Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PELANGGARAN ETIKA BISNIS OLEH UBER


TECHNOLOGIES INC
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah
Hukum Bisnis

Disusun oleh :
Abi Husni 203403063
Agung Arofah Asidiqi 203403055
Raden Ferdy Irawan 203403061
Rifqi Nurulhadi Kuswara 203403091

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SILIWANGI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang diberi judul “Pelanggaran Etika Bisnis
oleh Uber Technologies Inc.” tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis.
Dalam pembuatan serta penyelesaian makalah ini tentu tidak terlepas dari
berbagai kendala yang terjadi, namun dengan usaha dan kerja keras yang tidak
sedikit makalah ini akhirnya mampu kami sajikan bagi pembaca yang benar-benar
berkeinginan mencari ilmu khususnya dibidang Hukum Bisnis yang mengenai
kasus Etika Bisnis.
Terselesaikannya makalah ini tentu tidak terlepas dari beberapa bantuan dari
berbagai pihak yang kami hormati. Oleh sebab itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang berperan dalam terselesaikannya makalah ini.
Pihak-pihak tersebut adalah:
1. Ibu Desiana., SE., M.Akun, dosen mata kuliah Hukum Bisnis yang telah
membimbing dan memberikan tugas makalah kepada kami,
2. Anggota kelompok yang memberi infomasi dalam pembuatan makalah ini,
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dukungan sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu para pembisnis di
Indonesia agar bisa dijadikan pedoman untuk melakukan usahanya, sehingga tidak
terjadi kasus seperti ini. Diluar itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun penyempurnaan isi makalah ini sangat kami harapkan dan nantikan,
agar kiranya dapat menjadi acuan untuk pembuatan makalah berikutnya. Akhir
kata kami ucapkan terimakasih.
Tasikmalaya, 8 Maret 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.3. TUJUAN PEMBAHASAN
BAB II ISI
2.1. SEJARAH UBER
2.2. BAGAIMANA KASUS TERJADI3
2.3. PASAL-PASAL YANG DILANGGAR3
2.4. BAGAIMANA PENYELESAIAN KASUSNYA4
2.5. KERUGIAN YANG DIALAMI PERUSAHAAN5
BAB III PENUTUP7
3.1. KESIMPULAN7
4.2. SARAN8
DAFTAR PUSTAKA9

iii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam menjalankan bisnisnya suatu perusahaan pasti ingin mendapatkan
profit yang besar dari penjualannya. Maka para pelaku bisnis diberi kebebasan
yang luas dalam melakukan kegiatan atau mengembangkan diri. Dengan kata lain,
pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar.
Peluang-peluang yang diberikan pemerintah telah memberi kesempatan pada
sejumlah usaha tertentu dalam menguasai pangsa pasar secara tidak wajar.
perusahaan bisnis yang baik harus memiliki etika dan tanggung jawab sosial yang
baik. Etika bisnis adalah pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara
ekonomi/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan
tujuan kegiatan bisnis. Munculnya kasus pelanggaran etika diantaranya, dalam hal
mendapatkan ide usaha, memperoleh modal, melaksanakan proses produksi,
pemasaran produk, penentuan harga, pembagian keuntungan, pembayaran pajak,
penetapan mutu, pembajakan tenaga professional, blow-up proposal proyek,
penguasaan pangsa pasar dalam satu tangan, persengkokolan, mengumumkan
propektis yang tidak benar. Biasanya faktor keuntungan menjadi pendorong
terjadinya perilaku tidak etis dalam berbisnis.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana kasus terjadi ?
2. Bagaimana perusahaan menyelesaikan kasus tersebut ?
3. Apa saja kerugian yang ditimbulkan bagi perusahaan ?
1.3. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui kasus yang terjadi
2. Untuk mengetahui perusahaan dalam menyelesaikan kasus tersebut
3. Untuk mengetahui kerugian yang ditimbulkan bagi perusahaa.

1
BAB II

ISI

2.1. Sejarah Uber

Uber didirikan pada 2009 oleh Garrett Camp, seorang programmer komputer
dan Travis Kalanick, dengan nama UberCab. Camp menemukan ide membuat
Uber, pada saat malam tahun baru, setelah ia dan teman-temannya menghabiskan
USD 800 untuk menyewa sopir pribadi, yang menurutnya mahal, ia ingin mencari
cara mengurangi biaya transportasi langsung.

Akhirnya Camp menemukan ide, yaitu sharing dengan orang lain. Camp
mengajak teman-temannya, Kalanick, Oscar Salazar dan Conrad Whelan, untuk
membuat prototype Uber. Setelah peluncuran versi beta pada tahun 2010, layanan
dan aplikasi seluler Uber resmi diluncurkan di San Francisco pada 2011, tetapi
aplikasi buatan mereka hanya untuk memesan mobil mewah hitam dan ongkosnya
mencapai 1,5 kali lipat dari taksi.

