Anda di halaman 1dari 17

JURNAL PRAKKTIKUM KIMIA DASAR

REAKSI ASAM-BASA

Oleh :

Nama : Abyyu Candra Kusuma

NIM : 201910901035

Kelas/Kelompok : S1 Teknik Pertambangan/4

Asisten : Dian Retno Ayu Masyithoh

LABORATORIUM KIMIA DASAR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

2021

I. JUDUL
Reaksi Asam-Basa
II. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ikatan kimia ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi sifat asam-basa senyawa dalam pelarut air
2. Memahami skala pH dan terampil melakukan pengukuran pH dengan bermacam
indikator
3. Menentukan trayek indikator ekstrak tumbuhan
4. Menentukan kosentrasi senyawa dalam suatu larutan
III. PENDAHULUAN PUSTAKA
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Asam Cuka (CH3COOH)
Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asamcuka (CH3COOH) adalah suatu senyawa
berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut
didalam air, alkohol, gliserol, eter. Pada tekanan atmosferik, titik didihnya 118.1oC dan titik
beku 16,6⁰C. Asam asetat sendiri mudah menguap diudara terbuka dan mudah terbakar. Asam
asetat menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat larut dalam air dengan suhu 20⁰C, etanol
(9,5%) pekat, dan gliserol pekat. Asam asetat merupakan cairan dan uap mudah menyala.
Jauhkan dari panas / percikan api terbuka /permukaan yang panas.. Menyebabkan kulit terbakar
yang parah dan kerusakan mata. Bila terjadi kontak kulit tanggalkan segera semua pakaian yang
terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air atau pancuran air. Gejala yang ditimbulkan seperti
irritasi dan korosi, bronkitis, napas tersengal, sesak lambung, mual, muntah, Sistem peredaran
terganggu, guncangan resiko kornea berkabut. (Lab Chem, 2021)
3.1.2 Natrium Hidroksida (NaOH)
NaOH dengan kata lain natrium hidroksida memiliki sifat fisik massa molar sebesar
39,8871 g/mol, massa jenis sebesar 2,1 gr/cm³, zat padat berwarna putih, titik lebur sebesar
318°C (591 K), titik didih 1390°C (1663 K). Sedangkan sifat kimia sangat larut dalam air,
memiliki sifat tidak mudah terbakar, mudah reaktif dengan oksidator dan logam, bersifat korosif,
bersifat Higroskopis sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan.
Natrium Hidroksida merupakan salah satu zat yang berbahaya, dikategorikan berbahaya karena
dapat mrnyebabkan luka bakar, menyebabkan kerusakan mata, iritasi saluran pernapasan, iritasi
pada selaput lendir hidung, jika tertelan dapat menebabkan sakit perut dan pendarahan pada
saluran pencernaan. (Lab Chem, 2021)
3.1.3 Asam Klorida (HCl)
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Asam klorida adalah
asam kuat, asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena
merupakan cairan yang sangat korosif. Sifat-sifat fisika HCl, seperti titik didih, titik leleh, masa
jenis, dan pH tergantung pada konsentrasi atau molaritas HCl dalam larutan asam tersebut. HCl
berwujud aզ (larutan), ℓ( liquid). Bersifat korosif dengan aℓ dan cu. Berbahaya apabila terkena
kulit langsung akan menyebabkan iritasi, serta dapat menyebabkan iritasi mata. Apabila
menghirup segera hirup udara segar. Bila terjadi kontak kulit lepaskan segera semua pakaian
yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. (Lab Chem, 2021)
3.1.4 Asam Sulfat (H2SO4)
Asam Sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Asam sulfat 98% umumnya
disebut sebagai asam sulfat pekat. H2SO4 ini memiliki Titik lebur: 10 °C (283 K) dan Titik
didih: 337 °C (610 K). Asam Sulfat ini berbahaya apabila terkontak langsung dengan kulit, mata,
pernapasan, dan jika tertelan. Dapat diatasi dengan mengaliri air selama 15 menit jika terkontak
langsung dengan kulit. Membasuh mata selama 15 menit, dan mencari udara segar jika terkontak
mata dan system pernafasan. Jika tertelan meminumkan air beberapa gelas.
(Lab Chem, 2021)
3.1.5 Indikator Phenolftalein
Indikator pp atau Phenolphtalein memiliki sifat fisik dan kimia antara lain berupa cairan
yang tidak berbau dan tidak berasa serta tidak berwarna dengan memiliki titik didih terendah
yang diketahui 78,5°C dan titik leleh -114,1°C. Bahan ini mudah larut dalam air, baik air dingin
maupun air panas. Bahan ini juga larut dalam metanol, dietil eter, serta larut dalam aseton. Bahan
ini berbahaya jika terkena kulit (iritan), mata (iritan), dan tertelan. Bahan ini tidak korosif untuk
kulit, mata, dan paru-paru. Tindakan pencegahan yang dilakukan agar tidak terjadi bahaya yaitu,
