Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNOLOGI KIMIA 1


“SEDIMENTASI”

Disusun oleh:

Kelompok : LTK-I-02

Nama Praktikan : Rosmawati Purnama Sari (NIM : 2311211026)

Rizka Nurul Kamila (NIM : 2311211037)

Tanggal Praktikum : 17 Juli 2023

Dosen Pembimbing : Dr. Putu Teta P. A, ST., MT. (NID : 412190174)

Asisten Lab : Mutiara Nur Fadillah (NIM : 2311201026)

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pemisahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu sedimentasi,
filtrasi, ekstraksi, kristalisasi, dan distilasi. Pemisahan dengan cara sedimentasi
sering kali digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjernihkan air guna
mendapatkan air yang bersih. Proses pemisahan juga sangat diperlukan dalam
industri kimia dan umumnya dilakukan pada produk keluaran dari reaktor.
Dalam skala industri, operasi sedimentasi digunakan untuk mengurangi
polusi dari limbah industri, pengendapan partikel padatan pada bahan makanan cair,
dan sebagainya. Operasi sedimentasi pada skala industri biasanya dilakukan dalam
proses kontinu atau sering disebut thickener.
Oleh karena itu, dilakukannya praktikum sedimentasi ini bertujuan agar kita
dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dalam proses sedimentasi, seperti
mengetahui pengaruh dari karakteristik larutan, kecepatan terminal, koefisien
gesek, dan nilai Reynolds.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan praktikum ini adalah:
1. Mempelajari proses sedimentasi dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
2. Menghitung densitas suspensi, kecepatan terminal, nilai Reynolds,
koefisien gesek, dan viskositas.
3. Mengetahui pengaruh karakteristik larutan terhadap laju pengendapan
(settling).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan
secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Umumnya proses sedimentasi
digunakan setelah proses koagulasi dan flokulasi yang berfungsi untuk destabilisasi
dan memperbesar gumpalan/ukuran partikel, sehingga mudah untuk diendapkan
(Asdak, 1995).
Pengendapan dapat dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Cara
yang sederhana adalah dengan membiarkan padatan mengendap dengan sendirinya.
Setelah partikel-partikel mengendap maka air yang jernih dapat dipisahkan dari
padatan yang semula tersuspensi di dalamnya. Cara lain yang lebih cepat dengan
melewatkan air pada sebuah bak dengan kecepatan tertentu sehingga padatan
terpisah dari aliran air tersebut dan jatuh ke dalam bak pengendap. Kecepatan
pengendapan partikel yang terdapat di air tergantung pada berat jenis, bentuk dan
ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan aliran dalam bak pengendap
(Geankoplis, 1993).
2.2 Teori Pergerakan Partikel di dalam Fluida
Bila partikel akan bergerak melalui fluida, berbagai gaya akan terjadi pada
partikel tersebut. Pertama perbedaan densitas dibutuhkan di antara partikel dan
fluida. Gaya gravitasi eksternal dibutuhkan untuk menggerakkan partikel. Jika
densitas fluida dan partikel sama, maka gaya gesek pada partikel akan
mengimbangi gaya eksternal dan partikel tidak akan bergerak secara relatif dalam
fluida (Mc Cabe, 1985). Selama proses berlangsung tiga buah gaya, yaitu:

1. Gaya Gravitasi
Gaya ini terjadi apabila berat jenis larutan lebih kecil dari berat jenis
partikel, sehingga partikel lain lebih cepat mengendap. Gaya ini biasa dilihat pada
saat terjadi endapan atau mulai turunnya partikel padatan menuju ke dasar tabung
untuk membentuk endapan. Pada kondisi ini, sangat dipengaruhi oleh hukum 2
Newton, yaitu:

2
Fg = m.g ................................................................................................... (2.1)
Keterangan:
Fg = Gaya gravitasi (N)
m = Massa partikel (kg)
g = Percepatan garvitasi (m/𝑑𝑒𝑡 2 )

2. Gaya Apung
Gaya apung terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis fluida.
Sehingga partikel padatan berada pada permukaan cairan.
𝑚.𝑔.𝜌
Fa = .............................................................................................. (2.2)
𝜌

Keterangan:
𝐹𝑎 = Gaya apung (N)
𝑚 = Massa partikel (kg)
𝜌 = Densitas fluida (kg/𝑚3 )
𝑔 = Percepatan garvitasi (m/𝑑𝑒𝑡 2 )

3. Gaya Gesek
Gaya yang timbul akibat adanya gerakan partikel yang bersinggungan dengan
fluidanya.
𝑉2
𝐹𝐷= 𝐶𝐷 𝜌𝐴 .......................................................................................... (2.3)
2

Keterangan:
𝐹𝐷 = Gaya gesek (N)
𝐶𝐷 = Koefisien gesek (yang besarnya tergantung Nre )
𝑉 = Kecepatan perpindahan/gerak (m/det)
𝜌 = Densitas fluida (kg/𝑚3 )
A = Luas penampang proyeksi partikel (𝑚2 )
Resultan dari ketiga gaya yang bekerja pada partikel tersebut menentukan
arah gerak dari partikel, apakah bergerak keatas atau kebawah, dengan percepatan
sebesar:
𝑑𝑣
𝑚 = 𝐹𝑔 − 𝐹𝑏 − 𝐹𝐷
𝑑𝑡

atau

3
𝑑𝑣 𝑚𝜌𝑔
𝑚 𝑑𝑡 = 𝑚𝑔 − − 𝐶𝐷 𝑉 2 𝜌/2 .............................................................. (2.4)
𝜌𝑝

