Anda di halaman 1dari 19

JURNAL PRAKKTIKUM KIMIA DASAR

KESETIMBANGAN KIMIA DAN PRINSIP LE CHATELIER

Oleh :

Nama : Abyyu Candra Kusuma

NIM : 201910901035

Kelas/Kelompok : S1 Teknik Pertambangan/4

Asisten : Fira Tri Wulandari

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. JUDUL
Kesetimbangan Kimia dan Prinsip Le Châtelier
II. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ikatan kimia ini adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari sistem kesetimbangan
2. Mempelajari pengaruh penambahan konsentrasi dan temperatur terhadap
kesetimbangan
III. PENDAHULUAN PUSTAKA
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Aquadest (H2O)
Aquades adalah bahan kimia yang memiliki rumus H2O. Bahan ini memiliki
berat molekul 18 g/mol dengan massa jenis 1 g/cm 3, dengan titik didih 100 oC dan titik
beku 0oC. Aquades memilki ciri-ciri berbentuk cairan, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa, memilki tingkat keasaman netral (pH = 7). Bahan ini memiliki sifat yang
tidak beracun karena tidak menimbulkan bahaya jika kontak denga mata atau kulit dan
pemyimpanan bahan ini tidak memerkukan perlakuan khusus (Labchem,2021).
3.1.2 Amonia (NH3)
Amonia atau yang memiliki rumus (NH 3) ini memiliki sifat fisik dan kimia
antara lain, berbentuk cairan bening atau tidak berwarna dan tidak berbau. Amonia
memiliki pH sekitar 5-7. Amonia tidak memiliki titik lebur, beku, didih dan titik nyala.
Amonia memiliki kelarutan berat jenis 1 g/ml dan larut dalam air. Bahaya dari amonia
diperkirakan tidak menimbulkan bahaya yang signifikan dalam kondisi pengunaan
normal yang di antisipasi. Tindakan pertolongan pertama setelah terhirup, korban
dbiarkan menghirup udara segar dan beristirahat. Tindakan pertolongan pertama
setelah terjadi kontak dengan kulit, pakaian yang terkena dilepaskan dan semua area
kulit yang terbuka dicuci dengan sabun lembut dan air serta diikuti pembilasan
menggunakan air hangat. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan
mata, segera bilas dengan air yang banyak, dapatkan pertolongan medis jika nyeri,
berkedip atau kemerahan secara berlajut. Tindakan pertolongan pertama setelah
mengkonsumsi, mulut dibilas dan jangan memaksakan untuk muntah. (LabChem,
2021).
3.1.3 Asam klorida pekat (HCl)
Asam klorida atau yang memiliki rumus (HCl) ini memiliki sifat fisik dan
kimia antara lain, memiliki ciri fisik cair, tidak berwarna dan tidak berbau. Asam
klorida memiliki pH 0, memiliki massa jenis 1-1.1 dan massa molekul sebesar 36,46
g/mol. Gejala dan efek akut atau tertunda setelah terjadi kontak dengan Asam klorida.
Gejala/efek pada kulit dapat menyebabkan luka bakar yang parah dan terjadinya
kuastik/korosi pada kulit. Gejala efek setelah terhirup kemungkinan teradi peradangan
pada saluran pernapasan serta terjadinya luka bakar. Gejala/efek setelah terjadi kontak
dengan mata dapat menyebabkan kerusakan mata yang serius. Tindakan pertolongan
pertama setelah terhirup, korban dipindahkan ke tempat berudara segar dan baringkan
dengan posisi yang nyaman untuk bernapas serta segera hubungi pusat racun atau
dokter. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan kulit, segera
dilepas pakaian yang terkontaminasi, bilas kulit dengan air/pancuran, segera hubungi
dokter. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi konak dengan mata, segera bilas
dengan air beberapa menit secara hati-hati, lepaskan lensa kontak jika memakainya
dan mudah dilakukan dan bilas serta segera hubungi dokter. Tindakan pertolongan
