Anda di halaman 1dari 16

TEKNOLOGI MINYAK NABATI

PT SMART Tbk

UNIT MARUNDA

Dosen Pembimbing :

Dr. Dwi Ardiana Setyawardhani, S.T., M.T.

Disusun oleh :

Widya Nur Ramadhani (I 0518087)

S-1 TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2020
A. Profil Perusahaan
PT SMART Tbk adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen berbasis
kelapa sawit yang terintegrasi dan terkemuka di Indonesia yang berkomitmen pada
produksi minyak sawit yang berkelanjutan. Perusahaan memulai usahanya pada tahun
1962 dengan nama PT Maskapai Perkebunan Sumcama Padang Halaban. Kemudian
pada tanggal 1991 perusahaan berubah namanya menjadi PT Sinar Mas Agro Resources
and Technology Corporation atau bisa disingkat PT SMART Corporation. Lalu pada
tahun 1999, PT SMART Corporation diubah namanya menjadi PT SMART Tbk dalam
rangka penyesuaian dengan peraturan pemerintah No. 26 tahun 1998 perihal pemakaian
nama perseroan terbatas.

Gambar 1. Logo PT. SMART Tbk

PT SMART Tbk tercatat sahamnya di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1992 dan
berkantor pusat di Jakarta. Sebagai anak perusahaan dari Golden Agri-Resources (GAR),
SMART juga mengelola kegiatan usaha di sektor oleokimia, dibawah Sinar Mas
Oleochemical, SMART Research Institute (SMARTRI), dan SMART Biotechnology
Centre sebagai bagian dari kegiatan operasionalnya.

Gambar 2. Website PT SMART Tbk

2
PT SMART Tbk juga mengoperasikan 16 pabrik kelapa sawit, 5 pabrik
pengolahan inti sawit dan 4 pabrik rafinasi di Indonesia. Selain minyak curah dan
industri, produk turunan PT SMART Tbk juga dipasarkan dengan berbagai merek seperti
Filma dan Kunci Mas. PT. SMART Tbk terbagi menjadi 2 operasional, yaitu:
1. Upstream (pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit (CPO)).
2. Downstream (pengolahan lebih lanjut dari CPO menjadi hasil produk akhir).
Untuk produk-produk downstream PT. SMART terbagi menjadi 3 (tiga) kategori
besar yaitu: Retail, Industry dan Bulk. Produk retail dikhususkan untuk konsumen
rumah tangga. Produk industri ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri mie
instan, industri kembang gula, bakeri, jaringan fast food, hotel, rumah sakit, restoran,
dsb. Produk bulk adalah tanpa merek dan ditargetkan untuk konsumsi dalam jumlah
besar. Sementara untuk operasional upstream, PT SMART Tbk mengimplementasikan
program pengembangan perkebunan secara berkesinambungan dan saat ini sedang
melakukan penanaman kembali pohon-pohon tua dan kurang produksi.
Salah satu unit operasional downstream terdapat di Marunda, tepatnya di
Marunda Center Blok D No. 1, Jl. Akses Marunda, Bekasi, Jawa Barat ini memiliki luas
sebesar 20.8 Ha. PT SMART Tbk Refinery Marunda terdiri dari beberapa bagian seperti
main office, main laboratory, process laboratory, microbiology laboratory, packaging
laboratory, refinery plant, fractionation plant, CBS Plant, marsho plant, filling plant
dan warehouse (gudang).