Dari ketiga gaya gravitasi di atas diturunkan suatu laju pengendapan menurun
yaitu:
Vt = g. D2p(ρp-ρ)/18µ ........................................................................... (2.5)
Untuk mengetahui kecepatan terminal digunakan pesamaan (2.5), dv/dt = 0
dan persamaan ini menjadi:
2g( ρp − ρ)m
Vt = √ ................................................................................... (2.6)
A ρ p CD ρ

Untuk partikel bentuk spheric


𝜋D3𝑝 𝜌𝑝 𝜋D2𝑝
𝑚= dan A = , subtitusikan ke persamaan (2.6) sehingga :
6 4

4( ρp − ρ)gDp
Vt = √ .................................................................................. (2.7)
3 CD ρ

Dengan:
Vt dalam m/s
𝜌 dalam (kg/𝑚3 )
𝐷𝑝 dalam m
2.3 Macam-Macam Proses Sedimentasi
Proses sedimentasi dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu:
1. Proses Batch
Proses ini cocok dilakukan untuk skala laboratorium, karena sedimentasi
batch paling mudah dilakukan dan pengamatan penurunan ketinggian mudah.
Mekanisme sedimentasi batch pada suatu silinder/tabung bisa dilihat pada gambar
berikut:

Gambar 2.1 Mekanisme Sedimentasi Batch

Keterangan:
A = Cairan bening

4
B = Zona konsentrasi seragam
C = Zona ukuran butir tidak seragam
D = Zona partikel padat terendapkan
Gambar di atas menunjukkan slurry awal yang memiliki konsentrasi seragam
dengan partikel padatan yang seragam di dalam tabung (zona B). Partikel mulai
mengendap dan diasumsikan mencapai kecepatan maksimum dengan cepat. Zona
D yang terbentuk terdiri dari partikel lebih berat sehingga lebih cepat mengendap.
Pada zona transisi, fluida mengalir ke atas karena tekanan dari zona D. Zona C adalah
daerah dengan distribusi ukuran yang berbeda-beda dan konsentrasi tidak seragam.
Zona B adalah daerah konsentrasi seragam, dengan konsentrasi dandistribusi sama
dengan keadaan awal. Di atas zona B adalah zona A yang merupakan cairan bening.
Zona A dan D bertambah, sedang zona B berkurang. Akhirnya zona B, C dan
transisi hilang, semua padatan berada di zona D. Saat ini disebut critical settling
point, yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara cairan bening dan endapan.

2. Proses Semi-Batch
Pada sedimentasi semi-batch ,hanya ada cairan keluar saja, atau cairan masuk
saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk atau beningan
yang keluar. Mekanisme sedimentasi semi-batch bisa dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2 Mekanisme Sedimentasi Semi-Batch

Keterangan:
A = Cairan bening
B = Zona konsentrasi seragam

5
C = Zona ukuran butir tidak seragam
D = Zona partikel padat terendapkan

3. Cara Kontinyu
Pada cara ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang dikeluarkan
secara kontinyu. Saat steady state, ketinggian tiap zona akan konstan. Mekanisme
sedimentasi kontinyu bisa dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.3 Mekanisme Sedimentasi Kontinyu


Keterangan:
A = Cairan bening
B = Zona konsentrasi seragam
C = Zona ukuran butir tidak seragam
D = Zona partikel padat terendapkan
Kecepatan sedimentasi didefinisikan sebagai laju pengurangan atau
penurunan ketinggian daerah batasan antara slurry (endapan) dan supernatant
(beningan) pada suhu seragam untuk mencegah pergeseran fluida karena konveksi.
Semakin banyak partikel yang mengendap, konsentrasi menjadi tidak seragam
dengan bagian bawah slurry menjadi lebih pekat. Konsentrasi pada bagian batas
bertambah, gerak partikel semakin sukar dan kecepatan turunnya partikel
berkurang. Kondisi ini disebut hindered settling (Brown, 1950).
2.4 Mekanisme dan Pengukuran Kecepatan Sedimentasi
Bila suatu slurry diendapkan dengan gaya gravitasi menjadi cairan bening
dan sedimen (endapan) dengan konsentrasi yang tinggi, prosesnya disebut
sedimentasi. Metode untuk menentukan settling velocity dan mekanisme settling,

6
digunakan batch settling test menggunakan slurry dengan konsentrasi homogen
dalam tabung silinder seperti yang terlihat pada gambar 2.4 berikut:

