Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

UJI PENGENDAPAN (SETTLING TEST)

Oleh:

Nama : Abyyu Candra Kusuma


Nim : 2019090101035
Kelompok/Kelas : 4/A
Asisten : Safira Salsabilla Yasmin

LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG DAN PENGOLAHAN


BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2023
I Judul
Uji Pengendapan (Settling Test)
II Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum grinding ini meliputi sebagai berikut :
1. Mengetahui mekanisme pengendapan pada mineral
2. Menentukan faktor-faktor yang memengaruhi laju pengendapan mineral

III Tinjauan Pustaka


3.1 Pengendapan (sedimentasi)
Pengendapan (sedimentasi) adalah proses pemisahan padatan dari air
menggunakan gravitasi. Sdimentasi terbagi menjadi 4 kelas, antara lain pengendapan
partikel diskril, pengendapan flokulan, pengendapan terhambal, dan pengendapan
terkompres (Davis, 2010)
3.2 Uji Pengendapan
Uji pengendapan adalah uji untuk mengetahui seberapa cepat suatu partikel untuk
mengendap. Uji pengendapan ini digunakan dalam peningkatan kadar dan mutu
konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat berat jenis mineral dalam suatu
media fluida, sekaligus memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan mineral-
mineral yang ada. Gaya-gaya yang bekerja pada saat partikel mengendap adalah gaya
gravitasi/gaya berat partikel, gaya Arcchimedes dan gaya gesek. Pada saat partikel
mengendap, partikel awalnya memiliki kecepatan dan percepatan akibat gravitasi.
Namun,seiring bertambahnya kecepatan partikel, maka gaya gesek atau gaya hambat
partikel tersebut makin besar. Akhirnya partikel akan mengalami suatu keadaan
konstan yaitu dimana percepatannya adalah nol karena gaya gesek tersebut besarnya
sama dengan gaya berat partikel dan kecepetannya tidak akan bertambah. Kecepatan
ini disebut kecepatan terminal. Kecepatan terminal bervariasi secara langsung dengan
rasio gaya hambat. Ada dua jenis tipe dari uji pengendapan ini, yaitu static settling test
dan dynamic settling test.
1. Static settling test, juga sering disebut dengan sedimentation test, pertama-tama
dilakukan dengan pengawetan sampel dalam tabung sedimentasi, kemudian
dilanjutkan dengan pemotongan kolom semen ke dalam beberapa bagian untuk
diukur berat jenisnya menggunakan hukum Archimedes. Tes ini dapat
memberikan indikasi profil berat jenis yang tidak tetap dan mungkin mengubah
desain slurry.
2. Dynamic settling test adalah tes yang dikembangkan dari pengalaman industri
untuk memberi gagasan dari pengendapan yang terjadi meskipun fluida dalam
kecepatan yang rendah, seperti pada pompa.
Selain dua tipe uji pengendapan, dilakukan juga proses penambahan flocculant.
Menurut Oktandi 2017, penambahan flocculant dapat mempercepat proses settling test.
Dalam hal ini, tujuan penambahan flocculant ini adalah untuk mempercepat laju
pengendapannya. Foakulasi pada bidang kimia merupakan proses keluarnya keloid dari
suspensi dalam bentuk flok atau serpihan, baik secara spontan maupun karena
penambahan suatureagen penjernih. Sehingga dalam sistem fokulasi tidak terdapat
pembentukan endapan liaat dikarenakan semua flok berada pada satu suspensi.
3.3 Koagulasi dan foagulasi
Proses koagulasi dan flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk
lambat. Pada bak pengaduk cepat, dibubuhkan koagulan. Pada bak pengaduk lambat,
terjadi pembentukan flok yang berukuran besar hingga mudah diendapkan pada bak
sedimentasi. Koagulasi merupakan proses dimana koagulen dicampurkan dengan
pengadukan cepat sehingga mendistabilisasi koloid dan solid tersuspensi yang halus.
Setelahnya masa inti partikel membentuk micro flok (Rahimah, 2016). Beberapa faktor
yang mempengaruhi proses koagulasi sebagai berikut:
a. Suhu air
b. Derajat Keasaman (pH)
c. Jenis Koagulan
d. Kadar ion terlarut
e. Tingkat kekeruhan
f. Dosis koagulan
g. Kecepatan pengadukan
h. Alkalinitas
Flokulasi adalah pengolahan lanjutan setelah dilakukan sebelumnya dengan
koagulasi yang mempunyai tujuan sama dengan koagulasi, hanya saja pada flokulasi
mendapat perlakuan berupa pengadukan lambat agar flok yang telah terbentuk tidak
menjadi pecah dan diharapkan nantinya akan mengendap secara gravitasi. Perancangan
flokulasi menjadi sangat penting mengingat air baku mempunyai ukuran partikel
yang beragam, ukuran partikel tersebut mempengaruhi lama tidaknya pengendapan.
Sebelum perlakuan flokulasi, pengendapan yang terjadi pada partikel akan sangat
lama, sehingga perlu adanya proses koagulasi dan flokulasi untuk mempercepat
pengendapan tersebut (Hadi, 2012). Ada dua jenis proses flokulasi yaitu :
a. Flokulasi perikinetik
Flok yang diakibatkan oleh adanya gerak thermal (panas) yang dikenal sebagai
gerak Brown, prosesnya disebut flokulasi perikinetik. Gerak acak dari partikel-partikel
koloid yang ditimbulkan karena adanya tumbuhan molekul-molekul air, akan
mengakibatkan terjadinya gabungan antar partikellebih sangat kecil 1 < 100
milimikron (Sank R.K, 1986).
b. Flokulasi orthokinetik
Flokulasi orthokinetik adalah suatu proses terbentuknya flok yang diakibatkan
olehterbentuknya gerak media (air) misalnya pengadukan (Sank R.K, 1986). Pada
umumnya kecepatan aliran cairan akan berubah terhadap tempat dan waktu. Perubahan
kecepatan dari satu titik ke titik lainnya dikenal sebagai gradien kecepatan, dengan
notasi G. Dengan adanya perbedaan kecepatan aliran media cair akan mempunyai
aliran kecepatan yang berbeda pula akibatnya akan terjadi tumbukan atau kontak antar
partikel

