Anda di halaman 1dari 18

PEMURNIAN MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN

AMPAS TEBU SEBAGAI ADSORBEN

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat yang di perlukan


untuk lulus mata kuliah metodologi penelitian

Disusun Oleh :

Ika Nurdiah 190140133

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS

TEKNIK UNIVERSITAS MALIKUSSALEH


LHOKSEUMAWE
2022
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai


alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng sebagai media
penggorengan sangat penting dan kebutuhannya semakin meningkat. Kini krisis
minyak goreng nyaris merata di hamper seluruh kota di Negara yang menjadi
salah satu penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia ini.

Dengan kondisi harga minyak goreng yang semakin melambung tinggi,


membuat sejumlah kalangan masyarakat untuk berpikir kreatif mendaur ulang
minyak goreng bekas pakai atau yang biasa disebut dengan minyak jelantah.

Dewasa ini telah ditemukan suatu teknologi daur ulang mengolah minyak
jelantah menjadi minyak layak pakai kembali dalam keadaan bersih tanpa
kotoran, dengan menggunakan ampas tebu sebagai bahan penyerap. Bahan
penyerap tebu yang sudah dijadikan partikel bisa langsung digunakan dengan
mudah oleh ibu-ibu rumah tangga untuk memproses minyak jelantah menjadi
minyak layak pakai. Penggunaan ampas tebu juga merupakan satu solusi
mengurangi limbah padat perkotaan.
Oleh karena itu, kami berusaha untuk meneliti proses pemurnian minyak
jelantah sehingga dapat digunakan kembali menjadi minyak goreng layak pakai
sesuai kadar analisis minyak goreng yang bagus (baru). Selain itu kami
membandingkan pula kadar analisis akhir setelah diproses menggunakan
adsorben ampas tebu.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mendaur ulang minyak jelantah menggunakan ampas tebu
sebagai adsorben.
2. membandingkan pula kadar analisis akhir setelah diproses
menggunakan adsorben ampas tebu.
1.3 Tujuan
pemurnian minyak jelantah menggunakan ampas tebu
sebagai adsorben.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa, bisa melakukan proses pemurnian minyak
jelantah menggunakan ampas tebu.
2. Bagi masyarakat, bisa mengetahui cara pemurnian
sederhana menggunakan ampas tebu.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :
1. Bahan baku pemurnian minyak jelantah di ambil dari
restoran atau minyak rumah tangga.
2. Membandingkan kadar analisis akhir setelah di peroses
menggunakan adsorben ampas tebu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Goreng

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar, biasanya
digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya
dihasilkan dari tanaman, seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung,
kedelai. Minyak goreng diperoleh dari hasil tahap akhir proses pemurnian minyak
dan terdiri atas beragam jenis senyawa trigliserida. Lemak dan minyak adalah
bahan-bahan yang tidak larut dalam air yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Minyak yang digunakan dalam makanan sebagian besar adalah
trigliserida.

Trigliserida merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol


dengan tiga molekul asam lemak. Rumus umum asam lemak adalah COOH,
dimana menunjukkan suatu rantai hidrokarbon. Melalui reaksi kondensasi setiap
gugus –OH dari gliserol bereaksi dengan –COOH dari asam lemak membentuk
sebuah molekul lemak.

Minyak goreng merupakan trigliserida yang tersusun atas unit asam lemak.
Trigliserida dari suatu minyak mengandung sekitar 94-96% asam lemak sehingga
sifat fisikokimia minyak sangat tergantung pada sifat asam lemaknya, terutama
yang jumlahnya paling besar. Menurut ikatan pada rantai karbonnya, asam lemak
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
Asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan rangkap pada rantai karbonnya,
sedangkan asam lemak tak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan rangkap. Minyak
goreng tersusun oleh berbagai jenis asam lemak jenuh/tak jenuh. Sebagai contoh,
minyak sawit mengandung asam palmitat (44%), oleat (39,2%), asam linoleat
(10,1%), asam stearat (4,5%), asam miristat (1,1%), asam linolenat (0,4%) dan
asam laurat (0,2%).

Minyak dapat digunakan sebagai medium penggoreng bahan pangan.


