Di Susun Oleh :
Dosen Pengampu :
PROGRAM STUDI
MEDAN
2023 / 2024
DAFTAR ISI
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Minyak kelapa sawit pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu
stearin (fraksi padatan) dan olein (fraksi cairan). Pemisahan kedua fraksi
tersebut dilakukan melalui proses fraksinasi. Pada proses fraksinasi akan
didapatkan fraksi stearin sebanyak 25 persen dan fraksi olein (minyak
makan) sebanyak 75 persen. Stearin memiliki slip melting point sekitar 44.5-
56.2 0C sedangkan olein pada kisaran 13-23 0C. Hal ini menunjukkan
bahwa stearin yang memiliki slip melting pont lebih tinggi akan berada
dalam bentuk padat pada suhu kamar.
2
yang dihasilkan. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai teknologi
pengolahan margarin dari fraksi stearin CPO perlu diketahui sehingga
diperoleh hasil margarin & Shortening yang bermutu tinggi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yakni :
1. Menjelaskan secara rinci tentang proses pemisahan CPO menjadi
fraksi olein dan stearin, termasuk teknologi dan metode yang
digunakan
2. Menganalisis dampak ekonomi dari pemanfaatan CPO menjadi
fraksi olein dan stearin, termasuk potensi peningkatan nilai tambah
bagi produsen dan pelaku industri.
3. Memberikan informasi kepada konsumen tentang berbagai produk
yang dihasilkan dari CPO, seperti minyak goreng, margarin, dan
produk lainnya, serta manfaatnya bagi kesehatan.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yakni :
1. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang proses produksi
minyak sawit, peran CPO, dan manfaat pengelolaannya.
2. Membantu industri dalam memilih teknologi dan metode produksi
yang efisien, ramah lingkungan, dan sesuai dengan standar
keberlanjutan
3. Mendukung industri dalam meningkatkan daya saingnya dengan
memanfaatkan fraksi olein dan stearin untuk menciptakan produk
bernilai tambah.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Untuk itu, sebelum diolah menjadi berbagai produk olahan minyak dan
lemak, perlu dilakukan proses pemurnian CPO dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut :
1. Pemanenan
Kriteria pemanenan buah sawit, yaitu tanaman telah berumur ± 31
bulan. Penyebaran panen telah mencapai 1:5 artinya setiap 5 pohon
terdapat 1 tandan buah matang panen. 60% atau lebih buahnya telah
matang panen, dan berat tandan mencapai 3 kg/lebih. Ciri-ciri dari tandan
matang panen, yaitu adanya buah yang lepas/jatuh dari tandan sekurang-
kurangnya 5 buah untu tandan yang beratnya kurang dari 10kg, atau
sekurang-kurangnya 10 buah untuk tandan yang beratnya 10kg atau lebih.
2. Sterilisasi
Yaitu memberikan steam/uap air pada tandan dalam suatu alat steriliser
berupa autoclave besar. Tujuan dari sterilisasi, yaitu merusak enzim lipolitik
untuk mencegah hidrolisis (pembentukan asam lemak bebas),
memudahkan pelepasan buah dari tandan, melunakkan buah, dan
mengkoagulasikan gum/emulsifier sehingga memudahkan pengambilan
minyak.
3. Stripping/threshing/pemipilan/perontokan
Alat yang digunakan bernama stripper (pemipil) yang berfungsi
melepaskan buah dari tandan dengan cara membnting tandan. Ini juga
disebut tahap proses bantingan dengan rangkaian peralatan yang disebut
stasiun bantingan. Tujuan dari stripping yaitu pelepasan buah kelapa sawit
dari tandan dan hasil pipilam disebut dengan brondolan, minyak hasi
ekstraksi tidak terserap lagi oleh tandan sehingga tidak menurunkan
efisiensi pengolahan, serta tandan tidak mempengaruhi volume bahan
dalam tahap pengolahan lebih lanjut.
4. Digesti
Digunakan ketel atau tangki silinder tertutup dalam steam jacket.
