dan dalam beberapa kasus pasar pasokan
global dan pemasok sudah ada. Pasar Eropa juga muncul untuk
fasilitas perkantoran, telekomunikasi, barang-barang pemasaran dan
persediaan teknis.
Fungsi utama model rantai pasokan dalam Unilever adalah
untuk memberikan bisnis Grup dengan pemahaman bersama tentang
ruang lingkup rantai pasokan dan sub-prosesnya. Model ini
menyediakan bahasa umum untuk Grup Bisnis yang berbeda dan
dengan demikian memungkinkan identifikasi dan implementasi
sinergi. Beberapa aplikasi model rantai pasokan Unilever yang paling
penting adalah menilai kinerja rantai pasokan dan pengembangan
serta penyelarasan KPI.

3.2.2. Distribution and Selling


Produk Unilever umumnya dijual melalui wiraniaga dan
melalui broker, agen, dan distributor independen ke rantai, grosir,
koperasi, dan toko bahan makanan independen, distributor dan
lembaga layanan makanan. Produk didistribusikan melalui pusat
distribusi, gudang satelit, dioperasikan oleh perusahaan dan fasilitas
penyimpanan publik, depot dan fasilitas lainnya.
Perawatan Rumah dan Pribadi di Amerika Utara (HPCNA)
juga telah mengembangkan pusat distribusi untuk produsen pihak
ketiga di mana produk dikumpulkan untuk menciptakan beban yang
lebih berat namun lebih efisien untuk memasok kembali pusat
distribusi pelanggan.
Bisnis Home & Personal Care di Eropa (HPCE) memilih alat
pengangkut pada biaya, kinerja dan dampak lingkungan.

3.2.3. E-Procurement
Unilever memenuhi dua dorongan strategis utama perusahaan:
Rantai Pasokan Kelas Dunia dan Penyederhanaan dengan menerapkan
14

pengadaan strategis NPI dan pemberdayaan e-procurement. Ini adalah


dua dari enam dorongan untuk implementasi manajemen pasokan
kelas dunia:
a. Menerapkan pembelian eksekutif.
b. Menarik, mengembangkan, dan mempertahankan pembeli
kelas dunia.
c. Profesionalisasi NPI Sourcing.
d. Mengaktifkan pengadaan elektronik secara global.
e. Mempercepat dan meningkatkan penyederhanaan.
f. Kendalikan informasi dan pengukuran.
Agregasi permintaan dan akses ke pemasok baru melalui
kemitraan waktu nyata telah memungkinkan Unilever untuk
meningkatkan efisiensi rantai pasokan yang diperpanjang. Otomatisasi
alur kerja telah membantu dalam penyederhanaan proses internal,
yang telah menciptakan skala bagi Unilever untuk leverage. Untuk
Unilever, e-procurement merupakan peluang untuk mempertahankan
manfaat yang diperoleh dari sumber strategis melalui penyederhanaan
informasi, kepatuhan, dan proses bisnis. Ada empat cara untuk
mendefinisikan manfaat dari pengadaan elektronik:
a. Pemberdayaan struktural untuk merekayasa ulang proses
pengadaan NPI yang memungkinkan manfaat lebih lanjut
diperoleh melalui sumber strategis, penyederhanaan bisnis,
visibilitas pengeluaran total dan rute integrasi yang efektif baik
secara internal, mis. ERP, dan secara eksternal.
b. Sarana untuk menjalankan bisnis elektronik hulu menggunakan
tautan biaya terendah, yaitu cXML.
c. Model bisnis yang mendorong evaluasi ulang mekanisme
untuk menghubungkan pelanggan, perusahaan dan pemasok
(termasuk Bursa dan Pasar).
d. Antarmuka front-end tunggal baik secara eksternal kepada
pemasok dan internal untuk ERP dan area integrasi lainnya
E -procurement melengkapi secara strategis inisiatif-e
keseluruhan Unilever. Belajar dari hal ini dan keahlian sumber
strategis yang diperoleh selama implementasi, telah meningkatkan
kemampuan bisnis untuk e-procurement di masa depan baik NPI dan
bahan langsung. Otomatisasi alur kerja dan penyederhanaan untuk
proses sumber global telah menghasilkan peningkatan produktivitas
dan pengurangan biaya transaksi. Data yang tersedia kemudian dapat
diterapkan untuk menyelaraskan barang yang dibeli, merasionalisasi
kebutuhan dengan pemasok dan memantau dan mengurangi
penggunaan, sehingga semakin meningkatkan peluang pembelian
Unilever.
15

