PENDAHULUAN
Pada industri kimia proses pemisahan sangat diperlukan, baik dalam penyiapan umpan
ataupun produk. Umumnya memisahkan dari campuran produk yang keluar dari reaktor.
Berbagai cara pemisahan dapat digunakan, teknik pemisahan yang umumnya banyak
dipakai adalah; sedimentasi, kristalisasi, distilasi, ekstraksi, absorpsi, adsorpsi, dan
filtrasi.
Pada percobaan kali ini teknik yang dilakukan adalah dengan proses sedimentasi. Proses
sedimentasi sendiri dapat diartikan sebagai pemisahan suspensi menjadi cairan dan zat
padat yang lebih pekat, dimana prinsip pengendapannya berdasarkan gaya gravitasi.
Pada umumnya proses sedimentasi digunakan pada pengolahan air minum, pengolahan
air limbah dan pengolahan air limbah tingkat lanjutan. Proses sedimentasi banyak
digunakan karena prosedurnya yang sederhana dan hasilnya baik. Proses sedimentasi
selain lebih mudah dalam pengoperasiannya, dilihat dari segi ekonomi juga jauh lebih
murah.
Pada percobaan ini dilaksanakan dengan menggunakan zat padat kapur atau CaCO 3
dengan konsentrasi tertentu yang berbeda dan menggunakan tiga buah gelas ukur
sebagai kolom pengendapan. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi bidang
batas cairan jenuh (Z) setiap selang waktu (t) 30 detik. Percobaan dihentikan bila telah
tercapai endapan konstan.
152
Dalam pelaksanaannya, sedimentasi dapat dilakukan dengan dua cara, secara batch dan
kontinyu. Sedimentasi di dalam industri biasanya menggunakan proses kontinyu di
dalam tangki besar, dan menggunakan air sebagai zat pensuspensi. Sedangkan dalam
laboratorium biasa dilakukan sedimentasi secara batch di dalam silinder vertikal, karena
lebih sederhana, mudah dan murah.
Oleh karena itu, perlu dilakukan praktek mengenai proses sedimentasi, agar praktikan
lebih memahami dan dapat mengaplikasikan proses sedimentasi ini baik dalam proses
ajar mengajar, penelitian serta dunia kerja.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan sedimentasi.
b. Mengetahui pengaruh massa padatan CaCO3 terhadap waktu sedimentasi pada
slurry CaCO3 secara batch.
c. Mengetahui pengaruh waktu sedimentasi terhadap ketinggian bidang batas cairan
jenuh pada slurry CaCO3 secara batch.
153
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip percobaan sedimentasi pemisahan secara mekanik menjadi dua bagian, yaitu
slurry (endapan) dan supernatant (beningan). Memanfaatkan gaya grafitasi dengan
mendiamkan suspense hingga terbentuk endapan yang terpisah dari beningan (Pettijohn,
1957).
154
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendapan
a. Temperatur
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya
suhu maka pembentukkan endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan
yang berada pada larutannya.
b. Sifat Alami Pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik
seperti alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut
organik dapat dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat.Setiap
pelarut memiliki kapasitas yang bebeda dalam melarutkan suatu zat,begitu juga
dengan zat yang berbeda memiliki kelarutan yang bebeda pada pelarut tertentu.
c. Pengaruh Ion Sejenis
Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang
mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja.
d. Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi
oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion
endapannya.
e. Pengaruh Hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan
konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut
mengalami hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.
f. Pengaruh Ion Kompleks
Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan adanya
pembentukan kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut
(L.McCabe, 2003).
155
Fg = m . g (2.1)
b. Gaya Apung
Gaya apung terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis fluida.
