Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH

PENGELOLAAN BUANGAN INDUSTRI (TKL415)


PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI DI PT INDOFOOD
CBP SUKSES MAKMUR TBK NOODLE DIVISION

Disusun Oleh :

DEBORA CHRISTINA TAMBUNAN21080116120001

TIURLAN RANIA SITOMPUL 21080116120004

SAFFANA ILIYUNA HASNA 21080116130052

HANA SYAKIRA 21080116130085

MAHENI MIRA AFIKA PUTRI 21080116130088

BIMO PRIAMBODO 21080116130090

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
I. BAHAN BAKU PRODUKSI
Produk Bahan Baku
Mi Tepung terigu, minyak nabati, tepung tapioka, garam, pewarna
Bumbu Gula garam, MSG, bubuk bawang putih, bubuk bawang bombay, bubuk
lada
Minyak Minyak nabati, bawang merah
Kecap Manis Gula bersulfit, air

II. PROSES PRODUKSI DAN KOMPONENNYA

Gambar 1. Proses Produksi Mi Instan

1. Tahap Pencampuran dan Pengadukan (Mixing) di Mesin Mixer


Tepung terigu sebanyak 10 sak (8 ton) yang berada di area screw dipompakan melalui screw
conveyor ke mesin mixer yang berada di lantai II unit produksi. Air alkali ditambahkan ke
tepung terigu agar mendapatkan warna kuning pada mi. Pengadukan dilakukan hingga
terbentuk adonan yang homogen dan memiliki tekstur elastis. Adonan yang dihasilkan
berwarna kuning muda, tidak menggumpal, dan tidak mudah pecah atau hancur. Adonan
yang baik adalah adonan yang bertekstur lembut dengan kadar air yang cukup. Proses kerja
mesin mixer ini diatur melalui sebuah panel control untuk mengetahui suhu, waktu, serta
kecepatan pengadukan.
2. Tahap Pengepresan (Pressing) di Mesin Press
Dari mesin mixer, adonan didorong sedikit demi sedikit ke mesin press dengan menggunakan
roller press yang akan menekan dan menipiskan adonan menjadi lembaran-lembaran. Dari
masing-masing roller akan keluar lembaran-lembaran dengan ketebalan yang lama-kelamaan
akan semakin tipis. Hasil output roller akan memberikan ketebalan adonan sebesar 1,0
sampai 1,2 milimeter.
3. Tahap Penyisiran (Slitting) di Mesin Slitter
Mesin slitter atau penyisir terletak tepat di ujung mesin press. Lembaran adonan yang keluar
dari roller terakhir di mesin press akan masuk ke mesin slitter atau penyisir sehingga akan
membentuk untaian mi. Untaian mi akan dibagi menjadi beberapa jalur mi, kemudian jalur
mi tersebut didistribusikan ke conveyor net steam, lalu melewati waving net, sehingga
terbentuk gelombang mi.
4. Tahap Penguapan atau Pengukusan (Steaming) di Steam Box
Jalur mi yang selalu berada di atas conveyor dilewatkan melalui steam box. Proses ini
bertujuan untuk mendapatkan mi dengan tingkat kematangan yang baik, menghasilkan mi
dengan tekstur empuk dan elastis, dan mempercepat pemasakan mi pada saat dikonsumsi
oleh konsumen. Kemudian setelah proses tersebut, suhu mi pun diturunkan (cooling).
5. Tahap Pemotongan dan Pelipatan (Cutting)
Proses selanjutnya adalah jalur mi dipotong oleh mesin pemotong dengan ukuran 10 cm x 12
cm, kemudian dilakukan pelipatan mi.
6. Tahap Penggorengan (Frying) di Fryer
Setelah dilakukan pemotongan atau pelipatan mi, proses selanjutnya adalah penggorengan
mi. Prinsip penggorengan mi adalah pengeringan mi basah dengan media minyak goreng
pada temperatur tinggi dengan tujuan membentuk mi kering yang matang, renyah, gurih,
tahan lama, dan siap kemas.
7. Tahap Pendinginan (Cooling)
Setelah mi digoreng, dilanjutkan ke mesin pendingin (cooling fan) dengan menggunakan
conveyor. Pendingin mi ini dilakukan di dalam cooling box dengan menghembuskan udara
ke arah mi. Tujuan pendinginan mi ini adalah untuk mengeringkan minyak yang tersisa ketika
penggorengan. Sehingga, mi benar-benar kering, tidak berbau, dan tahan lama. Proses
pendinginan berlangsung kurang lebih 2 (dua) menit. Temperatur ideal untuk produk akhir
adalah temperatur kamar atau berkisar 27°C.
8. Tahap Pengemasan atau Packing
Setelah mi didinginkan dan keluar dari cooling fan, mi didistribusikan oleh conveyor dan
dibawa ke mesin pembungkus. Selanjutnya, mi yang bergerak akan melewati operator yang
bertugas menyusun dan membenarkan letak mi dan memeriksa mi yang layak dibungkus.
Operator pengisi bumbu memasukkan bumbu ke setiap mi sesuai dengan rasa dan jenis mi.
Kemudian, conveyor mi berjalan menuju pembungkus di mana plastik pembungkus telah
tersedia di mesin tersebut. Mesin dilengkapi dengan sensor yang memberi tanda jika ada
bungkus yang tidak lengkap bumbunya atau terdapat mi yang bentuknya tidak layak untuk
kemudian disisihkan dari conveyor. Mesin ini juga memberi nomor pada produksi dari
masing-masing mi dan tanggal batas penggunaan yang diperbolehkan (tanggal kedaluwarsa).
Pembungkusan mi mempunyai tujuan yaitu mencegah proses oksidasi lebih lanjut dari
oksigen yang berada pada udara dan sinar matahari, memberi daya tarik sehingga lebih
mampu bersaing dengan produk-produk sejenis lainnya, memberi informasi kepada
konsumen tentang cara penggunaan, kandungan gizi, dan hak produk secara hukum.
9. Tahap Pengepakan (Cartoning)
Pada proses pengepakan, mi dikemas ke dalam karton-karton. Mie dimasukkan ke dalam
karton dengan cara manual. Kemudian karton atau kardus ditutup dengan isolasi oleh mesin
khusus, yang selanjutnya dibawa ke gudang bahan jadi untuk disimpan. Di kotak karton
dicantumkan jenis mi, isi karton, tanggal produksi, tanggal kedaluwarsa produk, kode
produk, dan nama perusahaan.

