Lahir di Kediri, 17 Juni 1975. Meraih gelar Sarjana Teknik Kimia dari
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada tahun 1999.
Menyelesaikan Magister Manajemen dengan konsentrasi Manajemen
Pemasaran dari Universitas Airlangga pada tahun 2008. Menjabat
sebagai Direktur Pemasaran dan Pengembangan Usaha PT. Surabaya
Industrial Estate Rungkut (SIER) tahun 2007-2011. Diangkat menjadi
Komisaris PT Petrokimia Gresik sejak tanggal 20 April 2016 sampai
sekarang.
5. KOMISARIS (HERIYONO HARSOYO)
1.5.2. DIREKSI
1. DIREKTUR UTAMA (RAHMAD PRIBADI)
Direksi 5(*)
Grade 1 25
1.Grade II 71
Grade III 235
Grade IV 718
Grade V 657
Pelaksana 1.112
Bulanan Percobaan 71
Total 2.889
1.11. PENGHARGAAN
1.a.1. TAHUN 2017
a. Penghargaan Industri Hijau Level 5
b. Penghargaan Proper Hijau 2017 dari Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
c. BUMN Branding & Marketing Award 2017,
peringkat Bronze kategori Brand Identity.
d. Penghargaan Temu Karya Mutu & Produktivitas Nasional (TKMPN)
XXI dan International Quality & Productivity Convention (IQPC)
2017 dengan perolehan 1 Diamond, 1 Best Performance, 6 Platinum,
dan 1 Gold.
e. Penghargaan Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam Indonesian CSR Award (ICA) 2017, meraih 3 (tiga) kategori
Platinum dan 1 (satu) kategori Gold
f. Penghargaan Indonesian CSR Award (ICA) 2017 Terbaik
I, Corporate Communication Officer.
g. ICSB Indonesia Presidential Award 2017 Kategori Business
Practitioner.
h. SNI Award 2017 predikat Platinum untuk kategori Organisasi Besar
Barang Sektor Kimia.
i. LIPI Science Based Industrial Innovation Award
2017 kategori Physical Science.
j. International Business Awad 2017, Petrokimia Gresik berhasil meraih
23 penghargaan yang terdiri dari 6 Emas, 4 Perak, dan 13 Perunggu.
k. Penghargaan atas keteladanannya melunasi Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) sebelum Bulan Panutan Pelunasan PBB tahun 2017 dan
Pembayar Pajak Penerangan Jalan (PPJ) non PLN 2017 terbesar di
Kabupaten Gresik.
l. Indonesian Sustainable Development Goals Awards (ISDA) yang
dilaksanakan oleh Corporate Forum for Community
Development (CFCD).
m. Asia Pasific Stevie Award 2017 terdiri dari 30 penghargaan yang
terdiri dari 7 Gold, 10 Silver, dan 13 Bronze.
n. Bea Cukai Gresik Award 2016 untuk nominasi Importir dengan
Tingkat Kepatuhan Administrasi Terbaik dan nominasi Perusahaan
dengan Jumlah Kegiatan Impor Terbanyak,
o. Penghargaan Gubernur Jawa Timur. Atas prestasi melaksanakan
Program K3, selama periode 19 Juni 2015 - 31 Oktober 2016, dengan
28.709.412 jam kerja tanpa kecelakaan kerja (zero accident) dan
penerapan konsep 5R Manajemen Tata Graha kategori Workshop dan
Perkantoran dan masih banyak penghargaan yang lainnya.