3.4 Hukum Stokes


Hukum stokes diibaratkan sebuah benda berbentuk bola jatuh bebas dalam suatu
beda kental seperti di gambar, maka kecepatannya akan bertambah karena pengaruh
gravitasi bumi sehingga mencapai suatu kecepatan terbesar tetap. Kecepatan tersebut
dinamakan kecepatan leninal. Dalam perhitungannya, kecepatan pengendapan dapat
dihitung dengan menggunakan hokum Stokes dan Hukum Newton. Hukum Stokes
berlaku jika padatannya kurang dari 40%, sedangkan padatan yang lebih dari 40%
menggunakan Hukum Newton.
- Hukum Stokes
g×D^2×(ρs−ρa)
𝑣= ……………………………………………………………(3.1)
18μ

- Hukum Newton
g×D^2×(ρs−ρa)
𝑣= ……………………………………………….................…(3.2)
3×Fg×ρa

Perhitungan persentase pengendapan umumnya digunakan untuk mengetahui


kolam pengendapan yang akan dibuat dapat berfungsi untuk mengendapkan partikel
padatan yang terkadnung dalam air limpasan tambang. Perhitungan tersebut
memerlukan data-data antara lain % padatan dan % ar yang terkandung dalam lumpur.
Waktu yang dibutuhkan oleh partikel untuk mengendap dengan kecepatan ( v = m/s)
sejauh (h), sebagai berikut:
hv
- 𝑡𝑣= .............................................................................................................…(3.3)
t
Dimana,
tv = waktu pengendapan partikel (s)
vt = Kecepatan pengendapan partikel (m/s)
h = Kedalaman saluran (m)
(Randi, Murad, Yoszi, 2018)
IV Metodologi Penelitian
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Gelas ukur
- Gelas beker
- Pengaduk
- Timbangan
- Timer
4.1.2 Bahan
- Air 100 ml
- Gerusan kapur 10 gram
- Gerusan tawas 2 gram (reagen flokulan)
4.2 Diagram Alir
4.2.1 Proses Uji Pengendapan

Pulp

- Disiapkan peralatan dan bahan untuk percobaan


- Dicampurkan 10% padatan dengan 10 gr gerusan dan 80ml air
- Diaduk padatan hingga menjadi pulp
- Ditambahkan air ke dalam gelas ukur sampai 1000 ml
- Dihitung kembali % padatan dalam gelas ukur
- Diaduk kembali dengan baik dan biarkan mengendap
- Dicatat ketinggian cairan bersih dan endapan setiap selang
waktu tertentu
- Diulangi dengan menambahkan reagen flokulan sebanyak 2
gram
- Diamati perbedaan dengan sebelumnya.
Hasil
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Proses Uji Pengendapan
Mempersiapkan pulp, 10% padatan dengan mencanpurkan 10 gram geursan
kapur dan 100 mL air di dalam gelas ukur. Menganduk campuran tadi, kemudian
ditambahkan air hingga volume 1000 mL di dalam gelas ukur. Tahap selanjutnya yaitu
menghitung kembali % padatan dalam gelas ukur. Mengaduk kembali dengan baik dan
dibiarkan mengendap. Mencatat ketinggian cairan bersih dan endapan pad selang
waktu tertentu. Mengulangi tahap tadi dengan menambahkan gerusan tawas sebanyak
2 gram. Tahap terakhir yaitu membandingkan perbedaan dengan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai