Anda di halaman 1dari 8

Contoh Contoh Minyak Nabati a.

. Minyak Sawit Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di antara Angola dan Gambia, manakala Pohon Kelapa Sawit Amerika, Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besarbesar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masingmasing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%.

Gambar . Penyebaran Tanaman Sawit di Indonesia (BKPM)

STANDAR MUTU MINYAK KELAPA SAWIT

Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benarbenar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifatsifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga,peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masingmasing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktorfaktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut, didapat hasil dari pengolahan kelapa sawit, seperti di bawah ini : a) Crude Palm Oil b) Crude Palm Stearin c) RBD Palm Oil d) RBD Olein e) RBD Stearin f) Palm Kernel Oil g) Palm Kernel Fatty Acid h) Palm Kernel i) Palm Kernel Expeller (PKE) j) Palm Cooking Oil k) Refined Palm Oil (RPO) l) Refined Bleached Deodorised Olein (ROL) m) Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS) n) Palm Kernel Pellet o) Palm Kernel Shell Charcoal

Syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut: a) Kadar minyak minimum (%): 48; cara pengujian SPSMP131975

b) Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara pengujian SPSMP71975 c) Kontaminasi maksimum (%):4,0; cara pengujian SPSMP3119975 d) Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SPSMP311975

KOMPOSISI KIMIA MINYAK KELAPA SAWIT Minyak kelapa sawit dan inti minyak kelapa sawit merupakan susunan dari fatty acids, esterified, serta glycerol yang masih banyak lemaknya. Didalam keduanya tinggi serta penuh akan fatty acids, antara 50% dan 80% dari masingmasingnya. Minyak kelapa sawit mempunyai 16 nama carbon yang penuh asam lemak palmitic acid berdasarkan dalam minyak kelapa minyak kelapa sawit sebagian besar berisikan lauric acid. Minyak kelapa sawit sebagian besarnya tumbuh berasal alamiah untuk tocotrienol, bagian dari vitamin E. Minyak kelapa sawit didalamnya banyak mengandung vitamin K dan magnesium. Napalm namanya berasal dari naphthenic acid, palmitic acid dan pyrotechnics atau hanya dari cara pemakaian nafta dan minyak kelapa sawit. Ukuran dari asam lemak (Fas) dalam minyak kelapa sawit sebagai acuan: Kadar Asam Lemak Dalam Minyak Sawit Tipe Asam Lemak Palmitic C16 Stearic C18 Oleic C18 Myristic C14 Linoleic C18 Lainnya Persentase 44.3% 4.6% 10.5% 1.0% 10.5% 0.9%

Kadar Asam Lemak Dalam Minyak Inti Sawit Tipe Asam Lemak Lauric C12 Myristic C14 Palmitic C16 Capric C10 Caprylic C8 Stearic C18 Oleic C18 Linoleic C18 Lainnya Persentase 48.2% 16.2% 8.4% 3.4% 3.3% 2.5% 15.3% 2.3% 0.4%

b. MINYAK KELAPA Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih sebesar kepala manusia. Buah terdiri dari sabut (ekskarp dan mesokarp), tempurung (endokarp), daging buah (endosperm) dan air buah. Tebal sabut kelapa kurang lebih 5 cm dan tebal daging buah 1 cm atau lebih. Bunga betina tanaman kelapa akan dibuahi 18 25 hari setelah bunga berkambang dan buah akan menjadi masak (ripe) setelah 12 bulan. Daging buah kelapa yang sudah masak dapat dapat dijadikan kopra dan bahan makanan, daging buah merupakan sumber protein yang penting dan mudah dicerna. Komposisi kimia daging buah kelapa ditentukan oleh umur buah. Semakin tua umur buah maka kandungan lemaknya makin tinggi. Daging buah kelapa dapat diolah menjadi santan (juice extract) santan kelapa ini dapat dijadikan bahan pengganti susu atau dijadikan minyak. Kandungan gula santan daging buah kelapa kurang dari 1 persen, karena itu santan kelapa tidak dapat dijadikan alkohol. Selain dari pada itu telah dapat diisolasi komponen raffinosa, sukrosa, fruktosa, galaktosa, dan glukaosa dari daging buah kelapa. Air buah kelapa dapat dipergunakan sebagai bahan minuman segar, bahan pembuat cuka,dan oleh sebagian penduduk desa juga dipergunakan sebagai pencegah penyakit demam dan kencing batu.

PEMBUATAN KOPRA Daging buah kelapa (endosperm) yang sudah dikeringkan dinamakan kopra. Proses pembuatan kopra ialah proses mengeringkan daging buah kelapa. Tahap-tahap pengeringan untuk mendapatkan kopra bermutu baik adalah, 1) kadar air daging buah kelapa segar besarnya 50 sampai 55 persen, pada periode 24 jam pertama diturunkan menjadi 35 perse, 2) pada periode 24 jam kedua, kadar air tersebut diturunkan menjadi 20 persen, dan 3) pada periode 24 jam berikutnya, diturunkan menjadi 6 sampai 5 persen.