Gambar 2.4 Mekanisme dan Hasil Sedimentasi Secara Batch


Keterangan:
A= Suspensi homogen awal
B= Zona pengendapan setelah beberapa waktu
C= Pemadatan zona D setelah zona B dan zona C tidak muncul, berubah menjadi
cairan bening dan padatan
D= Kurva/grafik tinggi antar permukaan cairan bening (z) vs waktu pengendapan
(t)
Partikel dalam zona B mulai mengendap dengan laju homogen dan muncul
cairan bening zona A. Penurunan tinggi z konstan. Zona D mulai muncul. Setelah
beberapa waktu zona B makin berkurang, di atas zona B cairan bening zona A
makin bertambah, di bawah zona B muncul zona lapisan transisi C (zona antara B
dan D) dan zona D makin bertambah. Setelah pengendapan berakhir zona B dan C
tidak muncul lagi. Terjadi pemadatan zona D dengan ketebalan zona D dan tinggi
cairan bening zona A makin bertambah.
Pada awalnya semua partikel jatuh secara bebas (free settling) dalam zona
suspensi B. Beberapa saat kemudian partikel-partikel di zona suspensi B akan
terbagi menjadi zona A yang merupakan cairan jernih, zona B yang masih

7
merupakan suspensi, zona C yang merupakan zona transisi antara suspensi B
dengan zona D, dan zona D sendiri yang merupakan zona endapan partikel di bagian
bawah bejana. Pada akhir proses, yang tinggal hanya cairan jernih (zona A) yang
terpisah secara nyata dengan lumpur dengan konsentrasi padatan tinggi (zona D).
Pada waktu proses pengendapan sedang berlangsung, secara visual agak sulit
mengamati interface antara zona satu dengan lainnya. Sedangkan pada akhir proses,
interface antara zona A dan zona D mudah diamati. Padahal yang sangat penting
diamati dan nantinya dipakai untuk perhitungan kecepatan pengendapan dan
perhitungan konsentrasi suspense adalah interface antara cairan jernih (zona A)dan
suspense (zona B). Untuk itu di dalam pengamatan perlu dicari kiat-kiat tertentu
sehingga interface zona A dan zona B dapat diamati.
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi
Pada proses sedimentasi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses
sedimentasi di antaranya:
1. Konsentrasi
Semakin besarnya konsentrasi berarti semakin banyak jumlah partikel dalam
suatu suspensi yang menyebabkan bertambah gaya gesek antara suatu partikel
dengan partikel yang lain.

2. Drag force atau gaya seret


Dengan adanya drag force yang arahnya berlawanan dengan arah partikel ini
akan menyebabkan gaya total untuk mengendapkan partikel. Gerakan partikel
menjadi lambat karena semakin kecilnya gaya total ke bawah sehingga kecepatan
pengendapan semakin turun.

3. Waktu
Semakin lama waktu pengendapan, maka kecepatan pengendapannya
semakin turun yang terlihat dari interfacenya semakin kecil dengan tinggi suspense
serta tinggi slurry dan supernatant.

4. Settling
Pada proses free settling, laju pengendapannya semakin cepat dibandingkan
pada proses hindered settling yang mana laju pengendapannya semakin lambat.

8
2.6 Bilangan Reynold
Bilangan Reynolds adalah rasio gaya inersia terhadap gaya viskositas dalam
fluida (air) yang mengalami gerakan internal relatif karena kecepatan fluida yang
berbeda. Bilangan Reynolds digunakan untuk mendefinisikan aliran air. Umumnya
digunakan untuk menentukan aliran air adalah laminar atau turbulen. Dengan
persamaan sebagai berikut:
𝜌𝑉𝐷
𝑁𝑅𝑒 = .............................................................................................. (2.8)
𝜇

2.7 Kecepatan Terminal


Kecepatan terminal adalah kecepatan benda berbentuk bola bergerak
mengendap dalam fluida Kendal dengan kecepatan konstan.
𝑔×𝐷𝑝 ×(𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 −𝜌𝑎𝑖𝑟)
𝑣= .......................................................................... (2.9)
18 × 𝜇

2.8 Laju Pengendapan


Jumlah sedimen yang mengendap di dasar perairan selama periode waktu
tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan tebal pengendapan per waktu.
Kecepatan sedimentasi (laju pengendapan sedimen) dapat ditentukan dengan
berbagai metode tergantung dari bentuk data yang diinginkan.
(𝑍0 −𝑍)
𝑉= .............................................................................................. (2.10)
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

2.9 Koefisien Gesek


Gaya gesek merupakan gaya yang bekerja akibat adanya sentuhan dari dua
permukaan benda. Gaya ini bekerja berlawanan arah dengan arah gerak benda.
Maka ketika benda bergerak, maka akan terbentuk gesekan di antara keduanya.
24
𝐶𝑫 = 𝑁 ................................................................................................ (2.11)
𝑅𝑒

9
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat Percobaan
Alat yang digunakan pada percobaan sedimentasi antara lain:
1. Kolom sedimentasi
2. Pompa
3. Tangki
4. Pengaduk
5. Neraca digital
6. Piknometer
7. Viskometer
8. Ball pipet
9. Stopwatch
10. Gelas kimia
11. Corong kaca
12. Spatula
13. Penggaris

3.2 Bahan Percobaan


Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Air
2. CaO 777,1 gram
3. Tawas 77,71 gram

10
3.3 Diagram Alir Proses Percobaan Sedimentasi
Disiapkan alat dan bahan serta dibersihkan alat.

Ditimbang CaO sebanyak 0,777 kg dan Tawas sebanyak 77,71 gr

Dikalibrasi piknometer, viskometer, dan kolom sedimentasi.

Dimasukan air sampai seperempat tangki lalu ditambah CaO yang sudah
ditimbang.

Diaduk larutan yang berada di dalam tangki hingga homogen.

