Anda di halaman 1dari 18

ABSTRAK

Sedimentasi merupakan salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan


cairan (slurry) menjadi cairan bening dan slurry yang memiliki konsentrasi tinggi
dengan menggunakan gaya gravitasi. Pada percobaan sedimentasi ini dilakukan
pemisahan pada tepung kanji dan air. Proses pemisahan tepung kanji dengan air
dilakukan dengan menggunakan suspensi dari tepung kanji dan air berkonsentrasi
80 gr/L, 110gr/L, dan 140gr/L. Bahan tepung disuspensikan kedalam 1 liter air
dan dibagi menjadi 2 bagian ke dalam beaker glass dan gelas ukur masing-masing
dengan ketinggian suspensi 12 cm. Untuk setiap konsentrasi proses sedimentasi
dilakukan pengambilan data tiap 2 menit sekali. Dari percobaan yang telah
dilakukan diketahui bahwa untuk konsentrasi 80 gr/L diperoleh waktu endapan
konstan 2 menit dengan tinggi 11 cm, pada 110 gr/L yaitu 11,5 cm dan 140 gr/L
yaitu 11,6 cm. Nilai Z semakin menurun seiring dengan makin lama waktu
pengendapan. Semakin besar konsentrasi padatan maka laju pengendapan akan
semakin mengecil.

Kata Kunci: Sedimentasi, Suspensi, Laju Pengendapan, Konsentrasi, Homogen.


2.2 Laju Pengendapan
Suatu partikel yang mengendap dalam air karena adanya gaya gravitasi
akan mengalami percepatan sampai gaya dari tahanan dapat mengimbangi gaya
gravitasi. setelah terjadi kesetimbangan partikel akan terus mengendap pada
kecepatan kostan yang dikenal sebagai kecepatan akhir atau kecepatan
pengendapan bebas. Laju pengendapan partikel dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu :
1. Berat jenis air.
2. Berat jenis partikel padatan.
3. Viskositas air.
4. Aliran dalam bak pengendapan.
5. Bentuk dan ukuran partikel.
Berat jenis fluida lebih besar dari pada berat jenis partikel padatannya,
maka laju pengendapannya lamban. Begitu juga sebaliknya, semakin besar berat
jenis partikel maka laju pengendapannya cepat. Laju pengendapan sangat
dipengaruhi oleh viskositas dimana viskositas sangat berkaitan erat dengan suhu
yang ada. Bila temperatur tinggi maka viskositas menurun sehingga bentuk dan
ukuran partikel semakin kecil sehingga laju pengendapan cepat. Aliran dalam bak
pengendapan akan mempengaruhi laju endapan. Pada aliran laminer laju
pengendapan cepat sedangkan pada aliran turbulen laju pengendapan akan sangat
terganggu maka akan sangat lambat mengendap.
Laju pengendapan partikel – partikel dalam air tergantung pada jenis
bentuk dan ukuran dari partikel tersebut dan viskositas cairan yang digunakan.
Adanya pengendapan zat uji kemungkinan besar mempengaruhi laju pengendapan
sehingga dapat ditentukan lajunya dan mengetahui pangaruh zat uji tersebut.
Dimana dilakukan pengambilan sampel tiap selang waktu tertentu dan menimbang
berat endapan serta menghitung beberapa konsentrasi endapan yang terjadi
sehingga kita dapat membandingkan kecepatan laju pengendapan dari tiap
gerakan partikel pada fluida dalam proses. Partikel yang mempunyai ukuran yang
besar dan kasar akan sangat mudah mengendap dari pada partikel halus, untuk
padatan yang halus diusahakan menggumpal menjadi partikel yang lebih besar
agar cepat mengendap (F, Parikesit, Ir. 1985).

2.3 Proses Pengendapan Gravitasi


Partikel–partikel yang lebih berat dari fluida tempat patikel itu tersuspensi
dapat dikeluarkan didalam kotak pengendapan atau tangki pengendap (Settling
Tank) dimana kecepatan fluida itu cukup kecil dan partikel itu mendapat waktu
yang cukup untuk mengendap keluar dari suspensi itu akan tetapi,
peranti sederhana seperti itu terbatas kegunaanya karena pemisahanya tidak
lengkap disamping memerlukan tenaga kerja untuk mengeluarkan zat padat yang
mengendap dari dasar tangki.
Separator–separator industri hampir semua mempunyai fasilitas untuk
mengeluarkan zat padat yang mengendap pemisahan itu bisa pula hampir
lengkap. Peralatan pengendap yang dapat memisahkan hampir seluruh partikel
dari zat cair dinamakan klarifikator (Clarifier) sedang peranti yang memisahkan
zat padat menjadi dua fraksi disebut klasifikator (Clasifier). Pada kedua alat itu
berlaku prinsip sedimentasi yang sama.