Gambar 3. Denah Arah Marunda Center PT SMART Tbk

3
B. Produk
PT SMART Tbk Refinery Marunda beroprasi dalam unit downstream yaitu
pengolahan crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku utama produksi minyak goreng
dan crude palm kernel oil (CPKO) sebagai bahan baku utama produksi margarine
maupun shortening. Produk utama yang dihasilkan dari CPO adalah minyak goreng
(cooking oil) yang disebut sebagai refined bleached Deodorized Olein (RBDOL) atau
olein, refined bleached deodorized stearin (RBDST) atau stearin serta produk samping
berupa palm fatty acid distillate (PFAD) yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk
produk lain. Sedangkan produk utama yang dihasilkan dari CPKO adalah refined
bleached deodorized kernel olein (RBDKOL) dan refined bleached deodorized kernel
stearin (RBDKST) yang dapat dicampurkan untuk menghasilkan produk margarin
maupun shortening. Selain itu produk lain yang diproduksi oleh PT SMART Tbk yaitu
specialty fats, frying fats, ice cream fats, butter oil substitute, dan cocoa butter substitute.
1. Minyak Sawit
PT SMART Tbk menyediakan berbagai macam produk turunan minyak
sawit, seperti minyak goreng, margarin, shortening, dan lemak khusus laurat,
baik untuk pasar industri (pabrik, jasa pembuat makanan dan roti) maupun pasar
konsumen.
2. Oleokimia
Sinar Mas Oleochemical yang dioperasikan oleh PT SMART Tbk
menghasilkan berbagai produk, seperti Asam Lemak Fraksinasi, Asam Lemak
Suling, Gliserin, dan Soap Noodles.

4
C. Bahan Baku dan Bahan Pembantu Produksi
1. CPO (Crude Palm Oil)
Minyak sawit diperoleh dari lapisan serabut/kulit buah sawit melalui
proses pengolahan minyak sawit. Pada suhu kamar minyak sawit adalah minyak
yang setengah padat.
2. Tanah Pemucat (Bleaching Earth)
Salah satu tahapan dari rangkaian proses produksi minyak goreng sawit
adalah tahapan proses bleaching (pemucatan). Proses pemucatan bertujuan untuk
menghilangkan zat warna yang tidak disukai dalam minyak dengan menggunakan
adsorben (tanah pemucat, lempung aktif atau arang aktif). Bleaching earth
(bentonit) merupakan sejenis tanah liat dengan komposisi SiO 2, Al2O3, air terikat
serta ion Ca2+, magnesium oksida dan besi oksida. Daya pemucat bleaching earth
disebabkan keberadaan ion Al3+ pada permukaan partikel penjerap sehingga dapat
mengadsorpsi zat warna (Ketaren).
3. Phosporic Acid (H3PO4)
Berfungsi pada proses pemisahan getah yang terdiri dari fosfatida,
protein, residu, karbohidrat, air resin dan mineral lainnya dalam minyak. Minyak
hasil degumming disebut DPO (Degumming Palm Oil).
4. Gas Hidrogen
Gas hidrogen digunakan pada proses hidrogenasi untuk mengubah minyak
nabati cair menjadi olesan/margarin. Proses ini menstabilkan minyak dan
mencegah basi akibat oksidasi. Gas hidrogen didatangkan dari supplier disimpan
dalam tangki portable berukuran 195 NM3. Berasal dari vendor pihak ke tiga, PT
Air liquid dan PT Samator.
5. Nikel
Di pengolahan minnyak, nikel digunakan sebagai katalis pada proses
hidrogenasi. Nikel katalis dikemas dalam drum berukuran 200 kg dan dsimpan di
gudang chemical, di pakai di proses dengan ditimbang manual. Berasal dari
vendor pihak ke tiga.
6. Citric Acid (C6H8O7)
Citric acid yang dipakai berbentuk padatan butiran yang dikemas dalam
karung berukuran 25 kg. Disimpan di gudang chemical dan dipantau proses
keluar masuk first in first out oleh operator warehouse chemical. Berasal dari
vendor pihak ke tiga.
5
D. Proses Produksi Minyak Sawit
Kapasitas produksi PT SMART Tbk unit Marunda adalah sebagai berikut :
PLANT KAPASITAS PRODUK
REFINERY 1 800 TPD RBDPO
FRAKSINASI 1 600 TPD Olein dan Stearin
REFINERY 2 1000 TPD RBDPO
FRAKSINASI 2 1000 TPD Olein dan Stearin
REFINERY 3 1000 TPD RBDPO
SCD 1 200 TPD RBDPO
HYD 1 100 TPD Hydrogenated Oil
IE PLANT 50 TPD Re-Esterified Palm Oil
SCD CBS 400 TPD RBDPKO
HYD CBS 200 TPD Hydrogenated Oil
PKO FRACT 200 TPD CPKOL dan CPKST
Margarine and
MARSHO UGS 1 6 TPH Shortening
Margarine and
MARSHO CHEMTECH 2 3 TPH Shortening
Margarine and
MARSHO UGS 2 6 TPH Shortening
Margarine and
MARSHO UGS 3 3 TPH Shortening
Tabel 1. Kapasitas produksi PT SMART Tbk unit Marunda

