Anda di halaman 1dari 42

www.themegallery.

com
PowerPoint Template

SUARNI S. ABUZAR, MS
Pertemuan ……
Sedimentasi  proses pengendapan partikel-partikel
zat padat dalam suatu cairan sebagai akibat gaya
gravitasi baik individu atau bersama-sama sehingga
menghasilkan cairan yang lebih jernih dan suspensi
yang lebih kental.

Proses pemisahan partikel padat dari cairan dapat


juga dilakukan dengan cara flotasi, dimana
padatannya diapungkan.

Berdasarkan pada kepekatannya, suspensi terbagi


atas 3 (tiga) :
1. Suspensi encer bila ≤ 500 ppm;
2. Suspensi intermediate bila antara 500 ppm – 10000
ppm;
3. Suspensi kental bila ≥ 10000 ppm.
Partikel pembangun suspensi tersebut dibedakan atas 2 (dua) jenis:
• Partikel diskrit: yakni partikel yang mengendap sebagai partikel tun
ggal (tidak bergabung) misalnya; butiran pasir, batu bata, dan lain-l
ain.
• Partikel flokulen: yakni partikel yang mengendap akibat berat yang
dibentuk dengan cara menggabungkan diri agar menjadi lebih besar/
flok. Misalnya; senyawa asam organik.
Pengendapan partikel dalam air dipengaruhi
oleh faktor-faktor:

1.Ukuran partikel, semakin besar semakin cepat menge


ndap dan semakin banyak yang terendapkan;
2.Bentuk partikel, bulat, pipih atau tak beraturan;
3.Berat jenis atau kerapatan massa partikel;
4.Berat jenis cairan;
5.Viskositas cairan;
6.Konsentrasi partikel dalam cairan;
7.Sifat partikel dalam suspensinya;
8.Temperatur.
Ukuran dan bentuk partikel akan mempengaruhi ratio permukaan te
rhadap volume partikel. Sedangkan konsentrasi partikel mempengar
uhi pemilihan tipe bak sedimentasi. Temperatur mempengaruhi viskos
itas dan berat jenis cairan. Semua faktor yang disebutkan diatas mem
pengaruhi kecepatan mengendap partikel pada bak sedimentasi.