bahan ini harus disimpan dalam wadah tertutup dan dijauhkan dari sumber api.
(Lab Chem, 2021)
3.1.6 Indikator Metil Merah
Indikator asam basa. berbentuk bubuk kristal berwarna merah gelap.Tidak larut dalam
alkohol, sedikit larut dalam air. Daerah perubahan warna antara pH 4,2-6,2. Perubahan warna
dari merah ke kuning. Dapat meyebabkan kanker. Cairan dan uap mudah menyala.
Menyebabkan iritasi mata yang serius. Diduga menyebabkan kerusakan genetik. Apabila terkena
pada mata atau kulit segera bilas dengan seksama dengan air untuk beberapa menit. (Lab Chem,
2021)
3.1.7 Indikator Metil Orange
Metil jingga merupakan senyawa azo yang berbentuk kristal berwarna kuningkemerahan,
lebih larut dalam air panas dan larut dalam alkohol. Metil jingga seringdigunakan sebagai
indicator dalam titrasi asam basa. Metil jingga mempunyai Ph 3,1 – 4,4 dan pKa 3,46, berwarna
merah dalam keadaan asam dan berwarna kuning dalam keadaan basa. Bahaya yang ditimbulkan
menyebabkan iritasi mataa dan kulit jika terkena dalam waktu yang lama. Tidak disarankan
untuk mencium atau menelannya karena berbhaya bagi tubuh.(Lab Chem, 2021)
3.1.8 Amonium Hidroksida (NH4OH)
Amonium Hidroksida merupakan larutan yang berwujud cair, tidak berwarna, bau yang
kuat, sangat larut dalam air dam mempunyai pH basa yaitu 13,6 pada 320F, pH 11,7 pada 200C,
pH 13,8 pada larutan 29%(93) . Amonium Hidroksida atau yang dikenal dengan rumus NH4OH
mempunyai berat molekul 35,04 g/mol dengan titik didih 37,7 °C (99,9 °F; 310,8 K) (25% w/w)
dan titik lebur −57,5 °C (−71,5 °F; 215,7 K). Selain sifat fisika dan kimia, NH4OH mempunyai
bahaya jika terkena alat indra. (Lab Chem, 2021)
3.1.9 Natrium Asetat (CH3COONa)
Natrium Asetat memiliki sifat fisik dan kimia berupa bentuk padat dan tidak berwarna,
dengan bau yang ditimbulkan asam asetat lemah. Asam asetat memiliki pH 7,5 - 9,2 pada 50 g/l
20 °C, sedangkan titik lebur 58 ° dan ahan ini memiliki kelarutan dalam air sebesar 613 g/l pada
20 °C. Menurut data yang tersedia, bahan ini tidak berbahaya. Namun apabila tertelan bisa
menimbulkan gejala yaitu kelainan perut/usus. (Lab Chem, 2021)
3.1.10 Amonium Klorida (NH4Cl)
Amonium klorida, adalah senyawa anorganik dengan rumus NH4Cl, berupa garam kristal
putih yang sangat mudah larut dalam air. Larutan amonium klorida bersifat asam lemah. Berat
molekulnya adalah 53.490 g / mol, kepadatannya adalah 1.5274 g / mL dan titik leleh dan didih
adalah 338 ºC dan 520 ºC. Amonium klorida larut dalam air, mampu melarutkan 383,0 g
senyawa per liter pelarut. Ini juga larut dalam etanol, metanol dan gliserol dan sedikit larut dalam
aseton. Senyawa ini berbahaya, karena menyebabkan kerusakan pada organ dengan menelan atau
paparan jangka panjang dan juga berbahaya bagi mata. Ini tidak mudah terbakar dan tidak
bereaksi dengan bahan kimia lain. (Lab Chem, 2021)
3.1.11 Asam Karbonat (H2CO3)
Asam karbonat adalah asam organik dengan rumus kimia H2CO3. Asam karbonat
termasuk asam lemah. Asam karbonat hanya ada dalam larutan air. Ini memiliki berat molekul
62.024 g / mol dan kepadatan 1.668 g / ml. Asam karbonat adalah asam lemah dan tidak stabil,
yang sebagian berdisosiasi dalam air dalam ion hidrogen (H +) dan ion bikarbonat (HCO3-).
Asam karbonat tidak dianggap beracun atau berbahaya dan ada dalam tubuh manusia. Akan
tetapi, dalam suatu paparan terhadap sebuah konsentrasi tinggi dapat mempengaruhi saluran
pernapasan dan mata. (Lab Chem, 2021)
3.1.12 Asam Oksalat (H2C2O4)
Asam oksalat ialah senyawa di dalam ilmu kimia yang mempunyai rumus H2C2O4 atau
terkenal juga dengan nama sistematis nya yaitu asam etanadioat. Senyawa ini berwarna putih dan
tidak memiliki bau, jika dalam keadaan yang murni berupa senyawa kristal atau larut dalam air
sebesar 1 g/7ml. Mmeiliki titik didih sebesar 149-160oC dengan berat jenis sebesar 1,6-1,7 dan
densistas uap 4,4. Jika terjadi pada manusia terhirup, tertelan, atau pun terserap melalui kulit kita
maka dapat menghilangkan kalsium pada tubuh, merusak selaput lendir, dan juga dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal. (Lab Chem, 2021)
3.2 Tinjauan Pustaka
3.2.1 Pengertian Asam-Basa
Asam dan basa merupakan dua senyawa kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari- hari. Secara umum, zat – zat yang berasa masam mengandung asam, misalnya asam sitrat
pada jeruk, asam cuka pada cuka makanann, serta asam benzoat yang digunakan sebagai
pengawet makanan. Basa merupakan senyawa yang mempunyai sifat licin, rasanya pahit, dan