Untuk proses produksi minyak sawit terdapat tiga proses, yaitu :


1. Proses Refinery
2. Proses Fractionation
3. Proses Hidrogenation

1. Proses Refinery
Proses Refinery adalah proses memurnikan CPO dengan tahapan proses
preheating, degumming, bleaching dan dedorized sehingga menghasilkan kualitas
produk RBDPO yang sesuai spesifikasi.
a. Preheating
Bahan utama proses refinery adalah crude palm oil (CPO) yang
disimpan pada tangki penyimpanan CPO (storage tank). Temperatur CPO
dijaga sekitar 40-55oC. Umpan CPO dipompakan melewati strainer yang
berfungsi sebagai penyaring impurities yang terikut dalam CPO. Strainer

6
terbuat dari bahan stainless steel dengan ukuran 100 mesh. CPO
kemudian dialirkan melalui sistem pengembalian panas (heat recovery
system) yang berupa plate heat exchanger dengan heat transfer dari
RBDPO dan target temperatur 95-120oC. Jika dalam keadaan start up
umpan dilewatkan melalui plate heat exchanger dengan pemanasan
menggunakan steam yang didapat dari power plant/boiler . Dari plate
heat exchanger CPO dialirkan menuju dryer, bertujuan untuk mengurangi
kadar air dalam CPO.
b. Degumming
Proses degumming bertujuan untuk mengikat gum (getah) berupa
fosfatida dan komponen logam dengan penambahan PA (Phosphoric
Acid). Umpan yang telah dipanaskan dialirkan ke Instensive Mixer dan
ditambahkan phosphoric acid 85% dengan dosis 0.04-0.06% kemudian
dialirkan ke dinamic mixer dengan pengadukan secara intensif untuk
mempresipitasi gum (getah) pada CPO. Jika dalam keadaan start up
proses pencampuran PA menggunakan static mixer. Presipitasi gum akan
meringankan proses filtrasi dan mencegah pembentukan scale dalam
proses deodorizing. Pada kondisi tertentu proses degumming dapat
ditambahkan citric acid 25% dengan kadar 0.005-0.02% yang berfungsi
sebagai anti oksidan.
c. Bleaching
Proses bleaching atau pemucatan bertujuan untuk menghilangkan
beberapa impurities yang tidak diinginkan (logam, pigmen warna,
fosfatida) dari CPO dengan penambahan asorben BE (Bleaching Earth).
BE yang digunakan dengan dosis 0,6- 2%. Umpan dari mixer dinamic
dipompakan ke tangki bleacher dengan temperatur dalam tangki 95-
120oC untuk mendapatkan proses bleaching optimum. Dalam tangki
bleacher CPO dicampur dengan bleaching earth, dengan injeksi steam
tekanan 1-1,5 bar agar proses optimal. Slurry dialirkan ke tangki bleached
dalam keadaan vacuum untuk menarik air dari minyak dengan
menggunakan vacuum bleaching. Gum yang dihasilkan dari proses
degumming akan diadsorpsi oleh absorben BE dengan sempurna. Slurry
yang mengandung minyak dan BE dipisahkan dengan Niagara filter
untuk memisahkan minyak dari partikel-partikel BE. Slurry melewati
7
lembaran Niagara filter dan partikel BE terjebak pada lembaran filter.
Setalah itu dialirkan ke bag filter untuk dilakukan filtrasi ulang, kemudian
DBPO ditampung ke dalam filtrate receiver vessel. BE dari proses filtrasi
ini dinamakan spent earth dan di buang pada tempat pengumpulan spent
earth yard.
d. Deodorizing
Bleached Oil (BPO) yang telah difiltrasi ditampung di Receiver
Tank yang selanjutnya akan di feeding ke Falling Film HE dengan
terlebih dulu difiltrasi menggunakan Catridge filter ukuran 10 micron
untuk memastikan minyak dalam keadaan bersih. Tekanan Catridge
Filter dijaga 1,5-4,0 bar. Jika tekanan Catridge Filter dibawah atau lebih
dari tekanan operasional atau jika pemakaian sudah mencapai 2 bulan
maka dilakukan penggantian Catridge Filter. Suhu Bleached Oil berkisar