3.2.4. Exports
Unilever menjual produknya di hampir semua negara di
seluruh dunia dan memproduksi di banyak dari mereka. Perusahaan
mengekspor berbagai produk ke negara-negara di mana ia tidak
membuatnya. Misalnya, di dalam Uni Eropa, Unilever membuat
banyak produknya hanya di beberapa negara anggota, untuk dijual di
semua negara. Konfigurasi manufaktur yang dipilih umumnya
ditentukan oleh strategi pengadaan regional yang dioptimalkan, yang
memperhitungkan persyaratan untuk inovasi, kualitas, layanan, biaya,
dan fleksibilitas.

3.2.5. Global Supply Chain Management Solutions Providers


Dalam upaya merampingkan operasi hariannya, Unilever telah
bermitra dengan beberapa penyedia teknologi dan logistik di seluruh
dunia. Beberapa penyedia utama adalah:
a. Penyedia Teknologi
16

b. Penyedia Logistik

3.2.6. SCM Technologies in Unilever’s Business Model


17

Visi teknologi keseluruhan Unilever mencakup dorongan kuat


dari klien-server ke arsitektur thin-client, teknologi Web yang
membawa perusahaan lebih dekat ke pelanggannya, dan analitik bisnis
untuk membuat informasi manajemen lebih mudah diakses, menurut
Rick Ballou, direktur bidang bisnis TI untuk Unilever Home dan
Personal Care Amerika Utara.
Dengan kapitalisasi pasar sebesar $ 28 miliar, raksasa produk
konsumen melaporkan bahwa pencapaian TI baru-baru ini termasuk
peluncuran perangkat lunak intelijen bisnis dari Hyperion, dan "SAP
ERP wall-to-wall" sebagai standar global. Unilever juga telah melihat
penghematan biaya yang signifikan dari investasinya dalam teknologi
sumber Ariba, yang telah menghasilkan pengurangan anggaran
pembelian pasokan kantor sebesar jutaan dolar, dan konsolidasi pusat
data dari 18 menjadi lima; akhirnya, jumlahnya akan turun menjadi
tiga.
Komite global lintas fungsi sudah bekerja pada perubahan dari
desktop client-server ke teknologi portal. Di depan B2B, selain upaya
RFID-nya, Unilever berpartisipasi dalam upaya industri untuk
membakukan elemen data di seluruh rantai pasokan melalui UCCNet.
Unilever juga telah menyatakan minat mereka yang berkelanjutan
pada CRM.
Unilever berkolaborasi dalam prakiraan statistik dan promosi
pasar untuk produk-produk utama dengan beberapa pelanggan besar,
menggunakan sistem kolaboratif dari Waltham, Massa-based Syncra
Systems Inc.
Organisasi secara keseluruhan memiliki beberapa sistem ERP
dan CRM dari beberapa vendor, dan 34 gudang data yang dibuat
khusus. Unilever saat ini menjalankan 100 sistem perencanaan sumber
daya perusahaan SAP yang terpisah dan lengkap.
Mirip dengan garis-garis ini, beberapa teknologi SCM utama
dan solusi TI yang diterapkan dalam model bisnis The Unilever Group
dibahas di bawah ini:
a. Sistem Informasi Manajemen Pasokan (ISIS)
ISIS adalah sistem informasi manajemen pasokan terpadu
Unilever. Ini membantu manajer pasokan lokal, regional dan
global membuat keputusan sumber yang tepat, memungkinkan
mereka untuk menyusun dan menganalisis informasi dengan
cepat dan mudah. Sistem ini memungkinkan para manajernya
untuk bernegosiasi dengan pemasok secara transparan dan
efisien, menguntungkan kedua belah pihak.