pertama setelah tertelan, mulut dibilas jangan memaksakan muntah dan segera
hubungi dokter. (LabChem,2021).
3.1.4 Asam fosfat (H3PO4)
Asam fosfat atau yang memiliki rumus (H 3PO4) ini memiliki sifat fisik dan
kimia antara lain, memiliki ciri fisik berupa cairan, bening tidak berwarna dan tidak
berbau. Asam fosfat memiliki massa jenis relatif 1.7 dengan berat jenis/massa jenis
1687 kg/m3 dan memiliki massa molekul 98 g/mol. Gejala/efek akut dan tertnda saat
terjadi kontak dengan asam fosfat. Gejala/efek setelah terhirup, akan mengalami betuk,
tenggorokan kering/sakit, iritasi pada saluran pernapasan dan iriasi pada selaput lendir
hidung. Gejala/efek setelah terjadi kontak dengan kulit, akan mengalami luka bakar
kaustik/korosi pada kulit. Gejala/efek setelah terjadi kontak dengan mata akan
mengalami korosi jaringan mata. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak
dengan kulit, cuci dengan air yang banyak sekitar 15 menit dengan segera, jangan
gunakan agen penetral, hapus pakaian saat mencuci, pakaian jangan dilepas jika
menempel pada kulit, tutupi luka dengan perban steril. Tindakan ertolongan pertama
setelah terjadi kontak dengan mata, segera bilas dengan air yang banyak selama 15
menit, jangan gunakan agen penetral dan bawa korban ke dokter. Tindakan
pertolongan pertama setelah tertelan, mulut dibilas dengan air segera setelah tertelan
beri banyak air untuk diminum, jangan dimuntahkan. ( LabChem, 2021).
3.1.5 Besi (III) klorida (FeCl3)
Besi (III) klorida atau yang memiliki rumus (FeCl 3) ini memiliki sifat fisik dan
kimia antara lain, memiliki ciri fisik berupa cairan berwarna amber dan tidak berbau.
Besi(III) klorida tidak memiliki pH tidak memiliki titik lebur dan titik beku. Bahaya
setelah terjadi kontak dengan besi (III) klorida dapat menyebabkan luka bakar yang
parah dan kerusakan mata yang serius. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi
kontak dengan besi (III) klorida. Tindakan ertolongan pertama setelah terhirup, korban
dipindahkan ke tempat yang berudara segar dan baringkan dengan posisi yang nyaman
untuk bernafas. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan kulit,
segera lepas pakaian yang terkontaminasi dan bilas kulit dengan air. Tindakan
pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan mata, bilas secara hati-hati dengan
air selama beberapa menit, lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah untuk
dilakukan dan dilajut dengan membilas. Tindakan pertolongan pertama setelah
mengkonsumsi, bilas mulut dan jangan memaksakan untuk muntah.(Labchem, 2021).
3.1.6 Kobal (II) klorida (CoCl2)
Kobalt (II) klorida atau yang memiliki rumus (CoCl2) ini memiliki sifat fisik
dan kimia antara lain, memiliki ciri fisik kristal padat, bubuk kristal berwarna merah
dan berbau ringan maupun menyengat. Kobalt diklorida memiliki pH sekitar 3-5,5
dengan larutan pH nya 5%. Kobalt diklorida memiliki titik lebur pada suhu 86 ºC
sedangkan titik bekunya tidak tersedia. Klobat diklorida memiliki berat jenis/massa
jenis 1924 kg/m3 dengan masa molekul 237,93 g/mol. Bahaya yang terjadi setelah
terjadi kontak dengan kobalt diklorida. Bahaya setelah terjadi kontak dengan kulit
dapat menyebabkan irritasi ringa. Bahaya sestelah terjadi kontak dengan mata dapat
mengalami iritasi ringan. Bahaya setelah tertelan, akan mengalami mual, pelebaran
pembuluh darah, kulit merah, dan tekanan arteri rendah. Tindakan pertolongan
pertama setelah menghirup korban dipindahkan ke tempat yang berudara segar.
