Anda di halaman 1dari 14

PENENTUAN KANDUNGAN ASAM LEMAK BEBAS /FREE FATT ACID

(FFA)
PRAKTIKUM IV
(Praktikum Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Sawit)

Kelompok 6
Islamiah 2002301041
Siti Salmah 2002301065
Uswatun Hasanah 2002301023

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak
menjadi asam asamnya. Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator mutu
minyak. Asam lemak bebas dalam minyak dapat diukur menggunakan alkali
dalam larutan alkohol.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia.


Kelapa sawit yang berasal dari spesies Arecaceae atau famili Palma termasuk
tumbuhan pohon dan ketinggiannya dapat mencapai 24 m. Bunga dan buahnya
berupa tandan, dimana tandan buahnya bercabang banyak. Buah kelapa
sawitapabila masak berwarna merah kehitaman dengan daging buah yang padat.
Agar kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai minyak secara maksimal, maka
perlu dilakukan proses pengolahan kelapa sawit dari TBS (Tandan Buah Segar)
hingga dihasilkan CPO (Crude Palm Oil) .

Produk kelapa sawit dimanfaatkan untuk bahan makanan karena


mengandung kalori yang cukup tinggi dan mengandung sejumlah vitamin, antara
lain pro-vitamin A (β-karotena), tokoferol sebagai sumber pro-vitamin E dan
tokotrienol sehingga digunakandalam pembuatan minyak goreng, mentega, butter,
shortening, dll. Pemanfaatan produk kelapa sawit untuk bahan bukan makanan
berupa, sabun, deterjen, semirsepatu, lilin, tinta cetak, biodiesel, bahan kosmetik,
dll.

Secara umum proses pengolahan kelapa sawit melalui beberapa


bagianseperti, penerimaan buah, stasiun loading ramp, perebusan (sterilizer),
perontokan (threser), pelumatan (diggester), pengempaan (pressing), stasiun
kernel, pemurnian (clarifier) .

Sterilizer merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses


pengolahan kelapa sawit karena mempengaruhi proses pengolahan di stasiun
berikutnya. Di stasiun sterilizer terjadi beberapa perlakuan terhadap TBS seperti
pelunakan daging buah, pelekangan inti kernel, pengurangan kadar air TBS,
penon-aktifan enzim lipase yang meningkatkan kadar asam lemak bebas .

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
Memahami prosedur pengujian asam lemak bebas dan mengetahui kandungan
FFA pada sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit


Kelapa sawit adalah tumbuhan industri atau perkebunan yang berguna
sebagai penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar.
Perkebunan kelapa sawit dapat menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak
hutan dan perkebunan lama dikonversikan menjadi perkebunan kelapa sawit.
Produk kelapa sawit yang paling banyak diproduksi pada saat ini adalah minyak
kelapa sawit dan selebihnya merupakan produk sampingan yang dihasilkan dari
limbah kelapa sawit atau sisa pengolahan minyak. Tandan Buah Segar (TBS)
yang dihasilkan oleh kelapa sawit untuk memproduksi minyak terdiri dari
berbagai tingkat kematangan. TBS harus segera dipanen pada saat yang tepat agar
minyak yang dihasilkannya optimal.
Kualitas Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dapat ditentukan
berdasarkan kondisi TBS tersebut, seperti kematangan, atau kerusakan pada TBS.
Sejalan melalui hal-hal diatas, nilai pembelian TBS didasarkan pada bentuk
tandan serta estimasi kuantitas dan kualitas minyak yang dapat diekstrak dari
tandan itu. Hal ini membuat kematangan tandan menjadi faktor utama untuk
menentukan kuantitas dan kualitas hasil minyak. Idealnya setelah membeli TBS,
pabrik kelapa sawit harus tahu kandungan minyak setiap TBS serta
kualitasnya.Namun, jika hanya kematangan TBS, dapat ditentukan oleh
penglihatan secara manual, sementara properti lainnya tidak dapat ditentukan
sampai proses penggilingan selesai. Meskipun kandungan minyak (OC) TBS bisa
denga diukur secara manual di laboratorium, namun biayanya tidak efektif
maupun layak untuk menganalisis setiap satu TBS pada proses pengolahan.
Kendala lainnya pada pemeriksaan mutu TBS secara manual adalah risiko
kerusakan dan cedera TBS selama pemeriksaan, yang harus dihindari, karena akan
mengurangi kualitas minyak akibat kenaikan tingkat Free Fatty Acid (FFA) dalam
buah-buahan disebabkan oleh percepatan aktivitas lipolitik).[3] Tingkat FFA
menentukan harga dan kualitas Crude Palm Oil (CPO) yang dihasilkan, dan
mempengaruhi keputusan metode produksi, penyimpanan dan pemasaran CPO.
Warna khas TBS kelapa sawit dapat dijadikan suatu patokan dalam
menentukan kematangan buah kelapa sawit. Dengan machine learning, dari warna
yang diambil melalui proses pengolahan citra digital, dapat dijadikan suatu
metode untuk menentukan kematangan kelapa sawit secara non-destructive, yang
diharapkan nantinya dapat mengetahui tingkat kematangan TBS kelapa sawit
hanya berdasarkan citra yang diambil tanpa harus mengurangi kualitas minyak
yang dihasilkan TBS kelapa sawit tersebut.
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monokotil. Adapun klasifikasi
tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut :
Divisi : Embryophyta siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)
Subfamil : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq
2.2 Minyak dan Lemak
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut
dalam air, tetap larut dalam pelarut organic non-polar, misalnya dietil eter (C-
HOC-H), Kloroform(CHCI), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak
dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak
mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut.
Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam pelarut yang
sama polaritasnya dengan zat terlarut. Tetapi polaritas bahan dapat berubah karena
adanya proses kimiawi. Misalnya asam lemak dalam larutan KOH berada dalam
keadaan terionisasi dan menjadi lebih polar dari aslinya sehingga mudah larut
serta dapat diekstraksi dengan air. Ekstraksi asam lemak yang terionisasi ini dapat
dinetralkan kembali dengan menambahkan asam sulfat encer (10 N).
Sehingga kembali menjadi tidak terionisasi dan kembali mudah diekstraksi
dengan pelarut non-polar.. Lemak minyak merupakan senyawaan trigliserida atau
triasgliserol yang berarti "triester dari gliserol". Jadi lemak dan minyak juga
merupakan senyawaan ester. Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam
karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang
mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.
2.3 Klasifikasi Minyak dan Lemak
Umum minyak dan lemak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Minyak dan lemak sederhana (simple lipid) merupakan ester asam lemak
dan alkohol
b) Minyak dan lemak merupakan ester dari gliserol dan asam
monokarboksilat (asam lemak) Wax (lilin) merupakan ester
monokarboksilat alkohol berantai panjang dan asam lemak
c) Minyak dan lemak campuran (compound lipid) : simple lipid yang
berkonjugasi dengan molekul non lipid Phospholipid merupakan ester
yang mengandung asam lemak dan berikatan dengan nitrogen, Glikolipid
campuran karbohidrat, asam lemak dan spingosinol , dan Lipoprotein
komplek dari bermacam-macam lipid dan protein
d) Turunan minyak dan lemak (derivat lipid) : hasil dari hidrolisis lipid
a. Asam lemak
b. Alkohol : berantai memanjang atau siklik, tidak larut dalam air
(sterol, vitamin A)
c. Hidrokarbon (karotenoid
d. Vitamin yang dapat larut dalam lemak (E, D, dan K).
e) Sifat-sifat minyak dan lemak
1. Tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan oleh adanya asam lemak berantai
karbon panjang dan tidak adanya gugus - gugus polar
2. Viskositas minyak dan lemak biasanya bertambah dengan bertambahnya
panjang rantai karbon, berkurang dengan. naiknya suhu, dan tidak
jenuhnya rangkaian karbon
3. Minyak dan lemak lebih berat dalam keadaan padat pada dalam keadaan
cair. Berat jenisnya lebih tinggi untuk trigliserida dengan berat molekul
rendah dan tidak jenuh. Berat jenis menurun dengan bertambah suhunya
4. Titik cair minyak dan lemak ditentukan beberapa faktor. Makin pendek
rantai asam lemak, makin rendah titik caimya. Cara-cara penyebaran
asam-asam lemak juga mempengaruhi titik cairnya
2.4. Reaksi Pada Minyak dan Lemak
Reaksi-reaksi penting yang terdapat dalam minyak dan lemak. adalah
sebagai berikut :
1. Hidrolisa
Dalam proses hidrolisa minyak atau lemak akan dirubah menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliserol. Proses hidrolisa yang mengakibatkan kerusakan
minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air pada minyak dan
lemak. Proses ini akan mengakibatkan hydrolitic rancidity yang menghasilkan
rasa tengik pada minyak atau lemak.
2. Oksidasi
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak sejumlah oksigen
dengan minyak atau lemak. Terjadinya oksidasi ini dapat mengakibatkan
ketengikan pada minyak dan lemak. Terdapatnya sejumlah oksigen serta logam-
logam yang bersifat katalisator akan mempercepat. berlangsungnya proses
oksidasi. Proses oksidasi akan menghasilkan sejumlah aldehida, keton, dan asam-
asam lemak bebas yang akan menimbulkan bau yang tidak enak. Proses oksidasi
juga membentuk komponen yang disebut peroksida. Oleh karena itu dapat
dilakukan dengan mengetahui jumlah bilangan peroksida (Achmad Brasah. 1985).
3. Hidrogenasi
Proses ini bertujuan untuk menjauhkan ikatan rangkap dari rantai karbon
asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi hidrogenasi ini dilakukan dengan
menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator.
setelah proses hidrogenasi selesai, minyak di dinginkan dan katalisator dipisahkan
dengan di saring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras
tergantung pada derajat kejenuhan.
4. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari
trigliserida dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi
kimia yang disebut interesterifikas atau pertukaran ester yang didasarkan pada
prinsip transesterifikasi friedel-craft. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini,
hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak seperti asam lemak dan asam
kaproat yang menyebabkan bau tidak enak, dapat diukur dengan rantai panjang
yang bersifat tidak menguap .
BAB III
METODE