Sehingga partikel padatan berada pada permukaan cairan,
Fa = Mf . g (2.2)
c. Gaya Dorong
Gaya dorong terjadi pada saat larutan dipompakan ke dalam tabung. Larutan ini akan
terdorong pada ketinggian tertentu. Gaya dorong dapat juga kita lihat pada saat mulai
turunya partikel padatan karena adanya gaya Gravitsi, maka fluida akan memberikan
gaya yang besarnya sama dengan berat padatan itu sendiri. Gaya inilah yang disebut
gaya dorong dan juga gaya yang memiliki arah yang berlawanan dengan gaya gravitasi
w w.h
F=K= KM = s (2.3)
(Twenhofel, 1950).
156
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2 Bahan
a. CaCO3
b. Aquadest
157
3.3 Cara Kerja
3.3.1 CaCO3 20 gram
a. Disiapkan gelas ukur 500 ml
b. Ditimbang CaCO3 sebanyak 20 gram menggunakan neraca analitik
c. Dimasukkan CaCO3 kedalam gelas ukur
d. Dimasukkan aquadest hingga 500 ml
e. Diaduk hingga homogen
f. Diamati dan dicatat tinggi sedimentasi tiap 30 detik menggunakan stopwatch
158
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan II
Berat CaCO3 (M2) : 30 gram
Volume Slurry (V2) : 500 mL
Konsentrasi Larutan 2 : 0.594 mol/L
Percobaan III
Berat CaCO3 (M3) : 40 gram
Volume Slurry (V3) : 500 mL
Konsentrasi Larutan 3 : 0.792 mol/L
Z (cm)
NO Waktu (detik) 20 gram 30 gram 40 gram
CaCO3 CaCO3 CaCO3
0 0 25 25 25
2 60 19 14.9 18
3 90 13 10.6 14.7
159
4 120 11 8.5 12
16 480 4 5.05 7
160
27 810 3.4 4.3 6
39 1170 4 5.5
40 1200 4 5.45
41 1230 4 5.4
42 1260 4 5.4
43 1290 4 5.4
44 1320 4 5.4
45 1350 5.3
46 1380 5.3
47 1410 5.3
48 1440 5.3
49 1470 5.25
161
50 1500 5.2
51 1530 5.2
52 1560 5.2
53 1590 5.2
54 1620 5.2
55 1650 5.2
4.3 Perhitungan
1 Percobaan I
Berat CaCO3 : 20 gram
Volume slurry : 500 mL
Menghitung konsentrasi mula-mula (Co)
berat CaCO3
Co = berat molekul x volume slurry
20 gram
= gram
100 x 0.5 L
mol
mol
= 0.399 L
( 106.1 ) cm
= 150 s
162
cm
= 0.026 s
mol
25 cm x 0.399
= L
10 cm
mol
= 0.997 L
( 95.5 ) cm
= 180 s
cm
= 0.019 s
mol
25 cm x 0.399
= L
9 cm
mol
= 1.108 L
163
4.2.1.3 Perhitungan pada Zi = 8 cm
a Menghitung kecepatan sedimentasi (VL)
Untuk Zi = 8 cm
ZL = 5.2 cm
tL = 240 detik
Z iZl
VL = tL
( 85.2 ) cm
= 240 s
cm
= 0.011 s
mol
25 cm x 0.399
= L
8 cm
mol
= 1.246 L
( 74.9 ) cm
= 270 s
164
cm
= 0.007 s
mol
25 cm x 0.399
= L
7 cm
mol
= 1.425 L
( 64.7 ) cm
= 300 s
cm
= 0.004 s
mol
25 cm x 0.399
= L
6 cm
mol
= 1.662 L
165
4.2.1.6 Perhitungan pada Zi = 5 cm
a. Menghitung kecepatan sedimentasi (VL)
Untuk Zi = 5 cm
ZL = 4.1 cm
tL = 420 detik
Z iZl
VL = tL
( 54.1 ) cm
= 420 s
cm
= 0.002 s
mol