Pada tahun 2011, Camp mengubah nama UberCab menjadi Uber karena
banyak menerima protes dari operator taksi San Francisco. Lalu di tahun 2012,
Uber X diluncurkan, aplikasi yang dapat memesan taksi reguler dan pengemudi
Uber, kali ini Uber bukan hanya untuk memesan mobil mewah hitam.

Pada Agustus 2014, Uber meluncurkan Uber Eats, layanan pengiriman


makanan dan UberPOOL, layanan carpooling, di Wilayah Teluk San Francisco.
kemudian diluncurkan di kota-kota lain di seluruh dunia, China (2015), Inggris
(2015), India (2016), Singapura (2016), Australia (2018), Rusia (2018), dan
sebagainya.

Di Indonesia sendiri, Uber pertama kali meluncurkan layanannya berupa


pesan taksi online yang beroperasi di Jakarta pada bulan Agustus tahun 2014.
Pada saat itu, pembayaran tunai belum dikenal sehingga Uber menggunakan
metode pembayaran berbasis kartu kredit. Barulah pada Februari 2016, skema
pembayaran tunai mulai diperkenalkan kepada para pelanggan Uber Indonesia.

2
Tak menunggu lama, penambahan fitur berupa layanan UberMOTOR pun
diperkenalkan kepada para pengguna setia Uber. Tak sampai disitu saja, pada
Desember 2016, disepakati kerja sama layanan Uber yang kemudian dapat
dipesan melalui aplikasi LINE.

2.2. Bagaimana Kasus Terjadi

Tahun 2015 adalah tahun dimana layanan transportasi online mulai


mengembangkan sayapnya untuk menjalankan bisnisnya di Indonesia. Uber
sebagai perusahaan yang sedang giat-giatnya melakukan ekspansi, mendapatkan
penolakan dari orang yang memiliki bisnis layanan transportasi konvensional.
Mereka menolak kehadiran perusahaan yang bergerak di layanan transportasi
online dengan alasan melanggar aturan karena membuat tarif sendiri tanpa
disepakati oleh pemerintah, dan membuat kendaraan umum tanpa izin karena
menggunakan kendaraan pribadi.

Uber mengenakan biaya Rp2.100 per kilometer untuk Uber X dan Rp2.850
untuk Uber Back. Tarif tersebut jauh lebih murah daripada tarif taksi biasa seperti
Bluebird yang mengenakan tarif Rp 4.000 per kilometer. Hal itu menjadi
perhatian khusus oleh beberapa pihak karena dengan tarif harga yang tidak sesuai
dengan kesepakatan pemerintah, membuat layanan transportasi online ini sangat
diminati oleh masyarakat dan membuat angkutan konvensional karena dinilai
mahal.

2.3. Pasal-Pasal yang Dilanggar

Pihak Uber telah melanggar beberapa peraturan yang telah dibuat oleh
pemerintah. Adapun daftar pelanggaran yang telah dibuat oleh pihak Uber karena
masalah ini yaitu:

1. Pelanggaran terhadap pasal 138 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun


2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan angkutan
umum dan/atau barang hanya dilakukan dengan Kendaraan Bermotor Umum
2. Pelanggaran terhadap pasal 139 ayat (4) Undang-undang nomor 22 tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan uang menyatakan penyediaan jasa

3
angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Pelanggaran terhadap pasal 173 ayat (1) tentang angkutan Jalan menyatakan
perusahaan angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan dan/atau
barang wajib memiliki izin penyelenggaraan angkutan.
4. Pelanggaran terhadap pasal 5 ayat (2) Undang-undang nomor 25 tahun 2007
tentang penanaman modal yang menyatakan, penanaman modal asing wajib
dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain
oleh Undang-undang.
5. Pelanggaran terhadap Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90
Tahun 2000 tentang Kantor Perwakilan Perusahaan Asing dan Surat
Keputusan kepala BKPM Nomor 22 Tahun 2001 bahwa Uber Asia Limited
sebagai KPPA sesuai dengan pasal 2 Keputusan Kepala BKPM Nomor 22
Tahun 2001, KPPA tidak diperkenankan melakukan keiatan komersial,
termasuk transaksi jual beli barang dan jasa di Indonesia dengan perusahaan
atau perorangan, tidak akan ikut serta dalam bentuk apapun dalam pengelolaan
suatu perusahaan, anak perusahaan atau cabang perusahaan yang ada di
Indonesia.
6. Undang-Undang no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Kontrak antara
pengemudi dengan pihak Uber diketahui hanya tertera sebagai mitra.
Sementara Undang-Undang Ketenagakerjaan tak mencakup mengenai
hubungan hukum melakukan perkerjaan berdasarkan kemitraan.
2.4. Bagaimana Menyelesaikan Kasusnya