3.1 Waktu dan tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin 22 November 2021 pukul
13.00 – selesai ,bertempat diruang pengujian Politeknik Negeri Tanah Laut.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan antara lain : alat tulis, Neraca analitik Erlenmeyer
150 ml .,Hotplate , Buret ,Statif.Pipet tetes ,Gelas beaker 250 ml ,Gelas ukur 10
ml ,handphone,kouta internet ,dan laptop.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 1 tandan buah kelapa
sawit, Sampel (CPO) ,Alkohol/Isopropanol Alcohol , Indikator PP ,NaOH,
Aquades.
3.3 Prosedur Kerja
1. Ditimbang 5 gram sampel minyak CPO dalam erlenmeyer 250 ml.
2. Ditambahkan 50 ml Isopropanol Alcohol. Kemudian dipanaskan di atas
hotplate sambil digoyang-goyangkan hingga sampel minyak larut.
3. Didinginkan dan ditetesi indikator PP sebanyak 2 tetes + 20 ml
4. Dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N tetes demi tetes sampai
timbul warna jingga yang dapat bertahan minimal 30 detik.
5. Dicatat pemakaian NaOH 0,1 N.
6. Dihitung kadar FFA
7. Dibuat dalam bentuk laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Perhitungan kadar FFA

Perhitungan kadar FFA = x 100 %


,
= 5.
x 100 %

= .
x 100 %

= 7.66 %
Keterangan :
V= Volume NaoH yang digunakan ( ml)
N=Normalitas larutan NaOH = 0,1
m = Berat sampel minyak yang digunakan
25,6 = Berat molekul CPO (palmitat)