25 cm x 0.399
= L
5 cm
mol
= 1.995 L
166
2 Percobaan II
Berat CaCO3 : 30 gram
Volume slurry : 500 mL
Menghitung konsentrasi mula-mula (Co)
berat CaCO3
Co = berat molekul x volume slurry
30 gram
= gram
100 x 0.5 L
mol
mol
= 0.599 L
( 128.5 ) cm
= 120 s
cm
= 0.02 9 s
167
mol
25 cm x 0.599
= L
12 cm
mol
= 1.247 L
( 117.7 ) cm
= 150 s
cm
= 0.022 s
mol
25 cm x 0.599
= L
11cm
mol
= 1.361 L
168
ZL = 7.1 cm
tL = 180 detik
Z iZl
VL = tL
( 107.7 ) cm
= 180 s
cm
= 0.016 s
mol
25 cm x 0.599
= L
10 cm
mol
= 1.497 L
( 96.75 ) cm
= 210 s
cm
= 0.010 s
169
mol
25 cm x 0.599
= L
9 cm
mol
= 1.663 L
( 85.9 ) cm
= 300 s
cm
= 0.007 s
mol
25 cm x 0.599
= L
8 cm
mol
= 1.871 L
170
Z iZl
VL = tL
( 75.25 ) cm
= 420 s
cm
= 0.004 s
mol
25 cm x 0.599
= L
7 cm
mol
= 2.139 L
3 Percobaan III
Berat CaCO3 : 40 gram
Volume slurry : 500 mL
Menghitung konsentrasi mula-mula (Co)
berat CaCO3
Co = berat molekul x volume slurry
40 gram
= gram
100 x 0.5 L
mol
171
mol
= 0.799 L
( 1510.5 ) cm
= 150 s
cm
= 0.03 s
mol
25 cm x 0.799
= L
15 cm
mol
= 1.331 L
172
( 149.7 ) cm
= 180 s
cm
= 0.023 s
mol
25 cm x 0.799
= L
14 cm
mol
= 1.426 L
( 139 ) cm
= 210 s
cm
= 0.019 s
mol
25 cm x 0.799
= L
13 cm
173
mol
= 1.536 L
( 128.6 ) cm
= 240 s
cm
= 0.014 s
mol
25 cm x 0.799
= L
12 cm
mol
= 1.664 L
174
( 118.3 ) cm
= 270 s
cm
= 0.01 s
mol
25 cm x 0.799
= L
11cm
mol
= 1.815 L
( 108 ) cm
= 300 s
cm
= 0.006 s
175
mol
25 cm x 0.799
= L
10 cm
mol
= 1.997 L
176
4.4 Grafik
CaCO3 20 gram
tinggi (Z)
177
CaCO3 30 gram
tinggi (Z)
waktu (t)
CaCO3 40 gram
tinggi (Z)
waktu (t)
178
20 gram 30 gram 40 gram
0.035
0.030
0.025
0.020
kecepatan pengendapan (cm/detik)
0.015
0.010
0.005
0.000
0.500 1.000 1.500 2.000 2.500
4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan pertama sedimentasi dengan menggunakan zat padat kapur
(CaCO3) sebanyak 20 gram dengan volume slurry 500 ml didapatkan bidang batas
konstan pada waktu (t) 1080 detik dan ketinggian bidang batas (z) 3.3 cm. Pertama
ditimbang kapur sebanyak 20 gram menggunakan neraca analitik, kemudian masukkan
kapur yang telah ditimbang kedalam gelas ukur 500 ml. Lalu tambahkan aquadest
hingga volume larutan menjadi 500 ml. Aduk menggunakan bambu hingga larutan
homogen. Setelah dihomogenkan air dan kapur bercampur dan menjadi keruh. Lalu
hentikan pengadukan dan catat ketingian awal permukaan slurry. Hidupkan stopwatch
dan waktu sedimentasi mulai dihitung. Kemudian catat ketinggian bidang batas cairan
jenuh (Z) setiap 30 detik. Catat hingga ketinggian bidang batas cairan 6 kali konstan.