jenis basa tertentu bersifat caustic atau membakar,misalnya natrium hidroksida atau soda api.
Meskipun asam dan basa dapat dibedakan dari rasanya, tetapi tidak disarankan (dilarang) untuk
mencicipi asam atau basa yang ada di laboratorium. Asam dan Basa dapat dibedakan dengan
menggunakan zat tertentu yang disebut indikator asam basa atau menggunakan alat khusus.
Larutan asam dan basa dapat diperoleh dengan melarutkan asam atau basa secara langsung ke
dalam air. Selain itu, larutan ini juga dapat diperoleh melalui reaksi antara senyawa oksida
dengan air (Stoker, 2012).
Asam dikategorikan sebagai senyawa yang mengandung hidrogen dan bereaksi dengan
basa. Basa merupakan senyawa yang mengandung ion OH⁻ ketika bereaksi dengan air. Garam
dan air merupakan hasil reaksi dari asam dengan basa. Ion yangmenyebabkan sifat asam ialah
proton (H⁺), sedangkan ion yang menyebabkan sifat basa ialah hidroksida (OH⁻). Asam
merupakan elektrolit yang melepaskan ion hidrogen dalam air dan basa adalah senyawa kimia
yang menyerap ion hidronium dalam air. Teori asam-basa dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
𝑎𝑠𝑎𝑚 ↔ 𝑎𝑛𝑖𝑜𝑛 + 𝐻
+......................................................(3.1)
𝑏𝑎𝑠𝑎 ↔ 𝑘𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 + 𝑂𝐻
−....................................................(3.2)
Asam dan basa berada dalam kesetimbangan yang saling bergantung satu sama lain atau disebut
dengan sistem berpasangan. Sistem ini dinamakan sistem prodit (Wang,2017).
Asam memiliki kekuatan untuk memberi proton, sedangkan basa memiliki kekuatan
menerima proton. Asam yang mudah memberikan proton merupkan asam kuat, sedangkan asam
yang sulit melepas proton disebut asam lemah. Basa kuat adalah basa yang mudah menerima
proton, sedangkan basa lemah adalah basa yang sulit menerima proton. Indikator asam-basa
adalah senyawa organik yang berubah warnanya dalam larutan mengikuti pH larutannya.Lakmus
berwarna merah dalam larutan bersifat asam dan berwarna biru bersifat basa atau protolit lemah
(Keenan,1990)
3.2.2 Indikator Asam-Basa
Indikator asam-basa merupakan zat-zat warna yang warnanya bergantung pada pH
larutan atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa dan netral. Kertas lakmus misalnya,
dalam larutan yang pHnya lebih kecil dari 5,5 akan berwarna merah dan berwarna biru dalam
larutan yang pHnya lebih dari 8. Kertas lakmus akan berkombinasi warna merah dan biru apabila
berada dalam larutan yang pHnya 5,5 sampai 8. Batas-batas pH ketika indikator mengalami
perubahan warna disebut trayek indikator (Salirawati,2005).
Indikator Universal kebanyakan berupa kertas, namuan ada juga yang berupa larutan.
Kertas indikator dicelupkan kedalam larutan akan memberikan warna tetentu yang nantinya akan
dibandingkan dengan warna standar yang tertera pada wadahnya untuk mengetahui pH larutan
yang sebenarnya. Indikator universal umumnya mengalami perubahan warna pada berbagai
pH.Indikator alami merupkan indikator yang dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna,
seperti mahkota kembang sepatu, dun kubis ungu, daun bayam merah, kayu secang dan kunyit.
Tumbuhan berwarna pada umumnya dapat digunakan sebagai indikator, hanya saja perubahan
warnanya kurang jelas, oleh karena itu hanya sebagian saja yang sering dipakai
(Lestari,2016).
Indikator yang dapat berbentuk padatan atau cairan yang memperlihatkan pH larutan
dengan kisaran warna.
1. Metil jingga
- Merah dibawah 3
- Kuning diatas 4,5
2. Bromtimol biru
- Kuning dibawah 6,5
- Biru diatas 7,5
3. Phenolphtalein
- Tidak berwarna dibawah 8,5
- Merah jambu diatas 9,5Nama Jangkauan pH Warna Asam Warna Basa
(Bisri,1996)
3.2.3 Titrasi
Titrasi merupakan cara analisis yang digunakan untuk mengukur jumlah pasti dari suatu
larutan dengan mereaksikan suatu larutan ion yang konsentrasinya diketahui. Larutan yang
mengandung suatu pereaksi dimasukkan kedalam buret yang disebut penitrasi. Penitrasi
diteteskan pereaksi secara perlahan lahan melalui kran dalam erlenmeyer. Titrasi dikatakan
sempurna apabila terjadi perubahan warna pada indikator (Brady,1997)
Titrasi akan berhasil apabila syarat-syarat dibawah ini terpenuhi:
a. Konsentrsi titran harus diketahui,
b. Titik ekuivalen harus diketahui,
c. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen harus diketahui.
Proses titrasi asam-basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan yang dianalisis sebgai
fungsi jumlah titran yang ditambahkan (Pradeep,2013)