95-120oC. Aktualnya 103oC. Kemudian BPO dialirkan ke falling film heat
exchanger. Pada tahap ini dilakukan proses perpindahan panas atau dapat
disebut juga sebagai economizer.
Minyak BPO yang bersuhu 95-120oC akan dikrosing dengan
minyak RBDPO dari scrubber yang bersuhu 258-265oC. Falling film
merupakan vessel yang didesain berbentuk Shell and Tube. Dimana
minyak BPO yang akan dipanaskan dialirkan kedalam tube dan minyak
RBDPO yang akan didinginkan dialirkan dalam Shell, sehingga terjadi
perpindahan panas antara minyak BPO dan RBDPO. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk menghemat penggunaan steam dan kebutuhan air pending
BPO yang suhunya sudah meningkat kembali ditingkatkan lagi suhunya
dengan menggunakan final oil heater.
Final heating merupakan tahap pemanasan akhir sebelum minyak
BPO diumpankan ke Deodorizer. Minyak BPO yang telah dialirkan silang
di falling film heat exchanger ditransfer ke final oil heater. Disini minyak
akan dipanaskan dengan dua sumber panas. Pada pemanasan yang
pertama, minyak akan dipanaskan dengan steam 45 bar yang disuplai dari
Power Plant. Media yang digunakan sebagai alat pemindah panas adalah
coil. Suhu steam 45 bar yang digunakan sebagai pemanas berkisar 268oC.
Pemanasan minyak BPO selanjutnya adalah dengan menggunakan High
Pressure Boiler (HPB) bertekanan 55-68 bar, aktual yang digunakan 60
8
bar. Hingga suhu minyak mencapai 260-268oC, suhu aktual 263oC. Media
perpindahan panas yang digunakan juga menggunakan coil. Minyak BPO
dengan suhu sekitar 260-268oC dialirkan ke unit deodorizing. Tahapan
Proses pada Deodorizing adalah sebagai berikut:
 Proses ini adalah proses penghilangan asam lemak bebas (FFA)
dan zat-zat yang berbau yang terkandung dalam minyak DBPO
dengan jalan penguapan kompponen-komponen volatilnya.
 Minyak yang telah dipanaskan di final oil heater diumpankan ke
Presripper. Minyak DBPO dipecah menjadi titik-titik minyak
melalui celah-celah mesh Prestripper dengan tujuan untuk
memudahkan dalam penghilangan bau (keton), Peroxide Value
(PV), pemucatan warna DBPO dan menurunkan kadar Free Fatty
Acid (FFA). Kemudian minyak akan bergerak secara overflow
melewati tiap tray dari tray 6 hingga tray 1 pada stripper. Setiap
tray diinjeksikan sparging steam bertekanan 0,5-1 bar, aktualnya
0,6 bar. Pemisahan Minyak dengan FFA didasarkan titik didih
yaitu dimana titik didih FFA sekitar 1500C dan minyak sekitar
3000C sehingga dalam kondisi sistem sekitar 2680C FFA akan
menguap dan menuju ke scrubber.
 Scrubber merupakan paket kolom yang berisi isian yaitu raschig
rings yang berukuran 25-50 mm. PFAD yang menguap dilewatkan
melalui isian dan dikontakkan dengan FFA yang sudah
didinginkan dan disimpan pada PFAD tank. PFAD
dikondensasikan dengan FFA bersuhu 60-80oC PFAD yang telah
didinginkan di PHE ditransfer ke PFAD tank.
 Minyak RBDPO dialirkan ke falling film heat exchanger untuk
diturunkan suhunya dengan mengalirkan silang dengan minyak
DBPO. Suhu RBDPO akan turun menjadi sekitar 1800C.
Kemudian RBDPO yang telah turun suhunya kembali dialirkan
dan diturunkan suhunya di PHE menjadi 80-1400C. Pada PHE
tersebut pertukaran panas RBDPO dialirkan silang dengan CPO.
RBDPO dengan suhu 80- 1400C kembali didinginkan dengan PHE
dengan menggunakan air chiller dari water cooling tower

9
sehingga suhunya menjadi sekitar 700C. RBDPO dengan suhu
700C ini dialirkan ke catridge filter CCP yang berukuran 5 micron
untuk menjaga mutu RBDPO. Kemudian RBDPO setelah
dilewatkan melalui bag filter disimpan ke tank yard.

2. Proses Fractionation
Fraksinasi adalah metode fisik dengan menggunakan sifat kristalisasi dari
trigliserida untuk memisahkan campuran menjadi leleh rendah fraksi cair dan
lebur tinggi fraksi cair. Ada tiga jenis fraksinasi: fraksinasi kering, fraksinasi
deterjen, dan fraksinasi pelarut. Dua komponen yang dihasilkan dari fraksinasi
minyak kelapa sawit adalah minyak goreng (olein) dan stearin (bentuk padat).
(O’brien). Proses fraksinasi yang dilakukan pada PT SMART Tbk adalah proses
fraksinasi kering (dry fractionation). Dengan pendinginan RBDPO akan terpisah
menjadi dua fraksi yaitu fraksi padat berupa stearin dan fraksi cair berupa olein.
Untuk proses fraksinasi kering terdiri dari 2 tahap proses yaitu :
a. Kristalisasi
Proses kristalisasi yaitu proses yang dilakukan pada media
kristalizer dengan cara pemanasan RBDPO pada temperatur titik lebur
kemudian didinginkan secara perlahan hingga temperatur leleh rendah
sesuai dengan spesifikasi yang daharapkan sambil diaduk hingga
terbentuk butiran butiran kristal. Media kristalizer dilengkapi dengan coil
water yang berfungsi sebagai pendingin dan agitator yang berfungsi
sebagai pengaduk. Terdiri dari tahap proses sebagai berikut :
 Filling
RBDPO dari storage tank dipompakan ke tangki
crystallizer yang sebelumnya dinaikkan suhunya menjadi 58-700C.
Waktu yang diperlukan untuk filling adalah sekitar 21 menit.
Setelah memasuki tangki crystallizer, RBDPO mengalami proses
pendinginan yang dimulai dengan proses fast cooling.
 Fast cooling
Proses pendinginan cepat yang dilakukan pada RBDPO
yang telah homogen dengan menggunakan air cooling water.

10
Temperatur air cooling tower masuk ditetapkan maksimal 340C.
Temperatur minyak saat fast cooling adalah sekitar 70-330C.
 Crystallization
Pada proses ini, pendinginan RBDPO menggunakan
chilled water dari tangki chilled water yang pendinginan airnya
menggunakan chiller. Temperatur air chilled water diatur sebesar
6,5oC untuk mendapatkan temperatur minyak 30,8-320C. Pada
langkah ini kondisi minyak cenderung labil karena pembentukan
kristal menimbulkan panas.
 Final cooling
Proses pendinginan RBDPO sampai mencapai temperatur
tertentu sesuai dengan produk yang diinginkan. Untuk produk
bulk temperatur akhir minyak disetting 24,6oC.
 Holding
Holding bertujuan untuk mempertahankan suhu minyak
sebelum memasuki proses filtrasi.
b. Filtrasi
Setelah tahap kristalisasi, olein dan stearin yang terbentuk akan
dipisahkan dalam filter press yang terdiri dari plate-plate yang dilengkapi
dengan membran dan filter cloth. Tahapan proses dalam filtrasi adalah
sebagai berikut :
 Closing
Filter press akan menutup dengan didorong oleh pompa hidraulic.
 Filtration
RBDPO kristal akan dipompa dari crystallizer menuju
filter press untuk filtrasi, dimana parameter yang digunakan
adalah filtration pressure. Olein akan lolos melalui filter cloth
sedangkan stearin akan tertahan pada permukaan filter cloth.
Ketika loading pressure sudah mencapai 2,1 bar maka loading
akan berhenti, dan dilanjutkan dengan proses squezzing. Olein
ditampung pada tangki olein kemudian dialirkan tank yard.

