Disusun oleh:
Kelompok : LTK-I-02
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan
secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Umumnya proses sedimentasi
digunakan setelah proses koagulasi dan flokulasi yang berfungsi untuk destabilisasi
dan memperbesar gumpalan/ukuran partikel, sehingga mudah untuk diendapkan
(Asdak, 1995).
Pengendapan dapat dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Cara
yang sederhana adalah dengan membiarkan padatan mengendap dengan sendirinya.
Setelah partikel-partikel mengendap maka air yang jernih dapat dipisahkan dari
padatan yang semula tersuspensi di dalamnya. Cara lain yang lebih cepat dengan
melewatkan air pada sebuah bak dengan kecepatan tertentu sehingga padatan
terpisah dari aliran air tersebut dan jatuh ke dalam bak pengendap. Kecepatan
pengendapan partikel yang terdapat di air tergantung pada berat jenis, bentuk dan
ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan aliran dalam bak pengendap
(Geankoplis, 1993).
2.2 Teori Pergerakan Partikel di dalam Fluida
Bila partikel akan bergerak melalui fluida, berbagai gaya akan terjadi pada
partikel tersebut. Pertama perbedaan densitas dibutuhkan di antara partikel dan
fluida. Gaya gravitasi eksternal dibutuhkan untuk menggerakkan partikel. Jika
densitas fluida dan partikel sama, maka gaya gesek pada partikel akan
mengimbangi gaya eksternal dan partikel tidak akan bergerak secara relatif dalam
fluida (Mc Cabe, 1985). Selama proses berlangsung tiga buah gaya, yaitu:
1. Gaya Gravitasi
Gaya ini terjadi apabila berat jenis larutan lebih kecil dari berat jenis
partikel, sehingga partikel lain lebih cepat mengendap. Gaya ini biasa dilihat pada
saat terjadi endapan atau mulai turunnya partikel padatan menuju ke dasar tabung
untuk membentuk endapan. Pada kondisi ini, sangat dipengaruhi oleh hukum 2
Newton, yaitu:
2
Fg = m.g ................................................................................................... (2.1)
Keterangan:
Fg = Gaya gravitasi (N)
m = Massa partikel (kg)
g = Percepatan garvitasi (m/𝑑𝑒𝑡 2 )
2. Gaya Apung
Gaya apung terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis fluida.
Sehingga partikel padatan berada pada permukaan cairan.
𝑚.𝑔.𝜌
Fa = .............................................................................................. (2.2)
𝜌
Keterangan:
𝐹𝑎 = Gaya apung (N)
𝑚 = Massa partikel (kg)
𝜌 = Densitas fluida (kg/𝑚3 )
𝑔 = Percepatan garvitasi (m/𝑑𝑒𝑡 2 )
3. Gaya Gesek
Gaya yang timbul akibat adanya gerakan partikel yang bersinggungan dengan
fluidanya.
𝑉2
𝐹𝐷= 𝐶𝐷 𝜌𝐴 .......................................................................................... (2.3)
2
Keterangan:
𝐹𝐷 = Gaya gesek (N)
𝐶𝐷 = Koefisien gesek (yang besarnya tergantung Nre )
𝑉 = Kecepatan perpindahan/gerak (m/det)
𝜌 = Densitas fluida (kg/𝑚3 )
A = Luas penampang proyeksi partikel (𝑚2 )
Resultan dari ketiga gaya yang bekerja pada partikel tersebut menentukan
arah gerak dari partikel, apakah bergerak keatas atau kebawah, dengan percepatan
sebesar:
𝑑𝑣
𝑚 = 𝐹𝑔 − 𝐹𝑏 − 𝐹𝐷
𝑑𝑡
atau
3
𝑑𝑣 𝑚𝜌𝑔
𝑚 𝑑𝑡 = 𝑚𝑔 − − 𝐶𝐷 𝑉 2 𝜌/2 .............................................................. (2.4)
𝜌𝑝
Dari ketiga gaya gravitasi di atas diturunkan suatu laju pengendapan menurun
yaitu:
Vt = g. D2p(ρp-ρ)/18µ ........................................................................... (2.5)
Untuk mengetahui kecepatan terminal digunakan pesamaan (2.5), dv/dt = 0
dan persamaan ini menjadi:
2g( ρp − ρ)m
Vt = √ ................................................................................... (2.6)
A ρ p CD ρ
4( ρp − ρ)gDp
Vt = √ .................................................................................. (2.7)
3 CD ρ
Dengan:
Vt dalam m/s
𝜌 dalam (kg/𝑚3 )
𝐷𝑝 dalam m
2.3 Macam-Macam Proses Sedimentasi
Proses sedimentasi dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu:
1. Proses Batch
Proses ini cocok dilakukan untuk skala laboratorium, karena sedimentasi
batch paling mudah dilakukan dan pengamatan penurunan ketinggian mudah.