Proses penggorengan adalah cara pengolahan yang cepat karena suhu yang
digunakan tinggi, biasanya sekitar 180℃, dan pemindahan panas dari lemak atau
minyak ke dalam makanan berlangsung cepat. Selama penggorengan sebagian
minyak akan teradsorbsi masuk kebagian luar bahan goreng dan mengisi ruang
kosong yang semula diisi oleh air. Hasil penggorengan biasanya mengandung 5-
40% minyak. Minyak digunakan selama untuk menggoreng sifatnya akan
berubah, semakin lama digunakan semakin banyak perubahan yang terjadi.
Misalnya minyak tersebut akan semakin kotor akibat terbentuknya warna coklat
dan semakin kental.

2.2 Minyak Jelantah

Minyak goreng bekas adalah minyak goreng yang sudah digunakan


beberapa kali pemakaian oleh konsumen. Selain warnanya yang tidak menarik
dan berbau tengik, minyak bekas juga mempunyai potensi besar dalam
membahayakan kesehatan tubuh. Minyak bekas mengandung radikal bebas yang
setiap saat siap untuk mengoksidasi organ tubuh secara perlahan. Minyak bekas
kaya akan asam lemak bebas. Terlalu sering mengkonsumsi minyak bekas dapat
meningkatkan potensi kanker didalam tubuh. Menurut para ahli kesehatan,
minyak goreng hanya boleh digunakan dua sampai empat kali untuk menggoreng.

Minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk kelompok lipida.


Satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida (termasuk minyak) adalah
daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya ether, benzene, khloroform) atau
sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah


minyak goreng tersebut adalah bekas pakai atau tidak, yaitu dapat dilakukan
dengan cara :

a. Biasanya minyak campuran tidak mempunyai kebeningan yang


sempurna.

b. Walaupun telah disaring, ada beberapa partikel sisa penggorengan


yang tertinggal dalam minyak tersebut.

c. Minyak yang pernah dipakai untuk menggoreng ayam akan tercium


bau ayam pada minyak bekas tersebut.

d. Minyak bekas berasap walaupun baru dipakai. Jika pada saat


penggorengan minyak itu menimbulkan terbentuknya busa terlalu
banyak, maka itu merupakan tanda-tanda minyak telah rusak.

Kerusakan minyak selama proses menggoreng akan mempengaruhi mutu


dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses
oksidasi dan polimerisasi akan menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang
menarik dan cita rasa yang tidak enak, serta kerusakan sebagian vitamin dan asam
lemak esensial yang terdapat dalam minyak.

Kerusakan minyak karena pemanasan pada suhu tinggi, disebabkan oleh


proses oksidasi, polimerisasi dan hidrolisis.

1) Oksidasi

Oksidasi minyak akan menghasilkan senyawa aldehida, keton, hidrokarbon,


alkohol, lakton serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik. Kerusakan
minyak karena proses oksidasi, terdiri dari 6 tahap, sebagai berikut:

a. Pada permulaan terbentuk volatile decomposition product (VDP) yang


dihasilkan dari pemecahan rantai karbon asam lemak.

b. Proses oksidasi disusul dengan proses hidrolisa trigliserida karena adanya


air. Hal ini terbukti dari kenaikan jumlah asam lemak bebas dalam
minyak.

c. Oksidasi asam-asam lemak berantai panjang.

d. Degradasi ester oleh panas.

2) Polimerisasi

Pembentukan senyawa polimer selama proses menggoreng terjadi karena


reaksi polimerisasi adisi dari asam lemak tak jenuh. Hal ini terbukti dengan
terbentuknya bahan menyerupai gum yang mengendap di dasar ketel atau wadah
penggoreng. Kerusakan lemak atau minyak akibat pemanasan pada suhu tinggi
(200- 250℃) akan mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam
penyakit, misalnya diare, pengendapan lemak dalam pembuluh darah (arthero
sclerosis), kanker, dan menurunkan nilai cerna lemak.