11
 Squeezing
Pada tahap ini membran akan mengembang dan menekan
stearin pada permukaan filter cloth hingga tekanan 8 bar dengan
menggunakan minyak kerja sehingga stearin semakin padat dan
kandungan olein semakin sedikit pada stearin tersebut.
 Core Blow
Proses core blowing bertujuan untuk membersihkan sisa-
sisa RBDPO kristal pada jalur feed. Proses blowing dilakukan
dengan angin yang bertekanan 3 bar selama 2x1 menit. Sisa
RBDPO kristal akan ditampung di blowing tank.
 Filtrate Blow
Proses filtrate blowing bertujuan untuk membersihkan sisa-
sisa filtrat pada pipa filtrate. Proses blowing dilakukan dengan
angin yang bertekanan 3 bar selama 1 menit.
 Pressure Release
Proses ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada filter
press sebelum proses opening dilakukan. Lamanya waktu
pressure release ini adalah 20 detik.
 Opening
Setelah pressure release, filter press akan terbuka dan
stearin akan jatuh kedalam bak penampungan stearin. Bak
penampungan stearin dilengkapi dengan steam coil untuk
mencairkan stearin (58-700C) sebelum dipompa ke stearin storage.

3. Proses Hidrogenation
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan
menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan
mengurangi ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat
plastis. Penambahan gas H2 secara langsung pada minyak bertujuan untuk
memutuskan ikatan rangkap pada rantai fatty acid dalam komposisi trigliserida
pada minyak.
Proses hidrogenasi merupakan reaksi kimia yang bersifat katalitik, yaitu
reaksi yang melibatkan penggunaan katalis, biasanya berupa nikel, untuk

12
mempercepat terjadinya proses reaksi. Tujuan dari proses hidrogenasi adalah
untuk meningkatkan stabilitas oksidasi pada minyak dan untuk mengubah sifat
fisik natural minyak sehingga karakteristiknya cocok untuk dibuat menjadi
shortening, margarine, dan specialty fats.
Proses hidrogenasi adalah :
a. RBD Oil yang berasal dari tangki penyimpanan di small tank yang
bertemperatur 35-55oC akan dipompakan dengan menggunakan pompa
P1301 (Feed oil Pump) menuju tangki 1302. Pada saat start-up (2 batch
pertama), 1381 (1/2) tidak akan difungsikan karena Hydrogenated RBD
Oil yang digunakan sebagai media pemanas masih belum tersedia,
sehingga RBD Oil yang masuk tangki 1302 harus dipanaskan sampai suhu
160ºC max.
b. Untuk Normal Proses di dalam 1381(1/2) terjadi heat recovery dengan
media pemanas berupa Hydrogenated RBD Oil yang berasal dari tangki
1382 B (Reactor Drop Tank). Temperatur RBD Oil yang semula 35-55oC
akan meningkat minimal menjadi 140oC sedangkan hydrogenated RBD
oil suhunya akan menurun dari 160-230oC jadi 90-120oC.
c. Dalam tangki 1302 (Deaerator Measuring Tank) dijaga kondisi vacuum
sebesar 120 mbar max. untuk menghilangkan kadar air RBD Oil. Ketika
minyak di dalam tangki 1302 telah mencapai jumlah 1 batch maka pompa
P1301 akan terhenti secara otomatis. Hal ini dikontrol oleh regulating
valves FCV-1301. Ketika pompa P1301 sudah berhenti maka pada jalur
pipa minyak dari small tank farm menuju Hydrogenation Plant akan di
blow dengan compressed air jika untuk proses selanjutnya minyak yang
diproses berbeda, hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi yang
mungkin terjadi pada proses selanjutnya.
d. Dari tangki 1302, RBD oil yang telah dipanaskan akan memasuki reactor
1303A. Apabila suhu minyak yang diinginkan di dalam 1303A belum
tercapai, maka akan terjadi pemanasan tambahan di dalam reaktor dengan
menggunakan steam 7 - 11 bar di dalam coil.
e. Setelah suhu tercapai, di dalam reaktor akan didosingkan katalis nikel
sejumlah 0.1 % max, pada saat ini terdapat kondisi vacuum dengan
tekanan sebesar 120 mbar max, yang membantu menghisap katalis untuk
masuk ke dalam reaktor. Sesaat setelah semua katalis masuk ke dalam
13
reaktor, system vacuum ditutup, dan sejumlah gas H2 sesuai dengan
formula, mulai didosingkan masuk ke dalam reaktor.
f. Selama terjadi reaksi, suhu minyak di dalam reaktor akan meningkat
karena sifat reaksi yang eksotermis. Pada saat suhu minyak di dalam
reaktor telah mencapai 230oC, dan reaksi masih berlangsung maka akan
terjadi pendinginan dengan cara mengalirkan air yang berasal dari clean
cooling tower ke dalam koil di dalam reaktor. Pada saat proses
pendinginan ini berlangsung, dosing gas H2 dihentikan. Pendinginan
dilakukan untuk menjaga suhu minyak pada suhu 160-230oC. Reaksi juga
akan dihentikan apabila tekanan di dalam reaktor mencapai 2 bar max.
Setelah suhu oil di reaktor 160 – 230ºC atau tekanan < 2 bar, maka reaksi
dilanjutkan dengan menginjeksi gas H2 kembali.
g. Setelah reaksi selesai, dan gas H2 telah di stop, maka dilakukan
pengambilan sampel untuk pemeriksaan IV untuk mengetahui apakah
sudah sesuai dengan spesifikasi produk yang diinginkan. Bila nilai IV
belum tercapai, ditambahkan gas hidrogen untuk reaksi selanjutnya.
Kemudian dilakukan pemeriksaan IV kembali. Bila nilai IV lebih rendah
dari spesifikasi, produk tetap di kirim ke storage tank untuk di-blending.
Jika nilai IV sudah sesuai dengan spesifikasi, minyak Hydrogenated RBD
Oil tersebut selanjutnya akan dialirkan ke Drop Tank, 1382 B. Di dalam
1382 B terdapat koil pendingin dengan media pendingin air yang berasal
dari clean cooling tower. Sistem pendingin ini biasa digunakan pada saat
akan change product, dimana heat recovery dalam 1381(1/2) sudah tidak
terjadi karena media pendingin berupa minyak raw material (RBD Oil)
sudah habis.
h. Pada kondisi normal, dari 1382 B, Hydrogenated RBD oil akan
dipompakan oleh P1382B menuju shell and tube heat exchanger
1381(1/2), untuk didinginkan dengan menggunakan media pendingin
berupa RBD Oil yang akan dimasukan ke dalam tangki 1302. Temperatur
dari Hydrogenated RBD Oil akan menurun dari 160-230oC menjadi 90-
120oC. Dari 1381(1/2) Hydrogenated RBD Oil akan dialirkan ke dalam
oil buffer tank, 1382 C untuk disimpan sementara sebelum minyak
tersebut disaring di dalam pulse tube filter/candle filter (1316A).

