JUDUL
Di Susun Oleh :
Dosen Pengampu :
PROGRAM STUDI
MEDAN
2023
PENDAHULUAN
Industri minyak sawit telah memberikan kontribusi yang sangat besar pada
pendapatan devisa bagi negara Indonesia melalui pemenuhan minyak sawit dan
produknya untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Namun, sebagian besar
minyak sawit Indonesia diekspor masih dalam bentuk CPO, sehingga ekspor
dalam bentuk produk setengah jadi atau jadi perlu ditingkatkan untuk
meningkatkan nilai tambah bagi industri minyak sawit. Meskipun pemanfaatan
minyak sawit untuk beragam produk telah diproduksi, namun masih banyak
produk produk diversifikasi minyak sawit yang masih dapat dikembangkan di
Indonesia.
Minyak kelapa sawit pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu stearin
(fraksi padatan) dan olein (fraksi cairan). Pemisahan kedua fraksi tersebut
dilakukan melalui proses fraksinasi. Pada proses fraksinasi akan didapatkan fraksi
stearin sebanyak 25 persen dan fraksi olein (minyak makan) sebanyak 75 persen.
Stearin memiliki slip melting point sekitar 44.5-56.2 0C sedangkan olein pada
kisaran 13-23 0C. Hal ini menunjukkan bahwa stearin yang memiliki slip melting
pont lebih tinggi akan berada dalam bentuk padat pada suhu kamar.
D. Shortening
Shortening atau yang sering disebut mentega putih merupakan
lemak padat putih yang bersifat plastis dan memiliki kestabilan tertentu
(Winarno, 2002). Mentega putih adalah lemak yang telah mengalami
hidrogenasi yaitu, pemutusan ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh.
Oleh karena itu, mentega putih disebut shortening fat (lemak yang sudah
mengalami pemendekan).
Hidrogenasi (pemendekan) adalah proses pemutusan ikatan
rangkap lemak tidak jenuh menjadi lemak jenuh. Hidrogenasi bertujuan
untuk mengubah plastisitas mentega agar lebih padat. Selain itu,
hidrogenasi dilakukan untuk memberikan nilai gizi, kelezatan rasa,
keempukan, dan mengembangkan struktur dari makanan yang di bakar.
Kandungan mentega putih secara umum ialah trigliserida dan beberapa
asam lemak (asam palmitat, asam tetradekanoat, asam oleat, dan asam
stearat). Pada umumnya, shortening atau mentega putih dibuat dari
minyak nabati seperti minyak kelapa sawit, minyak kacang tanah, minyak
kacang kedelai, dan minyak biji.
BAHAN & METODE
1. Bahan
Crude palm oil (CPO) adalah minyak dan lemak kasar hasil pengepresan
tandan segar buah sawit, dimurnikan dengan proses refinery, dan digunakan
sebagai bahan baku dalam proses produksi margarin. Produk pangan olahan yang
ada di Indonesia saat ini pada umumnya adalah menggunakan minyak dan lemak
dari sawit, mulai dari produk makanan formula untuk anak-anak hingga produk
makanan untuk orang dewasa.
Bahan baku minyak dan lemak yang digunakan adalah berasal dari
campuran (blending) antara RBDPO (refined bleached deodorized palm oil),
RBDPS (palm stearine) dan RBDPE (palm olein), minyak proses hidrogenasi,
minyak proses interesterifikasi kimia dan interesterifikasi enzimatik.
2. Rafinasi
Rafinasi merupakan proses pemurnian CPO untuk memperoleh minyak
yang mengandung kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran rendah,
serta berwarna kuning pucat. Produk dari rafinasi CPO disebut sebagai refined
bleached deodorized palm oil (RBDPO). Rafinasi dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu rafinasi kimia dan rafinasi fisika.
Pada rafinasi kimia, asam lemak bebas diturunkan dengan cara netralisasi
sedangkan pada rafinasi fisika melalui penggunaan suhu tinggi dan tekanan
rendah. Umumnya, rafinasi CPO dilakukan melalui rafinasi fisika karena lebih
efisien, kehilangan triasilgliserol netral rendah, biaya peralatan murah, waktu
singkat dan jumlah limbah relatif lebih sedikit dibandingkan rafinasi kimia
(Basironet al. 2000). Tahapan rafinasi kimia meliputi degumming, netralisasi,
bleaching dan deodorisasi, sementara itu, tahapan pada rafinasi fisika yaitu
degumming, bleaching dan deodorisasi.
Degumming bertujuan untuk menghilangkan gum, menyerap warna dan
logam berat, memucatkan warna dan menghilangkan air. Proses degumming
dilakukan menggunakan asam fosfat 0,01-0,05% dari berat minyak pada
suhu 90-105ºC selama 15-30 menit (Basiron et al. 2000).
Netralisasi merupakan proses untuk menghilangkan asam lemak bebas yang
dikandung CPO melalui reaksi penyabunan menggunakan basa seperti
natrium hidroksida. Umumnya, netralisasi CPO dilakukan menggunakan
larutan natrium hidroksida 14% dengan jumlah tergantung pada kadar asam
lemak bebas pada CPO, pada suhu sekitar 50-70°C selama 30-45 menit
(Hasibuan et al. 2021).
Bleaching bertujuan untuk memucatkan warna minyak sawit dengan
menyerap karoten dan logam, mengadsorpsi fosfolipid dan menghilangkan
residu asam fosfat. Proses bleaching menentukan mutu produk minyak sawit
meliputi warna kuning pucat dan kandungan logam rendah (Basiron et al.
2000; Hasibuan 2016).
Bleaching dilakukan menggunakan tanah pemucat (bleaching earth, BE)
seperti lempung terpilar, bentonit, karbon aktif, alumina dan silica
(Nursulihatimarsyilaet al. 2012).
Deodorisasi merupakan tahapan akhir dan penting yang berpengaruh pada
kualitas minyak karena memengaruhi organoleptik, stabilitas, nilai gizi dan
sifat fungsionalnya. Minyak yang telah dideodorisasi diharapkan tidak
berasa atau berbau (bland), keasaman rendah dan tidak ada hidrolisis,
stabilitas oksidatif tinggi, warna terang, stabil dan kontaminan hilang seperti
air dan logam. Efek yang tidak diinginkan dari proses deodorisasi adalah
asam lemak trans, polimerisasi, asil-migrasi dan degradasi vitamin dan
antioksidan alami. Kondisi proses deodorisasi yang umum dilakukan yaitu
pada suhu 240270ºC pada 0,25-1,32 kPa selama 1-3 jam (Basiron et al.
2000; Gibonet al. 2009).
3. Fraksinasi
Fraksinasi minyak dan lemak dapat dilakukan dengan cara fraksinasi pelarut,
fraksinasi deterjen dan fraksinasi kering. Proses fraksinasi yang umum dilakukan
pada minyak sawit di Indonesia adalah fraksinasi kering yang merupakan proses
ramah lingkungan dan hemat biaya. Kristalisasi dapat dilakukan secara lambat
atau cepat dengan proses batch atau semi kontinu. Minyak yang dikristalisasi
dipisahkan menjadi fraksi stearin sawit/palm stearin (berbentuk padat) dan fraksi
olein sawit/palm olein (berbentuk cair) dengan rendemen masing-masing sekitar
20-30% dan 70-80% melalui filtrasi menggunakan filter membran bertekanan.
Teknologi filtrasi dikembangkan melalui penggunaan pelat lebih besar dan
tekanan lebih tinggi untuk meningkatkan efisiensi proses dan kualitas produk
(Gibon et al. 2009).
Fraksi-fraksi minyak sawit dapat dihasilkan melalui fraksinasi multi tahap
Fraksi-fraksi yang dihasilkan yaitu palm olein, palm stearin, olein super, dan soft
palm mid fraction yang dihasilkan dari satu atau dua tahap fraksinasi. Fraksi
tengah minyak sawit (palm mid fraction) dihasilkan melalui tiga tahap fraksinasi,
yang merupakan lemak spesial untuk industri konfeksioneri sebagai bahan untuk
cocoa butter equivalent (CBE) (Gibon et al. 2009; Hasibuan 2012).
Pada fraksinasi minyak sawit, fraksi olein dan stearin menjadi berkabut
pada suhu yang lebih rendah. Kandungan asam palmitat fraksi stearin dan olein
juga dipengaruhi oleh suhu kristalisasi. Kristal minyak muncul sebagai bentuk β’
yang berbentuk bola dan jarum. Kristal sedikit lebih besar dengan peningkatan
waktu kristalisasi dan pada suhu kristalisasi yang tinggi (22ºC) dengan ukuran
kristal berkisar antara 4,34-22,29 Um. Pada suhu yang rendah (14°C), jumlah
kristal meningkat dengan peningkatan waktu kristalisasi (Normah et al. 2013).