Didalam tangki terdapat pisau-pisau atau batang-batang yang terhubung
5
pada poros utama berfungsi untuk menghancurkan buah yang telah
dipisahkan dari tandan. Tujuan dari digesti, yaitu membebaskan minyak dari
perikarp, menghasilkan temperatur yang cocok bagi massa tersebut
dikempa/ekstraksi (190oC), pengurangan volume untuk meningkatkan
efisiensi pengolahan, serta penirisan minyak yang telah dilepaskan selama
proses digesti. Dalam digester buah akan hancur akibat gesekan, tekanan,
dan pemotongan. Brondolan tercacah berupa bubur. Minyak telah mulai
dilepaskan dari buah melalui lubang dibawah digester.
6. Penjernihan (clarifier)
Minyak kasar hasil digesti dan ekstraksi di saring agar serabut kasarnya
dapat dipisahkan. Minyak hasil penyaringan ditampung dalam tangki dan
dilakukan pemanasan 95-100oC yang berfungsi untuk memperbesar
perbedaan berat jenis minyak, air, sludge yang dapat membantu proses
pengendapan. Kemudin dilakukan pengendapan dalam tangki yang
berfungsi agar minyak kasar/crude oil terpisah menjadi minyak
dan sludge/lumpur. Minyak dalam sludge dipisahkan dengan senrifugasi.
6
Minyak sawit kasar/crude palm oil dilakukan pemurnian dengan cara fisik
ataupun kimia.(Ketaren,2008).
7
memiliki slip melting point sekitar 44.5-56.2 0C sedangkan olein pada
kisaran 13-23 0C. Hal ini menunjukkan bahwa stearin yang memiliki slip
melting point lebih tinggi akan berada dalam bentuk padat pada suhu
kamar.
Bahan baku minyak dan lemak yang digunakan adalah berasal dari
campuran (blending) antara RBDPO (refined bleached deodorized palm
oil), RBDPS (palm stearine) dan RBDPE (palm olein), minyak proses
8
hidrogenasi, minyak proses interesterifikasi kimia dan interesterifikasi
enzimatik.
2.2.1 Rafinasi
Rafinasi merupakan proses pemurnian CPO untuk memperoleh
minyak yang mengandung kadar asam lemak bebas, kadar air dan
kadar kotoran rendah, serta berwarna kuning pucat. Produk dari rafinasi
CPO disebut sebagai refined bleached deodorized palm oil (RBDPO).
Rafinasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu rafinasi kimia dan rafinasi
fisika.
Pada rafinasi kimia, asam lemak bebas diturunkan dengan cara
netralisasi sedangkan pada rafinasi fisika melalui penggunaan suhu
tinggi dan tekanan rendah. Umumnya, rafinasi CPO dilakukan melalui
rafinasi fisika karena lebih efisien, kehilangan triasilgliserol netral
rendah, biaya peralatan murah, waktu singkat dan jumlah limbah relatif
lebih sedikit dibandingkan rafinasi kimia (Basironet al. 2000). Tahapan
rafinasi kimia meliputi degumming, netralisasi, bleaching dan ,
sementara itu, tahapan pada rafinasi fisika yaitu degumming, bleaching
dan .
1. Degumming bertujuan untuk menghilangkan gum, menyerap warna
dan logam berat, memucatkan warna dan menghilangkan air. Proses
degumming dilakukan menggunakan asam fosfat 0,01-0,05% dari
berat minyak pada suhu 90-105ºC selama 15-30 menit (Basiron et
al. 2000).
2. Netralisasi merupakan proses untuk menghilangkan asam lemak
bebas yang dikandung CPO melalui reaksi penyabunan
menggunakan basa seperti natrium hidroksida. Umumnya,
netralisasi CPO dilakukan menggunakan larutan natrium hidroksida
14% dengan jumlah tergantung pada kadar asam lemak bebas pada
CPO, pada suhu sekitar 50-70°C selama 30-45 menit (Hasibuan et
al. 2021).
9
3. Bleaching bertujuan untuk memucatkan warna minyak sawit dengan
menyerap karoten dan logam, mengadsorpsi fosfolipid dan
menghilangkan residu asam fosfat. Proses bleaching menentukan
mutu produk minyak sawit meliputi warna kuning pucat dan
kandungan logam rendah (Basiron et al. 2000; Hasibuan 2016).
4. Bleaching dilakukan menggunakan tanah pemucat (bleaching earth,
BE) seperti lempung terpilar, bentonit, karbon aktif, alumina dan
silica (Nursulihatimarsyilaet al. 2012).