2.4 Klasifikator gravitasi


Kebanyakan klasifikator yang digunakan dalam pengolahan kimia
memisahkan zat padat atas dasar ukuran partikel dimana densitas partikel halus
dan partikel besar itu sama. Klasifikator mekanik banyak digunakan dalam
penggilingan rangkaian tertutup, lebih–lebih dalam operasi metalurgi di sini,
partikel yang relative kasar disebut pasir (sand), sedang bubur partikel halus
disebut lanyau (smile). Waktu diatur sedemikian sehingga pasir mengendap ke
dasar peranti sedang lanyau terbawa oleh zat cair keluar.

2.5 Proses pengendapan gravitasi


Partikel – partikel yang lebih berat dari fluida tempat patikel itu
tersuspensi dapat dikeluarkan didalam kotak pengendapan atau tangki pengendap
(Settling Tank) dimana kecepatan fluida itu cukup kecil dan partikel itu mendapat
waktu yang cukup untuk mengendap keluar dari suspensi itu akan tetapi, peranti
sederhana seperti itu terbatas kegunaannya karena pemisahanya tidak lengkap
disamping memerlukan tenaga kerja untuk mengeluarkan zat padat yang
mengendap dari dasar tangki.
Separator – separator industri hampir semua mempunyai fasilitas untuk
mengeluarkan zat padat yang mengendap pemisahan itu bisa pula hampir lengkap.
Peralatan pengendap yang dapat memisahkan hampir seluruh partikel dari zat cair
dinamakan klarifikator (Clarifier) sedang peranti yang memisahkan zat padat
menjadi dua fraksi disebut klasifikator (Clasifier). Pada kedua alat itu berlaku
prinsip sedimentasi yang sama.

2.6 Klasifikator gravitasi


Kebanyakan klasifikator yang digunakan dalam pengolahan kimia
memisahkan zat padat atas dasar ukuran partikel dimana densitas partikel halus
dan partikel besar itu sama.
Klasifikator mekanik banyak digunakan dalam penggilingan rangkaian
tertutup, lebih – lebih dalam operasi metalurgi di sini, partikel yang relatif kasar
disebut pasir (Sand), sedang bubur partikel halus disebut lanyau (smile). Waktu
diatur sedemikian sehingga pasir mengendap ke dasar peranti sedangkan laju
terbawa oleh zat cair keluar.

2.7 Flokulasi
Flokulasi adalah proses penggabungan muatan positif dan negatif sehingga
membentuk muatan yang lebih besar dengan tujuan menetralisir muatan yang ada
pada partikel itu. Banyak yang terdiri dari partikel yang mempunyai muatan listrik
karena adanya gaya saling tolak antara muatan yang sama, cenderung selalu
terdispersi. Jika kita tambahkan elektrolit, maka ion yang terbentuk di dalam
larutan itu akan menetralisir muatan partikel tadi. Partikel itu lalu dapat
dialogmerasikan menjadi flok – flok yang masing-masingnya terdiri dari banyak
pertikel. Bila partikel semula bermuatan negatif, kation elektrolit itulah yang
efektif dan bila muatanya negatif, maka anion yang aktif. Metode lain untuk
flokulasi mencakup penggunaan bahan aktif permukaan dan penambahan bahan,
seperti perekat gamping, alumina atau natrium sillikat, yang menyeret partikel itu
turun bersamanya (Mc. Cabe jilid 2, 1983).
Partikel yang terflokulasi mempunyai dua karakteristik pengendapan
yang penting. Karakteristik pertama adalah bahwa struktur flok itu sangat rumit.
Agregasinya longgar dan ikatan antara partikelnya lemah, dan flok itu
mengandung air yang cukup banyak di dalam strukturnya, maka akan ikut
bersama flok itu turun ke bawah, walaupun pada mulanya flok itu mengendap
dalam pengendapan bebas atau terganggu, dan persamaan umum pada prinsipnya
berlaku namun tidaklah praktis bila kita menggunakan hukum-hukum
pengendapan secara kuantitatif karena diameter dan bentuk flok itu tidak mudah
didefinisikan. Karakteristik kedua dari pada pulp yang terflokulasi ialah peliknya
mekanisme pengendapannya. Secara umum riwayat pengendapan suspensi yang
terflokulasi adalah sebagai berikut:

A A
B
B
C
C D
D

(A) (B) (C) (D) (E)


Gambar 2.2 Sedimentasi tumpak
Keterangan Gambar:
a. Gambar (A) menunjukkan suspense yang terdistribusi secara seragam
didalam zat cair dalam keadaan siap untuk mengendap.
b. Gambar (B) jika tidak terdapat pasir dalam campuran itu, zat padat
pertama yang menampakan diri ialah endapan pada dasar bejana
pengendap, yang terdiri dari flok yang berasal dari bagian bawah
campuran zat padat yang berupa flok tergeletak longgar diatas satu sama
lain, membentuk suatu lapisan, yang kita namakan zona D diatas zona D
itu terbentuk lagi lapisan lain yaitu zona C, yang merupakan lapisan
transisi, dimana kandungan zat padatnya bervariasi dari yang seperti pada
pulp asal sampai seperti di dalam zona D. Diatas zona C terdapat zona B,
yang terdiri dari suspensi homogen yang konsentrasinya sama dengan pulp
asal. Diatas zona B terdapat lagi zona A yang jika partikel itu telah
terflokulasi penuh, merupakan zat cair jernih.
c. Gambar (C) dalam pulp yang terflokulasi dengan baik batas antar zona A
dan zona B itu tajam. Jika terdapat pertikel yang teragmolerasi, zona A itu
keruh dan batas antara zona A dan B kabur. dengan adanya pengendapan,
kedalam zona D dan A bertambah, dan tebal zona C tetap, zona B
berkurang.
d. Gambar (D) setelah pengendapan selanjutnya, zona B dan C hilang, dan
seluruh zat padat itu akan terdapat pada zona D.
e. Gambar (E) Sesudah itu efek lain, yang disebut pemampatan (compresion)
berlangsung saat dimana pemampatan itu bermula disebut titik kritis atau
critical point. Pada pemampatan sebagaian dari zat cair yang tadinya ikut
bersama flok kedalam zona kompressi D akan terperas keluar dimana
bobot endapan itu menggambarkan struktur flok. Selama pemampatan itu
berlangsung, sebagian dari zat cair di dalam flok itu menyembur keluar
seperti geiser – geiser kecil, dan ketebalan zona itu berkurang. Dan
akhirnya, bila bobot zat padat itu telah mencapai keseimbangan mekanik
dengan kekuatan tekan flok proses pengendapan itu akan berhenti pada
saat itu, lumpur sudah mencapai tinggi akhirnya (Mc. Cabe and Warren L.
1990).

2.8 Jenis Suspensi Dalam Sedimentasi


Sedimentasi merupakan salah satu cara yang paling ekonomis untuk
memisahkan yang padatan dari suspensi bubur atau slurry. Operasi ini banyak
digunakan pada proses-proses untuk mengurangai polusi dari limbah industri.
Suspensi sendiri dibedakan atas dua bagian yaitu:
a. Suspensi cair adalah suspesi dan konsentrasi dari partikel yang tidak cukup
untuk membentuk batas yang jelas terhadap air saat pengaturan berlangsung.
b. Concentratif suspensi adalah suspensi dengan suatu konsentrasi batas yang
jelas sangat besar sehingga terbentuk batas yang jelas saat pengaturan
berlangsung.
Perbedaan kedua suspensi diatas mengakibatkan pola setting berbeda dan
membutuhkan dan rancangan peralatan sedimentasi selalu didasarkan pada
percobaan sedimentasi pada skala yang lebih kecil (F, Parikesit, Ir. 1985).

2.9 Hukum – Hukum Yang Mempengaruhi Sedimentasi


a. Hukum Newton I
Suatu benda akan tetap bergerak dalam kecepatan tetap atau diam bila
jumlah gaya yang berkerja pada benda sama dengan nol.
F = 0…………………………………………………..………………..(2.5)
b. Hukum Newton II
Gaya yang berkerja pada suatu benda akan berbanding lurus dengan massa
benda dan sebanding dengan percepatan pada benda.
F = m. a……………………………………………...………...............(2.6)
c. Hukum Newton III
Suatu gaya sebetulnya adalah hasil interaksi dari dua benda tapi arahnya
berlawanan.
Faksi = Freaksi……………………………………...……………………..(2.7)
d. Hukum Archimedes
Suatu benda dalam suatu fluida mendapatkan gaya apung yang besarnya
sama dengan berat fluida yang dapat dipindahkan oleh benda tersebut.
e. Hukum Stokes
Suatu benda dengan jari–jari r dijatuhkan dalam suatu fluida yang
mempunyai kekentalan maka gaya yang berkerja pada benda tersebut adalah
beratnya sendiri.
Partikel di dalam suatu fluida tertentu mengendap di bawah pengaruh gaya
gravitasi pada laju maksimum tertentu. Untuk meningkat laju dari suatu pendapan
tertentu, maka gaya gravitasi yang berkerja pada suatu partikel itu dapat
digantikan dengan gaya sentrifugal yang lebih kuat.
Gaya sentrifugal juga bermanfaat untuk pemisahan secara pengendapan
dan penyaringan. Kedua cara tersebut bila menggunakan gaya sentrifugal sebagai
gaya pendorong disebut sentrifugal dan peralatannya disebut sentrifugasi.
Dalam hal ini penjernihan dilakukan untuk dapat memisahkan suspensi
yang mengandung bahan padat yang lebih berat dengan kecepatan pengendapan
yang lebih baik atau bahan padat yang lebih ringan dengan kecepatan
pengapungan yang baik.
Dalam proses ini, kecepatan pemisahan oleh gaya berat adalah tinggi jika
terdapat perbedaan yang besar antara kerapatan cairan dan kerapatan bahan padat.
Selanjutnya kecepatan pemisahan akan dapat dipengaruhi oleh perbandingan luas
permukaan terhadap massa oleh bentuk padatan dan volume viskositas cairan
tersebut (Brown G.G weilley and sons.”Unit Operation”.1991).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Beaker Glass 1000 ml 2 Buah
2. Gelas Ukur 1000 ml 1 Buah
3. Gelas Ukur 500 ml 2 Buah
4. Penggaris 2 Buah
5. Stopwatch 1 Buah
6. Batang Pengaduk 5 Buah
7. Neraca 1 Buah

3.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Tepung Kanji 80 gr, 110 gr, 140gr
2. Pewarna Hijau 1 Buah
3. Air 6 Liter

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan ini adalah:
1. Ditimbang tepung terigu sebanyak 80 gr, 110gr dan 140 gr. Bahan
kemudian suspensikan dengan 1000 ml air dan pewarna hijau dalam
beaker glass dan diaduk hingga tercampur seragam.
2. Kemudian 80 gr tepung dalam 1 liter air dimasukkan ke dua wadah yaitu
beaker glass dan gelas ukur dengan ketinggian masing–masing 12 cm.
3. Suspensi dibiarkan tenang dan perhitungan dimulai. Data diambil tiap 2
menit hingga memperoleh hasil akhir yang sama.
4. Percobaan diulangi pada konsentrasi tepung yang berbeda.
13 - - 573,91 - 509,09 0,05

14 - - - - 525 0,05

15 - - - - 541,93 0

16 - - - - - -

4.2 Pembahasan
Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel-partikel padat yang
semula tersebar merata dalam cairan karena adanya gaya berat, setelah terjadi
pengendapan cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di
dasar atau biasa disebut dengan pengendapan. Pada percobaan ini dilihat dari
tinggi endapan pada sampel. Adapun data yang diambil adalah hubungan antara
interface terhadap waktu pada beaker glass dan gelas ukur.
4.2.1 Hubungan Interface (Z) Terhadap Waktu (T) Pada Beaker Glass
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hubungan antara interface (Z) terhadap
waktu (T) pada beaker glass dapat dilihat pada grafik 4.2.1 seperti dibawah ini:

14

12
Ketinggian Endapan (cm)

10

8
80 gr/L
6 110 gr/L
140 gr/L
4

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Waktu ( menit)

Grafik 4.2.1 Grafik hubungan interface (Z) terhadap waktu (T) pada beaker
glass
Berdasarkan grafik di atas kita dapat melihat perbandingan antara
interface dengan waktu pengendapannya untuk konsentrasi 80 gr/L, 110 gr/L dan
140 gr/L. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin lama endapan maka
semakin menurun endapanya. Pada konsentrasi 80 gr/L, endapan semakin lama
semakin menurun dan tinggi endapan konstan pada waktu 2 menit dengan tinggi
endapannya 11,2 cm. Pada konsentrasi 110 gr/L, didapati tinggi endapan konstan
pada waktu 2 menit dengan tinggi endapannya 11,3 cm dan pada konsentrasi 140
gr/L, diperoleh tinggi endapan konstan pada waktu 2 menit dengan tinggi
endapannya 11,7 cm. Dari grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin
lama waktu yang digunakan maka semakin tinggi endapan semakin menurun dan
semakin besar konsentrasi maka tinggi endapan yang didapat semakin besar
sehingga waktu pengendapan semakin lama.
Ukuran dan bentuk partikel mempengeruhi rasio permukaan terhadap
volume partikel sedangkan konsentrasi partikel mempengaruhi pemilihan tipe
sedimentasi. Partikel yang berukuran besar akan turun lebih cepat, menyebabkan
tekanan keatas oleh cairan bertambah, sehingga mengurangi kecepatan turunya
padatan lebih besar. Hal ini membuat kecepatan penurunan semua partikel (baik
yang kecil maupun yang besar) relatif sama atau konstan. Semakin banyak
partikel yang mengendap, maka konsentrasi menjadi tidak seragam diikuti bagian
bawah slurry menjadi lebih pekat.
Berdasarkan teori, semakin lama waktu pengendapan (t) maka tinggi
antar muka(z) semakin berkurang dan berangsur-angsur turun hingga mencapai
zona jernih, hal ini disebabkan pemampatan atau kompresi pada endapan yang
dipengaruhi oleh grafitasi. Konsentrasi padatan dan luas penampang dari wadah
juga mempengaruhi laju pengendapan, semakin besar konsentrasi semakin lama
waktu pengendapan (Mc.Cabe,1998).

4.2.2 Hubungan Interface (Z) Terhadap Waktu (T) Pada Gelas Ukur
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diperoleh hubungan antara interface (Z)
terhadap waktu (T) pada gelas ukur dapat dilihat pada grafik 4.2.2 seperti dibawah
ini:
14

12
Ketinggian Endapan (cm)

10

8
80 gr/L
6
110 gr/L
4 140 gr/L

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Waktu (menit)

Grafik 4.2.2 Grafik hubungan interface (Z) terhadap waktu (T) pada gelas ukur

Berdasarkan grafik di atas kita dapat melihat perbandingan antara


interface dengan waktu pengendapannya untuk konsentrasi 80 gr/L, 110 gr/L dan
140 gr/L. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin lama endapan semakin
menurun. Pada konsentrasi 80 gr/L gr, endapan semakin lama semakin menurun
dan tinggi endapan konstan pada waktu 2 menit dengan tinggi endapan 11 cm.
Pada konsentrasi 110 gr/L, didapati tinggi endapan konstan pada waktu 2 menit
dengan tinggi endapan 11,5 cm dan pada konsentrasi 140 gr/L, tinggi endapan
konstan pada waktu 2 menit dengan tinggi endapan 11 cm. Dari grafik di atas
dapat disimpulan bahwa semakin lama waktu, maka tinggi endapan semakin
menurun dan semakin besar konsentrasi maka tinggi endapan yang didapat
semakin besar sehingga pengendapannya membutuhkan waktu yang lama
(Mc.Cabe,1998).
Berdasarkan kedua grafik diatas dapat disimpulkan bahwa endapan pada
gelas ukur lebih tinggi dibandingkan pada beaker glass hal ini dikarenakan luas
permukaan pada gelas ukur lebih kecil dibandingkan beaker glass sesuai dengan
teori bahwa luas permukaan mempengaruhi tinggi endapan. Semakin besar luas
permukaan pada suatu wadah maka endapan yang diperoleh semakin kecil
(Brown, 1978).

4.2.3 Hubungan Konsentrasi Liquid (Co) Terhadap Laju Pengendapan (V)


Pada Beaker Glass
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh hubungan antara konsentrasi liquid
terhadap laju pengendapan pada beaker glass dapat dilihat pada grafik 4.2.3
dibawah ini:

600

500

400
C (gr/L)

300 80 gr/L
110 gr/L
200 140 gr/L

100

0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
V (cm/menit)

Grafik 4.2.3 Grafik hubungan konsentrasi liquid (Co) terhadap laju


pengendapan (V) pada beaker glass
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa perbandingan antara konsentrasi
dengan laju pengendapan dari larutan, yaitu laju alir yang didapat akan semakin
kecil saat konsentrasi padatan semakin besar. Hal tersebut sesuai dengan teori.
Berdasarkan teori, semakin besar konsentrasi padatan maka laju pengendapan
akan semakin mengecil. Pengendapan juga di pengaruhi oleh konsentrasi, makin
besar konsentrasi maka semakin besar gaya yang ditimbulkan antar partikel, yang
menyebabkan laju pengendapannya itu berkurang (Harborne, 1987).
4.2.4 Hubungan Konsentrasi Liquid (Co) Terhadap Laju Pengendapan (V)
Pada Gelas Ukur
Berdasarkan tabel 4.3 hubungan antara konsentrasi liquid terhadap laju
pengendapan pada gelas ukur dapat dilihat pada grafik 4.2.4 dibawah ini:

700

600

500

400
C (gr/L)

80 gr/L
300 110 gr/L
140 gr/L
200

100

0
0 0,5 1 1,5 2
V (cm/menit)

Grafik 4.2.4 Grafik hubungan konsentrasi liquid (Co) terhadap laju


pengendapan (V) pada gelas ukur
Berdasarkan grafik di atas hubungan antara konsentrasi dengan laju
pengendapan berbanding terbalik. Semakin besar konsentrasi maka laju
pengendapan semakin kecil. Dari hasil percobaan yang telah didapat,
pengendapan terjadi di pengaruhi oleh luas penampang wadah, semakin besar
luas penampang wadah maka laju pengendapannya semakin cepat karena
semakin luas penyebaran partikel dan gaya gesek yang ditimbulkan antara
partiker semakin kecil dibanding dengan luas penampang yang lebih kecil.
Sehingga laju pengendapan pada beaker glasss lebih cepat dibandingkan gelas
ukur. Pengendapan juga dipengaruhi oleh konsentrasi, semakin besar konsentrasi,
maka semakin besar gaya yang ditimbulkan antar partikel, yang menyebabkan
laju pengendapan itu berkurang dan berangsur-angsur turun (Mc Cabe, 1985).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat pada percobaan ini:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi yaitu waktu tinggal,
konsentrasi padatan pada larutan dan gaya gravitasi. Dimana semakin
lama waktu pengendapan maka laju pengendapan semakin berkurang.
Semakin besar konsentrasi padatan pada larutan, semakin besar laju
pengendapannya.
2. Pengendapan paling tinggi pada beaker glass pada menit ke 2 yaitu 11,7
cm pada konsentrasi 140 gr/L, sedangkan pengendapan yang paing cepat
pada menit ke 18 yaitu 2,2 cm dengan konsentrasi 80 gr/L.
3. pengendapan paling tinggi pada gelas ukur pada menit ke 2 yaitu 11,6 cm
pada konsentrasi 140 gr/L, sedangkan pengendapan yang paing cepat pada
menit ke 22 yaitu 1,4 cm dengan konsentrasi 80 gr/L.
4. Laju pengendapan pada beaker glass lebih kecil dibandingkan pada gelas
ukur. Hal ini dikarenakan luas permukaan beaker glass lebih besar
dibanding gelas ukur.

