Dosen Pembimbing:
Dr. Rozanna Dewi, ST., MT
Disusun Oleh:
Monika Ramazela NIM. 180140089
KELAS A3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim
pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi sebaiknya dilakukan proses
sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan
flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya.
Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya
untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated
sludge, OD, dsb) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan ke unit
pengolahan lumpur tersendiri.
1. Gaya Gravitasi
Gaya ini terjadi apabila berat jenis larutan lebih kecil dari berat jenis
partikel, sehingga partikel lain lebih cepat mengendap. Gaya ini bisa dilihat pada
saat terjadi endapan. Pada kondisi ini, sangat dipengaruhi oleh hukum 2 Newton,
yaitu:
Fg = m . g
= ρs x g
3
2. Gaya Apung
Gaya ini terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari pada massa jenis
fluida sehingga fluida berada pada permukaan cairan.
Fa= m x p x g
ρ
3. Gaya Dorong
Gaya ini terjadi pada saat larutan dipompakan kedalam tabung klarifier.
Gaya dorong juga dapat dilihat pada saat mulai turunnya partikel padatan karena
adanya gaya gravitasi, maka fluida akan memberikan gaya yang besarnya sama
dengan berat padatan itu sendiri.
Fd = V x D²(ρg- ρg)
18μ
2. Viskositas cairan
Pengaruh viskositas cairan terhadap kecepatan sedimentasi yaitu dapat
mempercepat proses sedimentasi dengan cara memperlambat cairan supaya
partikel tidak lagi tersuspensi.
4
3. Temperatur
Bila temperatur turun, laju pengendapan berkurang. Akibatnya waktu
tinggal di dalam kolam sedimentasi menjadi bertambah.
1. Cara Batch
Sedimentasi merupakan pemisahan antara padatan dengan cairan yang
berasal dari slurry encer. Pemisahan ini menghasilkan cairan jernih dan padatan
dengan konsentrasi tinggi. Mekanisme darisedimentasi dideskripsikan dengan
observasi pada tes batch settling yaitu ketika partikel-partikel padatan dalam suatu
slurry mengalamiproses pengendapan dalam silinder kaca.
5
Gambar 1 Mekanisme Sedimentasi Batch (Budi, 2011)
Gambar di atas menunjukkan slurry awal yang memiliki konsentrasi
seragam dengan partikel padatan yang seragam). Partikel mulai mengendap dan
diasumsikan mencapai kecepatan maksimum dengan cepat. Zona D yang
terbentuk terdiri dari partikel lebih berat sehingga lebih cepat mengendap. Pada
zona transisi, fluida mengalir ke atas karena tekanan dari zona D. Zona C adalah
daerah dengan distribusi ukuran yang berbeda-beda dan konsentrasi tidak
seragam. Zona B adalah daerah konsentrasi seragam, dengan konsentrasi dan
distribusi sama dengan keadaan awal. Di atas zona B, adalah zona A yang
merupakan cairan bening.
2. Cara Semi-Batch
Pada sedimentasi semi-batch , hanya ada cairan keluar saja, atau cairan
masuk saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk atau
beningan yang keluar. Mekanisme sedimentasi semi-batch bisa dilihat pada
gambar berikut :
6
Gambar 2 Mekanisme Sedimentasi Semi-Batch (Budi, 2011)
Keterangan :
A = cairan bening
3. Cara Kontinyu
Pada cara ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang
dikeluarkan secara kontinyu. Saat steady state, ketinggian tiap zona akan konstan.
Mekanisme sedimentasi kontinyu bisa dilihat pada gambar berikut :
7
Gambar 3 Mekanisme Sedimentasi Kontinyu (Budi, 2011)
Keterangan :
A = cairan bening
8
gaya antar pertikel menghalangi pengendapan partikel-partikel di
sebelahnya. Partikel berada pada posisi yang relatif tetap satu sama lain
dan semuanya mengendap pada suatu kecepatan yang konstan. Hal ini
mengakibatkan massa pertikel mengendap sebagai suatu zona, dan
menimbulkan suatu permukaan kontak antara solid dan liquid.
Tipe sedimentasi yang sering ditemui pada proses pengolahan air minum
adalah sedimentasi tipe I dan tipe II. Sedimentasi tipe I dapat ditemui pada
bangunan grit chamber dan prasedimentasi (sedimentasi I). Sedimentasi tipe II
dapat ditemui pada bangunan sedimentasi II. Sedangkan sedimentasi tipa III dan
IV lebih umum digunakan pada pengolahan air buangan.
9
tersebut mengendap. Partikel tersebut dapat mengendap bebas secara individual
tanpa membutuhkan adanya interaksi antar partikel, juga tanpa menggunakan
koagulan. Proses pengendapan partikel berlangsung semata-mata akibat pengaruh
gaya partikel atau berat sendiri partikel. Pengendapan akan berlangsung sempurna
apabila aliran dalam keadaan tenang (aliran laminar). Sebagai contoh sedimentasi
tipe I antara lain pengendapan lumpur kasar pada bak prasedimentasi untuk
pengolahan air permukaan dan pengendapan pasir pada grit chamber.