5. merupakan tahapan akhir dan penting yang berpengaruh pada
kualitas minyak karena memengaruhi organoleptik, stabilitas, nilai
gizi dan sifat fungsionalnya. Minyak yang telah dideodorisasi
diharapkan tidak berasa atau berbau (bland), keasaman rendah dan
tidak ada hidrolisis, stabilitas oksidatif tinggi, warna terang, stabil dan
kontaminan hilang seperti air dan logam. Efek yang tidak diinginkan
dari proses deodorisasi adalah asam lemak trans, polimerisasi, asil-
migrasi dan degradasi vitamin dan antioksidan alami. Kondisi proses
deodorisasi yang umum dilakukan yaitu pada suhu 240270ºC pada
0,25-1,32 kPa selama 1-3 jam (Basiron et al. 2000; Gibonet al. 2009).
2.2.2 Fraksinasi
Fraksinasi minyak dan lemak dapat dilakukan dengan cara
fraksinasi pelarut, fraksinasi deterjen dan fraksinasi kering. Proses
fraksinasi yang umum dilakukan pada minyak sawit di Indonesia adalah
fraksinasi kering yang merupakan proses ramah lingkungan dan hemat
biaya. Kristalisasi dapat dilakukan secara lambat atau cepat dengan
proses batch atau semi kontinu. Minyak yang dikristalisasi dipisahkan
menjadi fraksi stearin sawit/palm stearin (berbentuk padat) dan fraksi
olein sawit/palm olein (berbentuk cair) dengan rendemen masing-
masing sekitar 20-30% dan 70-80% melalui filtrasi menggunakan filter
membran bertekanan. Teknologi filtrasi dikembangkan melalui
penggunaan pelat lebih besar dan tekanan lebih tinggi untuk
meningkatkan efisiensi proses dan kualitas produk (Gibon et al. 2009).
10
Fraksi-fraksi minyak sawit dapat dihasilkan melalui fraksinasi
multi tahap Fraksi-fraksi yang dihasilkan yaitu palm olein, palm stearin,
olein super, dan soft palm mid fraction yang dihasilkan dari satu atau
dua tahap fraksinasi. Fraksi tengah minyak sawit (palm mid fraction)
dihasilkan melalui tiga tahap fraksinasi, yang merupakan lemak spesial
untuk industri konfeksioneri sebagai bahan untuk cocoa butter
equivalent (CBE) (Gibon et al. 2009; Hasibuan 2012).
11
2.2.3 Pembuatan Minyak Goreng dari Fraksi Olein
Proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu proses secara kimia dan proses
secara fisika. Perbedaan utamanya yaitu cara menghilangkan
kandungan asam lemak bebas (ALB) dan impuritis yang dikandung
dalam CPO. Proses pemurnian secara kimia ialah proses pemurnian
CPO, dimana proses menghilangkan kandungan ALB dan impuritisnya
dengan jalan reaksi kimia, yaitu mereaksikan NaOH dengan ALB yang
berada dalam CPO. Sedangkan proses pemurnian secara fisika ialah
proses pemurnian CPO dengan cara menghilangkan kandungan ALB
dan impuritisnya secara distilasi (penyulingan), yaitu dengan jalan
memanaskan CPO pada keadaan vacuum pada temperatur dimana
ALB bisa diuapkan
12
✓ Degumming dengan menggunakan asam seperti asam fosfat, asam
sulfat, asam kloroda, asam asetat dan lain-lain.
✓ Degumming dengan kostik alkali.
✓ Degumming dengan hidrasi
✓ Degumming dengan reagen khusus, seperti asam formiat, natrium
fosfat, natrium klorida dan lain-lain.
13
penyabunan antara asam lemak bebas dengan larutan soda kostik,
yang reaksi penyabunannya sebagai berikut :
14
NaOH akan menyabunkan sejumlah kecil trigliserida. Hal serupa juga
terjadi pada komponen minor dalam minyak berupa sterol, klorofil,
vitamin E, dan karotenoid yang hanya sebagian kecil dapat dikurangi
dengan proses netralisasi (Ketaren)
15
✓ Bleaching dengan hidrogenisasi.
✓ Bleaching dengan pemanasan.
