Anda di halaman 1dari 37

“DOKUMEN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

DI PT. UNILEVER INDONESIA Tbk”

Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS)


Mata Kuliah Sistem Manajemen Lingkungan
pada Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Dikerjakan Oleh :
Ekky Kurniawati Budiono (H05215004)
Nauvil Al Faurozi (H05215009)
Moh. Alfi Nur Permadi (H75215019)
Siti Azanuria (H75215025)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
hidayah-Nya, sehingga penulisan dokumen ini dengan judul “Dokumen Sistem
Manajemen Lingkungan PT. Unilever Indonesia Tbk” dapat terselesaikan dengan
baik. Dokumen ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat UAS Sistem
Manajemen Lingkungan.
Penyusun menyadari bahwa dokumen ini tidak dapat diselesaikan tanpa
bantuan pihak-pihak tertentu.Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Shinfi Wazna Auvaria, M.T. selaku dosen Mata Kuliah Sistem


Manajemen Lingkungan.
2. Serta anggota kelompok kami yang telah membantu menyelesaikan
dokumen ini.

Penulis menyadari bahwa dokumen ini masih memiliki banyak


kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan dari pembaca.

Akhir kata, semoga dokumen ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
penulis sendiri dan para pembaca dalam menambah ilmu dan wawasan mengenai
Dokumen Sistem Manajemen Lingkungan.

Surabaya, Desember 2018

Hormat Kami,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


1.1 Sejarah Perusahaan 1
1.2 Visi dan Misi Perusahaan 2
1.2.1 Visi Perusahaan.........................................................................3
1.2.2 Misi Perusahaan........................................................................3
1.3 Sistem Organisasi ................................................................................3
1.4 Lokasi dan Tata Letak...........................................................................3
1.5 Proses Produksi.....................................................................................3
BAB II KAJIAN LINGKUNGAN AWAL
2.1 Identifikasi Aspek Lingkungan............................................................6
2.2 Identifikasi Dampak Lingkungan.........................................................6
2.3 Perundangan dan Peraturan Lingkungan..............................................8
2.4 Penetapan Aspek dan Dampak Lingkungan Penting..........................13
BAB III KEBIJIKAN LINGKUNGAN
3.1 Penerapan ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk……………….
3.2 Kebijakan Lingkungan PT Unilever Indonesia Tbk…………………

BAB IV PERENCANAAN
4.1 Tujuan dan Sasaran.............................................................................32
4.2 Program Manajemen Lingkungan......................................................33
BAB V PENERAPAN DAN OPERASI
5.1 Sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab dan Kewenangan..................32
5.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kesadaran...............................................33
5.3 Komunikasi.........................................................................................32
5.3.1 Komunikasi Internal..................................................................32
5.3.2 Komunikasi Eksternal...............................................................32
5.4 Dokumentasi.......................................................................................33
5.5 Pengendalian Dokumen......................................................................33
5.6 Pengendalian Operasional..................................................................33
5.7 Kesiagaan Tindakan Darurat..............................................................33
BAB I
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1.1 Sejarah Perusahaan


PT. Unilever Indonesia, didirikan pada tanggal 5 Desember 1933
dengan nama Zeepfabrieken N. V. Lever. Pada tanggal 22 Juli 1980, nama
perusahaan berubah menjadi PT. Unilever Indonesia. Pada tanggal 30 Juni
1997, nama perusahaan berganti menjadi PT Unilever Indonesia, Tbk.
Pada tahun 1933, perusahaan mengawali usahanya di Indonesia
dengan membangun sebuah pabrik sabun kecil di Batavia (Jakarta). Kini,
setelah lebih dari 75 tahun berkiprah di Indonesia, perusahaan telah tumbuh
menjadi perusahaan besar dan terdepan untuk kategori produk Foods and Ice
Cream dan Home and Personal Care.
PT. Unilever Indonesia, Tbk. telah menjadi perusahaan besar yang
bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan
makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan
produk kosmetik. Perusahaan ini memiliki tidak kurang dari 30 merek (brand)
terkenal dan populer di Indonesia antara lain Pepsodent, Lifebuoy, Sunsilk,
Blue Band, Sariwangi, Rinso, dan Bango.
Pada tahun 2010, perusahaan telah memiliki delapan pabrik utama di
Kawasan Industri Jababeka Cikarang dan Rungkut Surabaya serta berkantor
pusat di Graha Unilever, Jakarta. Produk Unilever Indonesia dipasarkan
melalui jaringan yang melibatkan sekitar 400 distributor, 1500 pemasok dan
menjangkau ratusan ribu toko di seluruh Indonesia.
PT. Unilever Indonesia, Tbk. menjalankan nilai-nilai tanggung jawab
sosial perusahaan secara berkelanjutan seiring dengan operasi perusahaan.
Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan merupakan investasi penting
demi keberlanjutan dan pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.
Pada tanggal 27 November 2000, perusahaan membentuk Yayasan
Unilever Indonesia (YUI) sebagai perwujudan komitmen dan nilai-nilai
tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia. Melalui YUI setiap inisiatif
CSR perusahaan direncanakan, diimplementasikan dan dievaluasi agar
dampak sosial program CSR dan kontribusi perushaan bagi masyarakat dan
lingkungan menjadi lebih optimal.
Perusahaan melalui YUI berusaha untuk berkontribusi maksimal bagi
kehidupan sosial masyarakat dan kelestarian lingkungan di Indonesia melalui
empat kategori program CSR perusahaan yakni; Program Pendidikan
Kesehatan, Program Kepedulian Lingkungan, Program Pengembangan
Ekonomi Masyarakat dan Bantuan Kemanusiaan.
Kegiatan CSR perusahaan antara lain kampanye Cuci Tangan dengan
Sabun (Lifebuoy), kegiatan Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut (Pepsodent),
kegiatan Pelestarian Makanan Tradisional (Bango), kegiatan Memerangi
Kelaparan dan Perbaikan Gizi anak Indonesia (Blue Band) serta implementasi
CSR lingkungan Jakarta Green and Clean.

1.2 Visi Misi Perusahaan


Visi PT. Unilever Indonesia, Tbk. adalah Creating a Better
Future Everyday (menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari).
Perusahaan senantiasa berupaya berbagi sumberdaya untuk membuat
kehidupan yang lebih baik bagi internal perusahaan maupun masyarakat
Indonesia.
Misi perusahaan adalah meningkatkan vitalitas dalam kehidupan.
Perusahaan senantiasa berupaya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi,
kebersihan, dan perawatan tubuh sehari-hari dengan produk-produk dan
pelayanan yang membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik,
dan lebih menikmati hidup. Perusahaan juga berupaya menginspirasi
masyarakat untuk melakukan tindakan kecil setiap harinya yang bila
digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi dunia dalam mengurangi
dampak terhadap lingkungan.
Misi PT. Unilever Indonesia, Tbk. dapat diuraikan menjadi:
1. Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi
kebutuhan dan aspirasi konsumen berdasarkan hubungan yang erat
dengan konsumen.
2. Menjadi rekan utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas
3. Menghilangkan kegiatan yang tidak bernilai tambah dari segala proses
dengan menyertakan kekayaan pengetahuan dan keahlian internasional
dalam melayani masyarakat lokal.
4. Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang berkinerja tinggi
5. Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan dan memberi imbalan di
atas rata-rata karyawan dan pemegang saham
6. Mendapatkan kehormatan atas integritas yang tinggi, peduli kepada
masyarakat dan lingkungan hidup melalui perilaku korporasi yang
berstandar tinggi terhadap para stakeholders.

1.3 Sistem Organisasi


Yang dimaksud dengan struktur organisasi adalah suatu susunan dan
hubungan antar bagian dalam suatuperusahaan. Dengan adanya struktur
organisasi maka para karyawan dapat mengetahui dengan jelas tugas,
wewenang dan tanggung jawab mereka sehingga dapat terjalin kerjasama yang
efektif dan efesien untuk mencapai tujuan perusahaan.
Keterangan dibawah ini merupakantugas dari struktur organisasi
Unilever Indonesia :
1. Direktur Utama
Direktur utama bertindak sebagai pimpinan tertinggi dan mnjalankan
kegiatan usaha sehari-hari perusahaan. Adapun tugas Direktur Utama
adalah :
a. Mengarahkan dan mengevaluasi direktur yang ada dibawahnya.
b. Mengambil keputusan penting sehubungan dengan direktur yang
ada dibawahnya.
c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan.
d. Menerima setiap laporan.
2. Direktur Keuangan
Tugas-tugasnya adalah :
a. Bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama
b. Membawahi manajer keuangan dan akuntasi
c. Menerima laporan dari seluruh kegiatan
3. Direktur Teknisi dan Pengembangan
Tugas-tugasnya adalah :
a. Bertanggung jawab pada Direktur Utama
b. Menganalisis dan mengevaluasi untuk membuka lokasi
c. Bekerja sama dengan manajer
d. Mengendalikan kualitas mutu yang dihasilkan
4. General Manager Personal Produk
Tugas-tugasnya adalah :
a. Personal Dental (Pasta Gigi) Membawahi manager cabang
Pepsoden
b. Personal Hair (rambut) menbawahi manager Sunsilk, clear
5. General Manager Detergent
Tugas-tugasnya adalah :
a. Bertanggung jawab kepada Direktur Utama
b. Membawahi manager-manager pemasaran produk
c. Bekerja sama dengan manager pemasaran dalam menganalisa dan
mengambil keputusan
6. Direktur Penjualan
Tugas-tugasnya adalah :
a. Bertanggung jawab kepada Direktur Utama
b. Mengatur dan mengola produk-produk Unilever
c. Mengatur syistem distrubusi

7. Direktur Personalia
Tugas-tugasnya adalah :
a. Merekrut, menyeleksi, dan menempatkan tenaga kerja pada posisi
yang tepat
b. Menetapkan pengangkatan dan pemberhentian karyawan
Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT. Unilever Indonesia, Tbk

Dewan Komisaris
Presiden Komisaris : Louis Willem Gunning
Komisaris Independen (Ketua Komite) : Robby Djohan
Anggota Komite : Tjan Hong Tjhiang
Anggota Komite : Benny Redjo Setyono
Komisaris : Theodore Permadi rachmat
Komisaris : Kuntoro Mangkusubroto
Komisaris : Cyrillus Harinowo
Direksi
Presiden Direktur : Maurits Lalisang
Direktur Vice Chairman / Chief Financial Officer : Desmond G. Dempsey
Direktur Development dan Corporate Relations : Muhammad Saleh
Direktur Supply Chain : Mohammad Effendi
Direktur Human Resources : Josef Bataona
Direktur Ice Cream : Surya Dharma Mandala
Direktur Customer Care : Andreas Rompis
Direktur Personal Care : Deborah Herawati Sadrach
Direktur Foods : Rostinawati Leli
Direktur Home Care : May Kwah
Uraian Pekerjaan
1. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas pengurusan Direksi
dalam menjalankan perseroan, sebagaimana ditentukan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan dari waktu ke waktu, dan memberi nasehat kepada
Direksi serta melaksanakan hal-hal lain, seperti ditentukan dalam Anggaran
Dasar Perseroan.
2. Direksi
Tugas pokok Direksi adalah memimpin dan mengelola Perseroan
sesuai dengan tujuan tujuan Perseroan, yaitu: Menguasai, Memelihara dan
Mengurus kekayaan Perseroan untuk kepentingan Perseroan. Chief Financial
Officer bertanggung jawab untuk hubungan dengan investor, dengan
keterlibatan seluruh anggota Direksi.
3. Komite Audit
Peranan Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris memenuhi
tanggung jawab pengawasan berkaitan dengan integritas Laporan Keuangan
Perseroan, pengendalian internal, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan,
kinerja serta keterampilan dan independensi akuntan publik dan kinerja fungsi
audit internal.Aktivitas utama Komite Audit di tahun 2004, yaitu:
a. Mengkaji ulang laporan keuangan kuartalan dan tahunan.
b. Mengkaji ulang kebijakan dan administrasi akuntansi untuk menjamin
kesesuaian dengan hukum, peraturan dan standar yang berlaku
c. Mengkaji ulang kepatuhan terhadap regulasi, prinsip bisnis, pengendalian
resiko korporasi dan tata kelola korporasi yang baik
d. Mengkaji ulang laporan audit internal dan tindak lanjut berikutnya,
lingkup dan program audit serta anggaran dan sumber daya yang
dibutuhkan
e. Diskusi secara independen dengan akuntan publik
f. Melaporkan masalah-masalah penting kepada dewan komisaris

1.4 Lokasi dan Tata Letak


Saat ini di Surabaya PT Unilever Indonesia Tbk. beroperasi di kawasan
industri SIER Rungkut. Di lokasi ini, PT Unilever Indonesia Tbk. memiliki
dua pabrik yaitu Pabrik Personal Care yang memproduksi pasta gigi
(Pepsodent, Close Up) dan Pabrik Personal Wash yang memproduksi sabun
mandi (Lifebuoy, Lux, Citra).
Gambar 1.2 Lokasi Perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk
1.5 Proses Produksi
Berikut rantai pasokan PT. Unilever Indonesia, Tbk.