Karena itu dibutuhkan satuan operasi dalam mendesain bak sedimentasi m


elalui percobaan di laboratorium untuk mengetahui waktu loading, kecepa
tan mengendap, konsentrasi partikel dan lain sebagainya agar penggunaa
n bak sedimentasi efektif dan efisien.
4 (empat) tipe sedimentasi :
1. Klarifikasi golongan 1. Proses sedimentasi tanpa pem
bubuhan kimiawi karena yang diharapkan mengendap
adalah partikel diskrit. Proses ini biasa terjadi pada Grit
Chamber dan bak prasedimentasi;
2. Klarifikasi golongan 2. Partikel mengendap sebagai
kumpulan yang dikatalis oleh zat kimiawi tertentu, mis
alnya Aluminium Sulfat;
3. Zone Settling. Kepekatan yang tinggi suatu suspensi
menghasilkan ikatan dan struktur plastis partikel-parti
kel akibat adanya gaya kohesi antar partikel tersebut;
4. Kompresi. Struktur plastis partikel-partikel yang berl
apis semakin lama semakin tebal sehingga lapisan diba
gian bawah akan mengalami pemadatan dan lebih pek
at.
Gambar 3.2 Diagram Paragenesis
Pada suspensi yang pekat akan nampak ciri-ciri pengendapan yang
berbeda dengan suspensi encer. Perbedaan akan semakin jelas pada
suspensi yang mempunyai sifa flokulen dibanding dengan suspensi ya
ng memiliki sift diskrit. Misalkan di dalam suspensi encer terkandung
partikel-partikel dari berbagai ukuran dan konsentrasi yang seraga
m diseluruh cairan.suatu partikel pada saat t = 0 berada di permuka
an akan mengendap tanpa dihalangi dengan kecepatan mengendap
yang sesuai dengan sifat-sifat tersebut.
Sebelum titik B tercapai, tidak akan terjadi perlambatan. Pad
a titik antara B dan C, partikel aakan merupakan bagian dari
pengendapan lumpur. Keberadaan partikel antara C dan D te
rgantung pada pemadatan dari endapan lumpur. Pada penin
gkatan konsentrasi suspensi akan tercapai suatu keadaan dim
ana partikel-partikel yang mengendap dengan kecepatan tin
ggi akan membentuk endapan. Setelah itu pengendapan aka
n berlangsung secara kolektif dan pada kecepatan yang lebih
rendah. Semua proses pengendapan akan membentuk 4 zone,
masing-masing dengan karakteristiknya sendiri.
• Keadaan mula-mula konsentrasi uniform pada seluruh cairan (konsen
trasi B)
• Segera akan nampak batas antara zat cair dan cairan jernih (A). Dala
m zone B partikel akan mengendap dengan kecepatan seragamdala
m keadaan pengendapan terehalang. Besarnya kecepatan pengenda
pan dimana suspensi selalu bergerak ke bawah merupakan fungsi
dari :
• V = f (Co) (3.22)
• Zone C : suatu zone dimana kecepatan mengendap makin lama maki
n berkurang sebagai akibat peningkatan konsentrasi.
• Zone D : zone kompresi dimana peningkatan konsentrasi sampai suat
u harga diaman zat-zat padat dalam suspensi tertahan secara mekan
is oleh zat-zat padat yang ada dibawah.
• Pada tangki pemekatan atau pada aliran kontinu, luas permukaan yang dipe
rlukan untuk memisahkan suspensi yang pekat tergantung pada dua faktor y
aitu:
• Kapasitas klarifikasi
Diperkirakan dari kecepatan awal pada bidang batas padatan-cairan menuru
n. Luas permukaan harus sedemikian rupa sehingga kecepatan meluap cairan
lebih kecil daripada kecepatan penurun bidang batas.
• Kapasitas pemekatan
Dihitung berdasarkan atas suatu analisis rasional di seluruh cairan dan zat-zat
padat mengendap secara batch. Pada awal proses, konsentrasi uniform di selur
uh cairan dan zat padat mengendap uniform. Sebelum zat padat tersebut sam
pai dasar bak, zat tersebut harus melalui semua tingkat konsentrasi yang ada
dalam tabung tersebut. Kalau solid handling capacity(SHC) pada konsentrasi C
3 lebih kecil dari SHC pada konsentrasi C2 dalam lapisan yang berada tepat pa
da diatasnya, maka zat padat tidak akan melewati lapisan C3 dengan kecepa
tan yang sama dengan kecepatan memasuki lapisan C3 ini. Misalkan pada ssa
at t = 0 terbentuk suatu lapisan tipis pada dasar tabung dengan konsentrasi C
dan naik dengan kecepatan v’.
Zat padat yang berada pada daerah dengan konsentrasi C-dC.maka:
• kecepatan mengendap : v + dv
• kecepatan lapisan naik : v + dv + v’
karena konsentrasi lapisan tetap konstan (C) maka banyaknya zat p
ada yang keluar dari lapisan:
• (C-dC) A. t (v + dv + v’) = C. A. t (v + dv ) (3.23)
Dengan : A = luas peampang tegak lurus arah gerakan zat padat
• dC v’ = C dv – dC v – dC dv
• u’ = C (dv/dC) – v – dv
dengan mengabaikan dv maka:
• u’ = C (dv/dC) – v
Karena pada pengendapan terhalang v = f(C) maka;
• v’ = C f’(C) - f(C) (3.24)
Oleh karena C konstan dan f’(C) dan f(C), maka v’ juga harus konstan.
Suatu tabung setinggi Zo’ diisi dengan suatu suspensi dengan
konsentrasi uniform Co. Berat zat padat dalam suspensi adalah A.
Z’oCo.
Apabila suatu lapisan dengan konsentrasi C2 bergerak naik dan
membutuhkan waktu t2 untuk mencapai bidang batas, maka banyaknya
zat padat yang melewati lapisan ini :
C2 A t2 (v2 + v’2) = Co Z’o A (3.25)
Kecepatan naik dari tiap lapisan adalah konstan, sehingga bila pada saat
t2, bidang batas berada pada Z’2, maka:
V’2 = Z’2/t2 disubstitusikan sehingga memberikan :
Co Z’o = C2 t2 (v2 + v’2)
Co Z’o = C2 t2 v2 + C2 t2 v’2
C2 = (Co Z’o)/{(t2 v2) + t2 v’2)}
C2 = (Co Z’o)/{(t2 v2) + Z’2)}
Pada saat t2 : v2 = (Z’1 - Z’2)/t2, maka:
C2 = (Co Z’o)/ Z’1
Z’1 dapat diartikan sebagai tinggi kolom pengendapan/sludge, bila zat pa
dat
dalam kolom tersebut mempunyai konsentrasi yang sama dengan konsent
rasi di dalam bidang batas tersebut.
(3.26)
Pada pemisahan secara kontinu akan terjadi keadaan dima
na kedudukan dari biadang batas adalah statis dan gerakan
zat padat relatif terhadap zat cair disebabkan aliran ke atas
dari cairan. Maka, pada saat t2, kecepatan cairan yang mela
lui lapisan konsentrasi C2 adalah:
q’ =A v2 = A (Z’1 - Z’2)/t2 (3.27)
Tidak seluruh cairan akan mengalir melaluui bidang batas k
arena sebagian akan menyertai zat padat di dalam
underflow.
Volume sesungguhnya dari cairan yang melalui bidang batas
dalam pengendapan batc:
V = A (Z’1 - Z’u) (3.28)
Dengan Z’u adalah tinggi bidangbatas bila semua zat padat di dalam
sistem mempunyai konsentrasi Cu (konsentrasi underflow).
Waktu yang diperlukan air sebanyak V untuk melewati suatu lapisan
dengan konsentrasi C2 adalah:
t = V/q = A ((Z’1 - Z’u)/ {A (Z’1 - Z’u)/t2}
atau t = tu (3.29)
Banyaknya zat padat dalam suatu analisis secara batch : A Z’o Co
Pada operasi kontinu akan dibutuhkan waktu selama tu untuk
melewatkan zat padat sebanyak A Z’o Co melalui konsentrasi C2 maka :
q = (A Z’o)/ tu (3.30)
dimana:
q = kecepatan volumetrik suspensi yang memasuki thickener
tu= waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan konsentrasi underflow
Z’o= tinggi bidang batas mula-mula di dalam kolom pengendapan
Sedangkan untuk bak thikener yang menggunakan
pola recycling, perhitungan luas area pemekatan
menjadi:

t
A  1,5(Q  R)
c
u

H 0

dimana:
Q = laju alir lumpur dari bak pengendap akhir/unit
sebelumnya
R = laju alir recycle lumpur
Contoh soal:
Sebuah test batch dilakukan untuk menguji MLSS 2500
mg/l untuk dipekatkan menjadi 10.000 mg/l dengan
debit desain 1,2 MGD, berikut adalah grafik hubungan
tinggi interface lumpur dengan waktu pengendapan.
Maka tentukan luas area pemekatan dan area klarifikasi
serta diameter bak yang layak untuk rencana desain
tersebut:
Saat partikel-partikel terendapkan, maka akan terbentuk l
apisan partikel solid yang terkompresi akibat gaya berat la
pisan diatasnya. Kecepatan konsolidasi partikel-partikel ter
sebut adalah :
- dZ’/dt = K (Z’ – Z’~) (3.31)
Dengan mengintegrasikannya maka :
Ln {( Z’c – Z’~)/( Z’t – Z’)} = K (t – tc) (3.32)
Dengan :
Z’ = tinggi kolom sludge
Z’~ = tinggi kolom sludge pada akhirnya
Tc = waktu pada saat Z’c
Contoh soal:

Carilah kecepatan mengendap dan ukuran partikel deng


an berat jenisnya 1,001, dimana 80 % nya diharapkan unt
uk disisakan pada kondisi pengendapan yang baik denga
n aliran 1000 gpd/sq, apabila temperatu air adalah 100C
(500F).
Penyelesaian:
Q/A = 1000 x 1,547 x 10-6 x 30,48 = 4,72 x 10-2
cm/sec
Dari persamaan bahwa Q/A= 1,8
untuk n=1/8 dan y/yo = 80 %,
vo = 1,8 x 4,72 x 10-2= 8,5 x 10-2cm/sec
Dari persamaan didapatkan d= 0,15
Teori rasional untuk tangki ideal dan modifikasinya
diperlukan untuk keperluan desain tangki sedimentasi
(oleh Camp). Analisis ini didasarkan atas hal-hal :

(Gambar 3.15 Sketsa Tangki Ideal)