3) Hidrolisis

Hidrolisis minyak menghasilkan asam-asam lemak bebas yang dapat


mempengaruhi cita rasa dan bau. Hidrolisis disebabkan oleh adanya air dalam
minyak karena kegiatan enzim. Enzim lipase menghidrolisis lemak, memecahkan
menjadi gliserol dan asam lemak. Lipase dapat terkandung secara alami pada
lemak dan minyak, tetapi enzim itu dapat diinavikasi dengan pemanasan. Enzim
ini dapat pula dihasilkan oleh mikroorganisme yang terdapat pada bahan makanan
berlemak.

2.3 Analisis Minyak


Analisa lemak dan minyak yang umum dilakukan pada bahan makanan
dapat digolongkan dalam tiga kelompok tujuan ini :
1. Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak atau minyak yang
terdapat dalam bahan makanan.
2. Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang
berkaitan dengan proses ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan
pemurnian lanjutan misalnya penjernihan (refining), penghilangan bau
(deodorizing), penghilangan warna (bleaching), dan sebagainya.
Penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat berhubungan erat
dengan kekuatan daya simpannya, sifat gorengnya, baunya maupun
rasanya. Tolok ukur kualitas ini termasuk angka asam lemak bebas (Free
Fatty Acid atau FFA), bilangan peroksida, tingkat ketengikan, dan kadar
air.
3. Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat
minyak tertentu.

2.4 Penentuan Kualitas Minyak


2.4.1 Kadar Air
Air bila terdapat dalam minyak dapat mempercepat terjadinya hidrolisa
minyak menjadi gliserol atau asam lemak (FFA). Bila minyak terhidrolisa,
maka minyak akan menjadi tengik sehingga dapat menurunkan kualitas
minyak. Reaksi hidrolisa minyak dapat terjadi selama penyimpanan.
2.4.2 Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid / FFA)
Asam lemak bebas ditentukan sebagai kandungan asam lemak yang
terdapat paling banyak dalam minyak tertentu. Demikian asam lemak bebas
sebagai berikut ini dipakai sebagai tolok ukur jenis minyak tertentu :
Tabel 2.1 Jenis - Jenis Asam Lemak Bebas

Sumber Asam lemak Bobot


minyak terbanyak molekul
Kelapa sawit Palmitat 256
C16 H32 O2
Kelapa, inti Laurat C12H24O2 200
sawit
Susu Oleat C18H34O2 282
Jagung, Linoleat 278
Kedelai C18 H32 O2
Suhardi, Bambang dan Slamet, 1997

2.5 Tebu (Saccharum Officinarum )


Tebu (Saccharum Officinarum L) termasuk salah satu dalam kelompok
rumput-rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika basa, namun
masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika. Berikut
merupakan klasifikasi botani tanamaan tebu (Plantamor, 2012) :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu/monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L
Menurut Nadia (2012), morfologi tanaman tebu secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :
a. Akar : berbentuk serabut, tebal dan berwarna
b. Batang : berbentuk ruas-ruas yang dibatasi oleh buku-buku, penampang
melintang agak pipih, berwarna hijau kekuningan
c. Daun : berbentuk pelepah, panjang 1-2m, lebar 4-8 cm, pemikaan kasar
dan berbuluh, berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua dan hitam.
d. Bunga : berbentuk bunga majemuk, panjang sekitar.
Tabel 2.2 Komponen- komponen yang terdapat dalam batang tebu
Komponen Jumlah
monosakarida 0,5-1,5
Sukrosa 11-19
Zat-zat organik 0,5-1,5
Zat-zat anorganik 0,15
Sabut 11-19
Air 65-75
Bahan lain 12

Ampas tebu merupakan limbah selulosa yang banyak sekali potensi


pemanfaatannya. Selain yang telah disebutkan di atas, ampas tebu juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan kanvas rem, furfural, sirup glukosa,
etanol, CMC (carboxymethil cellulose) dan bahan penyerap (adsorben). Ampas
tebu mengandung serat (selulosa, pentosan dan lignin), abu dan air. Ampas tebu
juga dapat dimanfaatkan sebagai adsorben logam berat seperti Zn2+(90%), Cd2+
(70%), Pb2+(80%) dan Cu2+ (55%), (Apriliani, A ,2010).