b. Solusi E-procurement dari Ariba


18

Unilever memilih perangkat lunak Pembeli Ariba untuk e-


pengadaan setelah melalui proses seleksi yang ketat dan pilot
awal di Amerika Utara. Meskipun kesuksesan awal telah
dicapai, Unilever percaya bahwa ini masih hari-hari awal dan
bahwa pengembalian investasi masih harus dibuktikan.
Sementara e-procurement merupakan hal yang tidak
terhindarkan untuk optimisasi rantai pasokan di masa depan,
pasar pasokan, khususnya di Eropa, masih mengalami
kekurangan pengembangan. Ada pengakuan yang muncul
bahwa e-Procurement dapat mempengaruhi operasi rantai
pasokan total daripada hanya aktivitas transaksional. Sampai
saat ini hanya sedikit yang mengambil tindakan untuk
mengimplementasikan atau mensponsori perubahan yang
diperlukan. Meskipun menggembirakan, Unilever percaya
bahwa posisi ini berubah dan e-Procurement tidak diragukan
lagi menyediakan katalis untuk peningkatan positif dalam
profil manajemen pasokan.

c. Gudang Data Skala Usaha dan Solusi Intelijen Bisnis


Untuk mendapatkan pandangan yang jelas tentang kinerja
bisnis di 34 perusahaannya di 19 negara, Unilever Amerika
Latin telah memulai proyek gudang data skala perusahaan dan
proyek intelijen bisnis bernama Sinfonia. Di jantung Sinfonia,
KALIDO® enterprise data warehouse pembuatan dan
perangkat lunak manajemen (KALIDO) memberikan solusi
yang akan tumbuh untuk mencakup salah satu basis data
terbesar di dunia pada 2007. KALIDO memberikan pandangan
agregat data di seluruh Unilever Amerika Latin dengan tinggi
kecepatan selama perubahan bisnis yang konstan seperti
akuisisi dan konsolidasi pasar. KALIDO sekarang
memungkinkan Unilever Amerika Latin (Unilever LA) untuk
membangun dan mengelola gudang data adaptif yang
berfungsi penuh di seluruh siklus hidupnya sambil secara
bersamaan meluncurkan sistem SAP regional yang
mendasarinya dalam proyek saudara 4 hingga 5 tahun yang
disebut proyek Harmonia. Fleksibilitas KALIDO
memungkinkan Unilever LA untuk mempertahankan
kelangsungan bisnis karena proyek Sinfonia dan Harmonia
terus bergulir. Gudang data KALIDO akan tumbuh dalam
cakupan geografis dan cakupan, dan diperkirakan akan
mencapai ukuran 12 TB. Sepanjang periode pertumbuhan ini
akan memberikan informasi bisnis yang konsisten, mengambil
volume data yang meningkat dari implementasi SAP yang
sedang berlangsung. Unilever LA sedang menyatukan proses,
19

sistem, dan informasi untuk memungkinkan pendekatan bisnis


yang benar-benar regional. Menggunakan solusi pergudangan
data perusahaan KALIDO, organisasi ini berhasil memberikan
gudang data perusahaan berskala besar, tepat waktu dan sesuai
anggaran, sementara secara bersamaan meluncurkan sistem
SAP di seluruh wilayah. Arsitektur informasi baru Sinfonia,
didukung oleh KALIDO, akan memberikan data berkualitas
tinggi kepada 4.000 pengguna pada jam 8 pagi setiap hari di
lima zona waktu. Solusinya akan memungkinkan pemahaman
yang lebih baik tentang proses rantai pasokan regional, merek,
pelanggan dan pemasok, dan akan memungkinkan Unilever
untuk merespons dengan cepat peluang baru, bahkan dengan
latar belakang perubahan bisnis internal dan eksternal yang
konstan. Akhirnya, KALIDO akan memfasilitasi perencanaan
strategis dan mendorong pengambilan keputusan yang lebih
baik, dengan memberikan informasi yang disesuaikan dengan
kecepatan tinggi kepada pengguna bisnis utama,
memungkinkan Unilever LA untuk mewujudkan penghematan
biaya yang besar dan peningkatan kemampuan untuk
memanfaatkan peluang bisnis
.
d. Sistem Informasi Rantai Pasokan
Menggunakan berbagai sistem informasi dan beberapa
teknologi manajemen rantai pasokan lainnya, Unilever
bertujuan untuk meningkatkan model bisnis rantai pasokannya.
Diagram berikut menjelaskan visi sistem rantai pasokan
perusahaan:
20

