Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini telah ditemukan suatu teknologi daur ulang mengolah minyak
jelantah menjadi minyak layak pakai kembali dalam keadaan bersih tanpa
kotoran, dengan menggunakan ampas tebu sebagai bahan penyerap. Bahan
penyerap tebu yang sudah dijadikan partikel bisa langsung digunakan dengan
mudah oleh ibu-ibu rumah tangga untuk memproses minyak jelantah menjadi
minyak layak pakai. Penggunaan ampas tebu juga merupakan satu solusi
mengurangi limbah padat perkotaan.
Oleh karena itu, kami berusaha untuk meneliti proses pemurnian minyak
jelantah sehingga dapat digunakan kembali menjadi minyak goreng layak pakai
sesuai kadar analisis minyak goreng yang bagus (baru). Selain itu kami
membandingkan pula kadar analisis akhir setelah diproses menggunakan
adsorben ampas tebu.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar, biasanya
digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya
dihasilkan dari tanaman, seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung,
kedelai. Minyak goreng diperoleh dari hasil tahap akhir proses pemurnian minyak
dan terdiri atas beragam jenis senyawa trigliserida. Lemak dan minyak adalah
bahan-bahan yang tidak larut dalam air yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Minyak yang digunakan dalam makanan sebagian besar adalah
trigliserida.
Minyak goreng merupakan trigliserida yang tersusun atas unit asam lemak.
Trigliserida dari suatu minyak mengandung sekitar 94-96% asam lemak sehingga
sifat fisikokimia minyak sangat tergantung pada sifat asam lemaknya, terutama
yang jumlahnya paling besar. Menurut ikatan pada rantai karbonnya, asam lemak
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
Asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan rangkap pada rantai karbonnya,
sedangkan asam lemak tak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan rangkap. Minyak
goreng tersusun oleh berbagai jenis asam lemak jenuh/tak jenuh. Sebagai contoh,
minyak sawit mengandung asam palmitat (44%), oleat (39,2%), asam linoleat
(10,1%), asam stearat (4,5%), asam miristat (1,1%), asam linolenat (0,4%) dan
asam laurat (0,2%).
1) Oksidasi
2) Polimerisasi
3) Hidrolisis
Komposisi
Kimia % Kandungan
Abu
Lignin 0,79
Pentosa 12,70
Sari (alkohol, 27,90
benzena) 2,00
Selulosa 44,70
Kelarutan 3,70
dalam air panas
Sumber: Balai Besar Penelitian & Pengembangan Industri Selulosa, 1986
Selama ini pemanfaatan ampas tebu (sugar cane bagasse) yang
dihasilkan masih terbatas untuk makanan ternak, bahan baku pembuatan pupuk,
pulp, particle board, dan untuk bahan bakar boiler di pabrik gula. Di samping
terbatas, nilai ekonomi yang diperoleh juga belum tinggi. Oleh karena itu,
diperlukan adanya pengembangan proses teknologi sehingga terjadi diversifikasi
pemanfaatan limbah pertanian yang ada.
Berdasarkan penelitian, senyawa kimia yang terkandung dalam ampas
tebu yaitu :
Tabel 2.3 Senyawa Kimia dalam Ampas Tebu
Senyawa Jumlah
SiO2 70.79
Al2O3 0.33
Fe2O3 0.36
K2O 4.82
Na2O 0.43
MgO 0.82
C5H10O5 22.27
C7H10O3
C5H8O4
Sumber : Hasil analisa No 4246/LT AKI/XI/99 oleh Team Afiliansi dan
Konsultasi Industri ITS Surabaya
Dari data di atas, jelas terlihat bahwa senyawa kimia yang dominan adalah
SiO2 (silika) sebesar 70,97 %. Silika tersebut dapat digunakan sebagai
adsorben,katalis dan lain-lain.
1. Jenis Tebu
Bila tebu dipotong, akan terlihat serat-serat dan terdapat cairan yang manis.
Serat dan kulit batang biasa disebut sabut dengan persentase sekitar 12,5% dari
bobot tebu. Cairannya disebut nira dengan persentase 87,5%. Istilah yang tidak
bisa dipisahkan dengan nira adalah rendeman. Rendeman secara umum diartikan
sebagai persen jumlah yang dapat dimanfaatkan dari jumlah keseluruhan.