Berdasarkan hasil percobaan kedua sedimentasi dengan menggunakan zat padat kapur
(CaCO3) sebanyak 30 gram dengan volume slurry 500 ml didapatkan bidang batas
konstan pada waktu (t) 1320 detik dan ketinggian bidang batas (z) 4 cm. Pertama
179
ditimbang kapur sebanyak 30 gram menggunakan neraca analitik, kemudian masukkan
kapur yang telah ditimbang kedalam gelas ukur 500 ml. Lalu tambahkan aquadest
hingga volume larutan menjadi 500 ml. Aduk menggunakan bambu hingga larutan
homogen. Setelah dihomogenkan air dan kapur bercampur dan menjadi keruh. Lalu
hentikan pengadukan dan catat ketingian awal permukaan slurry. Hidupkan stopwatch
dan waktu sedimentasi mulai dihitung. Kemudian catat ketinggian bidang batas cairan
jenuh (Z) setiap 30 detik. Catat hingga ketinggian bidang batas cairan 6 kali konstan.
Berdasarkan untuk hasil percobaan pertama sedimentasi dengan menggunakan zat padat
kapur (CaCO3) sebanyak 40 gram dengan volume slurry 500 ml didapatkan bidang
batas konstan pada waktu (t) 1650 detik dan ketinggian bidang batas (z) 5.2 cm.
Pertama ditimbang kapur sebanyak 40 gram menggunakan neraca analitik, kemudian
masukkan kapur yang telah ditimbang kedalam gelas ukur 500 ml. Lalu tambahkan
aquadest hingga volume larutan menjadi 500 ml. Aduk menggunakan bambu hingga
menjadi larutan homogen (tercampur rata). Setelah dihomogenkan air dan kapur
bercampur dan menjadi keruh. Lalu hentikan pengadukan dan catat ketingian awal
permukaan slurry. Hidupkan stopwatch.dan waktu sedimentasi mulai dihitung.
Kemudian catat ketinggian bidang batas cairan jenuh (Z) setiap 30 detik. Catat hingga
ketinggian bidang batas cairan 6 kali konstan.
Dari ketiga percobaan didapatkan kesimpulan bahwa semakin besar massa padatan yang
digunakan, maka konsentrasi zat (slurry) meningkat. Semakin besar konsentrasi zat
maka waktu yang digunakan untuk proses pengendapan hingga mendapatkan bidang
batas cairan (z) konstan akan semakin besar. Sehingga proses sedimentasi semakin
lambat.
Hubungan kecepatan (vl) dan konsentrasi (cl) berdasarkan grafik hasil percobaan adalah
berbanding terbalik, dimana semakin besar konsentrasi slurry (cl) maka kecepatan
sedimentasi (vl) semakin lambat. Begitu pula sebaliknya semakin kecil kosentrasinya
maka kecepatan sedimentasi semakin cepat.. Selain dari grafik contohnya saja pada
table perhitungan yang kita peroleh untuk massa 20 gram pada vl (0.0026) , cl (0.0097)
dan vl (0.019) , cl (1.108) Dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi berbanding
180
terbalik dengan kecepatan sedimentasi. Sedangkan hubungan antara zo dan zi adalah
dimana zi merupakan garis bantu dalam grafik untuk menentukan zl dan tl sehingga
pada perhitungan dapat diperoleh konsentrasi larutan (cl) dan kecepatan (vl) masing-
masing titik. Dari hasil percobaan ini di peroleh untuk zi (massa 20 gram) berdasarkan
kemiringan kurva yaitu di mulai dari 10 , 9, 8,7,6 5 cm dengan tl 150, 180, 240, 270,
300, 420 detik. Untuk zi (massa 30 gram) yaitu 12, 11, 10, 9, 8, 7 cm dengan tl 120,
150,180,210, 300, 420 detik. Selanjutnya zi (massa 40 gram) yaitu 15, 14,13,12,11,10
cm dengan tl 150, 180, 210, 240, 270, 300 detik. Sedangkan zo merupakan bidang batas
awal permukaan slurry, dimana selama proses sedimentasi akan diperoleh ketinggian
bidang batas slurry yang baru (zi) untuk dijadikan titik acuan perhitungan selanjutnya
yaitu (vl) dan (cl). Zo adalah 25 cm.