Gambar 1.3 Diagram Pasokan Bahan PT. Unilever Indonesia, Tbk

BAB II
KAJIAN LINGKUNGAN AWAL
2.1 Identifikasi Aspek Lingkungan
Berdasarkan ISO 14001 pada klausul 4.3.1 Aspek Lingkungan
mendefinisikan bahwa organisasi harus memiliki prosedur sebagai panduan
penetapan aspek lingkungan pada suatu perusahaan, mendokumentasikan dan
memelihara dokumen aspek lingkungan. Disebutkan bahwa:
“Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk:
1. Mengidentifikasi aspek lingkungan kegiatan, produk dan jasa dalam
lingkup sistem manajemen lingkungan, yang dapat dikendalikan dan yang
dapat dipengaruhi dengan memperhitungkan pembangunan yang
direncanakan atau baru; kegiatan, produk dan jasa yang baru atau yang
diubah; dan
2. Menentukan aspek yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan (yaitu aspek lingkungan penting).
Organisasi harus mendokumentasikan informasi ini dan memelihara
kemutakhirannya. Organisasi harus memastikan bahwa aspek lingkungan
penting diperhitungkan dalam penetapan, penerapan dan pemeliharaan sistem
manajemen lingkungannya.”
Dari hasil pengkajian yang telah diperoleh menunjukkan bahwa PT
Unilever Indonesia Tbk telah mempunyai dokumen penentuan aspek
lingkungan hidup yang telah ditanda tangani oleh GM Manufacturing HPC
selaku manajemen puncak. Hal ini dapat dilihat dari adanya dokumen
mengenai prosedur penetapan aspek lingkungan dengan nomor dokumen
G.31.0.02.00.00. Dokumen tersebut memiliki judul, nomor dokumen,
penanggung jawab, tanggal penerbitan dan tanggal revisi yang selalu
diperbaharui sesuai dengan perubahan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan telah berkomitmen untuk melakukan perbaikan yang terus
menerus dan berkesinambungan.
Prosedur penetapan Aspek Lingkungan Penting (ALP) juga telah
dijelaskan secara rinci, dimana penetapannya memiliki ketentuan umum,
yaitu:
1. SHE Co-ordinator mengkoordinasikan pelaksanaan pembuatan Daftar
Aspek Lingkungan, Penentuan Tingkat Dampak Lingkungan, Daftar
Penggunaan Energi & Sumber daya dan Dokumen Aspek Penting
Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh Area Committee Leader masing –
masing area.
2. Area Committee Leader menugaskan circle leader untuk melaksanakan
pembuatan Daftar Aspek Lingkungan dengan melakukan identifikasi
aspek dari setiap area dalam keadaan Normal, Abnormal dan Darurat.
3. Aspek yang diidentifikasikan dapat dikelompokkan dalam lima macam
aspek:
a. Aspek emisi ke udara (Gas, Debu dan Suara)
b. Aspek penggunaan bahan baku (Raw/ Packaging Material)
c. Aspek produk yang dihasilkan (Produk Antara/ Produk Jadi)
d. Aspek pembuangan ke saluran air (Effluent)
e. Aspek berupa Limbah (Waste) termasuk limbah berbahaya.

Gambar 2.1 Diagram penentuan aspek lingkungan penting

Aspek lingkungan penting yang dipelajari adalah emisi udara, limbah


B3, limbah cair, limbah padat.
a. Emisi Udara

b. Limbah B3
Meliputi :
1. Limbah B3 padat
2. Limbah B3 cair
c. Limbah Cair
d. Limbah Padat
Dalam kaitan ini, Unilever Indonesia membentuk environmental club
bersama para pemasok Unilever untuk bersama-sama mengurangi dampak
lingkungan yang merugikan melalui upaya-upaya produksi dan konsumsi yang
berkelanjutan (SCP). Inisiatif ini telah dimulai sejak 2012 yang merupakan ruang
bagi Unilever Indonesia dan mitra pemasok untuk bertukar pikiran dan membuat
program SCP di perusahaan masing-masing.
Mitra pemasok yang ikut serta dalam inisiatif ini adalah Dynaplast, DNPI,
dan Evonik yang mampu mengurangi intensitas pemakaian listrik, menghemat
pemakaian air, emisi gas rumah kaca, dan limbah secara konsisten. Dalam
program ini, mereka juga mengadopsi target USLP yang terkait sebagaimana yang
dicontohkan oleh Unilever Indonesia.
2.2 Identifikasi Dampak Lingkungan
2.2.1 Emisi Udara
Emisi udara yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk dengan intensitas
yang cukup tinggi akan menimbulkan emisi gas rumah kaca, ISPA pada makhluk
hidup, berkurangnya penglihatan dan gangguan lingkungan lainnya.

2.2.2 Limbah B3
Jumlah limbah B3 yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk yang cukup
tinggi akan sangat berbahaya bagi manusia seperti korosi, terbakar, kerusakan
jaringan kulit dan menimbulkan kerusakan lingkungan apabila terkena tanah dan
badan air.

2.2.3 Limbah Cair


Jumlah limbah cair yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk dengan
intensitas yang cukup tinggi akan menimbulkan pencemaran air permukaan,
gangguan ekosistem lingkungan, kekurangan oksigen bawah air, penurunan
kualitas air dan gangguan kesehatan pada manusia seperti penyakit kulit dan
pencernaan.

2.2.4 Limbah Padat


Jumlah limbah padat yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk dengan
intensitas yang cukup tinggi akan menimbulkan penumpukan sampah yang
mengurangi estetika lingkungan, gangguan kesehatan karena munculnya bakteri
dan gangguan lingkungan.

2.3 Perundangan dan Peraturan Lingkungan


Peraturan dan perundang-undangan yang di pakai:
1. Undang-Undang
a. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1999 tentang
Konsevasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya
b. Undang-undang Republik Indonesia No. 24 tahun 1992 tentang
Penataan Ruang
c. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1993 tentang
Pengolahan Lingkungan Hidup
2. Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 1993
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
b. Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999
c. Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1999
d. Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 1999
e. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
3. Keputusan Presiden
a. Kepres. No. 75 tahun 1993 tentang Koordinasi Pengolahan Tata
Ruang Nasional
b. Kepres. No. 10 tahun 2000 tentang Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan
c. Epres No. 2 tahun 2002 tenang Perubahan Atas Kepres. No. 101
tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas \, Fungsi, Kewenanga,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara
4. Keputusan Menteri
a. Kepmen. LH No. 17 tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan Kegiatan
yang Wajib Dilemgkapi dengan Analisis Megenai Dampak
Lingkungan
b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 141 MenLH
13/1994 tentang Pedoman Umum Penyusunan AMDAL.
c. Kepmen. LH No. 4 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusun
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan
Permukiman Terpadu.
d. Kepmen. LH No. KEP-42/MENLH/1/1994 tentag Pedoman Umum
Pelaksanaan Audit Lingkungan
e. Kepmen. LH No. 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan
Audit Lingkungan Hidup yang Diwajibkan.
f. Kepmen. LH No. KEP-48/MENLH/1/1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan
g. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.SE- 01/MEN/1997
5. Peraturan Menteri
a. Peraturan Meteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
No. 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup
b. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
No. 17 tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat
dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin
Lingkungan
c. Peraturan Meteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
No. 16 tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup
d. Peraturan Meteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
No. 5tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang Wajib Memiliki Analisis Dampak Lingkungan Hidup
e. Peraturan Meteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
No. 20 tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota
6. Keputusan Kepala Bapedal
a. Kep. Ka. BAPEDAL No. KEP-056/1994 tentang Pedoman
Mengenai Ukuran Dampak Penting
b. Kep. Ka. BAPEDAL No. KEP-124/12/1997 tentang Panduan
Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
c. Kep. Ka. BAPEDAL No. KEP-93A tahun 2001 tentang Perubahan
Atas Kep. Ka. BAPEDAL No. KEP-25 tahun 2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan
d. Kep. Ka. BAPEDAL No. KEP-9 thun 2000 tentang Pedoman
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
7. Keputusan Gubernur Jawa Timur
a. Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 10 tahun 2004 tentang
Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
UpayaPemantauan Lingkungan Hidup
b. Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 188/44Kpts/013/2004
tentang Tim Pengarah Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Timur
8. Keputusan Walikota Surabaya
a. Keputusan Walikota Surabaya Nomor: 188.45/47/436.1.2/2012
tentang Tim Pelaksana Program Adiwiyata Kota Surabaya
b. Keputusan Walikota Surabaya Nomor: 188.45/436.1.2/2009
tentang Tim Teknis Penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup
Kota Surabaya
c. Keputusan Walikota Surabaya Nomor: 188.45/436.1.2/2009
tentang Tim Panitia Pertimbangan Izin Gangguan di Kota Surabaya
9. ISO
a. ISO14000: SML – Pedoman umum mengenai Prinsip, SIstem dan
Teknik Pendukung (kemudian dikenal sebagai ISO 14004)
b. ISO 14001: SML – Spesifikasi dengan Pedoman Penggunaan
c. ISO 14040: Analisa Daur Hidup – Prinsip Umum dan Praktek-
praktek
d. ISO 14040-12: Pedoman untuk Audit Lingkungan Direvisi oleh
ISO 19010-12 (berlaku untuk ISO 9001 dan ISO 14001)
e. ISO 14040: Standar Analisa Daur Hidup
f. ISO 14050: Vocabulary Manajemen Lingkungan