Dibahas di bawah ini adalah berbagai jenis sistem informasi


yang digunakan dalam model bisnis The Unilever Group
dengan penggunaan spesifiknya:
 R&D; System R&D; System (LIMS): Used for formula
development.

 Specifications Systems: Used for Packaging, Raw


Material, Formula, Master BOM, Finished Products
and Process Specifications.
 Manufacturing Planning Systems: Used for MRP,
Production Orders, Purchase Orders, Standard Costs,
RM/Pack/WIP Inventory, Financial Transactions,
Material Masters and Production Reporting.
 Planning Systems: Used for Demand Planning (DP),
Demand Req Planning (DRP), Constrained Prod
Planning (CPP), VMI and Finite Scheduling.
 MFG Execution Systems (Various): Used for
Finished Goods Production, Compounding/Batching,
Quality/Lab Systems and Plant Maint Systems
Order to Cash Systems: Used for Order
Entry/Management, Terms of Sale, Deduction
Tracking, Stock Allocation and Invoicing.
 Finished Goods Management Systems: Used for
Shipping, FG Warehouse, Transportation, Finished
Goods Production (PIN) and Traceability.
3.2.7. Supply Chain Strategies of Unilever N.V
Operasi logistik Unilever mungkin menghadirkan peluang
terbesar untuk merampingkan rantai pasokannya dan meningkatkan
kemampuan perusahaan untuk mencapai sasaran pertumbuhannya
yang tinggi. Perusahaan sedang dalam proses konsolidasi hampir 30
gudang ke lima pusat distribusi besar yang mampu mengirimkan
pesanan pelanggan dalam waktu satu hari.
Banyak dari konsolidasi itu adalah pengakuan bahwa pengecer
mengadopsi kebijakan tanpa inventaris, yang membutuhkan
penggunaan flow-through dan cross docking yang optimal di gudang.
Untuk meningkatkan pemanfaatan aset, menurunkan inventaris, dan
meningkatkan layanan, Unilever mengadopsi hubungan kerja sama
perencanaan, peramalan, dan penambahan (CPFR) dengan beberapa
pelanggan ritel. Berkat upaya CPFR tersebut, Unilever telah mampu
mencapai pengurangan inventaris 10%, peningkatan akurasi ramalan
10% dan peningkatan penjualan 5% karena ketersediaan yang lebih
baik di pasaran.
21

Menurut Fred Berkheimer, wakil presiden logistik untuk


Unilever Home dan Personal Care, karena pesanan sering dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang tidak dapat diproyeksikan, kolaborasi antara
produsen dan pengecer diperlukan untuk meningkatkan akurasi
perkiraan. Akurasi tinggi dalam pengisian ulang hanya dapat dicapai
melalui kolaborasi perkiraan pesanan dan visibilitas rantai pasokan
yang diperpanjang. Saat ini, departemen logistik Unilever sedang
mengalami peningkatan termasuk hubungan dengan pengecer,
perencanaan yang lebih baik, peningkatan kinerja tepat waktu dan
lebih banyak efisiensi dalam menangani promosi.
a. Path to Growth
Pada tahun 2000, perusahaan meluncurkan inisiatif Path to
Growth selama lima tahun untuk menurunkan jumlah merek
menjadi 400 pada akhir 2004, mencapai pertumbuhan penjualan
tahunan sebesar 5% -6% dan peningkatan margin operasi sebesar
16%.
Tiga tahun lalu, perusahaan itu menjalankan ratusan lokasi
pabrik di bawah payung 300 perusahaan yang beroperasi. Path to
Growth mengamanatkan pengurangan situs ke 150 lokasi.\
Program penghematan persediaan Unilever adalah salah satu
pilar dalam Path to Growth Strategy menuju penerapan rantai
pasokan kelas dunia. Melalui Path to Growth, rencana strategis
lima tahun Unilever diumumkan pada Februari 2000, perusahaan
telah sangat memperkuat bisnisnya.