Pemerintah memberi solusi dengan meminta layanan transportasi berbasis


aplikasi seperti Uber untuk memenuhi persyaratan seperti angkutan umum
konvensional. Solusi Ini dinilai tepat karena menurut Anggota Komisi V DPR
Nizar Zahro saat dihubungi pada tanggal 17 Maret 2016 bahwa itu sudah sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Menurutnya, ada enam syarat yang harus dipenuhi oleh pihak

4
layanan transportasi berbasis aplikasi seperti Uber jika ingin diakui sebagai
angkutan umum, yaitu:

1. Melakukan uji KIR setiap enam bulan sekali.


2. Perusahaan layanan transportasi berbasis aplikasi harus menyiapkan asuransi
bagi penumpangnya.
3. Peursahaan layanan transportasi berbasis aplikasi harus mengikuti batas tarif
atas atau bawah yang sudah ditentukan pemerintah.
4. Kendaraan yang digunakan harus berpelat kuning layaknya angkutan umum.
5. Perusahaan layanan transportasi berbasis aplikasi harus berbadan hukum baik
berupa koperasi atau perusahaan.
6. Pajak kendaraan yang dibayarkan adalah pajak kendaraan umum yang lebih
mahal, bukan pajak kendaraan pribadi dan pengendara harus mengantongi
SIM A untuk angkutan umum.

Pihak Uber pun akhirnya menepis dengan mengatakan bahwa Uber telah
memiliki badan hukum koperasi. Berdasarkan daftar pemenuhan persyaratan izin
penyelenggaraan angkutan, Uber telah memiliki akte pendirian koperasi. Dalam
rilis yang dikeluarkan Kemenhub, setelah mendapatkan izin, perusahaan akan
memiliki kartu pengawasan, yang harus diperbarui setiap satu tahun. Untuk
memenuhi syarat pertama, yaitu izin penyelenggaraan angkutan, perusahaan harus
mempunyai sejumlah hal, yaitu paling sedikit lima kendaraan dengan bukti surat
tanda nomor kendaraan (STNK) atas nama perusahaan, memiliki tempat
penyimpanan kendaraan, menyediakan fasilitas bengkel, dan mempekerjakan
pengemudi yang memiliki surat izin mengemudi (SIM). Meskipun PM NO. 32
resmi berlaku sekitar lima bulan lagi, Uber tetap harus memenuhi seluruh
persyaratan pada karena sudah terlebih dahulu beroperasi.

2.5. Kerugian yang Dialami Perusahaan

Uber mengalami kerugian dalam jumlah fantastis. Bloomberg melaporkan


pada tanggal 28 Agustus 2016, total kerugian Uber di paruh pertama 2016
mencapai sekitar US$ 1,27 miliar atau kurang lebih setara dengan Rp 16,8 triliun.

5
Kerugian Uber pun semakin menlonjak pada periode Januari-September 2017
sebesar US$ 3,5 miliar. Nilai kerugian itu belum termasuk bunga, pajak,
depresiasi (penyusutan nilai), dan amortisasi (penyusutan secara berangsur-angsur
dari utang atau penyerapan nilai kekayaan tidak berwujud dan bersifat susut).

Kerugian lain yang dialami Uber selain dari finansial adalah mulai
menurunnya minat masyarakat untuk menggunakan aplikasi Uber dan kalah
bersaing dengan aplikasi serupa seperti Gojek, Grab, dan lain-lain.

6
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa data yang dikumpulkan, kami menyimpulkan bahwa:

1. Hukum adalah sistem berupa norma dan sanksi yang dibuat oleh manusia
dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia untuk menjaga
ketertiban, keadilan, dan mencegah terjadinya kekacauan. Kehadiran hukum
dalam masyarakat bertujuan untuk mengintegrasikan dan mengkoordinir
setiap atau kepentingan yang bertentangan satu sama lain, begitu pun dalam
bisnis.
2. Hukum bisnis adalah dari cabang ilmu hukum yang mengatur tata cara
pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang
dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang dan jasa dengan motif
keuntungan tertentu. Hukum Bisnis dijadikan pedoman bagi suatu bisnis
untuk mengenal, menghadapi, dan menyelesaikan berbagai permasalahan
hukum yang dihadapi oleh suatu perusahaan.
3. Kejadian-kejadian yang menunjukan adanya pelanggaran hukum bisnis di
Indonesia masih banyak terjadi. Salah satu kejadian yang melanggar hukum
bisnis di Indonesia adalah di Uber Industries Inc.yang bergerak di layanan
transportasi online. Dalam kasus pelanggaran hukum bisnis tersebut
ditemukan berbagai masalah mengenai perizinan angkutan umum diantaranya
adalah penggunaan kendaraan pribadi milik pengendara yang dijadikan
angkutan umum dan tidak memiliki izin untuk menyelenggaraan angkutan.
4. Terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh Uber Industries Inc.
terhadap hukum yang berlaku, diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (pasal 138 ayat 3 dan
139 ayat 4), pasal 173 ayat (1) tentang angkutan jalan, Undang-Undang
nomor 25 tahun 2007 pasal 5 ayat 2, Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 90 Tahun 2000 tentang Kantor Perwakilan Perusahaan Asing dan