3.2.4 Volumetri
Volumetri adalah suatu metode analisa kuantitatif yang digunakan untuk pengukuran volume
larutan. Volume larutan yang akan diukur konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, kemudian
mereaksikannya dalam jumlah volume dengan larutan tertentu yang telah
ditentukankonsentrasinya. Reaksi yang dapat digunakan dalam volumetri adalah reaksi asam
basa atau netralisasi, pembentukan senyawa kompleks, dan reaksi redoks (Rosenberg, 1992).
3.2.5 Reaksi-Reaksi Volumetri
Asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami dissosiasi dengan
pembentukan ion hidrogen sebagai ion positifnya. Basa adalah zat yang jika dilarutkan dalam air
mengalami dissosiasi dengan pembentukan ion hidroksil sebagai ion negatifnya. Garam adalah
hasil reaksi antara asam dan basa. Proses ini biasanya disebut reaksi neralisasi. Reaksi netralisasi
adalah reaksi yang terjadi antara asam danbasa yang bereaksi dalam larutan berair untuk
menghasilkan garam dan air. Asam danbasa murni dengan jumlah tertentu yang equivalennya
dicampur dan larutannya diuapkan, akan ada zat kristalin yang tertinggal yang mempunyai ciri-
ciri khas suatu asam ataupun basa. Zat ini disebut garam.
Contoh persamaannya:
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(aq)
Pembentukan garam merupakan proses kimia sejati, padahal pada dasarnya
asam, basa, dan garam terdissosiasi dalam larutan, namun air terbentuk tapi tidak
terdissosiasi sama sekali. Hakekatnya reaksi asam basa dalam air adalah pembentukan
air panas netralisasi (56.9 KJ) untuk tiga mol asam dan basa. Zat-zat amphoter mampu
melangsungkan reaksi netralisasi baik dengan menggunakan asam maupun basa (lebih
tepatnya dengan ion hidrogen maupun ion hidroksil). Reaksi netralisasi antara asam
kuat dan hidroksida logam dalam larutan air sebenarnya adlah reaksi antara hidronium
dan hidroksima.
H3O+OH-→H2O(aq)+H2O(aq)
Asam1 + Basa2 → Basa2 + Asam2
Reaksi netralisasi dapat berlansgung tanpa adanya air. Asam-asam dalam reaksiitu yang
tidak terdissosiasi bereaksi langsung dengan ion hidroksil yang berada dalam fase padat
(Rosenberg, 1992).