2.4 Penetapan Aspek dan Dampak Lingkungan Penting


2.4.1 Emisi Udara
Berbagai kegiatan di dalam pabrik yang menghasilkan emisi udara dapat
dilihat pada lampiran . Nilai ambang batas yang digunakan untuk mengukur emisi
dalam ruang kerja adalah Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.SE-
01/MEN/1997 dan untuk mengukur emisi luar ruangan kerja adalah PP No.41
tahun 1999. Pengambilan sample dilakukan setiap enam bulan sekali. Hasil
pengukuran emisi udara dapat dilihat pada lampiran 5. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan alat pompa vakum midget impinger. Hasil pengukuran
emisi udara selama empat semester pada periode tahun 2012/2013 yang dilakukan
menunjukkan nilai temuan emisi yang sangat kecil dan berada dibawah nilai baku
mutu baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Parameter yang digunakan
yaitu NO2, SO2, H2S, NH3, CO dan Debu TSP.
Pelatihan intern perusahaan pengendalian sumber emisi udara dilakukan
agar karyawan dapat melakukan tindakan pencegahan bahaya ISPA pada setiap
sumber emisi. Prosedur pengukuran emisi udara dan pencegahan polusi terdapat
pada modul pengoperasian mesin dan modul pengendalian operasional.
PT Unilever Indonesia Tbk mempunyai tujuan, sasaran dan program
yaitu :
1. Unilever Sustainable Living Plan (Green House Gasses GHG), merupakan
program internasional dari seluruh pabrik Unilever di dunia untuk mengelola
dan memperbaiki kinerja lingkungan. Program GHG dilakukan untuk
mereduksi efek gas rumah kaca dan emisi udara yang dihasilkan PT Unilever
Indonesia Tbk dengan cara mengurangi konsumsi energi di dalam kantor,
mengurangi GHG dari pendingin, melakukan pemakaian kembali pada
sumber energi, dan mengurangi transportasi di dalam pabrik.
2. Pengukuran tingkat emisi. Pengukuran dilakukan pada kendaraan bermotor
yang masuk ke dalam pabrik. Tujuannya untuk memantau tingkat pencemaran
emisi udara pada lingkungan pabrik sehingga dapat dilakukan pengelolaan
kualitas udara agar tercapai tingkat baku mutunya.
Pengukuran emisi udara di dalam ruangan dan di luar ruangan kerja
berada di bawah baku mutu. Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan limbah
B3 yang dilakukan PT Unilever Indonesia Tbk sudah sepenuhnya efektif dan
sebagai bentuk perbaikan secara terus menerus, perusahaan harus
mempertahankan kinerja pengelolaan emisi udara.
2.4.2 Limbah B3
Berbagai kegiatan di dalam pabrik yang menghasilkan limbah B3 dapat
dilihat pada lampiran 2. Limbah B3 PT Unilever Indonesia Tbk dikelola sesuai
dengan PP No.18 Tahun 1999 dan PP No.85 Tahun 1999 dengan periode frekuensi
pemantauan setiap enam bulan sekali. Hasil pengukuran limbah B3 dapat dilihat
pada lampiran .
Pelatihan intern perusahaan mengenai limbah B3 dan sampah dilakukan
agar karyawan dapat mengumpulkan limbah B3 sesuai dengan karakteristiknya.
Karakteristik limbah B3 ditandai dengan simbol-simbol dampak pada setiap
kegiatan dan setiap karyawan yang berhubungan dengan sumber B3 akan
melakukan perlakuan khusus sesuai dengan tata cara yang tertulis pada prosedur
ENG-HW-010.
Menurut PP No.18 Tahun 1999 dan PP No.85 Tahun 1999, bahwa prosedur
yang dilakukan bila suatu badan usaha penghasil limbah B3 belum mampu dan
memenuhi klasifikasi sebagai pengolah limbah B3, maka harus diserahkan pada
pihak lain yang bersertifikasi oleh pemerintah sebagai pengolah limbah B3.
1. Limbah B3 Padat
Limbah B3 padat yang berasal dari kemasan bahan baku yang
mengandung B3 seperti drum plastik kemasan bahan baku dikembalikan ke
supplier. Limbah padat yang berasal dari kemasan bahan baku yang
mengandung B3 seperti jerigen plastik, plastik inner ex material beserta
sarung tangan, masker bekas, dan kain majun dikumpulkan kemudian
dilakukan pencucian di lokasi pabrik, kemudian dikerjasamakan dengan PT
Tobirus Jaya, dimana air bekas cucain dialirkan ke dalam tangki effluent
untuk selanjutnya digunakan dalam proses slurry making pada pembuatan
deterjen bubuk. Untuk drum oli bekas dikumpulkan dan digunakan sebagai
wadah oli bekas dan minyak kotor ex oil trap untuk selanjutnya dikirim ke PT
Wastec International. Sementara untuk sludge dari WWTP akan di ambil oleh
pabrik semen sebagai bahan baku..
2. Limbah B3 Cair
Limbah cair yang mengandung B3 seperti laboratorium waste
dikumpulkan lau dikerjasamakan dengan PT Wastec International. Dan untuk
produk rejected, limbah cair ex CIP digunakan kembali dalam proses slurry
making pada pembuatan deterjen bubuk dan apabila terdapat trouble akan
dikirim ke PT Wastec International.
Gambar 2.2 Denah Penyimpanan Limbah B3
PT Unilever Indonesia Tbk telah mempunyai sarana dan prasarana yang
memadai untuk menampung dan mengelola limbah B3. Perusahaan juga telah
melakukan tahapan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan peraturan pemerintah
yang berlaku serta mempunyai program pemanfaatan limbah B3 yang sangat baik.
Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh PT
Unilever Indonesia Tbk sudah sepenuhnya efektif dan sebagai bentuk perbaikan
secara terus menerus, perusahaan harus mempertahankan kinerja pengelolaan dan
pemanfaatan limbah B3. Metode pengolahan limbah B3 di antaranya bekerja sama
dengan Holcim Geocycle untuk mengolah lumpur limbah sebagai bahan bakar
alternatif di kiln semen, mengganti lampu merkuri menjadi LED, dan
memperbaiki sistem pengolah limbah untuk meminimalkan timbulan.
2.4.3 Limbah Cair
Berbagai kegiatan di dalam pabrik yang menghasilkan limbah cair dapat
dilihat pada lampiran. Limbah cair dikelola sesuai dengan Estate Regulation PT
Kawasan Industri Jababeka dan acuan baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah No.
82 Tahun 2001 dengan periode frekuensi pemantauan setiap enam bulan sekali.
Hasil pengukuran limbah cair pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dapat
dilihat pada lampiran 4. Hasil pengukuran COD dari limbah cair yang telah
dilakukan pada periode tahun 2012/2013 setiap bulannya menunjukkan adanya
penurunan drastis nilai COD pada bulan Januari sebesar 6.261,2 ppm menjadi
590,4 ppm pada bulan Desember. Hal ini dikarenakan telah dilaksanakannya
program Zero Effluent yang bertujuan memperbaiki nilai kualitas limbah cair
tersebut, meskipun nilainya masih belum konstan berada dibawah nilai baku mutu
yaitu <800 Ppm setiap bulannya. Dari hasil pengukuran pH limbah cair yang telah
dilakukan pada periode tahun 2012/2013 setiap bulannya menunjukkan nilai pH
yang selalu berada pada baku mutu yaitu dengan nilai 6 - 9.
Pelatihan dilakukan oleh BENEFITA kepada karyawan perusahaan
mengenai pengelolaan limbah cair dan manajer pengendali pencemaran air.
Pelatihan dilakukan agar karyawan dapat mengelola limbah cair sesuai dengan
standar yang berlaku sesuai dengan tata cara yang tertulis pada prosedur
ENGWWTP-010.
PT Unilever Indonesia Tbk mempunyai tujuan, sasaran dan program
yaitu :
1. Zero effluent. Limbah cair yang telah diolah di WWTP akan dipakai kembali
sebagai bahan baku proses produksi di pabrik HPC Powder sehingga tidak
ada limbah cair yang dibuang keluar pabrik menuju IPAL kawasan Jababeka
dan juga dapat meminimalisir cost production. Program ini menuntut nilai
kualitas limbah cair dengan COD <800 Ppm agar dapat dipakai kembali
sebagai bahan baku.
2. All Variant. Suatu program yang menggabungkan seluruh limbah cair dari
seluruh produk HPC liquid untuk diolah secara bersamaan sehingga dapat
meminimalisir energi, waktu, SDM, dan cost production. Limbah cair yang
dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk di kelola pada unit Waste Water
Treatment Plan di dalam pabrik. Sementara untuk limbah cair domestik dari
kegiatan MCK dialirkan ke IPAL kawasan yaitu IPAL Jababeka.
Gambar 2.3 Flowchart Waste Water Treatment Plan

2.4.4 Limbah Padat


Berbagai kegiatan di dalam pabrik yang menghasilkan limbah padat dapat
dilihat pada lampiran. Limbah padat dikelola sesuai dengan Estate Regulation PT
Kawasan Industri Jababeka dengan periode frekuensi pemantauan setiap enam
bulan sekali. Hasil pengukuran limbah padat dapat dilihat pada lampiran.
Pelatihan intern dilakukan kepada karyawan perusahaan mengenai
pengelolaan environment waste dan penghematan energi. Pelatihan dilakukan agar
karyawan dapat menentukan sampah mana yang dapat didaur ulang sehingga
dapat dilakukan penghematan sesuai dengan prosedur yang terdapat pada modul
instruksi pabrik mengenai pengelolaan sampah padat. Sementara sampah yang
tidak dapat digunakan kembali akan diangkut oleh pihak ketiga yaitu pengelola
kawasan.
PT Unilever Indonesia Tbk mempunyai tujuan, sasaran dan program
yaitu :
1. Unilever Sustainable Living Plan (Waste), merupakan program internasional
dari seluruh pabrik Unilever di dunia untuk mengelola dan memperbaiki
kinerja lingkungan. Pada program ini terdapat beberapa bagian yang dikelola,
yaitu:
2. Recycle packaging, dilakukan dengan cara menggunakan kembali bahan
packaging, menambah bahan dan isi yang dapat didaur ulang.
3. Reduce waste from manufacturing, dilakukan dengan cara mengurangi
sampah total pabrik, menghilangkan bahan PVC, tidak ada sampah yang
terbuang percuma.
4. Reducing office waste, dilakukan dengan cara menghilangkan penggunaan
kertas pada processing, mengurangi penggunaan kertas.
PT Unilever Indonesia Tbk telah mempunyai sarana dan prasarana yang
memadai untuk menampung dan mengelola limbah padat. Perusahaan juga telah
melakukan tahapan pengelolaan limbah padat sesuai dengan peraturan pemerintah
yang berlaku. Namun masih menumpuknya limbah padat di gudang penyimpanan
menunjukkan bahwa pelaksanaan program belum berjalan dengan baik.