Pemurnian minyak goreng bekas dengan menggunakan adsorben dapat


meningkatkan kualitas minyak itu. Proses peningkatan kualitas minyak bekas
dilakukan dengan cara menghilangkan senyawa yang teroksidasi, zat warna,
senyawaan non polar dan berbagai macam senyawa polimer. (Robiah, 2018).

Ampas tebu merupakan limbah selulosa yang banyak sekali potensi


pemanfaatannya. Ampas tebu juga dapat dimanfaakan sebagai bahan untuk
pembuatan kertas rem fulfural, sirup glukosa, etanol, CMC (Carboxymethil
Cellulose) dan bahan penyerap (adsorben). 24 Sabut yang terkandung dalam
ampas tebu tersusun dari beberapa komponen penyusun yakni: Selulosa, pentosa,
dan lignin. Selulosa merupakan molekul besar yang terdiri dari unit-unit glukosa
yang dapat mencapai 12000 unit, selulosa merupakan unsur pembentuk utama
kerangka tanaman, 25 pentosa merupakan monosakarida yang tersusun dari 5
atom C per molekulnya dan tergantung pada sifat gugus karbonilnya, 26
sedangkan lignin merupakan zat yang menyusun bagian terbesar dari massa kayu :
salah satu zat selain selulosa dan bersama selulosa membentuk dinding sel dari
kayu tanaman

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Ampas Tebu

Komposisi
Kimia % Kandungan
Abu
Lignin 0,79
Pentosa 12,70
Sari (alkohol, 27,90
benzena) 2,00
Selulosa 44,70
Kelarutan 3,70
dalam air panas
Sumber: Balai Besar Penelitian & Pengembangan Industri Selulosa, 1986
Selama ini pemanfaatan ampas tebu (sugar cane bagasse) yang
dihasilkan masih terbatas untuk makanan ternak, bahan baku pembuatan pupuk,
pulp, particle board, dan untuk bahan bakar boiler di pabrik gula. Di samping
terbatas, nilai ekonomi yang diperoleh juga belum tinggi. Oleh karena itu,
diperlukan adanya pengembangan proses teknologi sehingga terjadi diversifikasi
pemanfaatan limbah pertanian yang ada.
Berdasarkan penelitian, senyawa kimia yang terkandung dalam ampas
tebu yaitu :
Tabel 2.3 Senyawa Kimia dalam Ampas Tebu
Senyawa Jumlah
SiO2 70.79
Al2O3 0.33
Fe2O3 0.36
K2O 4.82
Na2O 0.43
MgO 0.82
C5H10O5 22.27
C7H10O3
C5H8O4
Sumber : Hasil analisa No 4246/LT AKI/XI/99 oleh Team Afiliansi dan
Konsultasi Industri ITS Surabaya
Dari data di atas, jelas terlihat bahwa senyawa kimia yang dominan adalah
SiO2 (silika) sebesar 70,97 %. Silika tersebut dapat digunakan sebagai
adsorben,katalis dan lain-lain.

1. Jenis Tebu
Bila tebu dipotong, akan terlihat serat-serat dan terdapat cairan yang manis.
Serat dan kulit batang biasa disebut sabut dengan persentase sekitar 12,5% dari
bobot tebu. Cairannya disebut nira dengan persentase 87,5%. Istilah yang tidak
bisa dipisahkan dengan nira adalah rendeman. Rendeman secara umum diartikan
sebagai persen jumlah yang dapat dimanfaatkan dari jumlah keseluruhan.
Rendeman tebu menunjukkan besar kecilnya kandungan gula didalam batang
tebu. Berikut adalah rendeman dan varietas dari ketiga jenis tebu (tebu hitam,
tebu kuning dan tebu hijau).
a. Tebu hitam

Gambar II.1 Tebu Hitam


Tebu hitam termasuk kedalam varietas tebu tipe PS 82-2591 dengan
persentase rendeman 8,34-11,73%.
b. Tebu Kuning

Gambar II.2 Tebu Kuning


Tebu hijau termasuk varietas tebu tipe PS 82-3208 dengan persentase
rendeman 9,3-12,25%. Berdasarkan hal diatas, adapun yang membedakan ketiga
jenis tebu tersebut adalah persentase rendeman masing-masing tebu.

2.6 Kutipan Jurnal

No Jurnal Hasil
1 Ayu Dinda Permatasari, 2021,. Penentuan kadar asam lemak
Penentuan Kualitas Minyak Goring bebas minyak jelantah adalah
Besas Setelah Penambahan Adsorben 0,132%.
Alami Dari Bonggol Jagung Dan Ampas
Tebu.
2 Erna Wati Ibnu Hajar., 2016,. Peroses Penentuan kadar asam lemak
Pemurnian Minyak Jelantah bebas minyak jelantah pada
Menggunakan Ampas Tebu Dan ampas temu mengalami
Bonggol Jagung penurunan kadar lemak
bebas yaitu 0,19%
3 Indah Nurdiani,. 2021,. Pengaruh Penentuan kadar asam lemak
Ukuran Partikel Dan Waktu bebas minyak jelantah pada
Perendaman Ampas Tebu Pada ampas tebu adalah 0,475 %
Peningkatan Kualitas Minyak Jelantah.
4 Neila Sulung,. 2019,. Efektivitas Ampas Penentuan kadar asam lemak
Tebu Sebagai Adsorben Untuk bebas minyak jelantah pada
Pemurnian Minyak Jelantahperoduk ampas tebu adalah 0,233 %
Sanjai
5 Winda Trisna. 2018,. Selulosa Dari Penentuan kadar asam lemak
Ampas Tebu Sebagai Adsorben Pada bebas minyak jelantah pada
Minyak Bekas Penggorengan. ampas tebu adalah 1,008 %
6 Ajeng mahya sugesti,. 2019 Analisa Penurunan kadar asam lemak
efektifitas penyebaran asam lemak bebas minyak jelantah pada
bebas pada minyak jelantah ampas tebu selama 3 hari
menggunakan ampas tebu. dengan ukuran partikel 150
µm adalah 0,33 %
7 Untung Waluyo,. 2020,. Review: Ampas tebu dengan partikel
Penjernihan Minyak Goreng Bekas paling kecil mampu
Menggunakan Berbagai Jenis Adsorben menurunkan asam lemak
Alami. bebas yang terkecil hingga
0,099%.
8 Hra Mulyani,. 2017,. Kualitas Minyak Penurunan kadar asam lemak
Jelantah Hasil Pemurnian Menggunakan pada minyak jelantah dengan
Variasi Absorben Ditinjau Dari Sifat menggunakan ampas tebu
Kimia Minyak ialah sebesar 1,35 %
9 A. fuadi Ramdja, 2015,. Pemurnian Kadar asam lemak pada
minyak jelantah menggunakan ampas minyak jelantah dengan 4
tebu jam perendaman dan dengan
ukuran partikel 150µm
mencapai 0,0999%
10 Sirril Mufidah., 2016,. Penurunan asam Asam lemak bebas pada
lemak bebas pada minyak goreng bekas minyak goreng bekas
menggunakan ampas tebu untuk sebelum perendaman sebesar
pembuatan sabun 0,30%, kemudian setelah
dilakukan perendaman
selama 24, 48 dan 72 jam
masing-masing adalah
0.25%, 0.20% dan 0.15%
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di laboraturium Jurusan Teknik Kimia Universitas
Malikussaleh (unimal) pada bulan Maret 2022
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penjernihan minyak jelantah ini
adalah :

3.2.1 Alat
1. Erlenmeyer
2. Alat titrasi
3. Beaker Gelas
4. Hot Plate
5. Pipet Tetes
6. Termometer
7. Pengaduk
8. Ayakan
9. Kertas Saring
10. Neraca Analitis
11. Blender

3.1.1 Bahan
1. Minyak jelantah
2. Minyak goreng baru
3. NaOH/KOH
4. Indikator PP
5. Ampas tebu
6. Aquadest
7. Akohol
3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1 Pengolahan ampas tebu
1. Siapkan ampas tebu yang diperoleh dari sisa- sisa penggilingan sari tebu.
2. Kemudian cuci bersih ampas tebu tersebut dari kotoran-kotoran yang
melekat.
3. Setelah dicuci, keringkan ampas tebu tersebut di bawah terik matahari.
4. Selanjutnya giling ampas tebu yang telah kering hingga menjadi bubuk tebu.
5. Bubuk tebu tersebut di ayak dengan berbagai variasi ukuran diameter
partikel.