•Suatu unit cairan yang memasuki tangki ideal dianggap menyebar
secara merata ke seluruh bidang vertikal A-A sdemikian rupa
sehingga partikel-partikel yang ada dalam suspensi adalah konstan
di seluruh cairan dalam suatu volume yang panjangnya dL (daerah
inlet)
•Volume bergerak dari inlet menuju outlet tangki sedimentasi pada
kecepatan yang uniform dan akan tiba pada penampang A’-A’
tanpa mengalami perubahan bentuk.
•Di dalam daerah outlet semua bagian cairan dari bidang A’-A’
mengumpul kembali dan membentuk unit cairan semula yang
hanya mengandung partikel-partikel yang tidak dipisahkan dalam
ruang sedimentasi.
Apabila diameter partikel, Do, dan kecepatan
mengendap, v0, maka waktu yang dibutuhkan untuk
mengendapkan sedalam h0, adalah :
t = ho/vo (3.33)
maka : v0 = h0/(A h0/Q) = Q/A (3.34)
atau menurut hukum stokes :
D0 = K. v00,5 = K. (Q/A)0,5 (3.35)
Apabila Y0 menyatakan jumlah partikel yang terdiri dari
tiap golongan ukuran yang mempunyai kecepatan
mengendap vs ≤ v0, maka fraksi dari jumlah partikel
yang, mengendap adalah :
Y/Yo = hi/h0 = vi/v0 = vi/(Q/A) (3.36)
Persamaan diatas diturunkan dari :
•Untuk tangki empat persegi panjang dengan lebar w
dan dh/dl = vi dt/vh.
dt adalah konstan karena vh konstan, sedangkan vi
untuk golongan tertentu adalah konstan. Maka:
hi/h0 = (vi/vh)= (vi .L. w)/( vh L. W) = vi /(Q/A)
•Untuk tangki berbentuk lingkaran dengan jari-jari r,
luas A = 2π.r.h0 :
hi/h0 = vi/vh = (2 . π. r. h0 . vi )/ Q
= (2 . π. r. h0 . vi )/ Q r dr
= (2 . π. r. h0 . vi )/ Q (1/2 r2)
= (π. r. h0 . vi )/ Q (r02 – ri2)
= (h0 vi A)/Q = vi/(Q/A)
Efisiensi bak pengendap dapat berkurang akibat arus yang
membentuk lintasan pendek pada aliran, diataranya adalah :
1.Arus olakan yang terbentuk oleh inersia cairan yang masuk
2.Arus permukaan yang disebabkan oleh induksi angin pada bak
terbuka
3.Arus konveksi vertikal yang disebabkan oleh panas yang timbul
4.Arus densitas yang disebabkan oleh kekentalan cairan akibat
dingin atau berat air dan panas atau ringan air yang melewati
permukaan.
5.Arus yang disebabkan oleh struktur outlet. Pada tangki aliran
horizontal, begitu material mengendap ke dasar, arus turunnya
diinduksi dekat inlet tangki yang sejalan dengan aliran dekat
outlet.
Perbandingan antara efisiensi yang tercapai terhadap efisiensi
teoritis adalah sebagai berikut:
yi
 1  [1  n.v /(Q / A)]
o
1/ n

y0

Hubungan yang terjadi antara efisiensi bak pengendap dengan rasio waktu
detensi atau rasio kecepatan mengendap dapat dilihat pada grafik berikut:

Dimana: yi = efisiensi yang akan


dicapai/diharapkan
y0 = efisiensi teoritis
η = karakteristik bak pengendap
(bernilai antara 0, 1/8, 1/5, 1/3, ½ -1)
vo = kecepatan mengendap terminal
vd = surface loading = Q/A
Untuk mencegah pengendapan tidak
terlaksana, maka:
1.Perpanjang waktu pengendapan (td > t0)
2.Perkecil kecepatan mengendap (vtd < vto)
dimana vto = (1,5-3) vtd
Peningkatan kapasitas bak dengan mempercepat
pengumpulan flok menjadi dasar pemikiran. Sehingga
muncul gagasan untuk menambah dasar/alas semu
(tray) Peningkatan kapasitas bak dengan tray yang
horizontal, menyebabkan efisiensi pengendapan
bertambah tinggi. namun lama-lama effluen yang
keluar akan tercampur partikel yang sudah
mengendap. Solusinya bisa dengan menggunakan
multi tray settler.
Bentuk multi tray settler :
1.Tube settler
2.Plate settler
Waktu yang diperlukan lebih kecil dari waktu detensi
semula sehingga overlow rate lebih besar dan
pengendapan lebih banyak. Jika sudut kemiringan
besar maka jarak tempuh besar kemampuan
mengendap kecil waktu pengendapan lama serta
overflow rate kecil. Seperti diilustrasikan dengan
gambar berikut
Maka waktu yang diperlukan hanya 1/5 waktu semula,
jadi overflow rate menjadi 5 kali lebih besar dari semula.
Namun akan mempercepat proses penumpukan sludge
pada dasar semu tersebut yang memungkinkan akan
terbawa keluar oleh aliran efluen.
Maka dengan sedikit modifikasi, membuat tray tersebut
dalam posisi miring, sehingga jika sudut kemiringan (α)
besar, maka jarak tempuh besar, kemampuan
pengendapan kecil, waktu detensi besar akibatnya
overflow rate kecil.
AB AD AE ( w / sin  ). tan 
t 
o
  