Rendeman tebu menunjukkan besar kecilnya kandungan gula didalam batang
tebu. Berikut adalah rendeman dan varietas dari ketiga jenis tebu (tebu hitam,
tebu kuning dan tebu hijau).
a. Tebu hitam
No Jurnal Hasil
1 Ayu Dinda Permatasari, 2021,. Penentuan kadar asam lemak
Penentuan Kualitas Minyak Goring bebas minyak jelantah adalah
Besas Setelah Penambahan Adsorben 0,132%.
Alami Dari Bonggol Jagung Dan Ampas
Tebu.
2 Erna Wati Ibnu Hajar., 2016,. Peroses Penentuan kadar asam lemak
Pemurnian Minyak Jelantah bebas minyak jelantah pada
Menggunakan Ampas Tebu Dan ampas temu mengalami
Bonggol Jagung penurunan kadar lemak
bebas yaitu 0,19%
3 Indah Nurdiani,. 2021,. Pengaruh Penentuan kadar asam lemak
Ukuran Partikel Dan Waktu bebas minyak jelantah pada
Perendaman Ampas Tebu Pada ampas tebu adalah 0,475 %
Peningkatan Kualitas Minyak Jelantah.
4 Neila Sulung,. 2019,. Efektivitas Ampas Penentuan kadar asam lemak
Tebu Sebagai Adsorben Untuk bebas minyak jelantah pada
Pemurnian Minyak Jelantahperoduk ampas tebu adalah 0,233 %
Sanjai
5 Winda Trisna. 2018,. Selulosa Dari Penentuan kadar asam lemak
Ampas Tebu Sebagai Adsorben Pada bebas minyak jelantah pada
Minyak Bekas Penggorengan. ampas tebu adalah 1,008 %
6 Ajeng mahya sugesti,. 2019 Analisa Penurunan kadar asam lemak
efektifitas penyebaran asam lemak bebas minyak jelantah pada
bebas pada minyak jelantah ampas tebu selama 3 hari
menggunakan ampas tebu. dengan ukuran partikel 150
µm adalah 0,33 %
7 Untung Waluyo,. 2020,. Review: Ampas tebu dengan partikel
Penjernihan Minyak Goreng Bekas paling kecil mampu
Menggunakan Berbagai Jenis Adsorben menurunkan asam lemak
Alami. bebas yang terkecil hingga
0,099%.
8 Hra Mulyani,. 2017,. Kualitas Minyak Penurunan kadar asam lemak
Jelantah Hasil Pemurnian Menggunakan pada minyak jelantah dengan
Variasi Absorben Ditinjau Dari Sifat menggunakan ampas tebu
Kimia Minyak ialah sebesar 1,35 %
9 A. fuadi Ramdja, 2015,. Pemurnian Kadar asam lemak pada
minyak jelantah menggunakan ampas minyak jelantah dengan 4
tebu jam perendaman dan dengan
ukuran partikel 150µm
mencapai 0,0999%
10 Sirril Mufidah., 2016,. Penurunan asam Asam lemak bebas pada
lemak bebas pada minyak goreng bekas minyak goreng bekas
menggunakan ampas tebu untuk sebelum perendaman sebesar
pembuatan sabun 0,30%, kemudian setelah
dilakukan perendaman
selama 24, 48 dan 72 jam
masing-masing adalah
0.25%, 0.20% dan 0.15%
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1 Alat
1. Erlenmeyer
2. Alat titrasi
3. Beaker Gelas
4. Hot Plate
5. Pipet Tetes
6. Termometer
7. Pengaduk
8. Ayakan
9. Kertas Saring
10. Neraca Analitis
11. Blender
3.1.1 Bahan
1. Minyak jelantah
2. Minyak goreng baru
3. NaOH/KOH
4. Indikator PP
5. Ampas tebu
6. Aquadest
7. Akohol
3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1 Pengolahan ampas tebu
1. Siapkan ampas tebu yang diperoleh dari sisa- sisa penggilingan sari tebu.
2. Kemudian cuci bersih ampas tebu tersebut dari kotoran-kotoran yang
melekat.
3. Setelah dicuci, keringkan ampas tebu tersebut di bawah terik matahari.
4. Selanjutnya giling ampas tebu yang telah kering hingga menjadi bubuk tebu.
5. Bubuk tebu tersebut di ayak dengan berbagai variasi ukuran diameter
partikel.
% FFA =
Ampas tebu di
haluskan
Analisis