Dinyalakan pompa sampai larutan naik ke dalam kolom sedimentasi.

Dimatikan pompa, lalu nyalakan stopwatch dan ukur ketinggian awal larutan.

Diamati perubahan warna dan ukur waktu sampai membentuk larutan


supernatant pada kerangan.

Diambil sampel setiap interval waktu 10 menit pada kerangan 6, 8, dan 10.

Dihitung densitas, viskositas larutan, dan ukur tinggi slurry serta mencatat
waktu pengendapan.

Diulangi percobaan dengan massa koagulan yang berbeda.


Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Percobaan Sedimentasi

11
3.4 Skema Alat Percobaan Sedimentasi

Gambar 3.2 Skema Alat Percobaan Sedimentasi

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Ketinggian Kerangan

Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap


Ketinggian Kerangan Tanpa Koagulan t = 0 menit
18.00000 t = 10 menit
t = 20 menit
Konsentrasi (mol/L)

17.95000
t = 30 menit
17.90000 t = 40 menit

17.85000 t = 50 menit
t = 60 menit
17.80000
t = 70 menit
17.75000 t = 80 menit
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 t= 90 menit
Ketinggian Kerangan (m) t = 100 menit

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Ketinggian Kerangan Tanpa


Koagulan

Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap


Ketinggian Kerangan dengan Koagulan t = 0 menit
18.00000 t = 10 menit
16.00000 t = 20 menit
14.00000
Konsentrasi (mol/L)

t = 30 menit
12.00000
t = 40 menit
10.00000
8.00000 t = 50 menit

6.00000 t = 60 menit
4.00000 t = 70 menit
2.00000 t = 80 menit
0.00000
t = 90 menit
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Ketinggian Kerangan (m) t = 100 menit

Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Ketinggian Kerangan


dengan Koagulan
Pada percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil seperti pada Gambar
4.1 tanpa koagulan dan Gambar 4.2 dengan koagulan. Kerangan yang digunakan

13
pada praktikum yaitu kerangan 6, 8, dan 10 dengan pengamatan yang dilakukan
setiap interval waktu 10 menit dalam waktu pengendapan 100 menit. Berdasarkan
hasil yang didapat diketahui bahwa semakin tinggi kerangan maka, konsentrasi
larutan CaO akan semakin menurun. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh
gravitasi sehingga CaO akan turun ke bawah dan menyebabkan konsentrasi CaO
akan lebih besar pada kerangan yang tingginya lebih rendah.
Terdapat perbedaan hasil pada percobaan tanpa koagulan dan dengan
koagulan. Koagulan yang digunakan dalam percobaan yaitu tawas. Konsentrasi
yang dihasilkan dengan menggunakan tawas lebih kecil dibandingkan dengan yang
tidak menggunakan tawas. Hal ini terjadi karena tawas berfungsi untuk mengikat
partikel dan mejadikan gumpalan yang lebih besar, sehingga dapat mempercepat
turunnya partikel atau mempercepat pengendapan. Maka dari itu, hasil yang
didapatkan telah sesuai dengan teori.

4.2 Pengaruh Densitas Terhadap Ketinggian Kerangan

Grafik Pengaruh Densitas Terhadap


Ketinggian Kerangan Tanpa Koagulan
1008.00000
t = 0 menit
1006.00000 t = 10 menit

1004.00000 t = 20 menit
Densitas (kg/m3)

t = 30 menit
1002.00000
t = 40 menit
1000.00000
t = 50 menit
998.00000 t = 60 menit

996.00000 t = 70 menit

994.00000 t = 80 menit
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 t = 90 menit
Ketinggian Kerangan (m) t = 100 menit

Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Densitas Terhadap Ketinggian Kerangan Tanpa


Koagulan

14
Grafik Pengaruh Densitas Terhadap
Ketinggian Kerangan dengan Koagulan
1010.00000 t = 0 menit

1008.00000 t = 10 menit
t = 20 menit
Densiras (kg/m3)

1006.00000
t = 30 menit
1004.00000
t = 40 menit
1002.00000
t = 50 menit
1000.00000
t = 60 menit
998.00000 t = 70 menit
996.00000 t = 80 menit
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
t = 90 menit
Ketinggian Kerangan (m)
t = 100 menit

Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Densitas Terhadap Ketinggian Kerangan dengan


Koagulan
Salah satu faktor yang mempengaruhi laju pengendapan yaitu densitas atau
massa jenis. Semakin besar densitas suatu partikel padat dalam fluida, maka laju
pengendapan akan semakin cepat. Hal ini terjadi karena densitas partikel padat
dalam fluida akan lebih besar dibandingkan dengan densitas fluida saja, sehingga
densitas yang lebih besar akan turun ke bawah, beitupun sebaliknya.
Densitas juga dapat mempengaruhi waktu pengendapan. Waktu pengendapan
akan lambat jika densitas fluida lebih besar daripada partiklenya, sedangkan waktu
pengendapan akan cepat jika densitas fluida lebih kecil daripada partikelnya.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil seperti pada
Gambar 4.3 tanpa koagulan dan Gambar 4.4 dengan koagulan. Massa supernatant
yang diperoleh dari setiap kerangan mengalami kenaikan pada setiap interval
waktunya. Hal ini terjadi akibat gravitasi yang menyebabkan densitas pada
kerangan yang lebih rendah akan lebih besar daripada kerangan yang lebih tinggi.
Pada percobaan dengan menggunakan tawas memiliki densitas yang lebih besar
daripada tanpa tawas dalam waktu pengendapan hingga 50 menit. Dalam waktu
pengendapan 60 menit sampai 100 menit, densitas tanpa tawas lebih besar daripada
dengan menggunakan tawas. Hal ini terjadi karena tawas dapat mempercepat
pengendapan, sehingga pada waktu pengendapan 100 menit pada kerangan 6,

15
percobaan dengan tawas dihasilkan densitas sampel yang sama dengan densitas air
yaitu 997,08 kg/m3.