3.2.6 Konsentrasi
Konsentrasi dapat digunakan untuk menyatakan komposisi larutan secara
kuantitatif. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan
larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam
sejumlah volume (berat, mol) tertentu dari pelarut. Hal ini menyebabkan munculnya
satuan-satuan konsentrasi, seperti fraksi mol, molalitas, molaritas, normalitas, ppm
serta ditambah dengan persen massa dan persen volume
mol zat terlarut
𝑀=
L larutan
(Baroroh,2004)
IV. METODOLOGI PERCOBAAN
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Labu ukur
- Erlenmeyer
- Buret
- Pelat tetes
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
- Pipet volum
4.1.2 Bahan
- Asam cuka
- Indikator metil merah
- H2CO3 0,1 M
- Larutan NaOH 0,1 M
- Indikator metil orange
- HCH3COO 0,1 M
- Larutan HCl 0,1 M
- NH4OH 0,1 M
- Tanaman
- H2SO4 0,1 M
- CH3COONa 0,1 M
- Asam oksalat
- Indikator phenolftalein
- NH4Cl 0,1 M
4.2 Skema Kerja
4.2.1 Identifikasi Sifat Asam Basa Larutan

HCl 0,1 M, H2SO4 0,1 M, NH4OH 0,1 M, NaOH 0,1 M, NaCH3


COO 0,1 M, NH4Cl 0,1 M, H3PO3 0,1 M, HCH3COO 0,1 M

- diisi masing-masing lubang pipet tetes dengan larutan HCl 0,1 M, H 2SO4
0,1 M, NH4OH 0,1 M, NaOH 0,1 M, NaCH3COO 0,1 M, NH4Cl 0,1 M,
H3PO3 0,1 M, HCH3COO 0,1 M
- diamati sifat-sifat dari larutan dengan menggunakan kertas lakmus
- dikelompokkan larutan tersebut berdasarkan sifatnya yaitu asam dan basa.

Hasil
4.2.2 Penentuan Range Kerja Indikator pH Dari Berbagai Indikator Alam
1. Membuat Larutan pH 2-6

HCL 0,1 M

- diambil 2,5 mL HCl 0,01 M yang mempunyai Ph 2, dimasukkan kedalam


labu ukur 25 mL dan diencerkan dengan akuades sampai tanda batas.
Diperoleh pH larutan 3
- diulangi prosedur untuk membuat Ph 4 dari larutan pH 3.

Hasil
2. Membuat Larutan pH 8-11 dari larutan NaOH 0,01 M yang Mempunyai pH 12

NaOH 0,01 M
- dibuat larutan pH 11 dengan diambil 2,5 mL NaOH 0,01M,
dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL dan diencerkan dengan
akuades sampai tanda batas.
- dibuat larutan pH 10 dengan memipet 2,5 mL larutan pH 11 dan
dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL dan diencerkan dengan
akuades sampai tanda batas.
- dibuat juga untuk pH 9 dan 8 secara bertingkat
- diteteskan masing-masing larutan yang telah disiapkan dari pH 2-12
pada pelat tetes dan pada pH 7 digunakan akuades
- ditetesi masing-masing lubang dengan indikator metil jingga,
diamati perubahan warna yang terjadi pada masing-masing pH
- diulangi prosedur tersebut pada indikator lain.
-
Hasil
3. Indikator Tumbuhan

Bunga, Daun, Umbi, Batang, Alkohol

- ditimbang 1-2 gram tumbuhan (bunga, daun, umbi, atau


batang), dihaluskan dan dilarutkan kedalam alcohol sebanyak
5 mL, diaduk larutan secara rata dan disaring, disimpan
kedalam tabung reaksi dan diberi label
- diisi lubang pelat tetes dengan larutan yang telah diketahui
pHnya (pada prosedur 2.2). Ditetesi masing-masing lubang
yang telah diisi larutan bermacam pH dengan indikator
ekstrak tumbuhan. Diamati perubahan warna yang terjadi.
- diulangi prosedur tersebut untuk ekstrak tumbuhan yang lain.
- ditentukan pKInd dan trayek perubahan indikator berdasarkan
harga pH saat terjadi perubahan.

