Anda di halaman 1dari 9

NAMA : VIESTA L SYARIF

NIM : 03111003066
SHIFT : RABU/ 13.00
KELOMPOK : 4

PREHEATER

1. Defenisi Preheating

Preheating adalah suatu proses pemanasan awal suatu materi sebelum materi
tersebut memasuki proses di alat berikutnya yang bertujuan untuk mengurangi
konsumsi energi dan mengurangi perbedaan temperatur yang tinggi, karena
pemanasan yang berlebihan atau tidak merata dapat menyebabkan tegangan sisa yang
tinggi, distorsi, dan perubahan fisik suatu materi. Preheating bisa saja menggunakan
gas burner, oxy-gas flame, electric blancket, pemanasan induksi, atau  pemanasan di
furnace.

Sistem preheater sekarang sebagian besar menggunakan sistem perpindahan


panas co-current dimana umumnya menggunakan ducting yang panjang dan
menggunakan cyclone bertingkat. Aliran material dimasukkan pada inlet duct
cyclone paling atas kemudian secara bersamaan bertemu gas panas dari bawah.
Dengan sistem ini waktu kontak material dan gas panas lebih lama dan lebih efisien
dibandingkan dengan perpindahan panas counter-current (berlawanan arah).

2. Jenis Preheater
2.1 Air Preheater (APH)

Air Preheater (APH) merupakan peralatan bantu dalam PLTU yang berfungsi
sebagai pemanas awal udara baik udara primer (Primary air) maupun sekunder
(Secondary air), sampai ke tingkat temperatur tertentu sehingga dapat terjadi
pembakaran optimal dalam boiler. Dalam prosesnya, Air Preheater ini menggunakan
gas buang (flue gas) hasil pembakaran di boiler sebagai sumber panasnya, kemudian
mentransfer panas tersebut ke aliran udara melalui elemen pemanas berputar (rotating
heat exchanger).
NAMA : VIESTA L SYARIF
NIM : 03111003066
SHIFT : RABU/ 13.00
KELOMPOK : 4

Ada dua jenis reheater yang paling umum yaitu jenis regenerative dan
recuperatif air heater. Perbedaan adalah jenis regenerative  berupa rotor yang
berputar sedangan Recuperative : rotor tidak berputar hanya  flue gas yang mengalir.

KOMPONEN AIR PREHEATER

 Elemen Pemanas (Heating Surface)

Elemen pemanas yang berupa lempengan-lempengan plat metal yang terbagi


menjadi 2 bagian secara vertikal yaitu sisi atas Hot End layer dan sisi bawah Cold
End layer. Plat itu terpasang pada suatu poros yang di susun pada kompartemen
silindris yang terbagi secara radial yang semua bagiannya di sebut sebagai rotor.
Rotor ini berputar dalam ruangan yang memiliki sambungan duct di kedua sisinya
satu sisi di aliri gas buang, sisi lain berisi udara baik primer maupun sekunder. Saat
NAMA : VIESTA L SYARIF
NIM : 03111003066
SHIFT : RABU/ 13.00
KELOMPOK : 4

rotor diputar, setengah bagiannya memasuki saluran gas buang dan menyerap energi
panas yang terkandung di dalamnya sedangkan setengah bagian yang lain
mentransfer panas dari elemen ke udara pada sisi saluran udara sehingga
menghasilkan udara panas yang selanjutnya akan dipasok ke furnace.

 Penggerak Rotor

Rotor di gerakan oleh motor listrik yang diletakan di luar elemen pemanas.
Penggerak rotor dihubungkan pada central, dan terdapat dua motor penggerak yang
mempunyai kecepatan 1455 rpm. Dua motor tersebut dihubungkan dengan central
melalui gearbox dengan rasio tranmisi 9.110/1 yang dihubungkan oleh kopling
feksibel pada gearbox kedua. Gearbox kedua menggunakan roda gigi cacing (worm
gear) dengan dua langkah, yang pertama dengan rasio 43/4 dan yang kedua
59/4. Setelah kecepatan berkurang dengan dua gearbox, rasionya menjadi 1444.5/1,
keluaran main motor menjadi 1,07 rpm dan auxilliary menjadi 0,5 rpm.