Tindakan pertolongan pertama setlah terjadi kontak dengan kulit, segera cuci dengan
air yang banyak, bisa menggunakan sabun, dan jangan gunakana gen penetralisir serta
bawa korban ke dokter jika iritasi terus berlanjut. Tindakan pertolongan pertama
setelah terjadi kontak dengan mata, bilas dengan air dan jangan gunakan agen penetral.
Tindakan pertolongan pertama setelah mengkonsumsi, mulut dibilas dengan air.
(LabChem,2021).
3.1.7 Natrium hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida atau yang memiliki rumus (NaOH) ini memiliki sifat fisik
dan kimia antara lain, memiliki ciri fisik padat berupa kristal padat, bubuk kristal, bola
kecil, benjolan, jarum, timbangan dan serpih yang memiliki warna putih tetpi tidak
berbau. Natrium hidroksida memiliki pH sebesar 14(5%) dengan titik lebur 323 ºC dan
titik didih 1388 ºC. Natrium hidoksida memiliki massa jenis 2130 kg/m3 dan massa
molekul 40 g/mol. Bahaya terjadinya kontak dengan Natrium Hidroksida yaitu ketika
terjadi kontak dengan kulit, maka akan terjadi luka bakar kaustik / korosi pada kulit.
Bahaya setelah terjadi kontak dengan mata dapat menyebbakan korosi jaringan mata
serta kerusakan mata yang permanen. Bahaya setelah tertelan, akan mengalami
tenggorokan kering atau sakit, mual, sakit perut dan sulit menelan. Bahaya setelah
terhirup, terjadi peradangan pada tenggorokan, batuk, iritasi pada saluran pernapasan.
Tindakan pertolongan pertama setelah terhirup, korban di pindahkan ke tempat yang
berudara segera. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan mata,
segera bilas mata dengan air selama 15 menit, lepaskan lensa kontak jika memakainya,
dilanjut dengan membils. (LabChem,2021).
3.1.8 Natrium klorida (NaCl)
Natrium klorida atau yang memiliki sifat rumus (NaCl) ini memiliki sifat fisik
dan kimia antara lain, memiliki ciri fisik padat yaitu berupa bubuk kristal putih dan
tidak berbau. Natrium klorida memiliki pH sekitar 5-9 dengan titik lebur 801 ºC dan
titik didih 1413ºC . Natrium klorida memiliki berat jenis /massa jenis 2.165 g/cm3 dan
massa molekul 58,44 g/mol. Bahaya yang terjadi setelah terjadi kontak dengan natrium
klorida. Bahaya yang terjadi setelah menghirup akan mengalami batuk. Bahaya setelah
terjadi kontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi ringan. Bahaya yang terjadi
setelah tertelan dapat mengalami mual. Tindakan pertolongan pertama setelah terhirup,
korban dipindahkan ke tempat yang berudara segera, baringkan dengan posisi yang
nyaman untuk bernapas dan biarkan dia beristirahat. Tindakan pertolongan pertama
setelah terjadi kontak dengan kulit, cuci dengan lembut menggunakan sabun dan air
yang banyak, lepaskan pakaian yang terkena dan cuci semua area kulit yang terbuka
dengan sabun lembut dan air serta diikuti penggunaan air hangat. Tindakan
pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan mata, bilas secara hati-hati dengan
air selama beberapa menit, lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah untuk
dilakukan, dilanjut dengan membilas dengan air yang banyak. Tindakan pertolongan
pertama setelah mengkonsumsi, jangan dimuntahkan, minum air yang banyak serta
konsultasi dengan dokter jika merasa tidak enak badan. (LabChem, 2021).
3.1.9 Potasium tiosianat (KSCN)
Potasium tiosianat atau memiliki rumus (KSCN) ini memiliki sifat fisik dan
kimia antara lain, memiliki bentuk fisik padat berwarna putih dan tidak berbau.
Kalium sianat memiliki larutan pH sebesar 5 (5.3-8.7)% dengan titik lebur 170-179 ºC