Hasil
4.2.3 Titrasi Asam Basa

1. Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat

NaOH 0,1 M dan Asam Oksalat

- disiapkan buret dan dibilas dengan larutan NaOH yang akan


digunakan.
- diisi buret dengan larutan NaOH 0,1 M sampai skala nol.
- disiapkan larutan standart primer asam oksalat.
- dimasukkan 10 mL larutan asam oksalat 0,05 M kedalam
Erlenmeyer 100 mL, kemudian ditambahkan indikator
phenolptalein beberapa tetes.
- dititrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna.
Dilakukan duplo
- dihitung kosentrasi NaOH.
- diulangi dengan indikator bunga yang dipilih (konsultasi
dengan asisten)
-
Hasil
2. Penentuan Kosentrasi Cuka Dapur

Cuka Dapur
- dipipet 5 mL cuka dapur kemudian dimasukkan kedalam
labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan akuades sampai
tanda batas.
- dipipet 10 mL larutan cuka dapur hasil dari pengenceran dan
dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian ditabahkan
beberapa tetes indikator phenolftalein.
- dititrasi sengan larutan NaOH yang telah distandarisasi
sampai terjadi perubahan warna
- dihitung kosentrasi mula-mula cuka dapur.
Cuka Dapur

4.3 Prosedur Kerja


4.3.1 Identifikasi sifat asam basa larutan
Diisi masing-masing lubang pada pelat tetes dengan larutan HCl 0,1M, H 2SO4 0,1 M;
NH4OH 0,1 M; NaOH 0,1 M; NaCH3COO 0,1 M; NH4Cl 0,1 M; H3PO3 0,1 M, HCH3COO
0,1 M. Diamati sifat masing-masing larutan dengan menggunakan kertas lakmus.
Dikelompokkan larutan tersebut yang bersifat asam dan basa.
4.3.2 Penentuan range kerja indikator pH dari berbagai indikator alam
1.Membuat larutan pH 2-6
Diambil 2,5 mL HCl 0,01 M yang mempunyai pH 2, dimasukkan ke dalam labu ukur 25
mL dan diencerkan dengan akuades sampai tandabatas. Diperoleh larutan pH 3. Diulangi
prosedur tersebut untuk membuat pH 4, dari larutan pH 3. Dilakukan perlakuan yang sama untuk
pH 6, secara berantai.
2. Membuat larutan pH 8-11 dari larutan NaOH 0,01 M yang mempunyai pH 12
Dibuat larutan pH 11.diambil 2,5 mL NaOH 0,01 M kemudian dimasukkan ke dalam
labu ukur 25 mL dan diencerkan dengan akuades sampai tanda batas. Dibaut larutan pH 10
dengan memipet 2,5 mL larutan pH 11 dan dimasukka ke dalam labu ukur 25 ml dan diencerkan
sampai tanda batas. Dilakukan perlakuan yang sama untuk pH 9 dan 8 secara bertingkat.
Diteteskan pada pelet tetes masing-masing larutan yang telah disiapkan dari pH 2-12. Digunakan
akuades untuk pH 7. Ditetesi dengan metil jingga masing-masing lubang, diamati perubahan
warna yang terjadi pada masing-masing pH. Diulangi prosedur tersebut dengn indikator yang
lain.
3. Indikator tumbuhan
Ditimbang kira-kira 1-2 gram tumbuhan (bunga, daun, umbi, atau batang), kemudian
dihaluskan dan dilarutkan ke dalam alkohol sebanyak 5 mL. Diaduk rata larutan tersebut dan
disaring. Disimpan dalam tabung reaksi dan diberi label. Diisi lubang pelat tetes dengan larutan
yang telah diketahui pH nya (pada prosedur 2.2). ditetesi masing-masing lubang yang telah berisi
larutan bermacam pH dengan indikator dari ekstrak tumbuhan tersebut. Diamati perubahan
warna yang terjadi. Diulangi prosedur tersebut untuk ekstrak tumbuhan yang lain. Ditentukan
pKind berdasarkan harga pH saat terjadi perubahan dan di trayek perubahan indikator.
4.3.3 Titrasi asam basa
1.Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat
Disiapkan buret dan dibilas dengan larutan NaOH yang akan digunakan. Diisi buret
dengan larutan NaOH 0,1M sampai skal nol. Disiapkan larutan standart primer asam oksalat.
Dimasukkan 10 mL larutan asam oksalat 0,05 M ke dalam erlenmeyer 100 mL. Kemudian
ditambahkan beberapa tetes indikator phenolptalein. Dititrasi dengan NaOH sampai terjadi
perubahan warna. Dilakukan duplo. Dihitung konsentrasi NaOH. Diulangi dengan indikator
bunga yang dipilih (konsultasi dengan asisten).
2. Penentuan konsetrasi cuka dapur
Dipipet 5 mL cuka dapur kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
diencerkan dengan akuades sampai tanda batas. Dipipet 10 mL larutan cuka dapur hasil
pengenceran dan dimasukkan dalam erlenmeyer, kemduian ditambahkan beberapa tetes indikator
phenolftalein. Dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi sampai terjadi perubahan
warna. Dihitung konsentrasi cuka dapur mula-mula.
DAFTAR PUSTAKA