 Seal Rotor
NAMA : VIESTA L SYARIF
NIM : 03111003066
SHIFT : RABU/ 13.00
KELOMPOK : 4

Seal (perapat) berfungsi sebagai pencegah kebocoran fluida baik udara


maupun gas buang yang melewati elemen panas pada saat operasi.Pada kondisi
normal aliran udara memilki level tekanan yang lebih tinggi dari aliran gas hal inilah
yang rawan akan kebocoran. Seal rotor dalam APH terdiri dari :

a.    Radial Seal

Seal radial terpasang sesuai dengan posisi rotor yang posisinya terhadap plate
rotor  dapat di setting dan mempunyai standar sesuai dengan desain manufaktur.
Dalam mensetting juga memperhatikan expansi rotor akibat temperature tinggi.
Radial seal berfungsi untuk mereduksi kebocoran langsung dari area udara ke gas
buang.

b.    Axial Seal

Axial seal dipasang pada sisi luar dari rotor memanjang dari sisi hot
endsampai dengan cold end. Seal bekerja sama dengan radial seal untuk
meminimalkan gap antara rotor dengan seal.

c.    Circumferential seal

Letaknya disekeliling dan pusat rotor. Fungsi utama adalah mencegah


kebocoran udara atau gas buang saat berputarnya rotor, dalam melakukan fungsi ini
di bantu axial seal.

 Bearing
NAMA : VIESTA L SYARIF
NIM : 03111003066
SHIFT : RABU/ 13.00
KELOMPOK : 4

Pada sisi bagian atas dan bawah rotor inner drum, terdapat roller guide
bearing (SKF C3172M/C4 dan auto-centered  roller thrust bearing (SKF 29480EM)
yang dipasang untuk menahan beban rotor arah horizontal dan beban axial vertical.

2.2 Suspension Preheater

Pada masa awal perkembangan industri semen, proses pembakaran hanya


berlangsung di kiln, hal ini menyebabkan beban panas kiln sangat besar yang
memberi efek buruk pada mechanical, refractory, biaya produksi, dan optimasi
proses, untuk mengurangi dampak buruk akibat  beban panas kiln yang tinggi
dibuatlah unit suspension preheater.

 Suspension preheater merupakan salah satu peralatan produksi untuk


memanaskan  rawmeal  sebelum masuk ke dalam rotary kiln. Suspension
preheater terdiri dari siklon untuk memisahkan bahan baku dari gas pembawanya,
riser duct yang lebih berfungsi sebagai tempat terjadinya pemanasan raw
meal (karena hampir 80% -90% pemanasan raw meal berlangsung di riser duct), dan
kalsiner untuk sistem-sistem dengan proses prekalsinasi yang diawali di suspension
preheater sebelum bahan umpan masuk  kedalam kiln.

 Proses Pertemuan Hot gas dan material didalam  Suspension Preheater


NAMA : VIESTA L SYARIF
NIM : 03111003066
SHIFT : RABU/ 13.00
KELOMPOK : 4

Pada unit suspension preheater perpindahan panas berlangsung efektif


tergantung pada retention time dan turbulensi. Metode perpindahan panas dapat
dibagi menjadi dua cara yaitu

1.  Transfer panas aliran searah (Co-current)

Kontak panas antara media yang dipanaskan dan media yang memanaskan
berlangsung searah.

2. Transfer panas aliran berlawanan arah (Counter current)

Kontak panas antara media yang dipanaskan dan media yang memanaskan
berlawanan arah.
NAMA : VIESTA L SYARIF
NIM : 03111003066
SHIFT : RABU/ 13.00
KELOMPOK : 4

 Perpindahan Panas di Siklon Preheater

Perpindahan panas antara gas dengan partikel bahan baku terjadi pada
masing-masing saluran gas (gas duct) dan siklon di suspension preheater (SP). Pada
saat perpindahan panas ini terjadi di dalam duct, aliran gas dengan aliran bahan baku
mempunyai arah yang sama berlangsung secara paralel karena partikel terbawa oleh
aliran gas. Tetapi jika dilihat sistem secara keseluruhan maka pada sistem SP terjadi
perpindahan panas secara berlawanan (counter-current) karena arah aliran gas ke atas
sedang arah aliran bahan baku ke bawah. Perpindahan panas antara gas dan material
terjadi pada kondisi material yang tersuspensi. Sebagian besar perpindahan panas
terjadi di gas duct, menurut literatur yaitu sekitar 80 % sedang sisanya terjadi di
siklon. Namun demikian proses ini masih tergantung pada ukuran partikel. Semakin
kecil ukuran partikel, perpindahan panas akan terjadi dalam waktu yang lebih singkat,
NAMA : VIESTA L SYARIF
NIM : 03111003066
SHIFT : RABU/ 13.00
KELOMPOK : 4

sehingga tidak menutup kemungkinan seluruh proses perpindahan panas partikel


berukuran kecil terjadi di dalam duct.