tetapi tidak memiliki titik lebur dan titik didih. Kalium sianat memiliki massa jenis
relatif 1.886 dengan massa molekul 97,18 g/mol. Bahaya setelah terjadi kontak dengan
kalium sianat. Bahaya setelah terjadi kontak dengan kulit akan terjadi iritasi pada kulit.
Bahaya setelah terjadi kontak dengan mata dapat menyebabkan gangguan mata berat.
Bahaya setelah tertelan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan yang serius. Tindakan
pertolongan pertama setelah terhirup, korban dibiarkan menghirup udara segar dan
beristirahat. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan kulit, cuci
dengan sabun dan air, cuci pakaian yang terkontaminasi sebelum digunakan kembali.
Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan mata, bilas secara hati-
hati dengan air selama beberapa menit, lepaskan lensa kontak jika memakainya dan
mudah dilakukan, lanjutkan dengan membilas. Tindakan pertolongan pertama setelah
mengkonsumsi, bilas mulut jangan dan memaksakan untuk muntah. (LabChem,2021).
3.1.10 Seng nitrat (Zn(NO3)2)
Seng nitrat atau yang memiliki rumus (Zn(NO3)2) ini memiliki sifat fisik dan
kimia antara lain, memiliki ciri fisik berupa cairan yang tidak berwarna dan tidak
berbau. Seng nitrat titik memiliki batas titik lebur, beku dan didih. Seng nitrat
memiliki kelarutan berat jenis sebesar 1,05 g/ml. Bahaya terjadinya kontak dengan
seng nitrat . Bahaya terjadinya kontak dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar.
Bahaya setelah terhirup akan menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Bahaya
setelah terjadi kontak dengan mata akan menyebabkan kerusakan mata yang serius.
Bahaya setelah mengkonsumsi terbakarnya mukosa atau usus. Tindakan pertolongan
pertama setelah terjadinya kontak dengan seng nitrat. Tindakan pertolongan pertama
setelah terhirup, korban dipindahkan ke tempayt yang berudara segra da baringkan
dengan posisi yang nyaman untuk bernafas. Tindakan pertolongan pertama setelah
terjadi kontak dengan kulit, semua pakaian yang terkontaminasi segera di lepas dan
bilas kulit dengan air. Tindakan pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan
mata, bilas dengan air secara hati-hati selama beberapa menit, lepaskan lensa kontak
jika memakainya dan mudah untuk dilakukan dan dilanjut dengan membilas. Tindakan
pertolongan pertama setelah mengkonsumsi, mulut dibilas, jangan memaksakan untuk
muntah dan segera hubungi pusat racun atau dokter. (LabChem, 2021).
3.1.11 Tembaga sulfat (CuSO4)
Tembaga sulfat atau yang memiliki rumus (CuSO4) ini memiliki sifat fisik dan
kimia antara lain, memiliki ciri fisik berbentuk cairan berwarna kebiruan dan tidak
berbau. Tembaga sulfat tidak memiliki batas titik lebur maupun titik didih. Tembaga
sulfat memiliki kelarutan berat jenis 1 g/ml. Identifikasi bahaya setelah terjadi kontak
dengan tembaga sulfat diperkirakan tidak menimbulkan bahaya yang signifikan dalam
kondisi penggunaan normal yang di antisipasi. Tindakan pertolongan pertama setelah
terjadi kontak dengan tembaga sulfat. Tindakan pertolongan pertama setelah terhirup,
biarkan korban menghirup udara segar dan biar korban beristirahat. Tindakan
pertolongan pertama setelah terjadi kontak dengan kulit, pakaian yang terkena di
lepaskan dan semua area kulit yang terbuka di cuci dengan sabun lembut dan air,
diikuti dengan pembilasan menggunakan air hangat. Tindakan petolongan pertama
setelah terjadi kontak dengan mata, segera bias dengan air, dapatkan pertolongan
medis jika nyeri, berkedip atau kemerahan terus berlanjut. (LabChem, 2021)

3.2 Tinjauan Pustaka


3.2.1 Pengertian Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan kimia merupakan suatu keadaan sewaktu konsentrasi reaktan
dan produk tidah berubah terhadap waktu. Reaksi kimia biasanya berlangsung secara
spontan hingga dicapai keadaan kesetimbangan. Reaktan yang berubah menjadi
produk pada umumnya tidak sempurna, meskipun reaksi dilakukan dalam waktu yang
cukup lama. Laju reaksi biasa terjadi pada permualaan reaksi, kemudian setelah reaksi
berlangsung konsentrasi akan semakin berkurang sampai akhirnya menjadi konstan.
Keadaan setimbang akan dicapai apabila dua proses yang berlawanan arah
berlangsung dengan laju reaksi yang sama dan konsentrasi tidak lagi mengalami
perubahan atau tidak ada gangguan dari luar (Stephen, 2002).
Reaksi kesetimbangan dapat digolongkan berdasarkan fasa dari zat yang
bereaksi dan hasil reaksinya, sehingga dikenal dua jenis reaksi kesetimbangan yaitu
reaksi kestimbangan homogen dan reaksi kesetimbangan heterogen. Reaksi
kesetimbanga homogen merupakan reaksi kestimbangan dimana fasa dari zat-zat yang
bereaksi dengan zat-zat hasil reaksi sama, yaitu gas dan larutan. Kesetimbanga
heterogen adalah reaksi kesetimbangan yang memilikifasa reaktan dan produk yang
berbeda (Syukri,1999).
Tetapan kesetimbangan dilambangkan dengan 𝐾𝑐 yang menyatakan tetapan
kesetimbangan berdasarkan konsentrasi (C = concentration). Tetapan kesetimbangan
ini sering dilambangkan dengan 𝐾 saja. Kestimbangan zat dalam wujud gas
dilambangkan dengan 𝐾𝑝 yang menyatakan tetapan kesetimbangan berdasarkan
tekanan (P = pressure). Tetapan kesetimbangan bergantung pada jenis reaksi, homogen
atau heterogen. Kesetimbangan kimia, fasa padat tidak disertakan dalam persamaan
konstanta kesetimbangan kimia karena konsentrasi padatan relatif konstan
(Sukardjo,1997).
Tahun 1864, Cato Guldberg dan Peter Waage ilmuan dari Norwegia
merumuskan hubungan antara konsentrasi zar-zat yang berada dalam kesetimbangan
yang dikenal dengan hukum keserimbangan kimia atau hukum aksi massa. Hukum
aksi massa berbunyi “Untuk reaksi kimia pada suhu tertentu, perbandingan hasil kali
konsentrasi zat-zat diruas kanan dengan hasil kali konsentrasi zat-zat diruas kiri, yang
masingmasing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya akan menghasilkan suatu
bilangan yang tetap (konstan).” (Rohman, 2015).
𝑎𝐴 + 𝑏𝐵 ⇌ 𝑐𝐶 + 𝑑𝐷
Dimana a,b,c dan d adalah koefisien stokiometri dari A, B, C dan D. Tetapan
kestimbangan (𝐾𝑐) untuk reaksi tersebut pada suhu tertentu dapat dinyatakan:
[C]c [ D]d
𝐾𝑐 =
[ A ]a[ B]b
Harga tetapan kesetimbangan sangat berguna baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Kunatitatif, memungkinkan untuk menghitung konsentrasi pereaksi
ataupun hasil reaksi dalam sistem kesetimbangan dan secara kualitataif, dapat
memberikan informasi sejauh mana reaksi berlangsung kearah reaksi sempurna.
Hukum kesetimbangan homogen secara umum dituliskan sebagai berikut:
𝑎𝐴 ⇌ 𝑐𝐶 + 𝑑𝐷
Harga kesetimbangannya:
[C]c [ D]d
𝐾𝑐 =
[ A]a
(Sukardjo, 1987).
3.2.2 Asas Le Chatelier
Suatu reaksi kesetimbangan dapat digeser ke arahyang kita kehendaki dengan
cara mengubah konsentrasi salah satu zat, dengan mengubah suhu, dan dengan
mengubah tekanan atau volume gas. Seberapa besar pengaruh dari faktor-faktor luar
tersebut terhadapkesetimbangan, dapat diramalkan berdasarkan pemahaman terhadap
Asas Le Chatelier yang dikemukakan oleh Henry Louis Le Chatelier pada tahun
(1850-1936) berikut: ”Jika terhadap suatu kesetimbangan dilakukan aksi (tindakan)
tertentu, maka sistem itu akan berubah sedemikian rupa sehingga pengaruh
aksitersebut akan menjadi sekecil mungkin” (Kimia,2014).
3.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan
Suatu sistem kesetimbangan dapat berubah, jika mendapat pengaruh dari luar.
Perubahan tersebut bertujuan untuk mencapai kesetimbangan baru, sehingga disebut
pergeseran kesetimbangan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Henry Louis Le Chatelier. Asas Le Chatelier menyatakan bahwa: jika suatu sistem
kesetimbangan mendapat pengaruh dari luar, maka sistem akan bergeser, sehingga
dapat meminimalisir pengaruh dari luar. Dengan demikian, sistem akan mencapai
kesetimbangan kembali. Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan:

1. Pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan Perubahan konsentrasi terjadi


karena konsentrasi pereaksi ditambah atau dikurangi. Apabila konsentrasi pereaksi
ditambah, reaksi bergeser ke kanan atau ke arah produk. Sedangkan jika
konsentrasi pereaksi dikurangi, reaksi bergeser ke arah kiri atau ke arah pereaksi,
sehingga konsentrasi pereaksi bertambah. Contoh:
N2(g) + 3H2(g)  2NH3(g)
Jika konsentrasi N2 dan H2 ditambah, maka kesetimbangan bergeser ke arah NH3
(kanan). Sebaliknya, jika konsentrasi N2 dan H2 dikurangi, kesetimbangan
bergeser ke arah N2 dan H2 (kiri), sehingga konsentrasi N2 dan H2 bertambah
dan terbentuk kesetimbangan baru (Chang,2004).
2. Pengaruh suhu terhadap kesetimbangan Selain pengaruh konsentrasi,
kesetimbangan reaksi juga dapat bergeser karena pengaruh suhu. Perhatikan
reaksi berikut:
2NO2(g)  N2O4(g) ∆H = -59,2 kJ
Coklat tidak berwarna 100 Jika reaksi tersebut dituliskan dalam persamaan
termokimia, maka reaksi ke kanan merupakan reaksi eksotermik dan yang ke kiri
merupakan reaksi endotermik. Eksotermik NO2 (g)  N2O4 (g) ∆H = -59,2 kJ
Endotermik Pada reaksi di atas, apabila suhu diturunkan, gas menjadi tidak
berwarna, karena kesetimbangan bergeser ke arah N2O4 yang tidak berwarna
(kearah eksotermik dengan cara melepaskan kalor) dan apabila suhu dinaikkan,
gas menjadi berwarna coklat, karena kesetimbangan bergeser ke arah NO2 yang
berwarna coklat (kearah endotermik dengan cara menyerap kalor). Pergeseran
kesetimbangan tersebut sesuai dengan Hukum Van’t Hoff yang menyatakan
bahwa bila suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi
eksotermik. Sebaliknya, jika suhu dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser ke
arah reaksi endotermik (Chang,2004).
3. Pengaruh tekanan atau volume terhadap kesetimbangan Sistem kesetimbangan gas
mempunyai tekanan dan volume total tertentu. Jika tekanan sistem diperbesar atau
diperkecil, ada kesetimbangan yang terganggu dan ada pula yang tidak terganggu,
tergantung pada jumlah koefisien pereaksi dan hasil reaksi. Jika tekanan
diperbesar atau volume diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
koefisien yang kecil. Sebaliknya, jika tekanan diperkecil atau volume diperbesar,
kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien yang besar. Tetapi, jika
jumlah koefisien pereaksi sama dengan koefisien hasil reaksi, perubahan tekanan
atau volume tidak akan mempengaruhi kesetimbangan (Chang,2004).
4. Katalis Katalis adalah zat yang digunakan untuk mempercepat reaksi dengan cara
menurunkan energi aktivasi (energi pengaktifan). Zat tersebut ikut bereaksi
namun pada akhir reaksi akan dihasilkan kembali. Katalis tidak 101 menyebabkan
terjadinya pergeseran kesetimbangan, tetapi hanya mempercepat terbentuknya
kesetimbangan (Chang,2004).
IV. METODOLOGI PERCOBAAN
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Tabung reaksi
- Gelas arloji
- Pipet tetes
- Pemanas air
- Gelas Beaker
- Pengaduk
- Rak tabung reaksi
4.1.2 Bahan
- Akuades (H2O)
- 0,1 M Tembaga Sulfat (CuSO4)
- 3 M Amonia (NH3)
- 1 M Asam Klorida (HCl)
- Natrium Klorida Jenuh (NaCl Jenuh)
- Asam Klorida Pekat (HCl Pekat)
- 0,1 M Potasium tiosianat (KSCN)
- 0,1 M Besi (III) Klorida (FeCl3)
- Larutan Asam Fosfat (H3PO4)
- Kertas lakmus
- Larutan (Zn(NO3)2) 0,1 M
- Natrium Hidroksida (NaOH) 3 M
- Asam Klorida HCl 3 M
- 0,5 M Kobalt (II) Klorida (CoCl2 )
4.2 Skema Kerja
4.2.1 Reaksi Pembentukan

CuSO4 0,1 M
- dismasukkan 20 tetes larutan CuSO4 0,1 M kedalam tabung
reaksi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan.
- diteteskan larutan 1 M NH3 perlahan-lahan kedalam tabung
yang sudah berisi larutan CuSO4.
- dikocok tabung setiap selesai penetesan.
- dilanjutkan penetesan jika belum terjadi perubahan warna.
- dicatat jumlah tetesan yang diperlukan untuk merubah warna
larutan.
- didalam larutan yang sudah setimbang, diteteskan larutan HCL
1 M sampai warna larutan berubah menjadi biru pucat.
- dicatat jumlah tetesan HCl 1 M yang dibutuhkan.