Hasil tersebut sudah sesuai dengan teori, karena densitas larutan setelah
proses sedimentasi sama dengan atau mendekati densitas air. Berdasarkan
percobaan, proses sedimentasi dengan koagulan atau tawas menghasilkan larutan
yang lebih jernih daripada yang tidak menggunakan koagulan atau tawas.

4.3 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Pengendapan

Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap


Laju Pengendapan Tanpa Koagulan
t = 0 menit
18.00000
t = 10 menit
Konsentrasi (mol/L)

17.95000 t = 20 menit
17.90000 t = 30 menit
t = 50 menit
17.85000
t = 60 menit
17.80000 t = 70 menit
17.75000 t = 80 menit
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003 0.00035 t = 90 menit
Laju Pengendapan (m/s) t = 100 menit

Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Pengendapan Tanpa


Koagulan

Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap


Laju Pengendapan dengan Koagulan
t = 0 menit
20.00000
t = 10 menit
Konsentrasi (mol/L)

15.00000 t = 20 menit
t = 30 menit
10.00000 t = 40 menit
t = 50 menit
5.00000 t = 60 menit
t = 70 menit
0.00000
t = 80 menit
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003
t = 90 menit
Laju Pengendapan (m/s)
t = 100 menit

Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Konsentraasi Terhadap Laju Pengendapan dengan


Koagulan

16
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil seperti pada
Gambar 4.5 tanpa koagulan dan Gambar 4.6 dengan koagulan. Diketahui bahwa
samkin besar konsentrasi, maka laju pengendapan akan semakin cepat. Hal tersebut
terjadi karena pada konsentrasi yang lebih besar, berat molekul padatan akan
semakin besar pula. Hasil tersebut sudah sesuai dengan teori, bahwa kecepatan
partikel bergantung pada konsentrasi partikel itu sendiri.

4.4 Pengaruh Koefisien Gesek Terhadap Bilangan Reynold

Grafik Pengaruh Koefisien Gesek Terhadap


Bilangan Reynold Tanpa Koagulan t = 0 menit
t = 10 menit
9000.0
t = 20 menit
7000.0
t = 30 menit
Koefisien Gesek

5000.0 t = 40 menit
3000.0 t = 50 menit
1000.0 t = 60 menit
-1000.0 t = 70 menit
-0.01 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04
-3000.0 t = 80 menit
-5000.0 t = 90 menit
Bilangan Reynold t = 100 menit

Gambar 4.7 Grafik Pengaruh Koefisien Gesek Terhadap Bilangan Reynold Tanpa
Koagulan

Grafik Pengaruh Koefisien Gesek Terhadap t = 0 menit


Bilangan Reynold dengan Koagulan t = 10 menit
14000.0 t = 20 menit
12000.0
t = 30 menit
Koefisien Gesek

10000.0
t = 40 menit
8000.0
t = 50 menit
6000.0
t = 60 menit
4000.0
t = 70 menit
2000.0
t = 80 menit
0.0
-0.01 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 t = 90 menit
Bilangan Reynold t = 100 menit

Gambar 4.8 Grafik Pengaruh Koefisien Gesek Terhadap Bilangan Reynold


dengan Koagulan

17
Pada percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil seperti pada Gambar
4.7 tanpa koagulan dan Gambar 4.8 dengan koagulan. Koefisien gesek berbanding
terbalik dengan bilangan Reynold. Berasarkan hasil yang diperoleh, hal tersebut
sudah sesuai dengan teori yaitu semakin besar nilai koefisien gesek, maka bilangan
Reynold yang diperoleh akan semakin kecil.

18
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Proses sedimentasi dengan memanfaatkan gaya gravitasi lebih cepat
dilakukan dengan penambahan koagulan daripada tanpa koagulan.
2. Semakin besar konsentrasi, maka laju pengendapan akan semakin cepat.
3. Semakin besar densitas suatu partikel padat dalam fluida, maka laju
pengendapan akan semakin cepat.
4. Semakin rendah ketinggian kerangan, maka akan semakin cepat larutan
bersuspensi untuk mengendap atau laju pengendapan semakin cepat.
5. Faktor yang mempengaruhi laju pengendapan, yaitu konsentrasi, densitas,
viskositas, dan ukuran partikel.
6. Larutan yang dihasilkan dengan penambahan koagulan lebih jernih dan
memiliki densitas lebih rendah dibandingkan yang tanpa koagulan.
7. Semakin kecil nilai Reynolds, maka akan semakin besar nilai koefisien gesek
yang didapat.
8. Pada proses sedimentasi dengan penambahan koagulan menghasilkan
endapan atau slurry yang lebih banyak dibandingkan tanpa penambahan
koagulan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Buku Petunjuk Praktikum Laboratorium Teknologi Kimia 1, Laboratorium
Teknologi Kimia, Jurusan Teknik Kimia Jernderal Achmad Yani, Cimahi.
Brown, George Granger. 1956. Unit Operation. John Willey & Sons, Inc.
NewYork.
Geankoplis, Christie. 1933. Transport Processes and Unit Operation. Pretince Hall,
Inc. Upper Saddler River.
Maryanto. 1988. Diktat Teknologi Pengolahan. Jember : FTP-THP UNEJ.
Praptiningsih, Yulia. 1999. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. Jember : FTP-THP
UNEJ.