Stripper
CO2 yang telah terserap dalam larutan Benfield akan masuk ke
dalam stripper. Di dalam stripper terjadi pelepasan CO2 dari larutan
Benfield dengan bantuan steam dengan kondisi operasi yang
berkebalikan dengan tekanan rendah 0,5-1 kg/cm2g dan
ᵒ
temperature 100-130 C (pada temperature jenuh). Reaksi pelepasan
CO2 yaitu :
2KHCO3(aq) K2CO3(aq) + H2O(g) + CO2(g)
( T = 100°C - 130°C,P = 0,5-1 kg/cm2g )
Larutan Benfield yang sudah tidak mengandung CO2 kemudian
direcycle kembali ke dalam absorber dengan laju alir recycle sebesar
1350 ton/jam sebagai semi lean solution. Komposisi gas keluaran dari
absorber ini yaitu :
25.3% N2, 73.59% H2, 0.36% CH4, 0.32% Ar, 0.06%
CO2 dan 0.3% CO. Adapun gambar Proces Flow Diagram
dari CO2 Removal dapat dilihat pada Gambar 4.3 :
2. Unit Purifikasi
Larutan urea sintesis yang diproduksi pada unit sintesa dimasukkan
ke unit purifikasi, dimana amonium karbamat dan excess amoniak
yang terkandung dalam larutan urea diuraikan dan dipisahkan
sebagai gas dari larutan urea dengan cara pemanasan dan penurunan
tekanan dalam HP decomposer dan LP decomposer. Gas dari
decomposer ini dikondensasikan dan diserap dalam masing- masing
absorber di unit recovery yaitu HP absorber, LP absorber dan washing
column. Larutan urea hasil unit purifikasi dan recovery ini memiliki
konsentrasi 70% berat selanjutnya dikirim ke unit konsentrasi.
Di dalam HP decomposer, karbamat diuraikan menjadi gas
ammonia dan CO2, dengan cara dipanaskan menggunakan steam
kondensat, untuk selanjutnya dikirim menuju unit recovery (HP
absorber EA-401). Sebelum dimasukkan ke HP decomposer, larutan
urea sintesis dipanaskan terlebih dulu hingga suhu 155 °C. HP
dekomposer beroperasi pada suhu 158 – 159 °C. Selanjutnya
tekanannya diturunkan dari 175 kg/cm2 ke 17,5 kg/cm2. Laju
dekomposisi akan meningkat seiring dengan penurunan tekanan.
Larutan urea dari HP dekomposer yang masih mengandung NH3,
CO2, dan karbamat dimurnikan lebih lanjut menggunakan LP
decomposer DA-202. Larutan yang berasal dari bottom HP
decomposer mengandung ammonia 6,9%w dan CO2 2,9%w akan
mengalir ke bagian atas LP decomposer. Proses pemurnian dilakukan
dengan penurunan tekanan dari 17,5 kg/cm2 menjadi 2,5 - 2,6 kg/cm2.
LP dekomposer beroperasi ada suhu 123 – 125°C. Gas CO2
ditambahkan untuk mempercepat proses dekomposisi karbamat. Laju
alir CO2 dijaga pada laju 150 – 160 Nm3/jam, apabila lajunya
terlalu tinggi dapat meningkatkan kadar
CO2 yang mengakibatkan urea berubah menjadi kristal
(solidification temperature). Selanjutnya larutan urea dialirkan menuju
flash separator FA-205 untuk memisahkan gas – gas yang masih
tersisa. Larutan urea diekspansi menjadi tekanan atmosfer, sehingga gas
yang terlarut akan terlepas. Gas yang terlepas kemudian dialirkan
menuju unit recovery. Larutan urea kemudian dialirkan menuju solution
tank FA-201.