Mekanisme sedimentasi batch pada suatu silinder/tabung bisa dilihat pada gambar
berikut:
Keterangan:
A = Cairan bening
4
B = Zona konsentrasi seragam
C = Zona ukuran butir tidak seragam
D = Zona partikel padat terendapkan
Gambar di atas menunjukkan slurry awal yang memiliki konsentrasi seragam
dengan partikel padatan yang seragam di dalam tabung (zona B). Partikel mulai
mengendap dan diasumsikan mencapai kecepatan maksimum dengan cepat. Zona
D yang terbentuk terdiri dari partikel lebih berat sehingga lebih cepat mengendap.
Pada zona transisi, fluida mengalir ke atas karena tekanan dari zona D. Zona C adalah
daerah dengan distribusi ukuran yang berbeda-beda dan konsentrasi tidak seragam.
Zona B adalah daerah konsentrasi seragam, dengan konsentrasi dandistribusi sama
dengan keadaan awal. Di atas zona B adalah zona A yang merupakan cairan bening.
Zona A dan D bertambah, sedang zona B berkurang. Akhirnya zona B, C dan
transisi hilang, semua padatan berada di zona D. Saat ini disebut critical settling
point, yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara cairan bening dan endapan.
2. Proses Semi-Batch
Pada sedimentasi semi-batch ,hanya ada cairan keluar saja, atau cairan masuk
saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk atau beningan
yang keluar. Mekanisme sedimentasi semi-batch bisa dilihat pada gambar berikut:
Keterangan:
A = Cairan bening
B = Zona konsentrasi seragam
5
C = Zona ukuran butir tidak seragam
D = Zona partikel padat terendapkan
3. Cara Kontinyu
Pada cara ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang dikeluarkan
secara kontinyu. Saat steady state, ketinggian tiap zona akan konstan. Mekanisme
sedimentasi kontinyu bisa dilihat pada gambar berikut :
6
digunakan batch settling test menggunakan slurry dengan konsentrasi homogen
dalam tabung silinder seperti yang terlihat pada gambar 2.4 berikut:
7
merupakan suspensi, zona C yang merupakan zona transisi antara suspensi B
dengan zona D, dan zona D sendiri yang merupakan zona endapan partikel di bagian
bawah bejana. Pada akhir proses, yang tinggal hanya cairan jernih (zona A) yang
terpisah secara nyata dengan lumpur dengan konsentrasi padatan tinggi (zona D).
Pada waktu proses pengendapan sedang berlangsung, secara visual agak sulit
mengamati interface antara zona satu dengan lainnya. Sedangkan pada akhir proses,
interface antara zona A dan zona D mudah diamati. Padahal yang sangat penting
diamati dan nantinya dipakai untuk perhitungan kecepatan pengendapan dan
perhitungan konsentrasi suspense adalah interface antara cairan jernih (zona A)dan
suspense (zona B). Untuk itu di dalam pengamatan perlu dicari kiat-kiat tertentu
sehingga interface zona A dan zona B dapat diamati.
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi
Pada proses sedimentasi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses
sedimentasi di antaranya:
1. Konsentrasi
Semakin besarnya konsentrasi berarti semakin banyak jumlah partikel dalam
suatu suspensi yang menyebabkan bertambah gaya gesek antara suatu partikel
dengan partikel yang lain.
3. Waktu
Semakin lama waktu pengendapan, maka kecepatan pengendapannya
semakin turun yang terlihat dari interfacenya semakin kecil dengan tinggi suspense
serta tinggi slurry dan supernatant.
4. Settling
Pada proses free settling, laju pengendapannya semakin cepat dibandingkan
pada proses hindered settling yang mana laju pengendapannya semakin lambat.
8
2.6 Bilangan Reynold
Bilangan Reynolds adalah rasio gaya inersia terhadap gaya viskositas dalam
fluida (air) yang mengalami gerakan internal relatif karena kecepatan fluida yang
berbeda. Bilangan Reynolds digunakan untuk mendefinisikan aliran air. Umumnya
digunakan untuk menentukan aliran air adalah laminar atau turbulen. Dengan
persamaan sebagai berikut:
𝜌𝑉𝐷
𝑁𝑅𝑒 = .............................................................................................. (2.8)
𝜇
9
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat Percobaan
Alat yang digunakan pada percobaan sedimentasi antara lain:
1. Kolom sedimentasi
2. Pompa
3. Tangki
4. Pengaduk
5. Neraca digital
6. Piknometer
7. Viskometer
8. Ball pipet
9. Stopwatch
10. Gelas kimia
11. Corong kaca
12. Spatula
13. Penggaris
10
3.3 Diagram Alir Proses Percobaan Sedimentasi
Disiapkan alat dan bahan serta dibersihkan alat.
Dimasukan air sampai seperempat tangki lalu ditambah CaO yang sudah
ditimbang.
Dimatikan pompa, lalu nyalakan stopwatch dan ukur ketinggian awal larutan.
Diambil sampel setiap interval waktu 10 menit pada kerangan 6, 8, dan 10.
Dihitung densitas, viskositas larutan, dan ukur tinggi slurry serta mencatat
waktu pengendapan.
11
3.4 Skema Alat Percobaan Sedimentasi
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
17.95000
t = 30 menit
17.90000 t = 40 menit
17.85000 t = 50 menit
t = 60 menit
17.80000
t = 70 menit
17.75000 t = 80 menit
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 t= 90 menit
Ketinggian Kerangan (m) t = 100 menit
t = 30 menit
12.00000
t = 40 menit
10.00000
8.00000 t = 50 menit
6.00000 t = 60 menit
4.00000 t = 70 menit
2.00000 t = 80 menit
0.00000
t = 90 menit
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Ketinggian Kerangan (m) t = 100 menit
13
pada praktikum yaitu kerangan 6, 8, dan 10 dengan pengamatan yang dilakukan
setiap interval waktu 10 menit dalam waktu pengendapan 100 menit. Berdasarkan
hasil yang didapat diketahui bahwa semakin tinggi kerangan maka, konsentrasi
larutan CaO akan semakin menurun. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh
gravitasi sehingga CaO akan turun ke bawah dan menyebabkan konsentrasi CaO
akan lebih besar pada kerangan yang tingginya lebih rendah.
Terdapat perbedaan hasil pada percobaan tanpa koagulan dan dengan
koagulan. Koagulan yang digunakan dalam percobaan yaitu tawas. Konsentrasi
yang dihasilkan dengan menggunakan tawas lebih kecil dibandingkan dengan yang
tidak menggunakan tawas. Hal ini terjadi karena tawas berfungsi untuk mengikat
partikel dan mejadikan gumpalan yang lebih besar, sehingga dapat mempercepat
turunnya partikel atau mempercepat pengendapan. Maka dari itu, hasil yang
didapatkan telah sesuai dengan teori.
1004.00000 t = 20 menit
Densitas (kg/m3)
t = 30 menit
1002.00000
t = 40 menit
1000.00000
t = 50 menit
998.00000 t = 60 menit
996.00000 t = 70 menit
994.00000 t = 80 menit
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 t = 90 menit
Ketinggian Kerangan (m) t = 100 menit
14
Grafik Pengaruh Densitas Terhadap
Ketinggian Kerangan dengan Koagulan
1010.00000 t = 0 menit
1008.00000 t = 10 menit
t = 20 menit
Densiras (kg/m3)
1006.00000
t = 30 menit
1004.00000
t = 40 menit
1002.00000
t = 50 menit
1000.00000
t = 60 menit
998.00000 t = 70 menit
996.00000 t = 80 menit
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
t = 90 menit
Ketinggian Kerangan (m)
t = 100 menit
15
percobaan dengan tawas dihasilkan densitas sampel yang sama dengan densitas air
yaitu 997,08 kg/m3.
Hasil tersebut sudah sesuai dengan teori, karena densitas larutan setelah
proses sedimentasi sama dengan atau mendekati densitas air. Berdasarkan
percobaan, proses sedimentasi dengan koagulan atau tawas menghasilkan larutan
yang lebih jernih daripada yang tidak menggunakan koagulan atau tawas.
17.95000 t = 20 menit
17.90000 t = 30 menit
t = 50 menit
17.85000
t = 60 menit
17.80000 t = 70 menit
17.75000 t = 80 menit
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003 0.00035 t = 90 menit
Laju Pengendapan (m/s) t = 100 menit
15.00000 t = 20 menit
t = 30 menit
10.00000 t = 40 menit
t = 50 menit
5.00000 t = 60 menit
t = 70 menit
0.00000
t = 80 menit
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003
t = 90 menit
Laju Pengendapan (m/s)
t = 100 menit
16
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil seperti pada
Gambar 4.5 tanpa koagulan dan Gambar 4.6 dengan koagulan. Diketahui bahwa
samkin besar konsentrasi, maka laju pengendapan akan semakin cepat. Hal tersebut
terjadi karena pada konsentrasi yang lebih besar, berat molekul padatan akan
semakin besar pula. Hasil tersebut sudah sesuai dengan teori, bahwa kecepatan
partikel bergantung pada konsentrasi partikel itu sendiri.