Hasil

4.2.2 Efek Ion Senama

2 ml H3PO4
- dimasukkan 2 mL larutan H3PO4 kedalam tabung reaksi yang
bersih dan kering.
- diambil kertas lakmus dan dicelupkan ujungnya ke dalam
larutan dan dicatat hasil pengujian tersebut.
- ditambahkan satu tetes larutan HCl 1 M ke kertas lakmus.
- diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
- ditambahkan satu tetes larutan HCl 1 M ke dalam tabung
reaksi dan dikocok.
- dicelupkan kertas lakmus ke dalam larutan campuran.
- diamati dan dicatat hasilnya.

Hasil
4.2.3 Pengaruh konsentrasi
1ml 0,1 M FeCl3 +
KSCN

- dipersiapkan larutan induk.


- ditambahkan 1 mL 0,1 M Besi (III) Klorida (FeCl 3) dan 1 mL
0,1 M Potassium Sianat (KSCN) ke dalam 50 mL akuades
dalam beaker glass.
- disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih.
- diberi label 1-4 pada masing-masing tabung.
- ditambahkan 2 mL larutan induk yang telah disiapkan ke
dalam masing-masing tabung.
- digunakan tabung pertama sebagai standart yang akan
dibandingkan dengan tabung-tabung yang lain.
- ditambahkan 10 tetes larutan FeCl3 0,1 M ke dalam tabung
kedua.
- ditambahkan 10 tetes larutan KSCN 0,1 M ke dalam tabung
ketiga.
- ditambahkan 5 tetes larutan NaCl jenuh ke dalam tabung
keempat.
- diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi untuk setiap
tabung.

Hasil
4.2.4 Pengaruh Suhu
CoCl2 0,5 M
- dimasukkan 5 tetes larutan CoCl2 0,5 M ke dalam suatu tabung
reaksi yang kering dan bersih.
- ditambahkan HCl 3 M tetes demi tetes sampai terjadi
perubahan warna,
- diamati dan catat perubahan yang terjadi .
- dimasukkan 1 mL CoCl2 ke dalam suatu tabung reaksi yang
kering dan bersih dan dicatat warnanya.
- dimasukkan tabung tersebut kedalam penangas air.
- diamati dan dicatat perubahannya.

Hasil

4.2.5 Kestabilan dan kesetimbangan ion kompleks dari ion seng


4.2.6
Zn(NO3)2 0,1 M
- dimasukkan 2 ml larutan Zn(NO3)2 0,1 M ke dalam 3 buah
tabung reaksi yang bersih dan kering.
- ditambahkan 2 tetes NaOH 3 M dan diaduk.
- dicatat perubahan yang terjadi.
- ditambahkan HCl 3 M tetes ke dalam tabung pertama.
- diaduk dan diamati perubahannya.
- ditambahkan NaOH 3 M tetes pada tabung kedua.
- diaduk dan diamati perubahannya.
- ditambahkan NH3 3 M tetes pada tabung ketiga.
- diaduk dan diamati perubahannya
- diatat perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung
dalam tabel pengamatan.