5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan pada percobaan ini:
Pada praktikum ini, praktikan harus lebih teliti dan cermat dalam
mengamati waktu dan pengendapan agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
Semoga pandemi segera berakhir dan praktikum dapat segera dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis. GJ. 1983. Transport Process and Unit Operation, Second Edition,
Allyn and Bacon, Inc, Boston, London, Sydney, Toronto.
Harborne. J. B. 1987. Lapres Sedimentasi, Penerbit ITB, Bandung.
Mc. Cabe.W.L and Harriot. 1999. Unit Operation of Chemical Engineering 5th
edition. Mc. Graw Hill. New York.
Roessiana D L;Setiyadi dan Sandy BH Proses sedimentasi dalam keadaan
Free Settling. Jurnal; Univ. Katolik Widya Mandala.
Setiyadi.Suratno Laurentius, Ezra Ariela W,Gede Frema M,S. Menentukan
Persamaan Kecepatan Pengandapan pada Sedimentasi, Jurnal; Teknik
kimia, Univ. Katolik Widya Mandala.
http://repository.wima.ac.id/9549/2/BAB%201.pdf diakses pada selasa 9 juni
2020, pukul 12.00 WIB
https://www.academia.edu/24831412/LAPRES_SEDIMENTASI diakses pada 15
Juni 2020, pukul 07.10 WIB.
http://repository.wima.ac.id/9549/2/BAB%201.pdf

http://media.neliti.com 231850-menentukan-persamaan-kecepatan-pengendapan-
c71e1bf5. Diakses pada 15 Juni 2020, pukul 07.38 WIB
6- 8-74 m
V7 = = = 0,3 cm/menit
t 2 menit

6- 74-65 m
V8 = = = 0,45 cm/menit
t 2 menit

6- 65- m
V9 = = = 0,25 cm/menit
t 2 menit

6- 6-52 m
V10 = = = 0,4 cm/menit
t 2 menit

6- 52-5 m
V11 = = = 0,1 cm/menit
t 2 menit

6- 5-45 m
V12 = = = 0,25 cm/menit
t 2 menit

6- 45-4 m
V13 = = = 0,25 cm/menit
t 2 menit

6- 4-38 m
V14 = = = 0,1 cm/menit
t 2 menit

6- 38-37 m
V15 = = = 0,05 cm/menit
t 2 menit

6- 37-35 m
V16 = = = 0,1 cm/menit
t 2 menit

6- 35-35 m
V17 = = = 0 cm/menit
t 2 menit

Menghitung Nilai Konsentrasi (C)


0 0 140 r .12 m
C1 = = = 143,59 gr/L
1 11 7 m

0 0 140 r .12 m
C2 = = = 150 gr/L
2 11 2 m

0 0 140 r .12 m
C3 = = = 158,5 gr/L
3 10 6 m

0 0 140 r .12 m
C4 = = = 176,8 gr/L
4 95 m

0 0 140 r .12 m
C5 = = = 190,90 gr/L
5 88 m

0 0 140 r .12 m
C6 = = = 210 gr/L
6 8 m

0 0 140 r .12 m
C7 = = = 227,03 gr/L
7 74 m

0 0 140 r .12 m
C8 = = = 258,46 gr/L
8 65 m

0 0 140 r .12 m
C9 = = = 280 gr/L
8 6 m
6- 35-33 m
V12 = = = 0,1 cm/menit
t 2 menit

6- 33-32 m
V12 = = = 0,05 cm/menit
t 2 menit

6- 32-31 m
V13 = = = 0,05 cm/menit
t 2 menit

6- 31-31 m
V14 = = = 0 cm/menit
t 2 menit

Menghitung Nilai Konsentrasi (C)


0 0 140 r .12 m
C1 = = = 144,82 gr/L
1 11 m

0 0 140 r .12 m
C2 = = = 168 gr/L
2 10 m

0 0 140 r .12 m
C3 = = = 176,84 gr/L
3 95 m

0 0 140 r .12 m
C4 = = = 197,64 gr/L
4 85 m

0 0 140 r .12 m
C5 = = = 224 gr/L
5 75 m

0 0 140 r .12 m
C6 = = = 254,54 gr/L
6 66 m

0 0 140 r .12 m
C7 = = = 294,73 gr/L
7 57 m

0 0 140 r .12 m
C8 = = = 336 gr/L
8 5 m

0 0 140 r .12 m
C9 = = = 373,33 gr/L
8 45 m

0 0 140 r .12 m
C10 = = = 409,75 gr/L
8 41 m

0 0 140 r .12 m
C11 = = = 454,05 gr/L
8 37 m

0 0 140 r .12 m
C12 = = = 480 gr/L
8 5 m

0 0 140 r .12 m
C13 = = = 509,09 gr/L
8 33 m

0 0 140 r .12 m
C14 = = = 525 gr/L
8 32 m

0 0 140 r .12 m
C15 = = = 541,93 gr/L
8 31 m

Anda mungkin juga menyukai