16
Pemucatan minyak menggunakan adsorben umumnya dilakukan
dalam ketel yang dilengkapi dengan pipa uap. Minyak yang akan
dipucatkan dipanaskan dalam suhu 105 oC selama 1 jam. Penambahan
adsorben dilakukan pada saat minyak mencapai 70 – 80 ℃ dan jumlah
adsorben kurang lebih sebanyak 1,0 – 2,5 % dari berat minyak sawit
kasar. Selanjutnya minyak dipisahkan dari adsorben dengan cara
penyaringan menggunakan kain tebal atau pengepresan dengan filter
press. Cara pemucatan dengan bahan kimia banyak digunakan untuk
minyak yang akan digunakan sebagai bahan pangan karena lebih baik
dibandingkan dengan adsorben. Keuntungan menggunakan bahan
kimia adalah hilangnya sebagian minyak dapat dihindarkan dan zat
warna diubah menjadi zat tidak berwarna yang tetap tinggal di dalam
minyak (Ketaren).
17
diolah dan sistem proses yang digunakan. Temperatur operasi dijaga
agar tidak sampai menyebabkan turut terdistilasinya gliserida. Tekanan
diusahakan serendah mungkin agar minyak terlindung dari oksidasi
oleh udara dan mengurangi jumlah pemakaian uap. Pada umumnya,
tekanan operasi sekitar 5 – 20 mmHg dan temperature 240 – 270 ℃,
serta menggunakan gas nitrogen untuk menghindari terjadinya
oksidasi. Deodorisasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan
bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak sawit kasar. Prinsip proses
deodorisasi adalah penyulingan minyak dengan uap panas dalam
tekanan atmosfer atau keadaan vakum.
5) Proses Fraksinasi
Proses fraksinasi terdiri atas kristalisasi suatu fraksi yang menjadi
padat pada temperatur tertentu dan disusul dengan pemisahan dengan
18
cara filtrasi kedua fraksi itu. Fraksi yang menjadi kristal adalah stearin
dan yang tetap cair adalah olein. Beberapa proses fraksinasi yang
sering digunakan yaitu :
19
Produk pangan olahan yang ada di Indonesia saat ini pada
umumnya adalah menggunakan minyak dan lemak dari sawit, mulai
dari produk makanan formula untuk anak-anak hingga produk makanan
untuk orang dewasa. Bahan baku minyak dan lemak yang digunakan
adalah berasal dari campuran (blending) antara RBDPO (refined
bleached deodorized palm oil), RBDPS (palm stearine) dan RBDPE
(palm olein), minyak proses hidrogenasi, minyak proses interesterifikasi
kimia dan interesterifikasi enzimatik.
1. Proses Pemurnian CPO dan Fraksinasi
Dalam proses pemurnian CPO dilakukan secara proses fisik
(physical refinery) dengan menggunakan metode proses pemurnian
berlanjut (continuous refinery). Proses ini berlangsung dengan melalui
aktivitas pemanasan pada suhu tinggi dan dalam sistem vakum
sehingga disebut physical refinery. Bahan penolong yang digunakan
adalah H3PO4 80-85% untukdegumming, Bleaching Earth/Bentonit
(BE) serta CaCO3 untuk mejernihkan/pemucatan warna (bleached).
Berikut adalah tahapan proses pemurnian CPO untuk memproduksi
RBDPO :
A. Degumming
Degumming adalah proses pemisahan getah atau lendir
(gum) yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan
resin serta partikel halus tersuspensi dalam CPO. Proses ini
dilakukan dengan menambahkan H3PO4 sebanyak 0.05-0.07%.
Jumlah H3PO4 yang digunakan harus optimum dan berlebih,
kelebihannya dinetralkan dengan penambahan CaCO3. Dengan
penambahan H3PO4 ini maka fosfatida nonhydratable menjadi
hydratable. Fosfatida hydratable adalah partikel-partikel koloid zat
terlarut dan akan mengalami koagulasi karena berat jenisnya lebih
besar dari minyak dan lemak sehingga mudah dipisahkan.
B. Bleaching
20
Bleaching adalah proses pemucatan minyak dengan cara
penambahan activated bleaching earth, tahap proses ini untuk
menghilangkan zat-zat warna yang terkandung didalam CPO.