Gambar 2.4 Foto Gudang Penyimpanan Limbah Padat dan Foto Sisa Deterjen
yang akan di Daur Ulang
BAB III
KEBIJAKAN LINGKUNGAN

3.1 Penerapan ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk


Berdasarkan ISO 14001 kebijakan lingkungan adalah keseluruhan maksud
dan arahan organisasi terkait dengan kinerja lingkungannya sebagaimana
dinyatakan secara resmi oleh manajemen puncak. Pada klausul 4.2 mendefinisikan
pembuatan kebijakan dan memastikan komitmen terhadap pelaksanaan kebijakan
yang telah dibuat suatu perusahaan. Disebutkan bahwa “Manajemen puncak harus
menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan memastikan bahwa kebijakan
dalam ruang lingkup sistem manajemen lingkungannya…”.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
manajemen puncak PT Unilever Indonesia Tbk telah berkomitmen untuk
menetapkan kebijakan lingkungan. Dapat dilihat pada Gambar 3.1. kebijakan
lingkungan PT Unilever Indonesia Tbk yang ditandatangani oleh Bapak Maulana
Wahyu Jumantara sebagai GM Manufacturing HPC. Selain itu, kebijakan
lingkungan juga telah memuat tiga komitmen fundamental pendukung kebijakan
lingkungan untuk pemenuhan persyaratan ISO 14001, yaitu pencegahan polusi,
kesesuaian dengan undang-undang yang berlaku dan perbaikan seara terus
menerus yang berkesinambungan.
Kalimat di dalam kebijakan lingkungan yang memuat komitmen
pencegahan polusi adalah “PT Unilever Indonesia Tbk mengembangkan produk
yang inovatif, yang dapat menurunkan dampak lingkungan, mengurangi limbah,
menghemat pemakaian energi dan bahan baku serta mencari peluang untuk
pemakaian ulang”
Kalimat di dalam kebijakan lingkungan yang memuat komitmen
kesesuaian dengan undang-undang yang berlaku adalah “PT Unilever Indonesia
Tbk bertekad memenuhi kebutuhan pelanggan dan konsumen dengan cara yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan, sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.”
Kalimat di dalam kebijakan lingkungan yang memuat komitmen perbaikan
secara terus menerus yang berkesinambungan adalah “PT Unilever Indonesia Tbk
bertekad memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat serta ikut dalam
membangun masa depan yang berkesinambungan (secara terus menerus), dimana
perkembangan ekonomi sejalan dengan manajemen lingkungan yang bertanggung
jawab.”
Dari hasil pemantauan lapangan dan wawancara, penyimpanan dokumen
kebijakan lingkungan telah tersimpan dengan baik di ruang dokumen.Tetapi
kebijakan lingkungan belum dipublikasikan dengan baik karena tidak ditemukan
di beberapa ruangan dan kebijakan lingkungan belum dikomunikasikan dengan
baik kepada seluruh karyawan PT Unilever Indonesia Tbk.

3.2 Kebijakan Lingkungan PT Unilever Indonesia Tbk.


Berikut kebijakan lingkungan PT Unilever Indonesia Tbk :

Gambar 3.1 Kebijakan Lingkungan PT. Unilever Indonesia Tbk


BAB IV
PERENCANAAN

4.1 Tujuan dan Sasaran


Semua aktivitas, produk dan jasa terkait di dalam ruang lingkup pabrik
selalu dianalisa aspek dan dampaknya. Dari hasil analisa tersebut kemudian
ditentukan aspek penting di setiap area. Penaatan terhadap peraturan juga menjadi
salah satu criteria aspek penting. Salah satu aspek penting dalam pengelolaan
lingkungan adalah pengelolaan sludge ex WWTP dan penggunaan energi. Aspek
penting dan ketaatan kepada peraturan legal dan terkait menjadi masukan penting
dalam penyusunan program dan target perusahaan.
4.2 Program Manajemen Lingkungan
Pabrik Rungkut memonitor 7 Target jangka panjang lingkungan meliputi 7
parameter yang harus dilaporkan secara bulanan kepada Unilever Regional
melalui system online EPR (Environmental Performance report) yang meliputi:
1. COD (kg/ton Finish Product)
2. CO2 (kg/ton Finish Product)
3. Energi (GJ/ton Finish Product)
4. Hazardous Waste (kg/ton Finish Product)
5. Non Hazardous Waste (kg/ton Finish Pro
6. SOx (kg/ton finish Product)
7. Total water (m3/ton Finish Product)
Data yang dilaporkan juga diaudit secara berkala oleh auditor independen
untuk memastikan keabsahan data tersebut. Dengan adanya monitoring regular di
semua site di Unilever, maka performance masing masing parameter dan masing
masing site di seluruh dunia dapat dipantau dan diperbandingkan (benchmark).
Dari target di atas, Pabrik Rungkut menyusun rencana program untuk
pencapaiannya. Program tersebut diturunkan kepada masing masing departemen
dan akhirnya menjadi target personal masing-masing karyawan di Pabrik Rungkut
mulai dari level senior manager, manager, assisten manager sampai dengan tim
leader. Rencana program ini dibuat pertahun dan dilengkapi dengan penenggung
jawab, rentang waktu dan parameter kesuksesannya.
4.3 Persyaratan Perundang-undangan Persyaratan Lainnya
Perusahaan harus membuat dan memelihara suatu prosedur untuk
mengidentifikasi dan mengakses persyaratan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya yang biasa diacu oleh perusahaan itu sendiri yang berlaku
untuk aspek lingkungan dalam kegiatan, produksi dan jasa.
Tujuan dari persyaratan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
yaitu :
 Menentukan bagaimana persyaratan tersebut diterapkan terhadap
aspek lingkungan.
 Memastikan bahwa persyaratan tersebut diperhitungkan dalam
menetapkan, menerapkan dan memelihara SML.
 Persyaratan perundang-undangan yang perlu diidentifikasi mencakup :
- Peraturan perundangan nasional/internasional.
- Peraturan/keputusan mentri dan turunannya.
- Peraturan daerah.
 Contoh Persyaratan-persyaratan lainnya, misalnya :
- Persetujuan-persetujuan seperti perijinan, lisensi.
- Pedoman-pedoman selain peraturan.
- Persyaratan dari asosiasi.
- Kode praktis.
- Persyaratan/ketetapan perusahaan.
Persyaratan perundang-undangan yang perlu diidentifikasi dalam
perusahaan PT. Unilever Indonesia mencakup :
- Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
- Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun 2012
Tentang Pengelolaan Baku Mutu Emisi Gas Buang .
- Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Baku Mutu Air Limbah.