20
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR

A.1 Data Densitas Air


Tabel A.1 Data Literatur Densitas Air
Temperatur Densitas
K oC gr/cm3 kg/m3

298,15 25 0,99708 997,08


Sumber : C. J. Geankoplis. Transport Processes and Separation Process Principles

A.2 Data Viskositas Air


Tabel A.2 Data Literatur Viskositas Air
Temperatur Viskositas
K oC [(Pa.s) 103, (kg.m.s) 103, cp]

298,15 25 0,8937
Sumber : C. J. Geankoplis. Transport Processes and Separation Process Principles

21
LAMPIRAN B
DATA PERCOBAAN

B.1 Data Pengukuran dan Penimbangan


Tabel B.2 Data Pengukuran dan Penimbangan
No. Nama Data
1. Volume tangki 40,9 L
2. Diameter tangki 0,51 m
3. Tinggi tangki 0,51 m
4. Tinggi kolom 2,6 m
5. Panjang kolom 0,147 m
6. Lebar kolom 0,154 m
7. Massa piknometer kosong 0,02257 gr
8. Massa piknometer + air 0,04776 gr
09. Tinggi slurry (CaO + Air) 0,13 m
10. Z0 (CaO + Air) 2,6 m
11. Waktu pengendapan (CaO + Air) 1 jam 40 menit
12. Tinggi slurry (CaO + Air + Tawas) 0,15 m
13. Z0 (CaO + Air + Tawas) 2,6 m
14. Waktu pengendapan (CaO + Air + Tawas) 1 jam 40 menit

B.2 Data Pengamatan Sedimentasi


Tabel B.2 Data Pengamatan Sedimentasi
No. Sampel Pengamatan
1. CaO + Air Proses pengendapan membutuhkan waktu
yang cukup lama, slurry yang dihasilkan
sedikit, dan warna cairan yang dihasilkan
setelah proses pengendapan tidak terlalu jernih
atau mendekati keruh

22
2. CaO + Air + Tawas Proses pengendapan membutuhka waktu yang
cukup cepat, slurry yang dihasilkan cukup
banyak, dan warna cairan yang dihasilkan
setelah proses pengendapan cukup jernih atau
tidak begitu keruh

B.3 Data Proses Sedimentasi


B.3.1 Proses Sedimentasi Tanpa Koagulan (CaO + Air)
Tabel B.3 Proses Sedimentasi Tanpa Koagulan (CaO + Air)
Waktu Kerangan Massa Piknometer + Waktu Viskositas
(menit) Sampel (kg) (s)
6 0,04776 4,90
0 8 0,04782 4,90
10 0,04796 4,91
6 0,04782 4,93
10 8 0,04788 4,87
10 0,04789 5,14
6 0,04773 4,69
20 8 0,04779 4,79
10 0,04787 5,30
6 0,04783 5,02
30 8 0,04793 5,02
10 0,04800 5,12
6 0,04773 4,89
40 8 0,04778 4,98
10 0,04782 5,07
6 0,04778 4,82
50 8 0,04784 5,00
10 0,04785 5,01
6 0,04780 4,80

23
60 8 0,04781 4,93
10 0,04783 5,00
6 0,04778 4,75
70 8 0,04779 4,84
10 0,04779 4,98
6 0,04779 4,78
80 8 0,04781 4,82
10 0,04782 5,06
6 0,04779 4,90
90 8 0,04780 4,94
10 0,04782 5,00
6 0,04778 4,71
100 8 0,04780 4,92
10 0,04781 5,02

B.3.2 Proses Sedimentasi dengan Menggunakan Koagulan (Cao + Air +


Tawas)
Tabel B.4 Proses Sedimentasi dengan Menggunakan Koagulan (CaO + Air +
Tawas)
Waktu Kerangan Massa Piknometer + Waktu Viskositas
(menit) Sampel (kg) (s)
6 0,04798 4,72
0 8 0,04801 4,80
10 0,04807 5,04
6 0,04798 4,87
10 8 0,04800 5,03
10 0,04801 7,45
6 0,04794 4,92
20 8 0,04797 5,00
10 0,04798 5,53

24
6 0,04796 4,91
30 8 0,04800 5,44
10 0,04800 5,13
6 0,04797 4,95
40 8 0,04797 4,96
10 0,04800 5,17
6 0,04777 4,76
50 8 0,04778 4,99
10 0,04783 5,14
6 0,04779 4,84
60 8 0,04779 4,95
10 0,04783 5,05
6 0,04778 4,81
70 8 0,04779 4,81
10 0,04781 4,92
6 0,04778 4,89
80 8 0,04780 4,92
10 0,04781 5,00
6 0,04778 4,85
90 8 0,04779 4,89
10 0,04782 4,92
6 0,04776 4,69
100 8 0,04778 4,85
10 0,04779 4,94