Metode umum pembuatan kopra terdiri atas 3 cara, yaitu : 1) pengeringan dengan sinar matahari (sun drying); 2) pengeringan dengan bara atau pengasapan di atas api (smoke curing or drying over an open fire) dan 3) pengeringan dengan pemanasan secara tidak langsung (indirect drying). Dalam prakteknya ketiga cara di atas sering dikombinasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. MINYAK KELAPA Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan ke dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan Iod (iodine value), maka minyak kelapa dapat dimasukkan ke dalam golongan non drying oils, karena bilangan iod minyak tersebut berkisar antara 7,5 10,5. Asam lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90 persen. Minyak kelapa mengandung 84 persen trigliserida dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12 persen trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4 persen trigliserida dengan satu asam lemak jenuh. Minyak kelapa yang belum dimurnikan mengandung sejumlah kecil komponen bukan minyak, misalnya fosfatida, gum, sterol (0,06 0,08 persen), tokoferol (0,003 persen) dan asam lemak bebas (kurang dari 5 persen), sterol yang terdapat di dalam minyak nabati disebut phitosterol dan mempunyai dua isomer, yaitu beta sitosterol (C29H50O) dan stigmasterol (C29H48O). Sterol bersifat tidak berwarana, tidak berbau, stabil dan berfungsi sebagai stabilizer dalam minyak. Tokoferol mempunyai tiga isomer, yaitu tokoferol (titik cair 158 - 160C), tokoferol (titik cair 138 - 140C), dan tokoferol. Persenyawaan tokoferol bersifat tidak dapat disabunkan, dan berfungsi sebagai antioksidan. Warna coklat pada minyak yang mengandung protein dan karbohidrat bukan disebabkan oleh zat warna alamiah, tetpai oleh reaksi browning. Warna ini merupakan hasil reaksi dari senyawa karbonil (berasal dari pemecahan peroksida) dengan asam amino dari protein, dan terjadi terutama pada suhu tinggi. c. MinyakWijen Minyak wijen mengandung zat tidak tersabunkan dalam jumlah relative tinggi. Tetapi kandungan tertinggi adalah sterol dan zat-zat yang tidak dapat dipisahkan dengan pemurnian, sedangkan kadar bahan non minyak lainnya relative rendah.

Minyak wijen mengandung kurang lebih 0,3-0,5 persen sesameoline, fenol berikatan 1-4 yang dikenal sebagai sesamol, dan sesamin sekitar 0,5-0,1 persen. Minyak wijen juga mengandung asam-asam lemak, yaitu oleat dan linoleat, palmitat dan stearate dan jumlahnya dapat dilihat pada tabel: Komposisi minyak wijen Asam Lemak Asam Lemak Jenuh : Palmitat Stearat Arachidat C16H32O2 C18H32O2 C20H40O2 9,1 4,3 0,8 Rumus Persen

Asam lemak Tidak Jenuh : Oleat Linoleat Linolenat C18H34O2 C18H32O2 C18H30O2 45,4 40,4

Sifat Fisiko-Kimia Minyak Wijen Sifat Bilangan penyabunan Bilangan iod Indeks bias (25 C) Bobot jenis (25/ 25oC) Bilangan Hehner
o

Nilai 188-193 109-122 1,4763 0,916-0,921 95,6-95,9

Minyak wijen bersifat larut dalam alkohol dan dapat bercampur dengan eter, petroleum benzene dan CS2, tetapi tidak larut dalam eter. Setelah dimurnikan, minyak berwarna kuning pucat dan tidak menimbulkan gejala kabut pada suhu 0oC. Minyak wijen bersifat synergist terhadap phrethrum yang merupakan sifat khas dari minyak wijen. d. Minyak Kedelai

Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi oleh varietas dan keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari trigliserida sebesar 90-95 persen, sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak bebas, sterol dan tokoferol. Minyak kedelai mempunyai kadar asam lemak jenuh sekitar 15% sehingga sangat baik sebagai pengganti lemak dan minyak yang memiliki kadar asam lemak jenuh yang tinggi seperti mentega dan lemak babi. Hal ini berarti minyak kedelai sama seperti minyak nabati lainnya yang bebas kolestrol, seperti yang ditunjukkan dalam komposisi dari minyak nabati dibawah ini. Komposisi Kimia Minyak Kedelai Asam Lemak Tidak Jenuh (85%) Asamlinoleat Asamoleat Asamlinolenat Asamarachidonat Asam lemak jenuh (15%), terdiri dari : Asam palmitat Asam stearat Asam arschidat Asam laurat Fosfolipida Lesitin Cephalin Lipositol 7-10% 2-5% 0,2-1% 0-0,1% Jumlahnya sangat kecil (trace) Terdiridari : 15-64% 11-60% 1-12% 1,5%

Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kedelai Sifat Bilangan asam Bilangan penyabunan Bilangan iod Bilangan thiosianogen Nilai 0,3-3,000 189-195 117-141 77-85

Bilangan hidroksil Bilangan Reichert Meissl Bilangan Polenske Bahan yang tak tersabunkan Indeks bias (25oC) Bobot jenis (25/ 25oC) Titer (oC)

4-8 0,2-0,7 0,2-1,0 0,5-1,6% 1,471-1,475 0,916-0,922 22-27

Minyak kedelai juga digunakan pada pabrik lilin, sabun, varnish, lacquers, cat, semir, insektisida dan desinfektans. Bungkil kedelai mengandung 40-48 persen protein dan merupakan bahan makanan ternak yang bernilai gizi tinggi, juga digunakan untuk membuat lem, plastik, larutan yang berbusa, rabuk dan serat tekstil sintesis. Bila minyak kedelai akan digunakan di bidang nonpangan, maka tidak perlu seluruh tahap pemurnian dilakukan. Misalnya untuk pembuatan sabun hanya perlu proses pemucatan dan deodorisasi, agar warna dan bau minyak kedelai tidak mencemari warna dan bau sabun yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai