2.7 Flokulasi
Flokulasi adalah proses penggabungan muatan positif dan negatif sehingga
membentuk muatan yang lebih besar dengan tujuan menetralisir muatan yang ada
pada partikel itu. Banyak yang terdiri dari partikel yang mempunyai muatan listrik
karena adanya gaya saling tolak antara muatan yang sama, cenderung selalu
terdispersi. Jika kita tambahkan elektrolit, maka ion yang terbentuk di dalam
larutan itu akan menetralisir muatan partikel tadi. Partikel itu lalu dapat
dialogmerasikan menjadi flok – flok yang masing-masingnya terdiri dari banyak
pertikel. Bila partikel semula bermuatan negatif, kation elektrolit itulah yang
efektif dan bila muatanya negatif, maka anion yang aktif. Metode lain untuk
flokulasi mencakup penggunaan bahan aktif permukaan dan penambahan bahan,
seperti perekat gamping, alumina atau natrium sillikat, yang menyeret partikel itu
turun bersamanya (Mc. Cabe jilid 2, 1983).
Partikel yang terflokulasi mempunyai dua karakteristik pengendapan
yang penting. Karakteristik pertama adalah bahwa struktur flok itu sangat rumit.
Agregasinya longgar dan ikatan antara partikelnya lemah, dan flok itu
mengandung air yang cukup banyak di dalam strukturnya, maka akan ikut
bersama flok itu turun ke bawah, walaupun pada mulanya flok itu mengendap
dalam pengendapan bebas atau terganggu, dan persamaan umum pada prinsipnya
berlaku namun tidaklah praktis bila kita menggunakan hukum-hukum
pengendapan secara kuantitatif karena diameter dan bentuk flok itu tidak mudah
didefinisikan. Karakteristik kedua dari pada pulp yang terflokulasi ialah peliknya
mekanisme pengendapannya. Secara umum riwayat pengendapan suspensi yang
terflokulasi adalah sebagai berikut:
A A
B
B
C
C D
D
3.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Tepung Kanji 80 gr, 110 gr, 140gr
2. Pewarna Hijau 1 Buah
3. Air 6 Liter
14 - - - - 525 0,05
15 - - - - 541,93 0
16 - - - - - -
4.2 Pembahasan
Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel-partikel padat yang
semula tersebar merata dalam cairan karena adanya gaya berat, setelah terjadi
pengendapan cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di
dasar atau biasa disebut dengan pengendapan. Pada percobaan ini dilihat dari
tinggi endapan pada sampel. Adapun data yang diambil adalah hubungan antara
interface terhadap waktu pada beaker glass dan gelas ukur.
4.2.1 Hubungan Interface (Z) Terhadap Waktu (T) Pada Beaker Glass
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hubungan antara interface (Z) terhadap
waktu (T) pada beaker glass dapat dilihat pada grafik 4.2.1 seperti dibawah ini:
14
12
Ketinggian Endapan (cm)
10
8
80 gr/L
6 110 gr/L
140 gr/L
4
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Waktu ( menit)
Grafik 4.2.1 Grafik hubungan interface (Z) terhadap waktu (T) pada beaker
glass
Berdasarkan grafik di atas kita dapat melihat perbandingan antara
interface dengan waktu pengendapannya untuk konsentrasi 80 gr/L, 110 gr/L dan
140 gr/L. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin lama endapan maka
semakin menurun endapanya. Pada konsentrasi 80 gr/L, endapan semakin lama
semakin menurun dan tinggi endapan konstan pada waktu 2 menit dengan tinggi
endapannya 11,2 cm. Pada konsentrasi 110 gr/L, didapati tinggi endapan konstan
pada waktu 2 menit dengan tinggi endapannya 11,3 cm dan pada konsentrasi 140
gr/L, diperoleh tinggi endapan konstan pada waktu 2 menit dengan tinggi
endapannya 11,7 cm. Dari grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin
lama waktu yang digunakan maka semakin tinggi endapan semakin menurun dan
semakin besar konsentrasi maka tinggi endapan yang didapat semakin besar
sehingga waktu pengendapan semakin lama.
Ukuran dan bentuk partikel mempengeruhi rasio permukaan terhadap
volume partikel sedangkan konsentrasi partikel mempengaruhi pemilihan tipe
sedimentasi. Partikel yang berukuran besar akan turun lebih cepat, menyebabkan
tekanan keatas oleh cairan bertambah, sehingga mengurangi kecepatan turunya
padatan lebih besar. Hal ini membuat kecepatan penurunan semua partikel (baik
yang kecil maupun yang besar) relatif sama atau konstan. Semakin banyak
partikel yang mengendap, maka konsentrasi menjadi tidak seragam diikuti bagian
bawah slurry menjadi lebih pekat.
Berdasarkan teori, semakin lama waktu pengendapan (t) maka tinggi
antar muka(z) semakin berkurang dan berangsur-angsur turun hingga mencapai
zona jernih, hal ini disebabkan pemampatan atau kompresi pada endapan yang
dipengaruhi oleh grafitasi. Konsentrasi padatan dan luas penampang dari wadah
juga mempengaruhi laju pengendapan, semakin besar konsentrasi semakin lama
waktu pengendapan (Mc.Cabe,1998).
4.2.2 Hubungan Interface (Z) Terhadap Waktu (T) Pada Gelas Ukur
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diperoleh hubungan antara interface (Z)
terhadap waktu (T) pada gelas ukur dapat dilihat pada grafik 4.2.2 seperti dibawah
ini:
14
12
Ketinggian Endapan (cm)
10
8
80 gr/L
6
110 gr/L
4 140 gr/L
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Waktu (menit)
Grafik 4.2.2 Grafik hubungan interface (Z) terhadap waktu (T) pada gelas ukur
600
500
400
C (gr/L)
300 80 gr/L
110 gr/L
200 140 gr/L
100
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
V (cm/menit)
700
600
500
400
C (gr/L)
80 gr/L
300 110 gr/L
140 gr/L
200
100
0
0 0,5 1 1,5 2
V (cm/menit)
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat pada percobaan ini:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi yaitu waktu tinggal,
konsentrasi padatan pada larutan dan gaya gravitasi. Dimana semakin
lama waktu pengendapan maka laju pengendapan semakin berkurang.
Semakin besar konsentrasi padatan pada larutan, semakin besar laju
pengendapannya.
2. Pengendapan paling tinggi pada beaker glass pada menit ke 2 yaitu 11,7
cm pada konsentrasi 140 gr/L, sedangkan pengendapan yang paing cepat
pada menit ke 18 yaitu 2,2 cm dengan konsentrasi 80 gr/L.
3. pengendapan paling tinggi pada gelas ukur pada menit ke 2 yaitu 11,6 cm
pada konsentrasi 140 gr/L, sedangkan pengendapan yang paing cepat pada
menit ke 22 yaitu 1,4 cm dengan konsentrasi 80 gr/L.
4. Laju pengendapan pada beaker glass lebih kecil dibandingkan pada gelas
ukur. Hal ini dikarenakan luas permukaan beaker glass lebih besar
dibanding gelas ukur.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan pada percobaan ini:
Pada praktikum ini, praktikan harus lebih teliti dan cermat dalam
mengamati waktu dan pengendapan agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
Semoga pandemi segera berakhir dan praktikum dapat segera dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis. GJ. 1983. Transport Process and Unit Operation, Second Edition,
Allyn and Bacon, Inc, Boston, London, Sydney, Toronto.
Harborne. J. B. 1987. Lapres Sedimentasi, Penerbit ITB, Bandung.
Mc. Cabe.W.L and Harriot. 1999. Unit Operation of Chemical Engineering 5th
edition. Mc. Graw Hill. New York.