Bahan penolong BE adalah absorben yang mengandung silica dan
strukturnya terdapat muatan ion AL3+ yang mampu menyerap zat
warna dari CPO. Selain menyerap warna juga untuk suspensi dari
gum dan resin serta hasil degradasi minyak dan lemak seperti
peroksida.
Pemucatan minyak sawit pada umumnya berlangsung
secara kombinasi yaitu pemucatan secara panas (heat bleach) dan
pemucatan dengan bleaching earth. Jumlah bahan penolong BE
yang ditambahkan pada proses pemucatan CPO pada umumnya
adalah 0.5-2.5%, akan tetapi tergantung dari kualitas bahan baku
CPO dan produk akhir yang diinginkan. CPO merupakan baku
minyak nabati yang sulit proses pemucatannya karena mengandung
kadar karoten yang cukup tinggi yaitu berkisar 500-600 ppm. Warna
merah kuning yang terdapat dalam CPO adalah karoten yang
merupakan provitamin A, akan tetapi pada saat dilakukan proses
pemucatan zat ini akan hilang terbuang pada saat bleached dan
heat bleached.
Kandungan air dalam bleaching earth maksimum 10%,
karena apabila kandungan air tinggi akan mengurangi affinitasnya
terhadap karoten. Karoten mempunyai sifat polaritasnya yang
sangat berbeda dengan air. Dalam proses ini bahan baku penolong
dipisahkan kembali yaitu BE, CaCO3 serta asam phospat dengan
cara melalui filtrasi dengan mesin Niagara filter, dan filtratnya
disebut blotong/spent earth (Anderson dan Hodgson 1996).
21
untuk menurunkan kadar FFA dari 2-4% menjadi maksimum 0.1%
dan menurunkan warna sampai sesuai dengan spesifikasi yang
telah dikehendaki. CPO yang telah megalami bleaching dialirkan
melalui final heater pada suhu 250-2600C dengan steam injection
dan tekanan 0.3-0.8 bar, kemudian FFA diuapkan melalui
pemanasan ini.
D. Deodorisasi
Deodorisasi adalah berfungsi untuk menghilangkan
peroksida, keton, zat yang mudah menguap dan bau/odor. CPO
yang telah melalui packed column dialirkan kedalam deodoriser
dengan suhu 255℃. Pada tangki deodoriser terdapat 4 (empat)
tingkat tray, yang masing-masing berfungsi untuk membuat
permukaan yang luas dan tipis dengan cara memperlambat
alirannya. Gambar berikut adalah proses pemurnian CPO dengan
continuous refinery.
E. Fraksinasi
Proses fraksinasi minyak dan lemak adalah suatu proses
pemisahan fraksi padat dari fraksi cair berdasarkan perbedaan titik
lelehnya. Proses ini dilakukan untuk memisahkan fraksi cair RBDPE
dengan fraksi padat RBDPS. RBDPS pada umumnya digunakan
untuk bahan baku margarin, shortening dan pastry sedangkan
RBDPE digunakan terutama sebagai minyak goreng dan juga
sebagai bahan baku campuran untuk produksi
margarin, shortening dan pastry. RBDPO diproses melalui
fraksinasi kemudian di pisahkan melalui filter press menjadi RBDPE
dan RBDPS (Krisnamurthy 1996). Gambar 2 berikut adalah proses
fraksinasi dengan sistim batch.
F. Proses Hidrogenasi
Proses hidrogenasi minyak dan lemak adalah salah satu proses
yang dilakukan oleh industri minyak dan lemak dengan tujuan untuk
memperoleh profil kurva dari SFC yang spesifik dan menaikkan titik
22
leleh MPt melalui penambahan gas hidrogen terhadap ikatan
rangkap mono dan polyunsaturated yang terkandung didalam asam
lemak dengan katalis Ni. Pada umumnya di Indonesia bahan baku
yang digunakan untuk proses hidrogenasi adalah RBDPO, RBDPS
, RBDPE, RBD CNO dan SBO.
Fungsi utama proses hidrogenasi adalah untuk memperolah
minyak dan lemak yang mempunyai karakteristik yang spesifik dari
segi rasa dan tekstur dengan modifikasi profil SFC dan MPt. SFC
menjadi lebih tajam kurvanya dan MPt menjadi lebih tinggi.