5000.0 t = 40 menit
3000.0 t = 50 menit
1000.0 t = 60 menit
-1000.0 t = 70 menit
-0.01 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04
-3000.0 t = 80 menit
-5000.0 t = 90 menit
Bilangan Reynold t = 100 menit
Gambar 4.7 Grafik Pengaruh Koefisien Gesek Terhadap Bilangan Reynold Tanpa
Koagulan
10000.0
t = 40 menit
8000.0
t = 50 menit
6000.0
t = 60 menit
4000.0
t = 70 menit
2000.0
t = 80 menit
0.0
-0.01 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 t = 90 menit
Bilangan Reynold t = 100 menit
17
Pada percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil seperti pada Gambar
4.7 tanpa koagulan dan Gambar 4.8 dengan koagulan. Koefisien gesek berbanding
terbalik dengan bilangan Reynold. Berasarkan hasil yang diperoleh, hal tersebut
sudah sesuai dengan teori yaitu semakin besar nilai koefisien gesek, maka bilangan
Reynold yang diperoleh akan semakin kecil.
18
BAB V
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Buku Petunjuk Praktikum Laboratorium Teknologi Kimia 1, Laboratorium
Teknologi Kimia, Jurusan Teknik Kimia Jernderal Achmad Yani, Cimahi.
Brown, George Granger. 1956. Unit Operation. John Willey & Sons, Inc.
NewYork.
Geankoplis, Christie. 1933. Transport Processes and Unit Operation. Pretince Hall,
Inc. Upper Saddler River.
Maryanto. 1988. Diktat Teknologi Pengolahan. Jember : FTP-THP UNEJ.
Praptiningsih, Yulia. 1999. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. Jember : FTP-THP
UNEJ.
20
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR
298,15 25 0,8937
Sumber : C. J. Geankoplis. Transport Processes and Separation Process Principles
21
LAMPIRAN B
DATA PERCOBAAN
22
2. CaO + Air + Tawas Proses pengendapan membutuhka waktu yang
cukup cepat, slurry yang dihasilkan cukup
banyak, dan warna cairan yang dihasilkan
setelah proses pengendapan cukup jernih atau
tidak begitu keruh
23
60 8 0,04781 4,93
10 0,04783 5,00
6 0,04778 4,75
70 8 0,04779 4,84
10 0,04779 4,98
6 0,04779 4,78
80 8 0,04781 4,82
10 0,04782 5,06
6 0,04779 4,90
90 8 0,04780 4,94
10 0,04782 5,00
6 0,04778 4,71
100 8 0,04780 4,92
10 0,04781 5,02
24
6 0,04796 4,91
30 8 0,04800 5,44
10 0,04800 5,13
6 0,04797 4,95
40 8 0,04797 4,96
10 0,04800 5,17
6 0,04777 4,76
50 8 0,04778 4,99
10 0,04783 5,14
6 0,04779 4,84
60 8 0,04779 4,95
10 0,04783 5,05
6 0,04778 4,81
70 8 0,04779 4,81
10 0,04781 4,92
6 0,04778 4,89
80 8 0,04780 4,92
10 0,04781 5,00
6 0,04778 4,85
90 8 0,04779 4,89
10 0,04782 4,92
6 0,04776 4,69
100 8 0,04778 4,85
10 0,04779 4,94
25
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN ANTARA
26
6 0,02257 0,04794 0,02537 1004,205 16,801
20 8 0,02257 0,04797 0,02540 1005,392 16,821
10 0,02257 0,04798 0,02541 1005,788 16,827
6 0,02257 0,04796 0,02539 1004,996 16,814
30 8 0,02257 0,04800 0,02543 1006,580 16,840
10 0,02257 0,04800 0,02543 1006,580 16,840
27
C.4 Perhitungan Viskositas Sampel, Kecepatan Terminal, Nilai Reynolds,
dan Koefisien Gesek CaO + Tawas 10%
Tabel C.4 Perhitungan Viskositas Sampel, Kecepatan Terminal, Nilai Reynolds,
dan Koefisien Gesek Cao + Tawas 10%
Waktu Kerangan Viskositas Kecepatan NRe Koefisien Waktu