III. LIMBAH YANG DIHASILKAN DAN PENANGANANNYA


a. Limbah Non B3
1. Limbah Cair
Air limbah uang dihasilkan berasal dari proses produksi dan domestik. Dari proses
produksi limbah yang dihasilkan berupa minyak bekas penggorengan, sanitasi proses
produksi, dan servis mingguan proses produksi. Sementara limbah cair domestik dari toilet,
air wudhu, wastafel, dll. Proses pengolahan kedua jenis limbah ini tidak disatukan. Limbah
yang dihasilkan dari proses produksi akan diolah di IPAL dengan berbagai proses fisika,
kimia, dan biologi. Sementara air limbah domestik akan diolah sendiri, untuk air bekas
wudhu akan ditampung kemudian selanjutnya dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.
2. Emisi
Sumber emisi yang dihasilkan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Noodle
Divison Semarang berasal dari sumber tidak bergerak dan sumber bergerak. Dari sumber
tidak begerak, emisi dikeluarkan dari boiler dan genset. Ada 2 jenis boiler yang digunakan
yaitu boiler berbahan bakar minyak dan batubara. Untuk mengurangi emisi yang dihasilkan,
dilakukan substitusi bahan bakar boiler batu bara dengan cangkang kelapa sawit. Substitusi
ini dilakukan sejak tahun 2015 secara bertahap dan pada tahun 2017 bahan bakar batubara
telah sepenuhnya disubstitusi dengan cangkang kelapa sawit. Sementara itu sumber emisi
bergerak dihasilkan dari kendaraan angkut yaitu truck, forklift, dll. Alat pengendali emisi
yang digunakan pada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Noodle Divison Semarang
adalah wet scrubber.
Ada Pencemaran udara dihasilkan dari boiler batubara yang saat ini bahan bakarnya telah
disubstitusi dengan cangkang kelapa sawit. Ada 2 wet scrubber sesuai dengan jumlah boiler
yang digunakan. Pembakaran ini menghasilkan fly ash yang ditangkap oleh wet scrubber
dengan air sehingga fly ash akan turun dan debu yang diemisikan ke udara sudah lebih bersih.
Kondisi ruang wet scrubber dalam keadaan yang cukup baik, namun ada beberapa aspek K3
untuk mesin-mesin di ruang ini yang kurang sesuai.
3. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Noodle
Divison Semarang berasal dari limbah domestik dan ruang produksi. Limbah domestik dari
kegiatan perkantoran dan non produksi sudah dipilah menjadi organik dan anorganik. Setiap
hari ada petugas yang melakukan pengangkutan internal untuk selanjutnya dibawa ke TPA
Jatibarang. Pada limbah dari produksi sudah diterapkan reuse dan recycle. Bekas karton
pembungkus minyak dan bumbu akan dikembalikan ke produsen untuk digunakan
membungkus minyak dan bumbu kembali. Penggunaan kembali ini dilakukan sebanyak 2x.
Limbah berupa mie reject yang patah dan tidak lolos QC akan digiling kemudian dijual pada
pihak ke-3 untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Begitu pula dengan limbah etiket bekas
juga akan digiling dan dijual ke pihak ke-3 untuk dimanfaatkan sebagai tali raffia dan kantong
plastik.
Limbah mi bekas dikelola dan dimanfaatkan oleh pihak ketiga sebagai pakan
ternak.Pihak ketiga yang ingin memanfaatkan limbah mi bekas tersebut harus mengikuti
lelang yang dilakukan selama sekali dalam 6 bulan atau 1 tahun dan pihak yang
memenangkan lelang wajib mengambilnya setiap hari. Reuse limbah mi bekas telah
dilakukan 100% karena seluruh limbah mi bekas dijual ke pihak ketiga dan tidak ada
yang dibuang ke lingkungan sehingga dapat mengurangi buangan limbah padat dan
memberi tambahan keuntungan bagi perusahaan.
4. Limbah Minyak
WWTP yang dimiliki PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Noodle Division
Semarang berada di sisi depan perusahaan. Alasan perusahaan menempatkan WWTP di sisi
depan perusahaan, karena kondisi WWTP yang baik, tidak berbau, dan enak dipandang.
Kapasitas WWTP sebesar 500 m3/hari dan dijalankan selama 24 jam. Limbah cair yang
masuk ke WWTP ini berupa minyak bekas penggorengan, sanitasi proses produksi, dan
servis mingguan produksi. Proses pengolahan limbah meliputi pengolahan fisika, kimia, dan
biologi. Pengolahan yang digunakan yaitu:
a. Bak Trapping: berfungsi memisahkan padatan dan cairan, menangkap lemak dan
padatan. Selanjutnya lemak dari minyak ini akan disalurkan ke pihak ke 3 untuk
bahan biodiesel.

Gambar 2. Bak Traping


Gambar 3. Minyak yang Telah Dipisahkan dari Air Limbah
b. Bak penampung sementara: mengatur aliran air limbah yang masuk ke dalam proses
ipal selanjutnya. Bak penampungan sementara terutama difungsikan saat dilakukan
kegiatan servis mingguan proses produksi karena limbah yang dihasilkan cukup
besar.
c. Bak ekualisasi: berfungsi untuk menyeragamkan aliran sebelum masuk ke tahap
pengolahan biologi.
d. Bak UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket): pengolahan biologis anaerobic
dengan tujuan untuk menurunkan COD BOD air limbah hingga tinggal 20%-30%
dari COD BOD influent.
e. Bak Aerasi: menambahkan oksigen ke air menggunakan mesin oxygen injector yang
bertujuan unruk mendegradasi sisa polutan secara aerob sehingga terjadi penurunan
COD BOD sebesar 30%.
f. Bak sedimentasi: mengendapkan padatan biologi tersuspensi yang terikut dalam
proses aerasi.
g. Bak kontrol: berfungsi untuk mengecek apakah kondisi air limbah sudah layak untuk
kehidupan makhluk hidup, dalam hal ini digunakan ikan untuk mengecek apakah
ikan dapat hidup dalam bak ini.
h. Bak koagulasi: penambahan koagulan yaitu tawas untuk mengikat padatan terlarut
yang belum dapat terendapkan. Flok-flok yang terbentuk selanjutnya diendapkan di
bak pengendapan akhir. Endapan yang sudah terbentuk selanjutnya dipompa dan
dikembalikan ke bak ekualisasi untuk diproses kembali.
i. Klorinasi: untuk membunuh mikroba yang mungkin ada dalam air limbah dengan
menggunakan kaporit cair.
j. Filterisasi: untuk menyaring sisa-sisa endapan yang masih terikut dalam air yang
telah diklorinasi dengan menggunakan sand filter.
k. Bak penampungan akhir: untuk menampung air hasil pengolahan.