4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil Perhitungan kadar
FFA sebesar 7.66 % .
,Asam lemak bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun
pertama minyak. Asam lemak mudah di jumpai dalam minyak goreng maupun
margarine dan asam lemaktidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat
berderajat tinggi ( rantai C lebih tinggi dari rantai G).
Asam lemak bebas disebut juga Free Fat Acid (FFA) yang dapat dijadikan
standar mutu dari suatu minyak. Penentuan asam lemak bebas dapat dilakukan
dengan melarutkan minyak sekitar = 28 gram dengan alcohol murni yang panas.
Kemudian ditambahkan beberapa tetes indicator PP dan di titrasi dengan
KOH/NaOH 0.1 N sehingga menunjukan perubahan warna merah jambu. Asam
lemak bebas dinyatakan sebagai FFA atau angka asam
Kualitas Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dapat ditentukan
berdasarkan kondisi TBS tersebut, seperti kematangan, atau kerusakan pada TBS.
Sejalan melalui hal-hal diatas, nilai pembelian TBS didasarkan pada bentuk
tandan serta estimasi kuantitas dan kualitas minyak yang dapat diekstrak dari
tandan itu. Hal ini membuat kematangan tandan menjadi faktor utama untuk
menentukan kuantitas dan kualitas hasil minyak. Idealnya setelah membeli TBS,
pabrik kelapa sawit harus tahu kandungan minyak setiap TBS serta
kualitasnya.Namun, jika hanya kematangan TBS, dapat ditentukan oleh
penglihatan secara manual, sementara properti lainnya tidak dapat ditentukan
sampai proses penggilingan selesai. Meskipun kandungan minyak (OC) TBS bisa
denga diukur secara manual di laboratorium, namun biayanya tidak efektif
maupun layak untuk menganalisis setiap satu TBS pada proses pengolahan.
Selain itu Kelapa sawit adalah tumbuhan industri atau perkebunan yang
berguna sebagai penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar.
Perkebunan kelapa sawit dapat menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak
hutan dan perkebunan lama dikonversikan menjadi perkebunan kelapa sawit.
Produk kelapa sawit yang paling banyak diproduksi pada saat ini adalah minyak
kelapa sawit dan selebihnya merupakan produk sampingan yang dihasilkan dari
limbah kelapa sawit atau sisa pengolahan minyak. 1 Tandan Buah Segar (TBS)
yang dihasilkan oleh kelapa sawit untuk memproduksi minyak terdiri dari
berbagai tingkat kematangan. TBS harus segera dipanen pada saat yang tepat agar
minyak yang dihasilkannya optimal.
BABV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan laporan praktikum dapat disimpulkan bahwa :
1. Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak
menjadi asam asamnya. Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator
mutu minyak. Asam lemak bebas dalam minyak dapat diukur
menggunakan alkali dalam larutan alkohol.
2. Kelapa sawit adalah tumbuhan industri atau perkebunan yang berguna
sebagai penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar.
Perkebunan kelapa sawit dapat menghasilkan keuntungan besar sehingga
banyak hutan dan perkebunan lama dikonversikan menjadi perkebunan
kelapa sawit.
3. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil Perhitungan kadar
FFA sebesar 7.66 % .
5.2 Saran
Berdasarkan laporan yang telah kami paparkan mengenai yang menjadi
pokok bahasan dalam Laporan ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul Laporan ini.
Kami banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnannya laporan ini dan penulisan
laporan di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga laporan ini berguna bagi
kami dan bagi orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti,Eny Yuliyanti ,Dan A Ghanaim Fasya.. (2010). Penurunan Angka


Peroksida Dan Asam Lemak Bebas ( FFA ).

Fauziah. Saifuddin S,Dan Ulfah N.(2013). Analisis Kadar Asam Lemak Bebas.

Nanang, A. (2016). Keanekaragamaan Kelapa Sawit Pada Perkebunann Kelapa


Sawi Rakyat Dikabupaten Dharmasraya ,. Sumatera Barat: Skripsi
.Program Studi Agroeteknlogi Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

Panjaitan .L..D., P. (2013). Respon Morfologi Dan Fisiologi Pada Kelapa Sawit (
Elaeis Guieneensis Jacq ) Terhadp Aplikasi Kelapa Sawit.

Pahan, Iyung . (2013). Panduang Lengkap Kelapa Sawit .Manajemen Agribisnis


Dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta Timur: Penebar Swadaya ,Cibubur ,.

Pratama, C. D. (( 2020,Desember 31)). Retrieved From Https ://


Www.Kompas.Com/Skola/Read/2020/12/31/110312869/Pengembang-An
Produk-Definisi -Tujuan-Dan-Strategi-Pengembangannya kelapa sawit
LAMPIRAN

Gambar proses penimbangan

Gambar hasil kadar FFA

Anda mungkin juga menyukai