3. Unit Recovery
Gas ammonia dan CO2 yang terlepas dari unit purifikasi, diambil
kembali dalam dua tingkatan absorber, yakni menggunakan HP
absorber EA-401 A/B dan LP absorber EA-402. Absorben yang
digunakan adalah kondensat proses. HP absorber EA-401A/B berfungsi
untuk mengontakkan gas CO2 dan ammonia dari HP decomposer
dengan absorben berupa larutan karbamat dari LP absorber.Aliran gas
dimasukkan dari bagian bawah, sedangkan absorben dialirkan dari
bagian atas.Kontak ini menghasilkan reaksi pembentukan karbamat dan
aqua ammonia. HP absorber beroperasi pada tekanan 17,3 kg/cm2 dan
suhu 58 – 98 °C. Panas yang dihasilkan oleh proses ini dapat
dimanfaatkan untuk memanaskan larutan urea di vacum concentrator
FA-202 B. Gas yang tidak terabsorb akan dialirkan menuju washing
column DA-451, untuk discrub menggunakan larutan karbamat dari LP
absorber. Larutan karbamat yang dihasilkan dari proses ini akan
dipompakan menuju scrubber DA-102 dan kondensor karbamat EA-
102.
LP absorber berfungsi untuk mengabsorb gas NH3 dan CO2 dari
LP decomposer menggunakan absorben dari washing column DA
451.Temperatur operasi dijaga 40 °C. Pada suhu ini akan terbentuk
padatan karbamat. Gas yang tidak terabsorb dialirkan menuju final
absorber DA-503.
Washing column DA-451 berfungsi untuk mengabsorb gas – gas
yang tidak terabsorb di EA-401 dengan menggunakan absorben dari
EA-402. Gas –gas yang tidak terabsorb kemudian dibuang ke atmosfer.
Suhu operasi bagian atas kolom sebesar 49 °C sedangkan bagian bawah
sebesar 65 °C. Adapun Proses Flow Diagram Unit Purifikasi dan
Recovery dapat dilihat pada Gambar 4.9 :
Gambar 4.9 Proces Flow Diagram unit Purifikasi dan Recovery
4. Unit Konsentrasi
Unit ini berfungsi untuk memekatkan larutan urea dari 70%
sampai dengan 99,7% dengan menggunakan penguapan dan tekanan
vacuum. Proses ini menggunakan alat vacuum concentrator FA-
202AB. Larutan urea dari FA-201 dipompakan ke dalam FA-202B.
Larutan urea divakumkan menggunakan steam ejector hingga
kevakuman 125 - 185 mmHg (kondisi desain 150 mmHg) Dengan
pemvakuman akan menurunkan titik didih air, sehingga akan
memudahkan pemisahan air dari larutan. Temperatur operasi dijaga di
atas titik didih air yaitu pada 81 °C .larutan dari FA-202 B yang
memiliki kepekatan sebesar 84%w, kemudian dimasukkan ke vacuum
contrator upper FA-202 A. Pada alat ini, air diupkan dan dipisahkan
dari larutan urea. Temperatur operasi yang digunakan yakni sebesar
133 – 134 °C.
Di bagian final separator, larutan urea akan dipekatkan hingga
mencapai konsentrasi 99,7 %. Larutan urea dipanaskan menggunakan
steam bertekanan rendah 4 kg/cm2 dan temperature 138,5 – 140 °C.
5. Unit Prilling
Pada unit ini, larutan urea berkonsentrasi 99,7% dialirkan
menuju prilling tower. Di dalam prilling tower, larutan urea dispray,
didinginkan, dan dipadatkan untuk menghasilkan urea prill. Unit ini
terdiri atas beberapa bagian yakni Head Tank FA-301, Fluidizing
Cooler FD-302, dan Dust chamber FC-302. Head tank FA-301
berfungsi untuk mengatomisasi larutan urea sebelum didinginkan.
Proses atomisasi dilakukan dengan bantuan distributor berupa
accoustic granulator, yaitu alat yang terdiri dari piringan logam
yang berlubang dan filter untuk menyaring kotoran. Rentang suhu
operasi yang digunakan adalah 139 – 140 °C. Butiran urea yang dispray
pada accoustic granulator (FJ-301A-I) membentuk tetesan–tetesan dan
akan jatuh secara perlahan dari prilling tower yang memiliki ketinggian
80 m dari atas permukaan tanah. Partikel dengan ukuran yang sesuai
akan melayang ke bawah tower untuk didinginkan. Pendinginan
menggunakan udara pendingin yang disemprotkan oleh blower dari
bagian bawah. Partikel larutan yang didinginkan akan membentuk
prill yang selanjutnya akan ditampung di bagian bawah tower.
Tetesan urea dari accoustic granulator didinginkan di fluidizing
cooler (FC-302) menggunakan udara dari blower (GB-302). Butiran
urea akan disaring menggunakan bar screen, butiran berukuran
diameter lebih besar dari 1,7 mm akan dilarutkan kembali di FA-302
dan dicampur dengan larutan pencuci dari dust chamber (FC-302).
Produk yang berwarna putih terkumpul di bawah selanjutnya
dialirkan dengan belt conveyor untuk ditambahkan bahan aditif
(pewarna dan anti-caking). Produk yang sudah jadi selanjutnya
dialirkan ke unit pengantongan. Adapun Proses Flow Diagram Unit
Konsentrasi dan Prilling dapat dilihat pada Gambar 4.10 :
Unit Demineralisasi
Unit ini mengolah soft water menjadi air bebas mineral yang
digunakan untuk air proses dan air umpan boiler. Kapasitas unit ini
adalah sebagai berikut :
- Demint Plant I (untuk ke boiler B1102) : 120 m3/jam
- Demint Plant II (untuk ke Water Heat Boiler) : 115 m3/jam
Diagram proses untuk Demint Plant dapat dilihat pada Gambar
V.5 dan V.6. Air dari tangki TK 1201 dipompa dengan pompa P
1203 ABC disaring di quartzite filter F 1202 ABCD, kemudian air
tersebut dialirkan ke cation exchanger D 1208 ABCD. Setelah itu air
tersebut dialirkan ke bagian atas degasifier D 1221 disertai dengan
menghembuskan udara dari blower C 1243 (untuk menurunkan
kadar O2 dan CO2) melalui bagian bawah degasifier. Dari bagian
bawah degasifier, air dipompakan oleh pompa P 1241 AB ke bagian
atas anion exchanger D 1209 ABCD, lalu dialirkan ke mixed bed
exchanger D 1210 ABC. Produknya sebagian besar dipakai sebagai
air umpan di TK 1102 dan sebagian lagi ditampung di TK 1206
untuk air umpan boiler B1101 dan B-1102.
a. Quartzite Filter
Alat ini berisi gravel dan pasir yang berfungsi untuk
menurunkan turbidity soft water hingga menjadi sekitar 2 NTU.
Kapasitas desain tiap vessel adalah 35 m3/jam. Namun dalam
operasi dapat ditingkatkan menjadi 65 m3/jam. Indikator kejenuhan
filter dapat dilihat dari kenaikan hilang tekan dan turbidity air.
Backwash dilakukan dengan menghembuskan udara, kemudian
mengalirkan soft water dari TK 1201 setelah itu dilakukan
pembilasan dengan soft water tersebut.
b. Cation Exchanger (D 1208 ABCD)
Alat ini berisi kation tipe C 300 yang berfungsi untuk mengikat
ion – ion positif melalui reaksi :
RH2 + 2 NaCl RNa2 + 2 HCl
RH2 + CaCO3 RCa + H2CO3
RH2 + BaCl2 RBa + 2 HCl
Resin akan jenuh setelah bekerja ± 36 jam yang ditunjukkan
dengan kenaikan konduktivitas anion, FMA (Free Mineral Acid),
kenaikan pH dan total hardness yang lebih besar dari 0. Pada resin
yang jenuh akan dilakukan regenerasi dengan menggunakan larutan
H2SO4. Reaksi yang terjadi selama regenerasi adalah :
RNa2 + H2SO4 RH2 + Na2SO4
RCa + H2SO4 RH2 + CaSO4
RBa + H2SO4 RH2 + BaSO4
Spesifikasi air yang keluar dari Cation Exchanger :
pH : ± 3
Total Hardness : 0
FMA : konstan
Prosedur regenerasi resin pada cation exchanger adalah sebagai
berikut :
1. Level discharge selama 5 menit.
2. Backwash selama 20 menit dengan menggunakan air dari
quartzite filter.