25
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN ANTARA

C.1 Perhitungan Densitas dan Konsentrasi Supernatant CaO 777,7 gram


Tabel C.1 Perhitugan Densitas dan Konsentrasi Supernatant CaO 777,7 gram
Waktu Kerangan Massa Massa Massa Densitas Konsentrasi
(menit) Piknometer Piknometer Supernatant (kg/m3)
Kosong + (kg)
(kg) Supernatant
(kg)
6 0,02257 0,04782 0,02525 999,455 17,847
10 8 0,02257 0,04788 0,02531 1001,830 17,890
10 0,02257 0,04789 0,02532 1002,226 17,897
6 0,02257 0,04773 0,02516 995,893 17,784
20 8 0,02257 0,04779 0,02522 998,267 17,826
10 0,02257 0,04787 0,02530 1001,434 17,883
6 0,02257 0,04783 0,02526 999,851 17,854
30 8 0,02257 0,04793 0,02536 1003,809 17,925
10 0,02257 0,04800 0,02543 1006,580 17,975

C.2 Perhitungan Densitas dan Konsentrasi Supernatant CaO + Tawas 10%


Tabel C.2 Perhitungan Densitas dan Konsentrasi Supernatant CaO + Tawas 10%
Waktu Kerangan Massa Massa Massa Densitas Konsentrasi
(menit) Piknometer Piknometer Supernatant (kg/m3)
Kosong + (kg)
(kg) Supernatant
(kg)
6 0,02257 0,04798 0,02541 1005,788 16,827
10 8 0,02257 0,04800 0,02543 1006,580 16,840
10 0,02257 0,04801 0,02544 1006,976 16,847

26
6 0,02257 0,04794 0,02537 1004,205 16,801
20 8 0,02257 0,04797 0,02540 1005,392 16,821
10 0,02257 0,04798 0,02541 1005,788 16,827
6 0,02257 0,04796 0,02539 1004,996 16,814
30 8 0,02257 0,04800 0,02543 1006,580 16,840
10 0,02257 0,04800 0,02543 1006,580 16,840

C.3 Perhitugan Viskositas Sampel, Kecepatan Terminal, Nilai Reynolds, dan


Koefisien Gesek CaO 777,7 gram
Tabel C.3 Perhitunga Viskositas Sampel, Kecepatan Terminal, Nilai Reynolds,
dan Koefisien Gesek CaO 777,7 gram
Waktu Kerangan Viskositas Kecepatan NRe Koefisien Waktu
(menit) Sampel Terminal Gesek Viskositas
(Pa.s) (m/s) (CD) (s)
6 0,00091 0,00005 0,01023 2345,7980 4,93
10 8 0,00090 0,00010 0,02092 1147,2431 4,87
10 0,00095 0,00010 0,02034 1180,1392 5,14
6 0,00086 -0,00003 -0,00567 -4230,7923 4,69
20 8 0,00089 0,00003 0,00543 4423,6575 4,79
10 0,00098 0,00008 0,01620 1481,7202 5,30
6 0,00093 0,00006 0,01151 2085,5921 5,02
30 8 0,00093 0,00014 0,02784 862,1730 5,02
10 0,00095 0,00019 0,03767 637,0326 5,12

27
C.4 Perhitungan Viskositas Sampel, Kecepatan Terminal, Nilai Reynolds,
dan Koefisien Gesek CaO + Tawas 10%
Tabel C.4 Perhitungan Viskositas Sampel, Kecepatan Terminal, Nilai Reynolds,
dan Koefisien Gesek Cao + Tawas 10%
Waktu Kerangan Viskositas Kecepatan NRe Koefisien Waktu
(menit) Sampel Terminal Gesek Viskositas
(Pa.s) (m/s) (CD) (s)
6 0,00091 0,00018 0,03820 628,241 4,87
10 8 0,00094 0,00019 0,03903 614,834 5,03
10 0,00139 0,00014 0,01853 1295,318 7,45
6 0,00091 0,00015 0,03067 782,465 4,92
20 8 0,00093 0,00017 0,03461 693,491 5,00
10 0,00103 0,00016 0,02963 810,063 5,53
6 0,00091 0,00017 0,03419 701,911 4,91
30 8 0,00101 0,00018 0,03337 719,150 5,44
10 0,00096 0,00019 0,03753 639,523 5,13

28
LAMPIRAN D
CONTOH PERHITUNGAN

D.1 Menghitung Massa Sampel Variasi CaO dan Tawas


- [CaO] = 19 gr/L
- Tawas = 10%
- Volume Tangki = 40,9 Liter
Massa CaO = [CaO] x Volume Tangki = 19 x 40,9 L = 777,1 gram
Massa Tawas = 10% x 777,1 gr = 77,71 gram
D.2 Menghitung Massa Air
- Massa piknometer kosong = 0,02257 kg
- Massa piknometer + air = 0,04776 kg
Massa air = (massa piknometer + air) – massa piknometer kosong
= 0,04776 kg – 0,02257 kg
= 0,02519 kg
D.3 Menghitung Densitas dan Konsentrasi Partikel
- Mr CaO = 0,056 kg/mol
- Mr Tawas = 0,378 kg/mol
- Massa CaO = 0,7771 kg
- Massa Tawas = 0,07771 kg
(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑖𝑟)−𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
Volume piknometer = 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑢ℎ𝑢 25˚𝐶
0,04776𝑘𝑔−0,02257𝑘𝑔
= 𝑘𝑔
997,08 3
𝑚