Proses hidrogenasi dalam industri minyak dan lemak pada
umumnya terdiri dari dua macam yaitu
proses partially hydrogenated atau hidrogenasi sebagian dan fully
hydrogenated atau hidrogenasi keseluruhan ikatan rangkap sampai
jenuh (saturated). Proses hidrogenasi sebagian pada minyak dan
lemak akan menghasilkan trans fatty acid (Hastert 1996).
Gambar berikut adalah proses hidrogenasi
G. Interesterifikasi
Proses interesterifikasi ada dua macam yaitu interesterifikasi
kimia dan interesterifikasi enzimatik. Interesterifikasi secara kimia
adalah salah satu metode untuk menghasilkan bahan baku minyak
dan lemak untuk dipergunakan dalam proses produksi margarin,
pastry dan shortening. Proses ini menggunakan sodium metoksida
atau sodium etoksida sebagai katalis dengan konsentrasi 0.2 -
0.3%. Selama reaksi berlangsung warna minyak dan lemak akan
berubah menjadi kecoklatan dan lamanya reaksi kurang lebih 30
menit. Sebagai substrat dalam proses interesterrifikasi adalah
campuran minyak dan lemak dengan perbandingan tertentu. Proses
interesterifikasi kimia tidak menghasilkan asam lemak trans dan
sampai sekarang masih tetap dipergunakan untuk proses industri
oleo kimia dan proses cocoa butter substitute dan equivalent.
Proses reaksi selama interesterifikasi kimia berlangsung secara
random atau acak dalam penyususnan posisi asam lemak dalam
23
trigrliserida, sehingga hasil interesterifikasi ini harus dilakukan
pengendalian yang ketat yaitu dengan melakukan pengontrolan
secara fisik dan waktu reaksi relatif singkat. Secara umum proses
interesterifikasi kimia berlangsung dengan tiga macam reaksi
sekaligus yaitu:
1) Alkoholisis (form monoacylglyceraol),
2) Acidolisis (acid interchange),
3) Transesterifikasi (rearrangement of fats) (Anderson 1996).
Proses interesterifikasi kimia tidak begitu ramah lingkungan
apabila dibandingkan dengan interesterifikasi enzim, karena
mempunyai limbah kimia yang dapat mencemari lingkungan apabila
tidak ditangani dengan baik (Novozymes 2004b dan Novozymes
2007b).
Proses interesterifikasi secara kimia adalah proses yang
mempunyai resiko tinggi dari segi keamanan karena katalis sodium
metoksida ini adalah sangat reaktif, sehingga dari segi penangan
selama proses interesterifikasi memerlukan investasi dan fasilitas
keamanan yang sangat mahal. Natrium metoksida mudah
terbakar. berikut merupakan skema kerja proses interesterifikasi.
Selain proses Interesterifikasi kimia yang sudah lama
berkembang maka kemudian dikembangkan teknologi dengan
memakai enzim yang disebut proses interesterifikasi enzimatik.
Proses interesterifikasi enzimatik bertujuan untuk menghasilkan
minyak dan lemak bebas asam lemak trans untuk dipergunakan
sebagai bahan baku produksi margarin, pastry, shortening dan
minyak goreng. Dalam makalah ini dijelaskan mengenaio
penggunaan enzim lipase dalam proses interesterifikasi
enzimatik yang diperoleh dari Novozymes Denmark yaitu Lipozyme
® TL IM.
Enzim Lipozyme® TL IM ini tersedia dalam bentuk granula dan
teknik imobilisasi enzim dengan menggunakan granula silica
berpori, tidak dapat larut dalam minyak dan lemak akan tetapi dapat
24
mengalami kerusakan didalam air. Karakteristik Lipozyme ® TL IM
antara lain adalah aktivitas enzim, densitas, dan ukuran partikel
granula. Aktivitas enzim Lipozyme ® TL IM dalam berat kering
adaah 350 IUN/g dan dalam Volume basis (packed bed) adalah 140
M-IUN/M3. Densitas berat kering yang dimiliki adalah sebesar 450
kg/m3. Densitas berat basah adalah sebesar 420 kg/m3, dan
densitas absolut adalah sebesar 1830 kg/m3. Ukuran partikel
berkisar antara: 300-1000um. Suhu yang digunakan untuk reaksi
interesterifikasi enzim Lipozyme TL® IM adalah berkisar 55-75oC,
dan suhu yang optimum adalah 70oC.