3. Level discharge selama 15 menit.
4. Regenerasi I menggunakan H2SO4 2 % volume (kemurnian 98
%) dan densitas 1,01 gr/ml selama 23 menit dengan laju alir 47
m3/jam.
5. Regenerasi II menggunakan H2SO4 4 % volume dan densitas
1,02 gr/ml selama 22 menit dengan laju alir 23 m3/jam.
6. Pencucian I menggunakan air quartzite filter dengan laju alir 23
m3/jam selama 40 menit.
7. Pencucian II menggunakan air quartzite filter dengan laju alir
27,5 m3/jam selama 2 jam.
c. Degasifier (D 1221)
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan gas CO2 yang terlarut
di dalam air yaitu dengan cara, produk air yang keluar dari cation
exchanger di – spray dari atas dan dikontakkan dengan udara
terkompresi oleh blower C 1234 dari bawah. Untuk meringankan
beban kerja dari unit degasifier, maka diberi vent untuk gas – gas
tersebut.
d. Anion Exchanger (D 1209 ABCD)
Unit ini berfungsi untuk mengikat ion – ion negatif yang
terkandung di dalam air dengan menggunakan resin anion Castel A
500 P. Reaksi – reaksi yang terjadi adalah :
R(OH)2 + H2SO4 RSO4 + 2 H2O
R(OH)2 + 2 HCl RCl2 + 2 H2O
R(OH)2 + H2CO3 RCO3 + 2 H2O
Resin akan menjadi jenuh setelah beroperasi ±40 jam dengan
indikasi adalah kadar silika lebih dari 0,1 ppm, pH air yang keluar
turun, serta konduktivitas turun drastis. Reaksi – reaksi yang terjadi
pada saat proses regenerasi adalah :
RSO4 + 2 NaOH R(OH)2 + Na2SO4
RCl2 + 2 NaOH R(OH)2 + 2 NaCl
RCO3 + 2 NaOH R(OH)2 + Na2CO3
Proses regenerasi selesai apabila kadar silika lebih kecil dari 0,1
ppm, konduktivitas maksinum 45µ S/cm, dan pH ± 9,7. Prosedur
regenerasi resin pada anion exchanger adalah sebagai berikut :
1. Level discharge selama 5 menit.
2. Backwash selama 15 menit dengan menggunakan air demin.
3. Level discharge selama 5 menit.
4. Preheating selama 15 menit dengan menggunakan air demin
yang dilewatkan pada heat exchanger hingga mencapai
temperatur 50 0C.
5. Regenerasi dengan menggunakan larutan NaOH 4 % selama 60
menit dengan laju alir 15 m3/jam.
6. Pencucian I dilakukan selama 60 menit dengan menggunakan
air jenuh demin dengan laju alir 13 m3/jam.
7. Pencucian II dilakukan selama 90 menit dengan menggunakan
air jenuh demin dengan laju alir 21,5 m3/jam.
e. Mixed Bed Exchanger (D 1210 ABC)
Unit ini untuk mengikat sisa – sisa kation dan anion yang masih
terkandung di dalam air setelah melewati cation dan anion
exchanger. Tangki mixed bed exchanger berisi campuran resin
kation dan anion. Karena perbedaan berat jenis, maka resin kation
dan anion akan terpisah. Resin anion berada di lapisan atas dan resin
kation berada di lapisan bawah.