3.2.2 Proses penjernihan minyak


1. Siapkan minyak goreng yang telah dipakai beberapa kali (jelantah) dan juga
minyak goreng yang bagus (baru).
2. Analisis terlebih dahulu kandungan pada minyak jelantah dan minyak yang
baru.
3. Siapkan sebanyak 100 ml minyak jelantah dalam erlenmeyer.
4. Kemudian masukkan bubuk ampas tebu ke dalam masing-masing minyak
tersebut.
5. Rendam minyak dan ampas tebu tersebut hingga kondisi optimum, lalu
disaring.
6. Langkah selanjutnya analisis minyak yang sebelumnya telah direndam
dengan ampas tebu.

3.4 Prosedur Analisa


3.4.1 Penentuan Kadar Air dalam Minyak
Penentuan kadar air minyak dapat dilakukan dengan cara Thermogravimetri
sebagai berikut : Ditimbang ± 10 gram minyak dalam botol timbang bermulut
lebar, kemudian dioven pada suhu 105oC Csampai berat konstan, selanjutnya
ditimbang. Pengurangan berat minyak dinyatakan sebagai berat air yang menguap
dari minyak.
-
Kadar air = × 100 %
A = berat minyak sebelum dioven
B = berat minyak setelah dioven

3.4.2 Penentuan Asam Lemak Bebas (FFA) 1)


1. Bahan harus diaduk merata dan berada dalam keadaan cair pada waktu
diambil contohnya. Timbang sebanyak 28,2 ± 0,2 g contoh dalam
Erlenmeyer. Tambahkan 50 ml alkohol netral yang panas dan 2 ml
indikator phenolphthalein (PP).
2. Titrasilah dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah di standarisasi sampai
warna merah jambu tercapai dan tidak hilang selama 30 detik.
3. Persen asam lemak bebas dinyatakan sebagai oleat pada kebanyakan
minyak dan lemak. Untuk minyak kelapa dan minyak inti kelapa sawit
dinyatakan sebagai laurat, sedang pada minyak kelapa sawit dinyatakan
sebagai palmitat.
4. Asam lemak bebas dinyatakan sebagai % FFA atau sebagai angka asam.
Penentuan kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid) pada minyak :

% FFA =

3.4.3 Penentuan Angka Penyabunan


1. Timbang minyak dengan teliti antara 1,5 – 5,0 gram dalam Erlenmeyer
200 ml. Tambah 50 ml larutan KOH yang dibuat dari 40 gram KOH dalam
1 liter alkohol. Setelah itu ditutup dengan pendingin balik, didihkan
dengan hati-hati selama 30 menit.
2. Selanjutnya dinginkan dan tambahkan beberapa tetes indikator
phenolphthalein (PP) dan titrasilah kelebihan larutan KOH dengan standar
0,5 N HCL. Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH ini perlu dibuat
titrasi blanko, yaitu dengan prosedur yang sama kecuali tanpa bahan
minyak.
3. Angka penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya mg KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan minyak secara sempurna dari 1 gram
minyak tersebut.

3.5 Variabel Penelitian


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
 Intensitas / lama penggorengan minyak : 2 jam, 4 jam, dan 6 jam.
 Lama perendaman : 1x24 jam, 2x24 jam, 3x24 jam.
 Ukuran partikel ampas tebu : 150 µm, 180 µm, dan 225 µm.

3.6 Diagram Alir


Ampas Tebu

Ampas tebu di cuci


hingga bersih

Ampas tebu di keringkan


dengan matahari

Ampas tebu di
haluskan

Bubuk tebu di ayak


berbagai variasi

Gambar 3.1 : Diagram Alir Proses Pengolahan Ampas Tebu


Siapkan 100 ml minyak goreng
jelantah dan minyak goreng
baru dalam Erlenmeyer

Analisis

Masukkan bubuk ampas


pada masing-masing sempel

Rendam minyak dan ampas


tebu hingga kondisi
optimum

Analisis minya yang


telah di rendam

Gambar 3.2 : Diagram Alir Peroses Pemurnian Minyak Jelantah

Anda mungkin juga menyukai