BAB V
PENERAPAN DAN OPERASI

5.1 Struktur dan Sumber Daya


Sebagai unit Manufacturing di PT Unilever Indonesia Tbk., General
Manager Manufacturing bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan lingkungan
di dalam pabrik. Secara struktural, General Manager Manufacturing dibantu oleh
Manufacturing Manager dan Engineering Manager di dalam menjalankan
tugasnya.
Secara fungsional, Sustainability menjadi salah satu pillar CSHEC
(Central Safety, Health and Environment Committee) yang beranggotakan Dewan
Direksi PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tingkat perusahaan. Masing-masing
Direktur akan membawahi DSHEC (Divisional SHE Committee) yang
beranggotakan General Manager. General Manager di masing masing Factory
akan membawahi USHEC (Unit SHE Committee) yang mengkoordinasi kegiatan
SHE di Pabrik.
Komite SHE terdiri dari 7 pillar yaitu:
1. PRPS (Policy, Rules, Procedures and Standard)
2. Emergency Preparedness and Responses
3. Environment and Sustainability
4. Travel/Road Safety
5. Health and Office Safety
6. Business Partner and Contractor Safety
7. Safety beyond workplace

5.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kesadaran


Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur
untuk memastikan orang yang bekerja untuk atau atas nama organisasi memahami
tentang:
a. Pentingnya kesesuaian dengan kebijakan lingkungan dan prosedur, serta
denganpersyaratan sistem manajemen lingkungan;
b. Aspek lingkungan penting dan dampak yang nyata atau potensial terjadi yang
terkait dengan pekerjaannya dan manfaat peningkatan kinerja perorangan
terhadap lingkungan;
c. Peran dan tanggungjawab mereka dalam mencapai pemenuhan persyaratan
system manajemen lingkungan; dan
d. Akibat yang mungkin terjadi bila prosedur tidak dilaksanakan
Untuk melatih kesadaran, pengetahuan, pemahaman dan kompetensi
dapat di peroleh dengan.Program pelatihan yang terkait dengan sistem
manajemen lingkungan dapat termasuk:

a. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan bagi pegawai;


b. Merancang dan mengembangkan rencana pelatihan sesuai dengan
kebutuhan pelatihan yang telah ditetapkan;
c. Memverifikasi kesesuaian dengan persyaratan-persyaratan pelatihan
sistem manajemen lingkungan;
d. Pelatihan untuk kelompok pegawai sasaran;
e. Mendokumentasikan dan memonitor hasil pelatihan yang diterima; dan
f. Mengevalusi pelatihan yang diterima terhadap kebutuhan dan
persyaratan pelatihan yang telah ditetapkan.

PT. Unilever Indonesia memilih cara melakukan gap analysis dan


memastikan kompetensi dan skill karyawan mencukupi.

5.3 Komunikasi
Komunikasi dibagi menjadi 2 yaitu :kmunikasi internal dan kmunikasi
eksternal
5.3.1 Komunikasi Internal
Komunikasi internal penting untuk memastikan penerapan sistem
manajemen lingungan secara efektif. Metode komunikasi internal dapat mencakup
pertemuan tim kerja secara teratur, edaran berita, buletin, papan pengumuman dan
intranet.Prosedur komunikasi internal terdiri dari mekanisme informasi dari
manajemen puncak kepada karyawan dan mekanisme informasi dari karyawan
kepada manajemen puncak.
Beberapa contoh komunikasi internal tentang Sistem Manajemen
Lingkungan perusahaan ini dapat disampaikan melalui :
a. Pertemuan semua karyawan yang dilakukan setiapsebulan sekali.
b. Pertemuan staf dalam satu departemen yang dilakukan selama sebulan sekali
c. Papan pengumuman dan poster bila ada pengumuman yang akan
disampaikan.
d. Majalah mengenai kegiatan perusahaan untuk semua karyawan yang
diberikan selama sebulan sekali.
e. Milis perusahaan untuk semua karyawan untuk menyampaikan pengumuman
secara menyeluruh
Topik utama dari komunikasi internal Manajemen puncak ke karyawan
meliputi Kebijakan lingkungan, tujuan, dan target, Peran dan tanggung jawab
manajemen lingkungan, Evaluasi kinerja lingkungan perusahaan supaya sesuai
dengan tujuan dan target lingkungan, Kebijakan dan prosedur lingkungan, serta
situasi bahaya dan keadaan darurat.
5.3.2 Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal sangat penting dalam berhubungan dengan
perusahaan lain,oleh karena itu perusahaan harus bersikap proaktif. Komunikasi
eksternal PT. Unilever Indonesia Tbk meliputi komunikasi antar departemen dan
komunikasi dengan pihak luar berupa (laporan tahunan, edaran berita, website dan
pertemuan dengan masyarakat.)

5.4 Dokumentasi dan Pengendalian Dokumen


Organisasi harus membuat dan memelihara informasi dalam media cetak
atau elektronik untuk menerangkan unsur-unsur inti sistem manajemen dan
interaksinya sertamemberikan petunjuk dokumentasi yang terkait.Tujuan
dokumentasi adalah untuk menyediakan informasi penting bagi para pegawai dan
pihak-pihak berkepentinganDimana dokumen diatur agar mudah diakses dan jelas
keterbaruannya dan keberlakuannya
Proses dokumentasi dari Sistem Manajemen Lingkungan ini meliputi:
kebijakan lingkungan, tujuan dan target, penjabaran ruang lingkup Sistem
Manajemen Lingkungan, dan elemen utama beserta interaksinya dan dokumen
keefektifan Sistem Manajemen Lingkungan
5.5 Pengendalian Operasional
Dengan cara mengidentifikasi operasi-operasi kritis dan memastikan
pengelolaan terkendali dalam hal pencegahan maupun penanggulangan dampak
lingkungan