Roessiana D L;Setiyadi dan Sandy BH Proses sedimentasi dalam keadaan
Free Settling. Jurnal; Univ. Katolik Widya Mandala.
Setiyadi.Suratno Laurentius, Ezra Ariela W,Gede Frema M,S. Menentukan
Persamaan Kecepatan Pengandapan pada Sedimentasi, Jurnal; Teknik
kimia, Univ. Katolik Widya Mandala.
http://repository.wima.ac.id/9549/2/BAB%201.pdf diakses pada selasa 9 juni
2020, pukul 12.00 WIB
https://www.academia.edu/24831412/LAPRES_SEDIMENTASI diakses pada 15
Juni 2020, pukul 07.10 WIB.
http://repository.wima.ac.id/9549/2/BAB%201.pdf
http://media.neliti.com 231850-menentukan-persamaan-kecepatan-pengendapan-
c71e1bf5. Diakses pada 15 Juni 2020, pukul 07.38 WIB
6- 8-74 m
V7 = = = 0,3 cm/menit
t 2 menit
6- 74-65 m
V8 = = = 0,45 cm/menit
t 2 menit
6- 65- m
V9 = = = 0,25 cm/menit
t 2 menit
6- 6-52 m
V10 = = = 0,4 cm/menit
t 2 menit
6- 52-5 m
V11 = = = 0,1 cm/menit
t 2 menit
6- 5-45 m
V12 = = = 0,25 cm/menit
t 2 menit
6- 45-4 m
V13 = = = 0,25 cm/menit
t 2 menit
6- 4-38 m
V14 = = = 0,1 cm/menit
t 2 menit
6- 38-37 m
V15 = = = 0,05 cm/menit
t 2 menit
6- 37-35 m
V16 = = = 0,1 cm/menit
t 2 menit
6- 35-35 m
V17 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
0 0 140 r .12 m
C2 = = = 150 gr/L
2 11 2 m
0 0 140 r .12 m
C3 = = = 158,5 gr/L
3 10 6 m
0 0 140 r .12 m
C4 = = = 176,8 gr/L
4 95 m
0 0 140 r .12 m
C5 = = = 190,90 gr/L
5 88 m
0 0 140 r .12 m
C6 = = = 210 gr/L
6 8 m
0 0 140 r .12 m
C7 = = = 227,03 gr/L
7 74 m
0 0 140 r .12 m
C8 = = = 258,46 gr/L
8 65 m
0 0 140 r .12 m
C9 = = = 280 gr/L
8 6 m
6- 35-33 m
V12 = = = 0,1 cm/menit
t 2 menit
6- 33-32 m
V12 = = = 0,05 cm/menit
t 2 menit
6- 32-31 m
V13 = = = 0,05 cm/menit
t 2 menit
6- 31-31 m
V14 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
0 0 140 r .12 m
C2 = = = 168 gr/L
2 10 m
0 0 140 r .12 m
C3 = = = 176,84 gr/L
3 95 m
0 0 140 r .12 m
C4 = = = 197,64 gr/L
4 85 m
0 0 140 r .12 m
C5 = = = 224 gr/L
5 75 m
0 0 140 r .12 m
C6 = = = 254,54 gr/L
6 66 m
0 0 140 r .12 m
C7 = = = 294,73 gr/L
7 57 m
0 0 140 r .12 m
C8 = = = 336 gr/L
8 5 m
0 0 140 r .12 m
C9 = = = 373,33 gr/L
8 45 m
0 0 140 r .12 m
C10 = = = 409,75 gr/L
8 41 m
0 0 140 r .12 m
C11 = = = 454,05 gr/L
8 37 m
0 0 140 r .12 m
C12 = = = 480 gr/L
8 5 m
0 0 140 r .12 m
C13 = = = 509,09 gr/L
8 33 m
0 0 140 r .12 m
C14 = = = 525 gr/L
8 32 m
0 0 140 r .12 m
C15 = = = 541,93 gr/L
8 31 m