= 2,53 x 10-5 m3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎𝑡𝑎𝑛𝑡 0,02525
Densitas sampel = = 2,53 𝑥 10−5 𝑚3 = 999,455 kg/m3
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑎𝑂 0,7771 𝑘𝑔
Mol CaO = = 0,056 𝑘𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 13,877 mol
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝑂
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑠 0,07771 𝑘𝑔
Mol Tawas = = 0,378 𝑘𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,206 mol
𝑀𝑟 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑠

Mol total = mol CaO + mol Tawas


= 13,877 mol + 0,206 mol
= 14,082 mol

29
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎𝑂 13,877 𝑚𝑜𝑙
Fraksi mol CaO (XCaO) = 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 14,082 𝑚𝑜𝑙 = 0,985
𝑚𝑜𝑙 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑠 0,206 𝑚𝑜𝑙
Fraksi mol Tawas (XTawas) = = 14,082 𝑚𝑜𝑙 = 0,015
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

BM supernatant = (XCaO x MrCaO) + (XTawas x MrTawas)


= (0,985 x 0,056) + (0,015 x 0,378)
= 0,061 kg/mol
Contoh perhitungan konsentrasi pada percobaan CaO + Tawas 10% pada
waktu 10 menit, kerangan 6:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Konsentrasi (C) = (𝐵𝑀 𝐶𝑎𝑂+𝑇𝑎𝑤𝑎𝑠 10%) 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑥 1000
0,02541
= 0,061 𝑥 (2,53𝑥10−5 ) 𝑥 1000

= 16,534 mol/L
D.4 Menghitung Viskositas
Contoh perhitungan viskositas pada percobaan CaO + Tawas 10% pada
waktu 10 menit, kerangan 6:
Viskositas air = 0,0008937 Pa.s
Densitas sampel = 1005,788 kg/m3
Densitas air = 997,08 kg/m3
Waktu viskos sampel = 4,87 s
Waktu kalibrasi viskos air = 4,84 s
𝜌 𝑥𝑡
Viskositas sampel = µo 𝜌 𝑠 𝑥 𝑡𝑠
𝑜 𝑜

1005,788 𝑥 4,87
µ = 0,0008937 x 997,08 𝑥 4,84

µ = 0,00091 Pa.s
D.5 Menghitung Kecepatan Terminal
Contoh perhitungan kecepatan terminal pada percobaan CaO + Tawas 10%
pada waktu 10 menit, kerangan 6:
Kecepatan gravitasi = 9,8 m/s2
Diameter partikel = 0,0001875 m
Densitas sampel = 1005,788 kg/m3
Viskositas sampel = 0,00091 Pa.s

30
𝑔𝐷𝑝 2 (𝜌𝑠 −𝜌𝑜 )
Kecepatan Terminal = 18µ

9,8 𝑥 (0,0001875)2 𝑥 (1005,788 −997,08)


Vt = 18 𝑥 0,00091

Vt = 0,00018 m/s
D.6 Menghitung Nilai Reynold
Contoh perhitungan kecepatan terminal pada percobaan CaO + Tawas 10%
pada waktu 10 menit, kerangan 6:
Diameter partikel = 0,0001875 m
Kecepatan terminal = 0,00018 m/s
Densitas sampel = 1005,788 kg/m3
Viskositas sampel = 0,00091 Pa.s
𝐷𝑝 𝑉𝑡 𝜌𝑠
Nilai Reynolds = µ
0,0001875 𝑥 0,00018 𝑥 1005,788
NRe = 0,00091

NRe = 0,03820
D.7 Menghitung Koefisien Gesek
Contoh perhitungan kecepatan terminal pada percobaan CaO + Tawas 10%
pada waktu 10 menit, kerangan 6:
NRe = 0,03820
24 24
Koefisien Gesek = 𝑁 = 0,03820
𝑅𝑒

CD = 628,241
D.8 Menghitung Laju Pengendapan
Contoh perhitungan kecepatan terminal pada percobaan CaO + Tawas 10%
pada waktu 10 menit, kerangan 6:
Ketinggian awal (Z0) = 2,6 m
Ketinggian akhir (Zi) = 2,445 m
Waktu pengambilan sampel = 600 s
(𝑍0 −𝑍𝑡 )
Laju pengendapan = 𝑡
(2,6𝑚−2,445 𝑚)
Laju pengendapan = 600 𝑠

Laju pengendapan = 0,000258 m/s

31
LAMPIRAN E
DOKUMENTASI

Gambar E.1 Pengambilan larutan Gambar E.2 Menimbang piknometer +


sampel pada kerangan tertentu larutan sampel

Gambar E.3 Menghitung waktu Gambar E.4 Proses pengendapan


viskositas larutan sampel larutan sampel

Gambar E.5 Endapan yang terbentuk Gambar E.6 Endapan yang terbentuk
pada sampel tanpa koagulan pada sampel dengan koagulan berupa
tawas 10%

32

Anda mungkin juga menyukai