Hasil
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Reaksi Pembentukan
Larutan CuSO4 0,1 M sebanyak 20 tetes dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang sudah dibersihkan dan dikeringkan. Larutan NH3 1 M diteteskan perlahan lahan
ke dalam tabung yang sudah berisi larutan CuSO 4. Tabung dikocok setiap selesai
penetesan. Penetesan dilanjutkan jika belum terjadi perubahan warna. Jumlah tetesan
yang diperlukan untuk merubah warna larutan dicatat. Larutan HCl 1 M di teteskan
kedalam larutan yang sudah setimbangan sampai warna larutan berubah menjadi biru
pucat. Jumlah tetesan HCl 1M yang dibutuhkan dicatat.
4.3.2 Efek ion senama Larutan
H3PO4 sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi yang bersih dan
kering. Kertas lakmus dicelupkan ujungnya kedalam larutan tersebut. Hasil pengujian
tersebut dicatat. Larutan HCl 1 M sebanyak satu tetes ditambahkan ke kertas lakmus.
Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat. Larutan HCl 1 M sebanyak satu tetes
ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan kemudian dikocok. Kertas lakmus
dicelupkan ke dalam larutan campuran tersebut. Hasilnya diamati dan dicatat.
4.3.3 Pengaruh konsentrasi
Larutan induk disiapkan dan ditambahkan besi (III) klorida (FeCl3) 0,1 M
sebanyak 1mL dan potasium sianat (KSCN) 0,1 M sebanyak 1mL kedalam gelas
beaker yang berisi 50 mL akuades. Tabung reaksi yang kering dan bersih sebanyak 4
buah disiapkkan dan diberi label 1 samapai dengan 4 untuk masing masing tabung.
Setiap tabung ditambahkan 2 mL larutan induk yang telah disiapkan. Tabung pertama
digunakan sebagai standart yang akan dibandingkan dengan tabung tabung lain. Pada
tabung kedua, ditambahkan 10 tetes larutan FeCl3 0,1 M. Pada tabung ketiga
ditambahkan 10 tetes larutan KSCN 0,1 M. Pada tabung keempat ditambahkan 5 tetes
larutan NaCl jenuh. Perubahan warna dicatat dan diamati untuk setiap tabung.
4.3.4 Pengaruh suhu
Larutan CoCl2 0,5 M sebanyak 5 tetes dimasukkan kedalam suatu tabung
reaksi yang kering dan bersih. Larutan HCl 3M ditambahkan tetes demi tetes sampai
terjadi perubahan warna. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat. Larutan CoCl 2
sebanyak 1mL dimasukkan kedalam suatu tabung reaksi yang kering dan bersih,
perubahan warna dicatat. Tabung tersebut dimasukkan kedalam pemanas air.
Perubahannya diamati dan dicatat.
4.3.5 Kesetabilan dan kesetimbangan ion komplek dan ion seng
Larutan Zn(NO3)2 0,1 M sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam 3 buah tabung
reaksi yang bersih dan kering. NaOH 3M ditambahkan masing masing 2 tetes dan
diaduk. Perubahan yang terjadi dicatat. Pada tabung pertama, ditambahkan HCl 3M
tetes demi tetes dan diaduk, diamati perubahannya. Pada tabung kedua, ditambahkan
NaOH 3M tetes demi tetes dan diaduk, diamati perubahannya. Pada tabung ketiga,
ditambahkan NH3 3M tetes demi tetes dan diaduk diamati perubahannya. Perubahan
yang terjadi pada masing masing tabung reaksi dicatat dalam tabel pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, Jilid 1 edisi 3, Jakarta: Erlangga,
2004.
Sudarmo, Unggul. 2006.Kimia Untuk Sma/Ma Kelas XI.Surakarta. Erlangga.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Amonia. [serial online]
https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC10900.pdf. diakses pada 01
April 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Aquadest. [serial online]
https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf. diakses pada 20
Maret 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Cobalt Chloride. [serial online]
https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC13190.pdf. diakses pada 01
April 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Copper Sulfate. [serial online]
https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC13443.pdf. diakses pada 01
April 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Ferric Chloride. [serial online]
https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC14380.pdf. diakses pada 01
April 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Hydrochloric Acid. [serial online]
https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC15300.pdf. diakses pada 01
April 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Phosphoric Acid. [serial online]
https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC18640.pdf diakses pada 01
April 2021.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Pottasium Thiocyanate. [serial online]
https://www.lbchem.com/tools/msds/msds/LC20120.pdf diakses pada 01 April
2021.
LabChem. 2021. Material Safety data Sheet of Sodium Chloride. [serial online]
https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23420.pdf diakses pada 01
April 2021.
LabChe. 2021. Material Safety Data sheet of Sodium Hydroxide. [serial online]
https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23900.pdf diakses pada 01
April 2021.
LabChem. 2021. Material Safery Data Sheet of Zink Nitrate. [serila online]
https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC27150.pdf diakses pada 01
April 2021.
Rohman, Syuhada,Wijaya, dan Jayatin. 2015. Modifikasi Bentonit (Clay) Menjadi
Organoclay Dengan Penambahan Surfaktan. Jurnal Nanosains &
Nanoteknologi, ISSN 1979-0880, Vol. 2. 2003.

Stephen, Bresnick. 2002. Istilah Kimia Umum. Jakarta: Erlangga.


Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta

Syukri, S dan Sadijah Achmad. 1999. Kimia Dasar Jilid Dua. Bandung: ITB Press

Anda mungkin juga menyukai