b. Unilever's Path to Growth Strategy


 Hubungkan kembali dengan konsumen - untuk
mengantisipasi masa depan
 Fokuskan portofolio merek - yang mencerminkan daya
tarik konsumen dan potensi pertumbuhan
 Merintis saluran baru - berada di tempat yang tepat
pada waktu yang tepat
 Mengembangkan rantai pasokan kelas dunia -
menyederhanakan sumber, pembuatan, dan pemasaran
 Sederhanakan bisnis - kurangi kerumitan
Kemajuan yang signifikan telah dicapai terhadap
pencapaian ambisi strategisnya dengan portofolio merek yang
jauh lebih fokus dan pertumbuhan merek-merek terkemuka
yang lebih cepat, sementara pengurangan besar dalam biaya
dan perampingan basis aset telah menghasilkan margin yang
lebih tinggi dan efisiensi modal yang meningkat.
22

Di bawah apa yang disebut strategi “Path To Growth",


Unilever pertama-tama menata ulang menjadi dua unit —
makanan dan non-makanan — di setiap wilayah geografis
utama. Path to Growth juga menyerukan Unilever, pada 2004,
untuk memangkas koleksi merek menjadi 400, dari yang
tertinggi 1.600 dua tahun lalu. Inti dari 400 penjual kuat —
yang meliputi SlimFast, Dove, es krim Ben & Jerry, dan teh
Lipton — diperkirakan mencapai 90% hingga 95% dari total
penjualan Unilever, naik dari 84% hari ini. Sejauh ini, 700
merek yang bergerak lambat, ditambah bisnis dry cleaning
industri yang tidak sesuai, telah terjual. Lima ratus lagi masih
akan didivestasi, termasuk sekelompok minyak dan spread
yang dijual bulan lalu.
Selama periode 2000 - 2003, Unilever telah
menghasilkan lebih dari € 16 miliar dari arus kas bebas un-
geared. Perusahaan juga telah berhasil mengintegrasikan
Bestfoods, salah satu akuisisi terbesar yang pernah dibuat
dalam industri ini. Dengan satu tahun lagi di bawah Path to
Growth, ini menciptakan dasar yang kuat untuk fase
selanjutnya dari pengembangan perusahaan.

c. "Chipping of "Goods" Initiative – RFID


Tim Inovasi Rantai Pasok Unilever ingin memahami
bagaimana pelacakan produk yang lebih baik akan
memengaruhi pabrik, pusat distribusi, dan toko. Unilever
mengantisipasi bahwa pabrik harus mengurangi lamanya
waktu produk berjalan dan membuat penyempurnaan lain
untuk bereaksi lebih cepat terhadap perubahan permintaan.
Dan pengecer harus memberikan informasi yang lebih tepat
waktu kepada pemasok.
Sebagai kelanjutan dari strategi ini, pada 29 Juli 2002,
Unilever meluncurkan fase ketiga dari proyek pelacakan rantai
pasokan di bawah inisiatif "Chipping of" Goods” di Inggris.
Perusahaan berencana untuk menempatkan tag RFID pada
30.000 enam pak Lynx deodoran dan awasi mereka ketika
mereka pindah dari pabrik ke tiga toko Safeway. Sebagai
bagian dari inisiatif, perusahaan produk perawatan dan rumah
Unilever di Inggris, Lever Fabergé, memasang label RFID
pada enam bungkus deodoran Lynx di pabriknya di Leeds.
kaleng individu deodoran dibuat, mereka disegel vakum dan
label putih kecil dengan tag RFID di dalamnya ditempelkan ke
paket.
23