Resin pada mixed bed exchanger dapat mengalami kejenuhan
setelah beroperasi selama 3 bulan dengan indikasi konduktivitas naik
terus, kadar silika lebih besar dari 0,1 ppm, total hardness lebih besar
dari 0,1 ppm, dan pH cenderung naik terus atau turun terus (pada
batas pH kation dan anion). Spesifikasi air yang keluar dari mixed
bed exchanger adalah sebagai berikut :
pH : 5,5 – 8
Kadar silika : < 0,2 ppm
Total Hardness : 0
Proses regenerasi Mixed Bed Exchanger adalah sebagai berikut :
1. Level discharge selama 10 menit.
2. Backwash selama 20 menit dengan menggunakan air demin.
3. Level discharge selama 5 menit.
4. Regenerai resin anion dengan menggunakan larutan NaOH 4 %
selama 60 menit dengan laju alir 8,7 m3/jam.
5. Washing I dilakukan dengan menggunakan air demin selama 60
menit dengan laju alir 7,6 m3/jam.
6. Washing II dilakukan dengan menggunakan air demin selama 30
menit dengan laju alir 25 m3/jam.
7. Regenerasi resin anion dengan menggunakan larutan H2SO4 4 %
selama 55 menit dengan laju alir 6 m3/jam.
8. Level discharge selama 5 menit.
9. Pencucian I dengan menggunakan air demin selama 45 menit
dengan laju alir 6 m3/jam.
10. Pencucian II dengan menggunakan air demin selama 25 menit
dengan laju alir 25 m3/jam.
11. Level mixing resin selama 25 menit.
12. Pencucian akhir dilakukan dengan menggunakan air demin
selama 60 menit dengan laju alir 30 m3/jam.
Di servis unit pabrik amoniak terdapat unit demineralisasi air
dengan air umpan yang berasal dari steam condensate dari pabrik
amoniak dan unit demineralisasi di utilitas I. Unit demineralisasi ini
terdiri dari carbon filter, cation exchanger, dan mixed bed exchanger
(polisher). Produk unit demineralisasi ini mempunyai spesifikasi
sebagai berikut :
pH : 5,5 – 8
Total Hardness : 0
Kadar silika : < 0,02 ppm
Air ini digunakan untuk air umpan pada Waste Heat Boiler
(WHB) dan air proses di pabrik amoniak dan urea.
Urea Biologi
Flour Fisika/Kimia
Fosfat Fisika/Kimia
SO2 Scrubber/absorber
Flour Scrubber/absorber
electrostatic precipitator
Limbah cair yang berasal dari Departemen Produksi I, II, dan III
PT. Petrokimia Gresik diolah dalam satu tempat pengelolahan limbah
yaitu unit WWT (Waste Water Treatment). Sebelum masuk ke unit
WWT, limbah harus berada pada PH minimal 5. Sehingga pada masing-
masing departemen produksi, ada penyesuaian PH terlebih dahulu
sebelum dialirkan ke unit WWT ini. Dalam unit WWT ada beberapa
tahapan proses yang berlangsung, diantaranya :
1. Equalizer
Limbah yang berasal dari setiap departemen produksi di PT.
Petrokimia Gresik di tampung dalam bak equalisai dengan tujuan
untuk mengatasi masalah yang timbul akibat debit aliran yang
berubah-ubah. Setelah didapatkan debit yang relatif stabil yang
kemudian limbah cair dialirkan ke bak sedimentasi.
2. Bak sedimentasi
Bak sedimentasi merupakan tempat untuk memisahkan limbah cair
dari suspensi yang terikut didalamnya. Prosesnya lebih dikenal
dengan istilah pengendapan secara gravitasi. Pada bak sedimentasi
limbah diolah secara fisika dan biologis. Secara fikika, limbah di
sedimentasi sedangkan secara biologi limbah diolah dengan proses
aerob menggunakan lumpur aktif. Proses aerob merupakan proses
biologi dengan menggunakan oksigen. Dalam proses penguraian
secara biologi dengan lumpur aktif, limbah sebagai senyawa organik
dicampur dengan mikroorganisme sehingga limbah tersebut dapat
terurai menjadi komponen yang lebih sederhana yang tidak
berbahaya lagi bagi lingkungan. Bagian-bagian penting yang
terintegrasi dalam unit lumpur aktif yaitu :
- Sub unit bak aerasi sebagai wadah bercampur dan bereaksinya
elemen reaksi seperti mikroba, limbah sebagai senyawa organik,
dan oksigen.