7
Surat Keputusan kepala BKPM Nomor 22 Tahun 2001, dan Undang-Undang
no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
5. Terkait kasus yang menimpa Uber. Merekadinyatakan bersalah karena telah
melanggar beberapa prinsip dalam etika berbisnis dan prinsip yang dilanggar
adalah Prinsip Otonomi, Kejujuran, Keadilan, Saling Menguntungkan dan
Integritas Moral. Cara yang dilakukan oleh pihak Uber sudah pasti melanggar
hukum karena tidak melihat dampak yang ditimbulkan dari adanya
transportasi yang tanpa adanya lisensi usaha dari pemerintah yang
mengakibatkan timbulnya konflik usaha pada bidang jasa tersebut,
3.2. Saran

Saran terkait masalah ini agar tidak terjadi di kemudian hari adalah perusahaan
yang ingin meluncurkan aplikasi transportasi online patutnya melengkapi syarat-
syarat yang berlaku untuk membuat usaha dibidang transportasi ini agar tidak ada
pihak yang dirugikan apalagi pihak yang dirugikan itu adalah organisasi resmi
yang sudah berlisensi dari pemerintah. Usaha yang telah dilakukan oleh pihak
Uber Industries Inc. sebenarnya baik karena ingin memudahkan angkutan umum
secara daring namun sebaiknya usaha layanan transportasi ini harus mendapat
lisensi dari pemerintah terlebih dahulu agar semua pihak yang berkepentingan di
bidang angkutan jasa tidak ada yang merasa dirugikan dari transportasi yang
berbasis menggunakan aplikasi di smartphone ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adi, T. (2018, Januari 25). Penyebab Uber terus merugi. Diambil kembali dari
kontan.co.id: https://analisis.kontan.co.id/news/penyebab-uber-terus-
merugi?page=all
Hidayat, M. W. (2016, Agustus 28). Uber Rugi Rp 16,8 Triliun, Apa
Penyebabnya? Retrieved from liputan6.com:
https://m.liputan6.com/tekno/read/2587843/uber-rugi-rp-168-triliun-apa-
penyebabnya
Ihsanuddin. (2016, Maret 25). Solusi Pemerintah Dinilai Tepat, Uber dan Grab
Harus Patuh. Retrieved from kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2016/03/25/15520421/Solusi.Pemerinta
h.Dinilai.Tepat.Uber.dan.Grab.Harus.Patuh
Lukman, E. (2014, Desember 6). Sejarah pendirian Uber, startup teknologi
dengan ronde pendanaan terbesar di dunia. Retrieved from
techinasia.com: https://id.techinasia.com/uber-sejarah-pendirian-startup-
taksi
okezone.com. (2015, September 23). Aturan yang Diduga Dilanggar Ojek Online
& Taksi Uber. Retrieved from economy.okezone.com:
https://economy.okezone.com/read/2015/09/23/320/1219902/aturan-yang-
diduga-dilanggar-ojek-online-taksi-uber
Wanda, P. (2018, April 5). Belajar dari 'Runtuhnya' Uber di Asia Tenggara.
Retrieved from detik.com:
https://news.detik.com/kolom/d-3954778/belajar-dari-runtuhnya-uber-di-
asia-tenggara
Yudha, S. K. (2016, Maret 14). Ini Delapan Pelanggaran Uber dan Grab
Menurut Menhub. Retrieved from Republika.co.id:
https://www.republika.co.id/berita/o40p8q365/ini-delapan-pelanggaran-
emuberem-dan-emgrabem-menurut-menhub
Zaenudin, A. (2017, November 22). Pelajaran Berharga dari Kasus Pembobolan
Data Uber. Retrieved from tirto.id: https://tirto.id/pelajaran-berharga-dari-
kasus-pembobolan-data-uber-cAtq

Anda mungkin juga menyukai