APLIKASI MINYAK SAWIT DAN FRAKSI-FRAKSINYA PADA
PRODUK PANGAN
1. Margarin
a. Pengertian Margarin
Margarin adalah produk emulsi air dalam lemak berbentuk semi padat
mengandung 80% lemak, 15-16% air dan sisanya emulsifier, cita rasa, aroma,
garam, zat warna dan vitamin. Karoten dapat digunakan sebagai zat warna dan
juga sebagai antioksidan. Minyak sawit merah yang diolah dari minyak sawit
dengan mempertahankan kandungan karoten dapat digunakan sebagai sumber
karoten dan pewarna alami pada margarin (O’brien 2004; Hasibuan dan Hardika
2015).
b. Pembuatan Margarin
Pada prinsipnya persyaratan dasar yang harus dipenuhi pada pembuatan
margarin adalah kandungan lemak padat dan titik cair serta bilangan
peroksidanya. Standar mutu margarin internasional menetapkan maksimum
bilangan peroksida 3-20 meq/100g untuk masuk kedalam kategori minyak layak
konsumsi. Bilangan peroksida merupakan suatu ukuran kandungan peroksida
dalam margarin yang sangat menentukan stabilitas oksidatif lemak margarin.
Sedangkan titik cair margarin berkaitan dengan nilai nutrisi dan kemampuan
darah membawa zat makanan yang terkandung dalam margarin.
Pembuatan margarin menurut Siregar (2009), dilakukan dengan membuat
emulsi antara fase minyak (minyak nabati, emulsifier, vitamin, zat warna) dan
fase cair (garam, sodium benzoate, asam benzoate atau potassium sorbat, air).
Pembuatan emulsi dilakukan dengan cara pengadukan Emulsi tersebut kemudian
dikristalkan sebagian melalui proses pendinginan secara cepat yang dilanjutkan
dengan proses plastisasi atau teksturisasi. Sedangkan menurut Hasibuan, (2009)
c. Jenis Margarin
Margarin dapat dibedakan menjadi dua jenis menurut kegunaannya, yaitu
margarin untuk keperluan rumah tangga dan margarin untuk keperluan industri.
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh margarin untuk keperluan rumah tangga
adalah sifat plastis dan mudah meleleh pada suhu tubuh serta memiliki daya oles
yang baik. Sedangkan di pasaran, biasanya kita bisa menemukan beberapa
klasifikasi margarine. Klasifikasi margarin di pasaran antara lain:
Ada satu jenis mentega putih yang tidak termasuk dalam pembagian
mentega putih di atas, yaitu Frying Shortening atau Frying Fat (minyak goreng
padat). Frying shortening dibedakan tersendiri semata-mata karena
penggunaannya yang unik yaitu hanya untuk menggoreng dengan sistem Deep
Frying
Hasibuan, H. A., Akram, A., Putri, P., & Rangkuti, B. T. (2019). Pembuatan
Margarin dan Baking Shortening dari Minyak Sawit Merah dan Aplikasinya
dalam Produk Bakery. agriTECH, 38(4), 353.
https://doi.org/10.22146/agritech.32162
Ginting, M., Kaban, J., Sihotang, H., & Tobing, H. (2019). Pengaruh Suhu
Interesterifikasi RBDPO/RBDPS Terhadap Komposisi Trigliserida dan Nilai
Kandungan Lemak Padat dalam Pembuatan Lemak Margarin. Talenta Conference
Series: Science and Technology (ST), 2(1), 15-21.
https://doi.org/10.32734/st.v2i1.306
Sitorus, S., Parta, I. B. B., & Ruswanto, A. (2023). Pembuatan Margarin dengan
Kombinasi Minyak Sawit Merah dan Lemak Cokelat. BIOFOODTECH : Journal
of Bioenergy and Food Technology, 1(02), 113–123.
https://doi.org/10.55180/biofoodtech.v1i02.279
Nabila, Y., Dewi, E., & Yerizam, M. (2023). Pembuatan Mentega Putih dari
Crude Palm Oil (CPO) Menggunakan Tangki Berpengaduk Pada Suhu Rendah.
Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(3), 23392–23397.
https://doi.org/10.31004/jptam.v7i3.10322
Hasibuan, H.A. 2012. Kajian mutu dan karakteristik minyak sawit Indonesia serta
produk fraksinasinya. Jurnal Standardisasi.14(1): 13-21.
http://dx.doi.org/10.31153/js.v14i1.51
Masyura, M.D. (2015). Pembuatan shortening dari campuran RBD stearin dengan
minyak inti sawit secara gliserolisis menggunakan katalis enzim lipase dari dedak
padi. Agrium 16(3):131–135.
Nurhasanah, S., Wulandari, N., Munarso, S.J. dan Hariyadi, P. (2017b). Stabilitas
oksidasi lipida terstruktur berbasis minyak kelapa dan minyak kelapa sawit.
Buletin Palma 18(2).
Nurhasanah, S., Wulandari, N., Munarso, S.J. dan Hariyadi, P. (2017a). Sintesis
dan potensi aplikasi lipida terstruktur berbasis minyak kelapa dan minyak kelapa
sawit untuk industri pangan fungsional. Perspektif 16(2). doi:
https://doi.org/https://doi.org/10.21082/ psp.v16n2.2017).