5.6 Kesiagaan Tindakan Darurat


Menjamin minimalisasi dampak akibat kondisi darurat baik dari segi
fasilitas, prosedur, kompetensi manusia dan pelatihan. Menjelaskan panduan
manual yang berisi langkah-langkah yang harus diambil saat keadaan darurat
untuk mencegah atau meminimalkan kerugian dan / atau menyebabkan dampak
lingkungan dan merupakan tanggung jawab dari Tim ERT (Emergency Response
Team / ERT).
BAB VI
PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN KOREKSI

6.1 Pemantauan dan Pengukuran


Indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya akan digunakan untuk
melakukan pemantauan kinerja SML sebagai bagian yang terkait dengan
keseluruhan proses produksi barang dan jasa. Melalui hasil pemantauan tersebut
selanjutnya dilakukan analisis mengenai efisiensi kinerja lingkungan yang telah
dilakukan dan menggali inti permasalahannya untuk mencegah timbulnya dampak
negatif terhadap lingkungan ataupun kerugian pada pihak perusahaan. Aspek
lingkungan yang menjadi indikator kinerja meliputi : emisi udara, limbah B3
padat dan cair, limbah cair, limbah padat. Dalam pemantauan dan pengukuran
aspek-aspek lingkungan, PT Unilever Indonesia Tbk mengadakan kerja sama
dengan Balai Hiperkes dan BTKL (Balai Tinggi Kesehatan Lingkungan ).
Macam-macam aspek lingkungan yang dipantau dan diukur PT Unilever
Indonesia Tbk adalah :
1. Pemantauan dan pengukuran emisi udara dalam ruang dan luar ruangan setiap
enam bulan sekali.
2. Pemantauan dan pengukuran limbah B3 setiap enam bulan sekali
3. Pemantauan dan pengukuran limbah cair dilakukan setiap bulan untuk
pengukuran internal oleh pihak IPAL, sedangkan untuk pengukuran eksternal
dilakukan setiap enam bulan sekali.
4. Pemantauan dan pengukuran limbah padat setiap enam bulan sekali.

6.2 Ketidaksesuaian Tindakan Koreksi dan Pencegahan


Apabila dalam analisa hasil pemantauan dan pengukuran di PT Unilever
Indonesia Tbk ditemukan penyimpangan, maka dilakukan tindak lanjut sesuai
dengan prosedur. Penyimpangan terhadap suatu aspek lingkungan perlu diikuti
dengan suatu tindakan perbaikan. Tindakan perbaikan suatu penyimpangan harus
memperhatikan kondisi alam dan tingkat keseriusan, sehingga dapat ditentukan
tindakan segera atau tindakan-tindakan lain untuk mencegah atau meminimalisasi
dampak yang lebih besar.
Setiap masalah yang teridentifikasi kemudian dicatat pada formulir yang
telah ditentukan. Kemudian melakukan analisa terhadap laporan penyimpangan
tersebut. Dari analisa semua laporan penyimpangan dapat diketahui
kecenderungan aspek lingkungan dan lingkup dampaknya. Kemudian ditentukan
tindak perbaikan dan atau perubahan prosedur untuk mencegah timbulnya
penyimpangan.

6.3 Evaluasi dari Tingkat Kesesuaian


PT Unilever Indonesia Tbk menetapkan prosedur untuk mengevaluasi
tingkat kesesuaian dengan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya.
Evaluasi tingkat kesesuaian di PT Unilever Indonesia Tbk dilakukan terpisah
dengan evaluasi peraturan perundangan dan dengan prosedur yang terpisah pula.

6.4 Pencatatan
Catatan lingkungan yang ada di PT Unilever Indonesia Tbk meliputi
peraturan lingkungan, aspek lingkungan penting, program pengelolaan
lingkungan, struktur dan tanggung jawab, catatan pelatihan, hasil ketidaksesuaian
dari audit dan tinjauan serta seluruh catatan yang berhubungan dengan sistem
manajemen lingkungan. Catatan tersebut disimpan dalam bentuk softfile maupun
hardfile dalam kondisi siap untuk mudah didapatkan kembali di tempat yang
memadai maupun disimpan online yang bisa langsung terhubung ke unit kerja lain
di PT Unilever Indonesia Tbk untuk mencegah kerusakan dan mencegah
hilangnya catatan.

6.5 Audit Sistem Manajemen Lingkungan


Audit terhadap penerapan sistem manajemen lingkungan di PT Unilever
Indonesia Tbk ada dua yaitu audit internal dan audit eksternal. Audit internal
sistem manajemen lingkungan biasanya dilakukan sebelum audit eksternal. Audit
eksternal sistem manajemen lingkungan dilakukan enam bulan sekali. Tujuan
diadakannya audit sistem manajemen lingkungan adalah untuk mengkaji dan
mengevaluasi kinerja penerapan sistem manajemen lingkungan. Audit internal
SML dilaksanakan oleh tim audit ISO 14001 yang ditunjuk oleh pihak
manajemen. Sedangkan audit eksternal dilakukan oleh tim audit dari luar. Hasil
dari audit dan seluruh ketidaksesuaian selama audit dicatat sebagai bukti obyektif.
Pihak manajemen akan mengkaji efektifitas dari tindakan perbaikan yang
dilakukan atas ketidaksesuaian audit antara lain; check list, laporan hasil audit
sebelumnya yang belum terseleseikan, instruksi kerja, prosedur dan dokumen
pendukung lain.
BAB VII
TINJAUAN MANAJEMEN

Tinjauan sistem manajemen lingkungan meliputi dua hal yaitu tinjauan


manajemen untuk sasaran dan tujuan lingkungan serta tinjauan untuk efektifitas
keseluruhan sistem manajemen lingkungan. Tinjauan management dilakukan
secara periodik bersama General Manufacturing Manager untuk menjamin
keberlangsungan, kesesuaian dan pelaksanaan sistem. Proses tinjauan manajemen
diharuskan dapat menjamin bahwa informasi yang dihasilkan/ terkumpul dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap sistem manajemen tersebut.
BAB VIII
PERBAIKAN BERKELANJUTAN

Perbaikan berkelanjutan selalu menjadi prioritas utama di PT Unilever


Indonesia Tbk dalam pelaksanaan sistem manajemen lingkungan. Setiap ada
penyimpangan dalam pelaksanaan sistem manajemen lingkungan maka segera
dibuat laporan dan segera dilakukan tindakan perbaikan. Hal ini dilakukan untuk
mewujudkan perbaikan yang berkelanjutan. Dengan adanya perbaikan
berkelanjutan maka segala kekurangan akan dapat ditekan sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan PT. Unilever


Indonesia Tbk Pabrik Rungkut.
Saleh, Rahmat. 2013. Kajian Efektifitas Penerapan Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk Pabrik Home
Personal Care Liquid. Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai