Anda di halaman 1dari 9

MODUL PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI

Disusun oleh:

Anjar Siti Mashitoh, ST., M.Eng


Abdul Rohman Wali, M.Si
Elma Oktaria, S.Pd

PROGRAM STUDI DII TEKNIK KIMIA


PDD POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
RINTISAN AKADEMI KOMUNITAS NEGERI SIAK
2018
Modul 3. Praktikum Satuan Operasi AKN Siak 2018

SEDIMENTASI

TUJUAN PERCOBAAN

Mencari hubungan antara kecepatan sedimentasi partikel padatan dengan


parameter-parameter yang mempengaruhinya berdasarkan data percobaan dan
membuat grafiknya.

DASAR TEORI

Proses sedimentasi adalah proses separasi secara mekanis yang


memanfaatkan gaya grafitasi bumi. Sedimentasi dilakukan untuk memisahkan
partikel-partikel padat maupun cair dari suatu cairan atau gas tertentu. Melalui
proses sedimentasi ini, maka partikel-partikel padat dapat diklasifikasikan menurut
massa jenis dan ukuran partikelnya.

Contoh proses sedimentasi :

Pengolahan air minum

Pengolahan air limbah.

Pengendapan lumpur dan zat padat lainnya pada cairan yang keruh.

Pemisahan minyak dan air ditempat pencucian mobil.

Kadang – kadang pemisahan ini dapat sangat lambat oleh karena berat
spesifik komponen sangat tidak berbeda nyata atau oleh karena gaya yang menahan
sistem dalam ikatan. Dengan maksud untuk meningkatkan kecepatan pemisahan
gaya sentrifusi dapat dipergunakan untuk menekan perbedaan daya terhadap
sistem.

Dibandingkan dengan proses filtrasi, maka proses sedimentasi cenderung


lebih ekonomis jika partikel-partikel penyusun campuran tersebut memiliki perbedaan
massa jenis yang besar, ukuran partikel yang besar dan campuran tersedia dalam
jumlah yang sangat banyak.
A
A
B
B
C C D
D
(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 1a memperlihatkan suspensi di dalam suatu tabung pengendap


dengan kedalaman Ho dan dibiarkan mengendap dengan sendirinya dengan
pengaruh gaya berat. Sesuai dengan laju pengendapannya, maka akan terbentuk
endapan di dasar tabung pada zone D dan bersamaan dengan itu terbentuk pula
suatu lapisan – lapisan lain (zone A, B dan C seperti terlihat pada gambar 1b).

Zone A adalah suatu lapisan dengan suatu cairan yang paling jernih,
sedangkan zone B adalah lapisan dengan suspensi awal.

Di bawah zone B terdapat zone C yang mengandung partikel - partikel padat


dengan konsentrasi lebih besar dari pada zone B. Jika partikel padat pada suspensi
sulit teraglomerasi, maka zone A akan terlihat agak keruh sekeruh zone B, sehingga
batas antar muka (interface) zone A dan zone B menjadi kabur dan sulit diamati.

Selama proses pengendapan berlangsung, kedalaman zone A dan zone D


bertambah, sedangkan zone C tetap dan zone B berkurang (Gambar 1c). Dengan
makin bertambahnya zone D, maka terjadi pula proses pemampatan (kompresi),
dimana ruang-ruang antar partkiel dibagian bawah zone D yang terisi oleh cairan
seakan–akan terperas keluar akibat tertekan oleh berat partikel-partikel yangterus
berjatuhan dari zone C. Proses pemampatan ini mengakibatkan memadatnya
endapan dibagian bawah zone D.

Seterusnya setelah zone B makin menipis dan akhirya menghilang,


perlahan-lahan zone C juga akan ikut menghilang sehingga akhirnya seluruh partikel
– partikel padat berada di zone D (gambar 1d). Setelah itu praktis hanya proses
pemampatan saja yang masih berlangsung. Proses pemampatan ini akan berhenti
jika telah terjadi kondisi kesetimbangan mekanik antara zat cair dengan endapan.
Dengan selesainya proses pemampatan ini, maka selesai pula proses pengendapan
(Gambar 1e).

Laju sedimentasi partikel dapat diamati secara garfish dengan


menggambarkan setiap halaman interface zone A dan zone B pada satuan waktu
tertentu. Laju sedimentasi suatu suspensi tertentu bergantung kepada banyak faktor
antara lain:
1. Konsentrasi suspensi
Laju pembentukan endapan menurun dengan meningkatnya konsentrasi
tetapi penurunannya lebih lambat dari pada saat konsentrasi meningkat. Semakin
tinggi konsentrasi suspensi semakin rendah pula laju turunnya garis padatan karena
besarnya kecepatan ke atas cairan yang dipindahkan.Berdasarkan konsentrasi dan
sifat partikel untuk berinteraksi dari suspensi yang akan mengendap tipe sedimentasi
dibedakan atas 4 type yaitu:

> Tipe 1: Klasifikasi tingkat 1


Menunjukkan pengendapan dari partikel bebas yang ada dalam suspensi
yang mempunyai konsentrasi kepadatan rendah.partikel akan mengendapkan secara
individu dan tidak berinteraksi dengan partikel sekelilingnya.

> Tipe 2: Klasifikasi tingkat 2


Menunjukkan pengendapan dari partikel yang mempunyai kecenderungan
untuk berinteraksi atau dengan mengumpul partikel sekelilingnya pada suspensi
yang mempunyai kepadatan rendah. Dengan penggumpalan,massa partikel
bertambah besar dan akan diendapkan dalam waktu yang lama.

> Tipe 3: Klasifikasi daerah pengendapan


Menunjukkan pengendapan yang mempunyai konsentrasi tinggi dimana
gaya interaksi antara partikel cenderung untuk tetap dalam posisinya dan
menyebabkan pengendapan partikel secara merata sehingga terlihat suatu
perbedaan yang jelas pada lapisan permukaan cairan.

> Tipe 4: Daerah kompresi


Menunjukkan pengendapan partikel sedemikian rupa sehingga bentuk suatu
struktur yang kompak. Hal ini disebabkan oleh massa partikel yang bertambah
secara terus menerus selama proses pengendapan berlangsung.
2. Perbandingan luas permukaan dengan kedalaman suspensi
Semakin luas permukaan suatu suspensi maka kedalaman suspensi
tersebut semakin rendah maka proses pengendapannya pun akan berlangsung
semakin cepat.

3. Ukuran partikel
Semakin besar ukuran partikel maka proses pengendapan akan semakin
cepat dan sebaliknya semakin kecil ukuran partikel maka proses pengendapan akan
berlangsung lambat.

4. Adanya zat flokulan yang memicu menggumpalnya partikel- partikel menjadi


partikel berukuran lebih besar.

Penambahan flokulan akan banyak membantu pembentukan gumpalan-


gumpalan baru karena terdapat inti dari kelompok-kelompok yang saling bersatu
sehingga akan terbentuk endapan yang lebih besar dan berat yang sangat mudah
dipisah.Penggabungan partikel dapat terjadi bilamana ada kontak antara partikel
tersebut.Pada flokulasi terjadi penambahan volume, massa dan kohesi dari partikel-
partikel.Ukuran partikel ini diubah dengan cara:

• Difusi sempurna secara cepat dari koagulan dengan pengadukan singkat.


• Pengadukan secara perlahan-lahan dan merata untuk menambah muatan
partikel-partikel koloid.
• Pemakaian produk sebagai agen flokulasi dengan mempercepat reaksi.

5. Pengadukan
Pengadukan data menyebabkan penggabungan partikel melalui kontak yang
dihasilkan oleh gerakan cairan itu sendiri.Semakin cepat pengadukan maka akn
semakin lambat proses pengendapan dan sebaliknya.Hal ini terjadi karena apabila
pengadukan cepat maka flok yang sudah terbentuk pecah lagi atau flok belum
terbntuk secara sempurna.

6. Aliran
Aliran berpengaruh terhadap konsentrasi cairan suspensi yang tidak
seragam. Peningkatan laju alir massa sebagai akibat tingginya densitas padatan
dalam lapisan sedimen sehingga proses pengendapan berlangsung lambat.

Percobaan ini dipelajari 3 faktor yang mempengaruhi kecepatan


pengendapan suatu suspensi, yakni faktor ketinggian suspensi, faktor konsentrasi
suspensi, dan faktor penambahan zat flokulan.

Zat flokulan adalah zat yang memiliki sifat mampu membentuk partikel–
partikel menjadi suatu flok ( gabungan partikel–partikel menjadi partikel berukuran
lebih besar). Sehingga pengendapan berlangsung relative lebih cepat.
Berikut adalah rumus sedimentasi :

ln H – He = -b . t + ln Hc – He

Keterangan :

H : Ketinggian interface A – B pada saat t

He : Ketinggian akhir sediment

Hc : Ketinggian kritis, yakni ketinggian interface A – D

t : Waktu proses sedimentasi

b : Konstanta pengendapan.

Partikel-partikel yang lebih berat dari fluida temapt partikel itu tersuspensi
dapat dikeluarkan di dalam kotak pengendap atau tangki pengendap, dimana
kecepatan fluida itu cukup kecil dan partikel itu mendapat waktu yang cukup untuk
mengendap keluar dari suspensi itu. Akan tetapi, piranti sederhana seperti itu
terbatas kegunaannya karena pemisahannya tidaklah tetap, disampaing itu
memerlukan tenaga kerja untuk menggeluarkan zat padat dari dasar tangki.