- Sub unit bak pengendapan sebagai tempat pemisahaan lumpur
aktif secara gravitasi.
- Sistem pengendali lumpur untuk mengontrol besarnya debit
lumpur yang di resirkulasi dan lumpur yang di buang baru
kemudian limbah cair dialirkan ke thickener.
3. Thickener
Thickener merupakan tempat untuk mengendapkan kembali
sejumlah padatan yang belum terendapkan dalam bak sedimentasi.
Proses pengendapannya dengan cara
mengkosentrasikan/memusatkan padatan sehingga terpisah dari
cairanya. Thickening pada umumnya melibatkan proses fisika seperti
sentrifugasi.
4. Bak koagulasi
Dalam bak koagulasi terjadi proses koagulasi dan flokulasi.
Koagulan yang di tambahkan adalah kapur dan olyelectrolyte. Di
dalam bak koagulasi in juga terjadi proses netralisasi sampai pH
minimal 6 sehingga limbah aman di buang ke lingkungan.
Selanjutnya limbah cair dialirkan keselokan menuju kelaut.
Sedangakan endapananya diambil kemudian di timbun dalam tanah
sebagai landfill.
2. Limbah Gas
Untuk Limbah gas diolah langsung pada masing-masing
departemen produksi. Untuk Departemen Produksi I limbah gas yang
dihasilkan dari pabrik urea di lakukan diunit operasi prilling tower.
agar emisi gas yang dibuang ke lingkungan tidak mengandung partikel
urea terlalu banyak, maka kandungan urea dalam udara buangan
dikurangi di dalam packed bed dust recovery dan dust chamber.
Pembutiran urea di prilling tower menggunakan udara panas,
sehingga unit prilling tower menghasilkan udara buangan yang
mengandung partikel urea. Untuk mengurangi jumlah partikel urea
yang terkandung dalam udara, partikel urea ditangkap oleh packed
bed dust recovery unit, lalu disemprotkan larutan urea 20% untuk
melarutkan debu urea yang terperangkap di packed bed. Larutan urea
dari packed bed dimasukkan ke dust chamber. Dust chamber adalah
unit yang berfungsi penyedia larutan urea 20% yang di perlukan untuk
pelarutan debu urea di packed bed dust recovery unit. Untuk menjaga
konsentrasi larutan urea pada konsentrasi 20%, ke dalam dust
chamber ditambahkan air sebagai make up.
Pengolahan limbah gas (keluaran rotary dryer) di pabrik ZA
menggunakan dua buah wet cyclone. Wet cyclone berfungsi untuk
mengurangi kadar ZA dalam udara panas yang berasal dari rotary
dryer. Reaksi di saturator bersifat eksotermis, sehingga menghasilkan
uap yang mengandung amonia. Uap yang terbentuk dikondensasi
sehingga dihasilkan kondensat yang digunakan kembali untuk
keperluan proses di pabrik ZA.
3. Limbah Padat
Pengolahan limbah padat di PT. Petrokimia Gresik adalah :
- Recycle dan Reuse untuk proses produksi internal.
- Treatment untuk meningkatkan value sehingga mempunyai nilai
jual.
- Ditampung sementara di disposal area.
Buangan padat berupa phosphor gypsum dapat digunakan kembali
untuk bahan baku pembuatan cement retarder, pupuk ZA, dan plester
board. CaSO4.2H2O (fosfogypsum) yang merupakan limbah dari
pabrik asam fosfat akan diolah dalam pabrik cement retarder dengan
ditambahkan kapur sehingga dihasilkan gypsum 94% yang digunakan
sebagai bahan baku pabrik semen.