(menit) Sampel Terminal Gesek Viskositas
(Pa.s) (m/s) (CD) (s)
6 0,00091 0,00018 0,03820 628,241 4,87
10 8 0,00094 0,00019 0,03903 614,834 5,03
10 0,00139 0,00014 0,01853 1295,318 7,45
6 0,00091 0,00015 0,03067 782,465 4,92
20 8 0,00093 0,00017 0,03461 693,491 5,00
10 0,00103 0,00016 0,02963 810,063 5,53
6 0,00091 0,00017 0,03419 701,911 4,91
30 8 0,00101 0,00018 0,03337 719,150 5,44
10 0,00096 0,00019 0,03753 639,523 5,13
28
LAMPIRAN D
CONTOH PERHITUNGAN
= 2,53 x 10-5 m3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎𝑡𝑎𝑛𝑡 0,02525
Densitas sampel = = 2,53 𝑥 10−5 𝑚3 = 999,455 kg/m3
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑎𝑂 0,7771 𝑘𝑔
Mol CaO = = 0,056 𝑘𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 13,877 mol
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝑂
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑠 0,07771 𝑘𝑔
Mol Tawas = = 0,378 𝑘𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,206 mol
𝑀𝑟 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑠
29
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎𝑂 13,877 𝑚𝑜𝑙
Fraksi mol CaO (XCaO) = 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 14,082 𝑚𝑜𝑙 = 0,985
𝑚𝑜𝑙 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑠 0,206 𝑚𝑜𝑙
Fraksi mol Tawas (XTawas) = = 14,082 𝑚𝑜𝑙 = 0,015
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 16,534 mol/L
D.4 Menghitung Viskositas
Contoh perhitungan viskositas pada percobaan CaO + Tawas 10% pada
waktu 10 menit, kerangan 6:
Viskositas air = 0,0008937 Pa.s
Densitas sampel = 1005,788 kg/m3
Densitas air = 997,08 kg/m3
Waktu viskos sampel = 4,87 s
Waktu kalibrasi viskos air = 4,84 s
𝜌 𝑥𝑡
Viskositas sampel = µo 𝜌 𝑠 𝑥 𝑡𝑠
𝑜 𝑜
1005,788 𝑥 4,87
µ = 0,0008937 x 997,08 𝑥 4,84
µ = 0,00091 Pa.s
D.5 Menghitung Kecepatan Terminal
Contoh perhitungan kecepatan terminal pada percobaan CaO + Tawas 10%
pada waktu 10 menit, kerangan 6:
Kecepatan gravitasi = 9,8 m/s2
Diameter partikel = 0,0001875 m
Densitas sampel = 1005,788 kg/m3
Viskositas sampel = 0,00091 Pa.s
30
𝑔𝐷𝑝 2 (𝜌𝑠 −𝜌𝑜 )
Kecepatan Terminal = 18µ
Vt = 0,00018 m/s
D.6 Menghitung Nilai Reynold
Contoh perhitungan kecepatan terminal pada percobaan CaO + Tawas 10%
pada waktu 10 menit, kerangan 6:
Diameter partikel = 0,0001875 m
Kecepatan terminal = 0,00018 m/s
Densitas sampel = 1005,788 kg/m3
Viskositas sampel = 0,00091 Pa.s
𝐷𝑝 𝑉𝑡 𝜌𝑠
Nilai Reynolds = µ
0,0001875 𝑥 0,00018 𝑥 1005,788
NRe = 0,00091
NRe = 0,03820
D.7 Menghitung Koefisien Gesek
Contoh perhitungan kecepatan terminal pada percobaan CaO + Tawas 10%
pada waktu 10 menit, kerangan 6:
NRe = 0,03820
24 24
Koefisien Gesek = 𝑁 = 0,03820
𝑅𝑒
CD = 628,241
D.8 Menghitung Laju Pengendapan
Contoh perhitungan kecepatan terminal pada percobaan CaO + Tawas 10%
pada waktu 10 menit, kerangan 6:
Ketinggian awal (Z0) = 2,6 m
Ketinggian akhir (Zi) = 2,445 m
Waktu pengambilan sampel = 600 s
(𝑍0 −𝑍𝑡 )
Laju pengendapan = 𝑡
(2,6𝑚−2,445 𝑚)
Laju pengendapan = 600 𝑠
31
LAMPIRAN E
DOKUMENTASI
Gambar E.5 Endapan yang terbentuk Gambar E.6 Endapan yang terbentuk
pada sampel tanpa koagulan pada sampel dengan koagulan berupa
tawas 10%
32