Separator-separator industri hampir semuanya mempunyai fasilitas untuk


mengeluarkan zat padat yang mengendap, pemisahan itu bisa sebagian atau bisa
pula hampir lengkap. Peralatan pengendap yang dapat memisahkan hampir seluruh
partikel dari zat cair dinamakan Klarifikator sedang pirranti yang memisahkan zat
padat menjadi 2 fraksi disebut Klasifikator, pada kedua alat ini berlaku prinsip
sedimentasi yang sama

Untuk klasifikasi atau pemisahan zat padat yang agak kasar yang
mempunyai kecepatan pengendapan cukup besar, pemisahan dengan gravitasi pada
kondisi pengendapan bebas atau terganggu biasanya cukup memuaskan. Untuk
memisahkan partikel halus yang diameternya beberpaa mikrometer atau kurang,
kecepatan pengendapannya terlalu rendah dan agar operasinya praktis partikel-
partikel itu mesti di aglomerasikan atau diflokulasikan sehingga menjadi partikel
besar yang mempunyai kecepatan pengendapan yang memadai.

Partikel yang terflokulasi mempunyai 2 karakeristik pengendapan yang


penting. Karakteristik yang pertama ialah bahwa struktur flok itu sangat rumit.
Agregasinya longgar dan ikatan antara partikel-partikelnya lemah dan flok itu
mengandung air yang cukup banyak didalam strukturnya, yang ikut bersama flok itu
turun kebawah. Walaupun pada mulanya flok itu mengendap dalam pengendapan
bebas atau terganggu, dan persamaan umum pada prinsaipnya berlaku,
namun tidaklah praktis bila kita menggunakan hukum-hukum pengendapan secara
kuantitatif karena diameter dan bentuk flok itu tidak mudah didefinisikan.

ALAT & BAHAN

A. ALAT :

1. Gelas ukur 500 ml 3 buah


2. Gelas kimia 500 ml
3. Spatula besar
4. Ayakan
5. Baskom
6. Stopwatch
7. Neraca digital
8. Aluminium foil

B. BAHAN

1. Kapur (CaCO3)
2. Air bersih
3. Zat flokulan : FeCl3

IV. LANGKAH KERJA

1. Diayak bubuk kapur kedalam baskom hingga bersih.


2. Dibuat larutan CaCO3 3% sebanyak 1 liter, kemudian diaduk hingga homogen.
3. Variasi Ketinggian dengan komposisi sama
4. Diaduk larutan kapur kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur dengan tinggi
bervariasi, tabung I : 25 cm, tabung II : 20 cm dan tabung III : 15 cm, kemudian
masing-masing gelas ditutup dengan alumunium foil .
5. Kemudian mengocok masing-masing tabung dan pada saat bersamaan
diletakkan ketiga tabung diatas kursi dan penutupnya dilepas.
6. Diamati perubahan ketinggian setiap selang waktu 5 menit dari ketiga tabung
tersebut.
7. Pengamatan dihentikan setelah tidak terjadi lagi perubahan ketinggian (konstan)
8. Variasi komposisi dengan ketinggian sama
9. Ditambahkan air pada tabung ke 2 dan 3 sampai ketinggian 25 cm.
10. Dikocok kembali ketiga tabung lalu diletakkan kembali pada saat yang
bersamaan dan dalam keadaan terbuka.
11. Pengamatan diakukan kembali dengan selang waktu 5 menit sampai tidak lagi
terjadi perubahan ketinggian pada ketiga tabung.
12. Variasi Komposisi dan ketinggian tetap dengan penambahan zat Flokulan
13. Ditambahkan zat flokulan sebanyak 0,2 gram ke dalam masing-masing tabung
kemudian ditutup dengan alumunium foil.
14. Ketiga tabung dikocok, lalu diletakkan kembali secara bersamaan.
15. Dicatat perubahan ketinggian setiap selang waktu 10 detik

V. DATA PENGAMATAN

1. Ketinggian beda,konsentrasi sama

Konsentrasi suspense = 3%

t H (cm)
(menit) Tabung I Tabung II Tabung III
0 25 20 15

2. Ketinggian sama,konsentrasi beda


Ketinggian suspensi (H)=25 cm

Konsentrasi suspensi tabung I= 5%

Konsentrasi suspensi tabung II= 3%

Konsentrasi suspensi tabung III= 1%

t H (cm)
(menit) Tabung I Tabung II Tabung III
0 25 25 25
3. Penambahan flokulan
Kondisi sama seperti pada 2(ketinggian sama, konsentrai berbeda) hanya saja
ditambahkan zat flokulan sebanyak 0,2 gram.

H(cm)
t (s)
Tabung I Tabung II Tabung III
0 25 25 25

Anda mungkin juga menyukai