  Keuntungaan dan Kerugian Suspension Preheater dilengkapi Calciner

Penggunaan kalsiner mempunyai keuntungan sebagai berikut :

1. Diameter kiln dan thermal load-nya lebih rendah terutama untuk kiln dengan
kapasitas besar. Pada sistemsuspension preheater tanpa kalsiner, 100% bahan
bakar dibakar di kiln. Dengan kalsiner ini, dibandingkan dengan kiln yang
hanya menggunakan SP saja, maka suplai panas yang dibutuhkan di kiln
hanya 35% – 50%. Biasanya sekitar 40 % bahan bakar yang dibakar di dalam
kiln, sementara sisanya dibakar di dalam kalsiner.  Sebagai konsekuensinya
untuk suatu ukuran kiln tertentu, dengan adanya kalsiner ini, kapasitas
produksinya dapat mencapai hampir dua kali atau dua setengah kali lipat
dibanding apabila kiln tersebut dipergunakan pada sistem suspension
preheater tanpa kalsiner.

2. Di dalam kalsiner dapat digunakan bahan bakar dengan kualitas rendah karena
temperatur yang diinginkan di kalsiner relatif rendah (850 – 900  oC), sehingga
peluang pemanfaatan bahan bakar dengan harga yang lebih murah, yang
berarti dalam pengurangan ongkos produksi, dapat diperoleh.

3. Dapat mengurangi konsumsi refraktori kiln khususnya di zona pembakaran


karena thermal load-nya relatif rendah dan beban pembakaran sebagian
dialihkan ke kalsiner.

4. Emisi NOx-nya rendah karena pembakaran bahan bakarnya terjadi pada


temperatur yang relatif rendah.

5. Operasi kiln lebih stabil sehingga bisa memperpanjang umur refraktori.


NAMA : VIESTA L SYARIF
NIM : 03111003066
SHIFT : RABU/ 13.00
KELOMPOK : 4

6. Masalah senyawa yang menjalani sirkulasi (seperti alkali misalnya) relatif


lebih mudah diatasi.

 Masalah di Preheater

Preheater kiln berkontribusi dalam mengefisiensikan energi yang dibutuhkan


dalam pembuatan klinker, tetapi sistem preheater ini juga menimbulkan kendala,
salah satunya yaitu terjadi sirkulasi kandungan senyawa-senyawa volatile yang dapat
membuat masalah mampat di sistem preheater itu sendiri (clogging problem).

Hal ini terjadi karena senyawa-senyawa tersebut, sulfur dan klorin, yang dapat
berasal dari raw meal ataupun bahan bakar alternatif, menguap di zona burning kiln
dan terbawa dalam bentuk gas kembali ke preheater, karena suhu rendah maka gas-
gas tersebut kembali ke bentuk padat, bercampur dengan raw mix lalu kembali masuk
ke burning zone kiln, menguap kembali dan bersirkulasi seperti itu terus sehingga
akan meningkatkan konsentrasi senyawa-senyawa tersebut didalam sistem
pembakaran.

Pengendapan gas-gas tersebut biasanya terjadi di preheater, karena suhu di


preheater (sekitar 700oC) lebih rendah dari burning kiln zone yang rata-rata 900 –
1000oC sehingga gas-gas tersebut kembali kedalam bentuk yang tidak terlalu padat
atau sticky dan bercampur kembali dengan rawmix.  Ini menyebabkan rawmix yang
berada di preheater menjadi lebih lengket dan berpotensi menimbulkan blocking
pada saluran/duct yang dilewatinya, terutama yang berada di bottom cyclone atau
cyclone yang paling bawah.

Anda mungkin juga menyukai