3.3. ICT pada PT. Unilever Tbk


ICT mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi
komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan
proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat
yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi
komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Teknologi
Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan
yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan
informasi antar media. Berikut penggunaan ICT Pada PT. Unilever:
3.3.1. ERP
ERP adalah singkatan dari Enterprise Resource Planning yang
dalam bahasa Indonesianya sering disebut dengan Perencanaan
Sumber Daya Perusahaan. Menurut definsi dalam kamus American
Inventory and Production Control System (APICS), yang dimaksud
dengan ERP atau Enterprise Resource Planning adalah Sistem
Informasi yang berorientasi Akuntansi untuk mengidentifikasikan dan
merencanakan sumber daya perusahaan untuk membuat, mengirim
dan memperhitungkan pesanan pelanggan. Sedangkan definisi ERP
pada wikipedia adalah Sistem Informasi yang diperuntukan bagi
perusahaan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan
dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek
operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan yang bersangkutan.
Ada juga yang mengatakan bahwa ERP adalah Sistem
perencanaan perusahaan yang berbasis aplikasi komputer terpadu
yang digunakan untuk mengelola sumber daya internal dan eksternal
perusahaan. Sumber daya perusahaan tersebut termasuk aset-aset yang
berwujud, keuangaan, material dan sumber daya manusia.
Jadi pada dasarnya, ERP (Enterprise Resource Planning)
menggabungkan beberapa fungsi manajemen ke dalam sistem yang
terintegrasi dan memfasilitasi semua arus informasi pada fungsi
manajemen tersebut. ERP ini dirancang untuk mengotomasikan
proses-proses dasar pada seluruh organisasi melalui database terpusat
dan menghilangkan kebutuhan sistem yang berbeda yang dikelola oleh
berbagai unit kerja dalam suatu organsasi.

3.3.2. CRM
CRM (Customer Relationship Management) adalah strategi
bisnis yang memadukan proses, manusia dan teknologi. Membantu
menarik prospek penjualan, mengkonfersi mereka menjadi
24

pelanggan, dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada,


pelanggan yang puas dan loyal.
Tujuan dari CRM adalah untuk mengetahui sebanyak mungkin
tentang bagaimana kebutuhan dan perilaku pelanggan, untuk
selanjutnya memberikan sebuah pelayanan yang optimal dan
mempertahankan hubungan yang sudah ada, karena kunci sukses
dari bisnis sangat tergantung seberapa jauh kita tahu tentang
pelanggan dan memenuhi kebutuhan mereka. Sulit bagi sebuah
perusahaan untuk mencapai dan mempertahankan kepemimpinan
dan profitabilitas tanpa melakukan fokus secara berkesinambungan
yang dapat dilakukan pada CRM. CRM menjangkau banyak bidang
dalam organisasi, termasuk:
a. Penjualan
b. Layanan Pelanggan
c. Pemasaran

3.3.3. MIS
Management Information System (MIS), adalah suatu aplikasi
Sistem Informasi yang menyediakan laporan informasi terpadu bagi
pihak manajemen. MIS dihasilkan dari beberapa database yang
menyimpan data dari benyak sumber, termasuk didalamanya
Transaction Processing System/TPS. MIS menyajikan informasi yang
detail, rangkuman informasi dan informasi terpilih. MIS merupakan
salah satu elemen manajemen yang dirasa penting oleh banyak
perusahaan. Tujuan dari MIS sendiri adalah:
a. Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam
perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang
diinginkan manajemen.
b. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam
perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan
berkelanjutan.
c. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
d. MIS juga dapat dibagi berdasarkan garis fungsionalitas
yang disesuaikan dengan individu, seperti contoh:
 Memberi informasi keuangan: MIS keuangan
 Memantau dan mengontrol aliran bahan, produk, dll:
MIS manufaktur
 Mendukung pengembangan produk, distribusi, dll.:
MIS pemasran
 Berkaitan dengan karyawan seperti perekrutan dan
seleksinya: MIS SDM
25