v v
to
v tr
v to

AB = AC tanα = (w/sin α) tanα dan


AC = w/sin α
AE = AF + FE
AE = (H/sin α ) + (DE/sinα)
AE = (H/sin α ) + ((w/sin α).tan α/sin α)
vα = (AE/AB). vto

( H / sin  )  ( w / sin  ) / cos )


v  .v
( w / sin  ) tan 
 to
Untuk memperbesar Vup (Q/A) maka perbesar H,
perkecil α, luas surface loading akan kecil, sehingga
keefektifan kecil.
Banyak digunakan α = 600 dan w = 5-10 cm, NRe ≤
2.000 dan Fr > 10-5

(Q / A). .R
N 
(3.40)
Re

(Q / A) 2

Fr  (3.41)
g.R
Contoh soal:

Hasil percobaan kecepatan pendapan suatu partikel


adalah 0,1 cm/dt dan untuk removal 85 % diperoleh
perbandingan Uto = 2,4 Utd. Pengendapan dilakukan
dalam multi plate settler dengan jarak plate (W) = 5
cm dan tinggi plate = 100 cm dengan kemiringan = 100
cm dengan kemiringan (α) = 600. Hitunglah bilangan
Reynold dan Froude (ν) = 0,916 x 10-2 cm2/dt.
AB = W/sin
Z = AB tg α = W/ sin α = 2 W = 10 c
AC = BD = H/ sin α
CE = DE/ sin = Z/ sin = W/ sin α (tg α)
sin α
= W/ sin α cos α
AE = AC + CE
= H/ Sin α + W/ sinα cos α
= 115,47 + 11,55 = 127,02 cm
Utd = 0,1/ 2,4 cm/dt = o,o417 cm/dt
td = Z/ Utd
Vα = AE/ td = AE Utd = 127,02 x 0,0417 cm/ dt = 0,53 cm/ dt
Z 10
R = W x W = 1/2 W
2W
Nre = vα / ν = vα (1/2W)R/ ν
NRe = vα R = v α (1/2 W) = (0,53) (2,5) = 144,65 < 500 (ok)
ν ν 0,916 x 10-2
Nfr = vα2/ gR = vα2/ g (1/2 W) = (0,53)2/981 x 2,5 =1,14 x 10 -5 (ok)
Agar tidak terjadi penggerusan pengendapan padatan halus, ringan dan
flokulen dari dasar bak atau zone lumpur terangkut kembali oleh arus maka
kecepatan horizontal harus dibatasi untuk tidak lebih dari :

v  (8 / f ) .v
H
0,5

Dimana:
vH = kecepatan aliran
f = gesekan menurut Darcy = 0,02 - 0,04
Selain itu juga harus ada pembatasan rasio panjang terhadap kedalaman bak pengendap :

P  8   t  v 
0,5

     
o d s

Z  f   t  v 
o o o

Untuk bak ideal, td/to = 1 dan vs = vo. Maka :

P 8
0,5

  o
Dimana : Po = Panjang bak pengendap (m)
Z f o
Zo = Tinggi bak pengendap (m)
Contoh soal:

Carilah unruk endapan alum (Ss), diameternya adalah


10-1, kecepatan pengganti pada flok sehingga dapat
disisakan tanpa memberikan pengaruh yang
berbahaya pada proses pembentukakan suspensi
kembali dan rasio jarak pengendapan pada unit
pengendapan di pengaruhi. Asumsikan bahwa faktor
friksi dari Darcy Weisbach
f= 3,0 x 10-2 dan temperaturnya adalah 100C
Penyelesaian:
vd = (8/f)1/2 vs
= (8/(3x10-2))=16,3
Didapatkan vs = 3,0 cm/sec
Vd= 3,0 x 16,3 = 48,9 cm/sec = 1,60 fps,
lo/ho = 16,3(td/to) = 16,3,
basin yang ideal = (td/to = 1,0)
www.themegallery.com

Anda mungkin juga menyukai