Partikel yang mempunyai rapat masa lebih besar dari rapat masa air akan
bergerak vertical ke bawah. Gerakan partikel di dalam air yang tenang akan
diperlambat oleh gaya hambatan akibat kekentalan air (drag force) sampai dicapai
suatu keadaan dimana besar gaya hambatan setara dengan gaya berat efektif
partikel di dalam air. Setelah itu gerakan partikel akan berlangsung secara konstan
dan disebut terminal settling velocity. Gaya hambatan yang dialami selama
partikel bergerak di dalam air dipengaruhi oleh kekasaran, ukuran, bentuk, dan
kecepatan gerak partikel serta rapat masa dan kekentalan air.
10
F1 = gaya impelling s = densitas massa partikel
= densitas massa liquid V = volume partikel
g = percepatan gravitasi
Gaya drag dinyatakan dalam persamaan :
FD = CD AC (VS2/2)
Dimana : FD = gaya drag CD = koefisien drag
AC = luas potongan melintang partikel VS = kecepatan pengendapan
BAB III
APLIKASI PADA INDUSTRI (INDUSTRI AIR MINUM DALAM
KEMASAN)
11
1. Screening berfungsi untuk memisahkan air dari sampah- berukuran besar.
Oleh sebab itu, sebaiknya sumber air atau air baku yang tepat berasal dari :
a. Air sungai yang tidak tercemar limbah, berwarna tidak hitam, cenderung
cokelat, dengan kandungan CO2 dan HCO3- yang tidak terlalu mencolok.
12
b. Air sungai cenderung jernih yang memliki kosentrasi partikel tinggi
(keruh)
c. Air sumur yang partikel kotorannya tinggi (keruh).
1. Prasedimentasi
Bak prasedimentasi merupakan bagian dari bangunan pengolahan air
minum yang berfungsi untuk mengendapkan partikel diskret yang relatif mudah
mengendap (diperkirakan dalam waktu 1 hingga 3 jam). Teori sedimentasi yang
dipergunakan dalam aplikasi pada bak prasedimentasi adalah teori sedimentasi
tipe I karena teori ini mengemukakan bahwa pengendapan partikel berlangsung
secara individu (masing-masing partikel, diskret) dan tidak terjadi interaksi antar
partikel.
2. Sedimentasi II
13
Bak sedimentasi II merupakan bagian dari bangunan pengolahan air
minum yang berfungsi untuk mengendapkan partikel hasil proses koagulasi-
flokulasi yang relatif mudah mengendap (karena telah menggabung menjadi
partikel berukuran besar). Tetapi partikel ini mudah pecah dan kembali menjadi
partikel koloid. Teori sedimentasi yang dipergunakan dalam aplikasi pada bak
sedimentasi II adalah teori sedimentasi tipe II karena teori ini mengemukakan
bahwa pengendapan partikel berlangsung akibat adanya interaksi antar partikel.
14
1. Segi empat (rectangular)
Bentuk bak ini umumnya digunakan pada instalasi pengolahan air dengan
kapasitas besar. Bak berbentuk segi empat umumnya mempunyai lebar 1,5 hingga
6 meter, panjang bak sampai 76 meter, dan kedalaman lebih dari 1,8 meter. Pada
bak ini, air mengalir horizontal dari inlet menuju outlet, sementara partikel
mengendap ke bawah (Anonim, 2007).
2. Lingkaran (circular)
15
Bentuk bak ini umumnya digunakan pada instalasi pengolahan air dengan
kapasitas yang lebih kecil. Bak berbentuk lingkaran umumnya berdiameter 10,7
hingga 45,7 meter dan kedalaman 3 hingga 4,3 meter (Anonim, 2007). Aliran air
dapat secara horizontal ke arah radial dan umumnya menuju ke tepi lingkaran atau
dengan aliran arah vertikal.
16
Gambar 8. Bak sedimentasi bentuk lingkaran aliran horizontal.
17
Gambar 10. Contoh-contoh konstruksi inlet kolam pengendapan
4. Zona Outlet atau struktur efluen (tempat dimana air akan meninggalkan
bak).
Seperti zona inlet, zona outlet atau struktur efluen mempunyai pengaruh
besar dalam mempengaruhi pola aliran dan karakteristik pengendapan flok pada
bak sedimentasi. Biasanya weir/pelimpah dan bak penampung limpahan
digunakan untuk mengontrol outlet pada bak sedimentasi. Selain itu, pelimpah
tipe V-notch atau orifice terendam biasanya juga dipakai. Diantara keduanya,
orifice terendam yang lebih baik karena memiliki kecenderungan pecahnya sisa
flok lebih kecil selama pengaliran dari bak sedimentasi menuju filtrasi.
18
Gambar 11. Contoh-contoh konstruksi outlet kolam pengendapan.
4.3 Pemeliharaan
19
Hal-hal yang harus dilakukan dalam pemeliharaan bak sedimentasi yaitu:
1. Tangki Sedimentasi perlu disikat untuk menghindari penebalan kotoran
akibat flok yang bersifat kimiawi.
4.4 Keuntungan
Adapun keuntungan dalam menggunakan bak sedimentasi dalam industry
adalah:
1. Kontruksi tangki yang sederhana dan mudah dilaksanakan sendiri tanpa
memerlukan persyaratan khusus, dapat menggunakan tangki atau bak yang sudah
ada.
4.5 Kerugian
Kerugian dalam menggunakan bak sedimentasi yaitu:
1. Apabila menggunakan sistem pengadukan manual dengan tenaga manusia,
maka perlu kesabaran dari penggunanya.
20
DAFTAR PUSTAKA
21