Output dari MIS antara lain:

 Scheduled report: laporan yang dibuat secara


berkala, atau pada jadwal yang telha ditetapkan,
seperti harian, mingguan, atau bulanan.
 Key-indikator report: ringkasan kegiatan kritis hari
sebelumnya
 Demand report: laporan yang dibuat untuk
memberikan informasi tertentu atas permintaan
seseorang.
 Exception report: laporan yang dibuat secara
otomatis ketika situasi mendadak (tidak biasa) atau
memerlukan tindakan manajemen
 Drill-down report: laporan yang menyediakan data
sedetail mungkin tentang suatu hal.
 Sistem Informasi Manajemen Pasokan ISIS: ISIS
adalah sistem informasi manajemen pasokan terpadu
Unilever. Ini membantu manajer pasokan lokal,
regional dan global membuat keputusan sumber
yang tepat, memungkinkan mereka untuk menyusun
dan menganalisis informasi dengan cepat dan
mudah. Sistem ini memungkinkan para manajernya
untuk bernegosiasi dengan pemasok secara
transparan dan efisien, menguntungkan kedua belah
pihak

3.3.4. Sistem Otomasi


Secara harfiah pengertian otomasi adalah teknik untuk
membuat perangkat, proses, atau sistem berjalan secara otomatis,
status pada saat dioperasikan secara otomatis, mengendalikan operasi
secara otomatis perangkat, proses, atau sistem dengan alat mekanis
atau elektronis yang menggantikan organ manusia untuk observsi,
usaha, dan pengambilan keputusan. Lawan dari otomasi adalah proses
manual. Sistem otomasi dapat didefinisikan sebagai suatu tekhnologi
yang berkaitan dengan aplikasi mekanik, elektronik dan sistem yang
berbasis komputer (komputer, PLC atau mikro). Semuanya bergabung
menjadi satu untuk memberikan fungsi terhadap manipulator
(mekanik) sehingga akan memiliki fungsi tertentu. Ide dasar otomasi:
a. Penggunaan elektrik dan/atau mekanik untuk menjalankan
mesin/alat tertentu.
b. Disertai “otak” yang mengendalikan mesin/alat tersebut.
c. Agar produktivitas meningkat dan ongkos menurun.
26

3.3.5. E-procurement
E-procurement merupakan sistem pengadaan barang atau jasa
dengan menggunakan media elektronik seperti internet atau jaringan
komputer. E-procurement diterapkan dalam proses pembelian dan
penjualan secara online supaya lebih efisien dan efektif. E-
procurement mengurangi proses-proses yang tidak diperlukan dalam
sebuah proses bisnis. Dalam prakteknya, e-procurement mengurangi
penggunaan kertas, menghemat waktu dan mengurangi penggunaan
tenaga kerja dalam prosesnya. Prinsip-prinsip dari e-procurement
adalah:
a. At the right place.
b. Delivered at the right time.
c. Are of the right quality.
d. Of the right quantity.
e. From the right source.
3.3.6. SCM
Supply Chain Management adalah pengelolaan dan
pengawasan rantai siklus, mulai dari aliran material/ barang mentah,
pembayaran, informasi dari pemasok ke produsen, ke pedagang grosir
hingga pengecer sampai konsumen.
Dalam SCM, rantai pasokan adalah jaringan fisiknya, yaitu
semua perusahaan yang berperan dalam memasok bahan baku,
memproduksi barang, hingga mengirimkannya ke pengguna akhir.
Sedangkan SCM atau manajemen rantai pasokan/ suplai adalah
sebuah cara/ metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya.
Manajemen rantai suplai melibatkan koodinasi dan integrasi
semua tujuan tadi dan juga mereka harus memastikan pembiayaan
bidang ini bisa dilakukan seminimal mungkin dengan membuat
asumsi produk ada saat dibutuhkan dan juga tidak kelebihan stok.