Baroroh, Umi L.U. 2004. Diklat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

Basri, S. 1996. Kamus Kimia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Brady, James. 1997. Kimia Universitas. Jakarta: Binarupa Aksara.

Keenan. 1990. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

LabChem.2021. Material Safety Data Sheet – Acetid Acid , Vol. 77, (58).[SerialOnline]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC10100.pdf. [Diakses 15 April 2021]
LabChem.2021. Material Safety Data Sheet – Sodium Hydroxide, Vol. 77,(58).
[SerialOnline]http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23900.pdf. [Diakses 15 April
2021]
LabChem.2021. Material Safety Data Sheet – Hydrochloric, Vol. 77, (58).[SerialOnline]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC15300.pdf. (diakses 15 April 2021)
LabChem.2021. Material Safety Data Sheet – Sulfuric Acid , Vol. 77, (58).[SerialOnline]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC25550.pdf. (diakses 15 April 2021)
LabChem.2021. Material Safety Data Sheet – Phenolphthalein, Vol. 77, (58).[SerialOnline]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC18198.pdf(diakses 15 April 2021)
LabChem.2021. Material Safety Data Sheet – Methyl Red , Vol. 77, (58).[SerialOnline]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC75592.pdf. (diakses 15 April 2021)
LabChem.2021. Material Safety Data Sheet – Methyl Orange , Vol. 77, (58).[SerialOnline]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC17010.pdf. (diakses 15 April 2021)
LabChem.2021. Material Safety Data Sheet – Ammonium Hydroxide , Vol.77,(58).
[SerialOnline]http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC11050.pdf. (diakses 15
April 2021)
LabChem.2021. Material Safety Data Sheet – Sodium Acetate , Vol. 77, (58).[SerialOnline]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC75464.pdf(diakses 15 April 2021)
LabChem.2021. Material Safety Data Sheet – Ammonium Chloride , Vol.77,(58).
[SerialOnline]http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC75444.pdf. (diakses 15
April 2021)

LabChem.2021. Material Safety Data Sheet – Calcium Carbonate, Vol. 77,(58).


[SerialOnline]http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC12690.pdf. (diakses 15
April 2021)
LabChem.2021. Material Safety Data Sheet – Oxalic Acid , Vol. 77, (58).[SerialOnline]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC18040.pdf. (diakses 15 April 2021)
Lestari, Puji. 2016. Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 1, Nomer 1. Madrasah Tsanawiyah
Negeri Giriloyo.
Rosenberg, Jeromy. 1992. Kimia Dasar. Cetakan 2. Jakarta: Erlangga.

Salirawati, Das. 2005. Kontekstual Sains Kimia SMP. Jakarta: Erlangga.

Wang, K. 2017. Acid and base coexisted heterogeneous catalysts supporrted onhy
percrosslinked polymers for one-pot cassade reaction. Journal of catalysis

Anda mungkin juga menyukai