Interesterifikasi enzimatik ini mempunya reaksi yang sangat
spesifik dan teratur yaitu hanya melakukan reaksi spesifik pada
posisi n1-3 glyserida dan proses interesterifikasi enzim stabil dalam
suhu 55-75℃. Sistim proses interesterifikasi enzimatik dapat
dilakukan dengan sistim fedbatch dan sistim continue. Enzim dapat
digunakan secara berulang-ulang hingga 10-20 kali. Kondisi
penyimpanan Lipozyme TL®IM disarankan pada suhu 0-10oC
dalam kemasan yang tertutup rapat kedap udara, kering,
kelembaban ruangan yang terkontrol sesuai spesifikasi dan
menghindari sinar matahari secara langsung (Novozymes Product
Data Sheet 2006).
25
Dalam industri pengolahan pangan bahwa enzim sudah
dipergunakan sebagai bahan penolong prosessing aid untuk
produksi makan maupun obat-obatan, salah satunya adalah enzim
lipase yang digunakan untuk proses interesterifikasi enzimatik ini
seperti terlihat dalam Gambar. Enzim lipase sudah lama dikenal dan
sudah dipergunakan dalam proses interesterifikasi enzimatik untuk
proses pebuatan Cocoa Butter Equivalent (CBE) yaitu untuk
dipergunakan sebagai bahan baku industri konfektioneri
(Krishnamurthy dan Kellens 1996).
26
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yakni :
1. Industri kelapa sawit sangat berkembang dan memberikan kontribusi
yang besar terhadap masyarakat dan negara Indonesia.
Perkembangan industri kelapa sawit harus diiringi dengan
peningkatan diversifikasi produk minyak sawit. Produk diversifikasi
minyak sawit yang dapat dikembangkan adalah berupa produk
pangan berbasis minyak sawit karena sekitar 80% minyak sawit
digunakan untuk produk pangan.
2. Produk pangan berbasis minyak sawit dapat dilakukan melalui
pengolahan minyak sawit dengan cara rafinasi, fraksinasi,
pencampuran, hidrogenasi dan interesterifikasi. Proses pengolahan
minyak sawit secara rafinasi, fraksinasi dan pencampuran dinilai
sudah sangat berkembang di Indonesia
3. Proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu proses secara kimia dan proses secara fisika.
Perbedaan utamanya yaitu cara menghilangkan kandungan asam
lemak bebas (ALB) dan impuritis yang dikandung dalam CPO.
4. Margarin merupakan emulsi dengan tipe emulsi Water in Oil (W/O)
yaitu fase air berada dalam fase minyak atau lemak dan lebih mudah
dicerna dalam tubuh daripada lemak yang tidak teremulsi seperti
minyak goreng. Margarin berbeda dengan shortening, karena
shortening tidak mengandung air, serta tidak memiliki rasa asin.
27
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, H. A., Akram, A., Putri, P., & Rangkuti, B. T. (2019). Pembuatan
Margarin dan Baking Shortening dari Minyak Sawit Merah dan Aplikasinya
dalam Produk Bakery. agriTECH, 38(4), 353.
https://doi.org/10.22146/agritech.32162
Ginting, M., Kaban, J., Sihotang, H., & Tobing, H. (2019). Pengaruh Suhu
Interesterifikasi RBDPO/RBDPS Terhadap Komposisi Trigliserida dan Nilai
Kandungan Lemak Padat dalam Pembuatan Lemak Margarin. Talenta
Conference Series: Science and Technology (ST), 2(1), 15-21.
https://doi.org/10.32734/st.v2i1.306
Nabila, Y., Dewi, E., & Yerizam, M. (2023). Pembuatan Mentega Putih dari
Crude Palm Oil (CPO) Menggunakan Tangki Berpengaduk Pada Suhu
Rendah. Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(3), 23392–23397.
https://doi.org/10.31004/jptam.v7i3.10322
28
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 26(1), 40-45.
https://doi.org/10.22302/iopri.war.warta.v26i1.34
Hasibuan, H.A. 2012. Kajian mutu dan karakteristik minyak sawit Indonesia
serta produk fraksinasinya. Jurnal Standardisasi.14(1): 13-21.
http://dx.doi.org/10.31153/js.v14i1.51
29