3.3.7. Unilever food process control system


Unilever menerapkan pengendalian atas proses produksi
makanan di setiap pabrik dengan menggunakan sistem. Sistem
tersebut akan secara otomatis menyajikan data – data terkait jumlah
stok di dalam setiap tank / tempat penyimpanan setiap hari nya.

3.3.8. E-commerce
27

E-Commerce adalah aktivitas penyebaran, penjualan,


pembelian, pemasaran produk (barang dan jasa), dengan
memanfaatkan jaringan telekomunikasi seperti internet dan jaringan
komputer.
Arti E-commerce (Electronic Commerce) dapat juga
didefinisikan sebagai aktivitas penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi pengolahan digital dalam melakukan transaksi bisnis
untuk menciptakan, mengubah, dan mendefenisikan kembali
hubungan antara penjual dan pembeli.
Secara sederhana pengertian E-commerce dapat diartikan
sebagai aktivitas transaksi jual-beli barang, servis atau transmisi dana
atau data dengan menggunakan elektronik yang terhubung dengan
internet.
Dampak teknologi digital terus berlanjut dan sekarang telah
menjadi faktor utama menentukan kesuksesan dalam segala hal mulai
dari manufaktur untuk pemasaran. Industri secara cepat menyesuaikan
diri dengan konsumen yang beroperasi di dunia seluler yang
terhubung, meskipun melalui media yang terfragmentasi - dari dasar
ponsel dan PC ke smartphone, tablet dan TV.
Inovasi, khususnya dalam pemasaran, adalah perhatian utama
sebagai media orang kebiasaan konsumsi berubah. Digital pemasaran
sekarang mendorong penjualan melalui semua saluran pelanggan. E-
commerce sekarang mengambil 2% dari penjualan industri, sementara
di China sudah 5%, didorong oleh pertumbuhan perusahaan seperti
Taobao dan T-Mall Alibaba. Di e-commerce AS adalah 2% dari
penjualan dan di Inggris sekitar 6%.
Mengubah kebiasaan digital mencerminkan adopsi teknologi
konsumen. Pada tahun 2000 di sana 750 juta ponsel dibandingkan
dengan 7 miliar hari ini. Pada tahun 2020 akan ada lebih dari 30 miliar
perangkat yang terhubung. Booming dalam video - bernilai lebih dari
400 jam konten video diunggah ke YouTube setiap menit - sangat
penting dalam FMCG pemasaran. Konten dibagikan melalui jaringan
media sosial dan kekuatan ini transparansi yang lebih besar dari
perusahaan.
28

REFERENSI
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-erp-enterprise-resource-planning/
https://lintasmediadanawa.com/berita/crm-customer-relationship-management-
adalah/
https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/our-vision/
https://www.unilever.com/Images/supply-chain-overview-spend-analysis_tcm244-
537232_en.pdf
https://oliviarahanamora.blogspot.com/2013/09/penerapan-konsep-enterprise-
resource.html
https://sapinsider.wispubs.com/Assets/Case-Studies/2013/July/Unilever-Goes-
Global-With-A-Transformative-SAP-HANA-Project
https://www.unilever.com/Images/strategic_report_ar15_tcm244-477387_en.pdf
https://bisnis-pengembangandiri.blogspot.com/2008/12/e-procurement-apa-itu-dan-
apa.html
https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/supply-chain-management.html
https://sinauotomasi.blogspot.com/2015/01/pengertian-otomasi-industri.html
https://berpikirsesaat.wordpress.com/2012/06/13/management-information-system-
mis/
https://www.maxmanroe.com/vid/teknologi/internet/pengertian-e-commerce.html
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/48312651?
extension=doc&ft=1583027814&lt=1583031424&user_id=400832947&uahk=QE8
D2VRYj_XMna-qXpBor8xcsyw
http://digilib.unila.ac.id/178/12/BAB%20II.pdf
https://ardianonymous.blogspot.com/2015/03/pengertian-dan-fungsi-itc.html

Anda mungkin juga menyukai