Gambar 4. Air Hasil Pengolahan di Bak Penampungan

b. Limbah B3

Limbah B3 yang dihasilkan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Noodle Divison Semarang
berasal dari kegiatan produksi dan non produksi. Kegiatan non produksi berasal dari Perkantoran,
Laboratorium, Poliklinik, operation dan maintenance. Pengelolaan Limbah B3 menjadi tanggung
jawab bagi divisi Safety, Health, Environment (SHE). Gambaran pengelolaan limbah B3 secara
singkat akan dijelaskan di bawah ini
1. Identifikasi dan Inventarisasi
a. Identifikasi
Identifikasi Limbah B3 dilakukan mengacu kepada Lampiran PP No. 101 Tahun 2014
mengenai Pengelolaan Limbah B3. Terdapat 17 jenis limbah B3 yang berasal dari Produksi,
Warehouse, Laboratorium, Poliklinik, Teknik, dan Perkantoran. Jenis limbah B3 dan sumbernya
dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 1. Jenis dan Sumber Limbah B3
No Jenis Limbah Sumber
1 Aki Bekas Warehouse
2 Bola Lampu Bekas HR (Perkantoran)
3 Botol Bekas Laboratorium
4 Limbah Cair Lab Laboratorium
5 Limbah Padat Lab Laboratorium
6 Oli Bekas Teknik
7 Tinta Markem Bekas Produksi
8 Infeksius HR (Poliklinik)
9 Baterai Bekas HR (Perkantoran)
10 Zak Bekas Tawas HR (UPL)
11 Kaleng Terkontaminasi Produksi
12 Toner Bekas HR (Perkantoran)
13 Eks Elektronika Teknik
14 Gram Teknik
15 Majun Terkontaminasi Teknik
16 Filter Olie Bekas Teknik
17 Bottom Ash Warehouse
Sumber: PT. ICBP Noodle Division Semarang, 2018

b. Inventarisasi
Inventarisasi Limbah B3 dibuat dalam logbook limbah B3 yang tersedia di TPS. Logbook
diisi secara manual setiap ada limbah B3 yang masuk. Tiap bulan logbook yang diisi manual
akan direkap dalam bentuk digital untuk selanjutnya dibuat neraca massa limbah B3.
2. Reduksi
Upaya reduksi limbah B3 yang telah dilakukan adalah:
a. Substitusi bahan bakar batubara dengan cangkang kelapa sawit
b. Recycle reagen FFA untuk mendapatkan iso propanol
c. Penggantian lampu TL dengan lampu LED
3. Pewadahan
Pewadahan limbah B3 mengacu pada Kepka Bapedal No 01 Tahun 1995 tentang Tata Cara
Teknik Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3. Pewadahan limbah B3 yang dilakukan PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Noodle Division Semarang tergantung dari jenis limbahnya.
Limbah cair oli bekas disimpan dalam wadah drum 200 L, sedangkan limbah cair laboratorium
disimpan dalam botol kaca. Limbah padat B3 berupa filter oli, kain majun, baterai bekas, limbah
padat laboratorium, infeksius, kaleng bekas, gram terkontaminasi, bola lampu, toner bekas, eks
elektronika, tinta markem bekas, dan zak bekas tawas disimpan dalam wadah kontainer plastik
yang tertutup rapat sesuai dengan jenis limbah masing-masing. Sementara limbah padat B3 yg
lain berupa aki bekas dan botol bekas laboratorium tidak dikemas. Semua limbah B3 kecuali oli
bekas diletakkan dalam rak siku 3 lapis.
4. Pelabelan dan Simbol
Pelabelan dan simbol limbah B3 mengacu pada Permen LH No 14 Tahun 2013 tentang
Simbol dan Label B3. Contoh pelabelan dan simbol Limbah B3 yang telah dilakukan PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Noodle Divison Semarang terdapat pada gambar 4.13

Gambar 4.1 Label dan Simbol pada Kemasan Limbah B3


5. Penyimpanan
Penyimpanan Limbah B3 diletakkan pada TPS Limbah B3 yang telah mendapat izin dari
BLH Kota Semarang dengan nomor 660.3/897/BI/V/2015. Berdasarkan izin tersebut waktu
penyimpanan maksimal adalah 90 hari. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Noodle Divison
Semarang memiliki 2 TPS limbah B3. TPS 1 digunakan untuk menyimpan fly ash dan bottom
ash, sedangkan TPS 2 digunakan untuk menyimpan limbah B3 selain fly ash dan bottom ash.
Berikut TPS limbah B3 ditunjukkan pada gambar 4.14 di bawah ini.

Gambar 4.2 TPS Limbah B3


6. Pengangkutan

Seluruh limbah B3 yang dihasilkan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Noodle Division
Semarang tidak diolah sendiri dan diangkut oleh pihak ke-3. Pihak ke-3 yang ditunjuk yaitu PT.
Andhika Makmur Persada. Pengangkutan limbah B3 dilakukan maksimal 3 bulan sekali sesuai
dengan batas maksimal penyimpanan limbah B3.

Anda mungkin juga menyukai