14
i. Dari 1382 C, hydrogenated oil yang telah didinginkan akan ditransfer
menuju filter 1316 A, yang berupa candle filter untuk memisahkan
minyak dari spent katalis nikel yang terkandung di dalamnya dengan
menggunakan pompa P1382C. Hydrogenated RBD Oil yang telah
tersaring akan tertampung di tangki buffer 1367.
j. Sebelum memasuki 1316 B, Hydrogenated RBD Oil akan diinjeksikan
larutan citric acid sebesar 0,02-0,1 % dengan pompa P1334 AC untuk
mengikat logam nikel dan menjaga kestabilan minyak terhadap oksidasi
dengan cara melewati static mixer 1304 AC sebagai tempat pengadukan
minyak dengan larutan citric acid. Selanjutnya minyak akan disaring
dalam bag filter 1316 ukuran 10µ dan dilakukan pengambilan sampel
untuk di analisa lab. Setelah itu produk dipompakan oleh pompa P1316B
menuju PHE 1381B (Final Oil Cooler) untuk didinginkan dengan
menggunakan media pendingin berupa air dingin yang berasal dari clean
cooling tower. Suhu minyak akan turun menjadi 70 oC max. Setelah itu
minyak hydrogenated oil dialirkan ke tangki penyimpanan di small tank.

15
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, Ferdy Adi. 2018. “PT SMART Tbk”. Laporan Kerja Praktek. Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta.
Website resmi PT SMART Tbk [Online]. Available at: https://www.smart-tbk.com/
[Accessed 15 May 2020].

16

Anda mungkin juga menyukai