Faktor kesalahan dalam praktikum ini adalah pada saat menimbang CaCO 3
menggunakan neraca analitik data yang didapat kurang akurat karena kelebihan pada
saat proses penimbangan selain itu pada saat membaca bidang batas z atau ketinggian
slurry dan supernatant kurang teliti serta kurang teliti dalam menentukan Z l dan tl
sehingga akan mempengaruhi dalam proses perhitungan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Pada percobaan yang telah dilakukan digunakan massa padatan kapur tulis
(CaCO3) yang bervariasi yaitu 20 gram, 30 gram dan 40 gram. Masing-masing
massa padatan berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan untuk proses
sedimentasi dimana semakin besar massa yang digunakan untuk sedimentasi,
maka semakin besar pula konsentrasi larutan yang terbentuk dan semakin lama
waktu yang diperlukan untuk proses sedimentasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil
pengamatan yang diperoleh pada saat percobaan, dimana padatan kapur tulis
(CaCO3) sebanyak 40 gram membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
181
memperoleh angka Z yang konstan dibandingkan dengan padatan sebanyak 20
gram dan 30 gram.
b. Pada percobaan yang telah dilakukan dimana semakin lama waktu sedimentasi
berlangsung, maka semakin kecil angka ketinggian bidang batas cairan jenuh (Z)
yang diperoleh. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengamatan dengan waktu awal
sedimentasi yaitu 0 detik ketinggian bidang batas cairan jenuh dari masing-masing
padatan adalah sama yaitu 25 cm. Pada kapur tulis (CaCO 3) 20 gram diperolah
ketinggian bidang batas cairan jenuh yaitu pada 3.3 cm dengan waktu sedimentasi
selama 1080 detik, pada kapur tulis (CaCO 3) 30 gram diperoleh ketinggian bidang
batas cairan jenuh yaitu pada 4 cm dengan waktu sedimentasi yaitu selam 1320
detik dan pada kapur tulis (CaCO3) 40 gram diperoleh ketinggian bidang batas
cairan jenuh yang konstan yaitu pada 5.2 cm dengan waktu sedimentasi yaitu
selama 1620 detik.
c. Pada percobaan yang telah dilakukan diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi
sedimentasi adalah berat jenis cairan dan berat jenis padatan, viskositas air, aliran
dalam kolom sedimentasi serta bentuk dan ukuran padatan, dimana semakin berat
padatan yang melalui proses sedimentasi maka proses sedimentasi berjalan
dengan cepat dan semakin besar bentuk dan ukuran padatan maka proses
sedimentasi juga semakin cepat.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk percobaan selanjutnya digunakan bahan yang memiliki massa jenis
lebih berat dibandingkan kapur seperti pasir atau bahan yang memiliki massa jenis lebih
ringan dibandingkan kapur seperti abu. Selain itu percobaan selanjutnya juga dapat
menggunakan volume pelarut yang berbeda dengan massa padatan yang sama atau
menggunakan jenis pelarut yang berbeda dengan jenis padatan yang sama. Lalu untuk
percobaan selanjutnya juga dapat digunakan dengan metode sedimentasi yang berbeda
bukan hanya dengan metode batch saja tetapi dengan metode semi-batch atau kontinyu.
182
DAFTAR PUSTAKA
L.McCabe, Warren. 2003. Operasi Teknik Kimia (Jilid 1). Jakarta. Penerbit
Erlangga.
183